Anda di halaman 1dari 11

201670041 – AZHRA EDRI GEOVALDI MERIES KE 3 – PEMASARAN DI

ERA PANDEMI “ THE DARK SIDE DAN PEMASARAN SOSIAL”

Dalam pembahasan seminar ini terdapat dua sisi hal yang berbeda ;

pertama terkait dark side, yaitu yang menimbulkan sisi negatif, dan kedua

pemasaran sosial yang dari sisi positif.

Semakin muda semakin banyak belanja. Hal ini terlihat, berdasarkan

sumber data : https://kata.data.co,id/ perilaku e-commerce pada rata-rata nilai

transaksi terhadap pendapatan bulanan berdasarkan kelompok umur yang paling

tinggi berada pada usia muda 18 sampai dengan 25 tahun yaitu sebesar 5,4%

rata-rata dan dengan rata-rata pendapatan Rp. 4.558.406,-. Porsi pendapatan yang

dibelanjakan oleh generasi muda di e-comerce lebih besar dibanding usia lainnya.

Porsi belanja pada usia 26 sampai dengan 35 tahun sebesar 5,2% dengan rata-rata

pendapatan Rp.5.707.846,- usia 36 sampai dengan 45 tahun 4,0% dengan rata-rata

pendapatan Rp.7.362.010,- usia 46 sampai dengan 55 tahun 3,5% dengan rata-

rata pendapatan Rp.8.731.888,- dan diatas 55 tahun sebesar 3,4% dengan rata-rata

pendapatan Rp.9.264.400,- Proporsi jumlah transaksi penjualan produk selama

pandemi berdasarkan kategori produk yang terbesar adalah produk kesehatan dan

kecantikan dan yang paling sedikit adalah Pesawat, Hotel dan Perjalanan.

Dari sisi konsumen, berdasarkan hasil riset Zero Insight bahwa pada

dimasa pandemi Covid-19, e-commerce diproyeksikan terus berkembang.

Penjualan produk sanitasi meroket (hand sanitizer, handwash, vitamin, wis

wiper). Demikian pula untuk produk makanan & minuman transaksinya juga

melejit. Peningkatan pengeluaran rumah tangga akibat pandemi juga mengalami


peningkatan. Transaksi e-commerce kebutuhan rumah tangga yang paling tinggi

adalah bahan makanan melebihi dari 50 %. Selain itu, terdapat transaksi belanja

untuk kebutuhan kesehatan, pulsa/paket data, makanan/minuman dan listrik.

Berdasarkan survei daring pada tanggal bulan 29 September sampai

dengan 13 Oktober 2020 yang tersebar di 22 provinsi, menunjukkan 3 (tiga)

bidang usaha pengusaha Usaha Mikro, Kecil dan Menegah (UMKM) yang paling

terdampak pada masa pandemi adalah :

1. Bidang Usaha Pangan/Kuliner terdampak sebesar 43,09%

2. Bidang Usaha Jasa terdampak sebesar 26,02%

3. Bidang Usaha Fashion / Konveksi terdampak sebesar 13,01%

Pada awal pandemi pengusaha UMKM yang terdampak, beberapa orang

saja yang menggunakan teknologi via online. Sebagai contoh pengusaha UMKM

di salah satu Plaza Bekasi sebagian besar baru berjualan via WA group, namun

penjualannya di masa pandemi sangat terbatas. Mereka banyak yang mengeluh

karena penjualan yang sangat sedikit dan adanya PSBB. Selanjutnya, beberapa

bulan kemudian mereka mulai melakukan penjualan secara digital online,

Instragram, Facebook. Pengusaha yang awalnya terdampak, mereka berkembang

shifting bisnis online dengan digitalisasi.

Pemerintah pun mendorong penjualan digital, dimana sebelum pandemi

Kementrian Koperasi mengadakan acara khusus untuk memberikan pelatihan

buat pengusaha UMKM untuk penjualan dengan digital. Jadi tidak hanya “go

global” tapi “go digital”. Ternyata upaya pemerintah itu cukup berhasil dan

pelatihan tersebut menolong pengusaha yang tadinya terpuruk. Pengusaha


UMKM makin semakin terbuka menggunakan teknologi digital dan mengetahui

bahwa salah satu cara yang dapat meningkatkan revenue dengan penjualan

melalui media digital. Kondisi ini menjadi ‘the positif side” of the pandemi

dimana pengusaha sudah bisa mulai merubah mindsetnya dan konsumen

memanfaatkan teknologi untuk berbelanja.

Akibat belanja melalui digital terdapat hal lain yang tidak terpikirkan,

yaitu meningkatnya sampah akibat belanja online. Belanja online menyebabkan

meningkatnya sampah kemasan plastik. Survei LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan

Indonesia) menemukan bahwa semasa PSBB (Pembatasan Sosial Berskala

Besar) intensitas belanja online di Jabotabek dari 20 April hingga 5 Mei tahun

2020 dari intensentas belanja dari 1 sampai dengan 5 kali sebulan menjadi 1

sampai dengan 10 kali dalam sebulan. Terdapat banyaknya sampah bungkus

plastik, bubble wrap, selotipe yang menimbulkan sampah plastik akibat belanja

online meningkat. Sebanyak 96 persen paket belanja online dibungkus dengan

bubble wrap. Data Pemeritah Provinsi DKI menunjukkan bahwa pada saat PSBB

sampai plastik DKI meningkat dari 17% menjadi 21%, meskipun limbah sampah

lainnya berkurang saat PSBB namun jumlah komposisi limbah plastik meningkat.

Sebelum PSBB rata-rata limbah sampah 9.346 ton per hari dan di bulan Juni 2020

turun sekitar 6.000 ton per hari.

Belanja online ramah lingkungan bisa diterapkan. Langkah yang

dilakukan oleh pemerintah menghimbau masyarakat dan penjualan untuk

mengurangi sampah plastik. Misal menyiapkan tas delivery, belanja sekaligus

dalam jumlah banyak, menggabungkan paket. Dibutuhkan kesadaran dari


produsen, penjual, dan konsumen. Jika selama ini dibungkus dengan bubble wrap

dilakukan perubahan dengan membungkus dengan wadah yang ramah

lingkungan.

Beberapa cara yang digunakan untuk mengurangi dampak sampah plastik

di saat belanja online :

1. Dari sisi Penjual/Produsen

Dibutuhkan kesadaran penjual / produsen mengurangi dampak sampah

plastik di saat menjual produk via belanja online untuk mengganti kemasan

dengan bahan non plastik atau menggunakan kemasan hasil daur ulang.

2. Dari sisi konsumen

Dibutuhkan kesadaran mengurangi dampak sampah plastik di saat belanja

online, yaitu dengan :

a. Menuliskan notes agar wadah barang yang dibeli bukan plastik.

Misalnya ditulis notes ; di packing dengan bahan kardus.

b. Jika terpaksa memperoleh wadah plastik, jangan sekali pakai lalu

dibuang, namun dicuci bersih dan digunakan kembali.

c. Jika tidak digunakan kembali, dapat diberikan kepada yang

membutuhkan atau ke Bank sampah. Beberapa lokasi banyak memiliki

gagasan diadakannya bank sampah. Di komplek yang memiliki bank

sampah, untuk sampah dan wadah plastik yang telah dibersihkan

dikumpulkan di tempat bank sampah / pengepul, sehingga dapat

dimasukkan kas warga. Cara tersebut dapat mengurang sampah dan

secara bersama-sama diperlukan kepedulian warga kepada lingkungan.


Kepedulian terkait sampah plastik sangat dibutuhkan, karena sampah

plastik di Indonesia sudah melebihi ambang batas aman dan diperlukan concern

masyarakat di Indonesia. Data dari Sustainable Waste Indonesia (Layanan

Pengelolaan Limbah Indonesia) menunjukkan bahwa kurang dari 10 % sampah

terdaur ulang dan lebih dari 50 % berakhir di tempat pembuangan sampah TPA

(tempat pembuangan akhir). Banyak orang belum berfikir recycle. Berdasarkan

data dari United Nations Oceans Convention tahun 2017 menunjukkan bahwa

sampah plastik di lautan telah membunuh satu juta burung laut dan 100 ribu

mamalia laut, kura-kura dan ikan. Padahal ikan adalah bagian kebutuhan manusia

yang dikomsumsi.

Berdasarkan data Republika.co.id tahun 2015, Indonesia penyumbang

sampah plastik kedua terbesar di dunia setelah China. 5 (lima) negara

penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, yaitu :

1. Negara China sejumlah 262,9 juta ton

2. Negara Indonesia sejumlah 187,2 juta ton

3. Filiphina sejumlah 83,4 juta ton.

4. Vietnam sejumlah 55,9 juta ton.

5. Sri Langka sejumlah 5 juta ton.

Kepedulian terhadap sampah plastik, mulai dari sekarang dengan

menghimbau berfikir tentang keberlanjutan bumi kita. Meski pemasaran

membutuhkan keuntungan di masa pandemi dan tertap hidup, namun diperlukan

keseimbangan diantara, marketting, ekonomi, sosial , lingkungan.


Realita tentang sampah di Indonesia kondisinya sebagai berikut :

1. Indonesia menyumbang sampah plastik terbesar nomor 2 di dunia (haasil

penelitian Jambeck et.al.2015) dan nomer 3 di dunia (Euronews. 2018).

2. Hasil temuan LIPI, 2021 ; 96% belanja online menggunakan plastik.

3. Sampah palstik kebanyakan berasal dari komsumsi pribadi/rumah tangga

sekali pakai (wadah/kemasan).

4. Sebesar 9,85 miliar lembar plastik dihasilkan tiap tahun dan mencemari

lingkungan selama 400 tahun lebih. Menurut KLHK (dilansir dari

ketik.unpad.ac.id).

Begitu dahsyatnya sampah plastik akibat marketing era pandemik, Hal inilah

kondisi “the dark side”. Sampah plastik tidak terurai dengan cepat. Jika

memikirkan generasi masa depan, dibutuhkan kepedulian lingkungan akan

pencemaran sampah plastik.

Indonesia mencanangkan bebas sampah plastik pada tahun 2025. Pola

pengeloaan sampah di Indonesia. Pengelolaan samapah di Indonessa saat ini

belum maksimal. Sampah diangkut dan ditimbun di TPA (tempat pemrosesan

akhir), dikubur, dibuang ke sungai/perairan, dikompos dan di daur ulang dan

sisanya tidak terkelola.


Beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah dan masyarakat untuk

pengelolaan sampah menjadi lebih baik dan mewujudkan pengelolaan

pembebasan sampah di tahun 2025 :

1. Target penanganan 70% dari timbunan sampah nasional.

2. Sesuai amanat UU No.18 tentang pengelolan sampah dan Perpres No. 97

(Jakstranas dan Jakstada) serta konsep dasar Adipura 2025 diberikan untuk

kota yang bisa menjaga lingkungannya.

3. Pengurangan sampah sebesar 30% melalui pengurangan penggunaan plastik,

pembatasan timbunan samapah, pendauran ulang sampah serta pemanfaatan

kembali sampah / barang yang sudah dipakai.

Manajemen pengurangan sampah polusi plastik di Indonesia telah dilakukan,

antara lain :

1. Dimulai uji coba kantong plastik berbayar tahun 2016, diluncurkan oleh

KLHK dan di dukung Asperindo (asosiasi peretail Indonesia).

2. Hingga tahun 2021 sudah 41 pemerintah daerah (39 kota dan 2 provinsi)

melarang penggunaan kantong plastik di sektor retail (data KLHK yang

dilansir dari liputan 6).

3. Peraturan daerah tentang pelarangan kantong plastik belum diberlakukan di

pasar tradisional dan kelontong.

4. Beberapa retail memberikan pengurangan harga belanjaan total jika

konsumen yang membawa reusable bag.

Hal-hal yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak sampah plastik

secara berkelanjutan yaitu turut berpartisipasi serta dalam tujuan pembangunan


berkelanjutan terutama pada bagian Konsumsi dan produksi yang bertanggung

jawab. Definisi resmi dari United Nation terkait Sustainable consumption and

production : Konsumsi dan produksi berkelanjutan adalah tentang

mempromosikan efisiensi sumber daya dan energi, infrastruktur berkelanjutan,

dan menyediakan akses ke layanan dasar, pekerjaan yang ramah lingkungan dan

layak serta kualitas hidup yang lebih baik untuk semua. Implementasinya

membantu untuk mencapai rencana pembangunan secara keseluruhan,

mengurangi ekonomi masa depan biaya lingkungan dan sosial, memperkuat daya

saing ekonomi dan mengurangi kemiskinan.

Hal hal yang dilakukan dalam berbagai aktifitas, aktifitas ekonomi,

komsumsi tidak boleh merugikan future generation. Produk hijau, ekonomi hijau

artinya tidak mencemari lingkungan. Dengan mempraktekkan Sustainable

consumption and production membantu diri, masyarakat, negara dan dunia untuk

mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan the development plans akan

mengurangi biaya ekonomi, biaya lingkungan dan sosial sekiranya tidak

bermanfaat. Kontribusi kita sebagai konsumen dengan mempraktekkan tidak lagi

mencemari lingkungan, membuang sampah dan plastik sembarangan dan

membawa reusable bag / tas belanja sendiri.

Menuju yang lebih baik dengan sumber daya yang terjaga akan dapat

menggandakan pertumbuhan ekonomi dengan memperbaiki lingkungan dengan

pola daur ulang, reduse dan sebagainya. Semua pihak baik dari Government,

maupun dari konsumen dan produksi dapat berkontribusi kepada lingkungan.


Peran pemasaran mencapai konsumsi dan produksi yang bertanggung

jawab (Sustainable consumption and production)

1. Dimasa awalnya pemasaran sering dituding sebagai anti keberlanjutan.

Pemasaran memasarkan produk dan jasa apapun yang dibutuhkan

masyarakat. Marketing menginginkan berjualan produk yang lebih banyak

dan mendorong konsumtif yang berdampak kepada lingkungan.

2. Disisi lain marketing berkontribusi menuju berkelanjutan dengan pemasaran

sosial (social marketing). Pemasaran sosial adalah penggunaan teknik-teknik

pemasaran tradisional untuk merubah target perilaku audience (Kotler dan

Zatlman, 1971). Artikel di jurnal marketing ini yang mendobrak cara berfikir

akademisi. Awalnya banya dikritik banyak orang dan akhirnya diterima.

Pemasaran sosial yang dijual itu adalah ide, bukan barang dan bukan jasa.

Pemasaran sosial diperbarui lagi dengan tahap tahap pemasaran sosial oleh

Lee dan Kotler, 2011. Pemasaran sosial intinya bagaimana konsep-konsep

marketing bisa digunakan untuk merubah perilaku manusia menjadi lebih

baik.

Sosial markting berkembang, dan terbentuknya asosiasi menjadi

Internasional Sosial Marketiing Accosiation serta menghimpun banyak jurnal;

Jurnal of social marketing. Cabang ilmu sosial marketing ini sudah diterima oleh

mayoritas schooler atau akademisi di seluruh dunia. Marketing sosial

mendevelop dan mengintegrasikan berbagai konsep yang telah diterima pada

perkuliahan dengan pendekatan lain (budaya, sosiologi) untuk mempengaruhi

perilaku yang bermanfaat bagi orang itu sendiri dan komunitas / masyarakat.
Konsep baru dari social marketing adalah Consumer research

segmentation Design of the social programme, implementation, evaluation and

sustainable atau CSD - IES Framework / Consumer research segmentation

Design of the social programme, implementation, evaluation and (akbar er..al,

2019) : Jika mengkampanyekan perubahan perilaku social marketing principles

dioperasionalkan melalui 3 (tiga) tahap, yaitu :

- Phase 1 : Consumer research, segmentation, design the social program.

- Phase 2 : Implentation and evaluation.

- Phase 3 : Sustainable in changed behaviour

Untuk itu perlu melakukan perencanaan secara detil untuk mempromosikan

perubahan perilaku dalam mempraktekkan komsumsi dan produksi berkelanjutan.

========================================================

Anda mungkin juga menyukai