Lapsus Mata HSM
Lapsus Mata HSM
BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Ny. D
Usia : 56 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Kalirahayu
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Buruh Tani
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamensis dan pemeriksaan fisik pada tanggal 03 Januari
2017 di poliklinik bagian mata RSUD Waled.
1. Keluhan Utama : Penglihatan buram di kedua mata dan mata kanan sakit
2. Riwayat Penyakit sekarang
Pasien datang ke poliklinik mata RSUD Waled dengan keluhan
penglihatan buram pada kedua mata, keluhan dirasakan sejak ± 1 tahun yang
lalu. Pasien mengatakan penglihatannya buram dan kabur seperti tertutup
kabut yang menghalangi pandangan kedua matanya. Penglihatan buram
dirasakan pada saat melihat dekat maupun jauh Pasien juga mengatakan
kadang merasa silau. keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat
sejak 1 bulan belakangan terutama pada mata yang sebelah kanan. Mata
kanan kadang terasakan sakit dan merasa pusing apabila nyeri dirasakan,
keluhan ini dirasakan semakin memberat sehingga mengganggu aktivitas
sehari-hari.
Keluhan tidak disertai dengan mual ataupun muntah. Mata merah, mata
sering berair, gatal, perih, penglihatan ganda disangkal pasien. trauma
langsung terhadap mata (terjatuh/ terbentur) disangkal pasien. Pasien
mengaku sudah mengobati matanya.
2
2. Status Oftalmologi
OD Pemeriksaan OS
20/40 Visus 20/40
PH (-) Pinhole PH (+)
Madarosis (-) Supersilia (Alis) Madarosis (-)
Palpebra posterior :
(-) Hiperemis (-)
(-) Edema (-)
(-) Entropion (-)
Gerakan Bola Mata
IV. RESUME
Pasien perempuan berusia 56 tahun datang ke Poliklinik Mata RSUD Waled
dengan keluhan penglihatan buram pada kedua mata, keluhan dirasakan sejak ±
1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan penglihatannya buram dan kabur seperti
tertutup kabut yang menghalangi pandangan kedua matanya. Penglihatan buram
dirasakan pada saat melihat dekat maupun jauh. Pasien juga mengatakan kadang
6
merasa silau. keluhan dirasakan semakin lama semakin memberat sejak 1 bulan
belakangan terutama pada mata yang sebelah kanan. Mata kanan kadang
terasakan sakit dan merasa pusing apabila nyeri dirasakan, keluhan ini dirasakan
semakin memberat sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan tidak
disertai dengan mual ataupun muntah. Mata merah, mata sering berair, gatal,
perih, penglihatan ganda disangkal pasien. trauma langsung terhadap mata
(terjatuh/ terbentur) disangkal pasien. Pasien mengaku sudah mengobati.
Pada pemerikasaan fisik didapatkan tanda – tanda vital pasien dalam batas
normal. Pada status oftamologi di dapatkan VOD 20/40 dan VOS 20/40. Reflek
cahaya ODS +/+, Lensa keruh sebagian ODS, shadow test ODS (+), lapang
pandang ODS tidak menyempit, TIO palpasi OD N(+) meningkat dan OS N
(normal), Tonometer Schiotz OD 50,6 mmHg dan OS 16,2 mmHg
V. DIAGNOSIS BANDING
Katarak senilis imatur ODS + Glaukoma sekunder sudut tertutup OD +
Presbiopia OS
Katarak intumesen ODS + Glaukoma fakomorfik OD + Presbiopia OS
VI. DIAGNOSIS KERJA
Katarak senilis imatur ODS + Glaukoma Skunder Sudut Tertutup OD +
Presbiopia OS
VII. USULAN PEMERIKSAAN
- Funduskopi Indirect
- Gonioskopi
VIII. TATALAKSANA YANG DI BERIKAN
Medikamentosa
- Timolol Maleat 0,5% 2 x gtt OD
- Asetazolamide 3x 250 mg PO
- Aspar K 1 x 300 mg PO
Nonmedikamentosa
7
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad Vitam Ad bonam Ad bonam
Quo ad Functionam Dubia ad bonam Ad bonam
Quo ad Sanationam Ad bonam Ad bonam
X. EDUKASI
- Menjelaskan penyakit katarak kepada pasien
- Modifikasi gaya hidup sehat dengan mengurangi faktor risiko
BAB II
ANALISA KASUS
Diagnosis untuk pasien Ny. D yaitu katarak senilis imatur ODS + glaukoma
sekunder sudut tertutup OD+ presbiopia OS, diagnosis ditegagkan berdasarkan :
I. Identitas Pasien
8
degenerasi lanjut menjadi keras atau lembek dan mencair disebut katarak
hipermatur. (Sudoyo, dkk, 2009)
Pada pasien didapatkan hasil shadow test (+) yang menandakan
katarak pada pasien ini adalah imatur. (Ilyas, 2010)
- Peningkatan TIO
Pada stadium imatur, lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan
lensa mata kedalam lensa sehingga lensa menjadi cembung dan terjadi
pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. Akibat lensa
yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkat dan sudut mata
akan sempit atau tertutup. Pada stadium ini dapat terjadi peningkatan TIO.
(Ilyas, 2010)
Karena usia dan progresi katarak, sejumlah protein bemolekul besar
meningkat dalam lensa. Pada katarak imatur protein ini ditemukan pada
nucleus lensa. Dengan proses maturase katarak dan akumulasi protein,
peningkatan jumlah protein bermolekul besar ditemukan pada cairan korteks
lensa. Akhirnya perubahan kasul lensa katarak ini menyebabkan
pengeluaran protein kedalah humour aquous. Peningkatan konsentrasi
protein bermolekul besar pada humour aquous ini menyebabkan obstruksi
pada trabecular menswork dan mengurangi aliran humour aquous. Protein
lensa yang berisi makrofag mungkin juga berkontribusi terhadap
penyumbatan trabecular. (Langston, 2003)
Galukoma skunder sudut tertutup yang disebabkan oleh peningkatan
ketebalan lensa. Kritalin lensa terus berkembang, garis pertumbuhan
berkombinasi denagn pertumbuhan anteroposterior meningkatkan
iridolentikuler dan berpotensi memblok pupil dan iris. Hal ini menghasilan
sudut tertutup dan menyebabkan peningkatan intra okuler. (Voughan, 2009)
- Lapang pandang
Gangguan penglihatan terjadi akibat gangguan peredaran darah terutama
pada papil saraf optik. Pembuluh darah retina yang mempunyai tekanan
12
sisitol 80 mmHg dan diastolik 40 mmHg akan kolap bila tekanan bola mata
40 mmHg. Akibatnya akan terjadi gangguan peredaran serabut saraf retina
yang akan mengganggu fungsinya. (Ilyas, 2010)
Pembuluh darah kecil pupil akan menciut sehingga peredaran darah papil
tergannggu yang akan mengakibatkan ekskavasi glaukomatosa pada papil
saraf optik. Akibat keadaan ini perlahan-lahan terjadi gangguan lapang
pandang dengan gambaran skotoma khas untuk glaukoma. (Ilyas, 2010)
IV. Diagnosis Banding
Mengingat umur pasien 56 tahun, maka dapat di katakana bahwa katarak yang
dialami oleh pasien termasuk klasifikasi katark sinilis. Katarak senilis merupakan
semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia >50 tahun. (Ilyas, 2010)
Table 1. katarak senilis berdasarkan stadium
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan Lensa Normal Bertambah Normal Berkurang (air
(air masuk) keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik Mata Normal Dangkal Normal Dalam
Depan
Sudut Bilik Normal Sempit Normal Terbuka
Mata
Shadow Test Negatif Positif Negatif Pseudopos
Penyulit - Glaukoma - Uveitis+glaucoma
Berdasarkan pembagian stadiumnya, karena pasien ini iris masih normal, bilik
dan sudut mata depan masih normal sehingga pasien ini katarak insipient dan matur
masih belum dapat disingkirkan. Berdasarkan sumber kepustakan yang menyebutkan
bahwa dilihat dari umur yang 56 tahun, katarak insipient bisa disingkirkan.
Kekeruhan lensa dengan nukleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
13
mulai terjadi pada usia > 60 tahun. Sedangkan katarak insipient ini kekeruham mulai
dari tepi ekuator berbentuk jenji menuju korteks anterior dan subkapsular posterior,
sehingga dari penjelasan diatas katarak insipient dapat disingkirkan. Ditunjang
dengan pemeriksaan pada lensa mata pasien, didapatkan kekeruhan yang belum
menutupi seluruh permukaan lensa mata pasien, sehingga katarak matur dapat
disingkirkan karena katarak matur merupakan kekeruhan yang telah mengenai
seluruh massa lensa, dan berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan kekeruhan hanya
terjadi pada sebagian lensa, sehingga maturasi katarak masih berada pada tahap
imatur, namun masih bisa juga katarak intumesen, karena biasanya terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan menyebabkan myopia lenticular. (Ilyas, 2010)
Sebagian katarak dapat mengalami kebocoran kapsul lensa anterior, dan
memungkinkan protein-protein lensa yang mencair masuk kedalam bilik mata depan.
Terjadi reaksi peradangan di bilik mata depan, anyaman trabekular menjadi edema
dan tersumbat oleh protein-protein lensa, dan menimbulkan peningkatan tekanan
intraokular akut. Hal inilah yang dapat terjadi sehingga pada mata kanan pasien
disertai dengan glaukoma skunder sudut tertutup. (Voughan, 2009)
V. Terapi
Terapi pada awalnya ditunjukan untuk menurunkan tekanan intraocular.
Dapat diberikan timolol maleat merupakan β-adrenergik non selektif baik β1 atau β2.
Timolol tidak memiliki aktivitas simpatomimetik, sehingga apabila diteteskan pada
mata dapat mengurangi tekanan intraokuler. Timolol dapat menurunkan tekanan
intraokuler sekitar 20-30%.15,16 Reseptor β- adrenergik terletak pada epitel siliaris,
jika reseptornya terangsang aktifitas sekresinya akan meningkatkan inflow humor
aquos melalui proses komplek enzim adenyl cyclase-reseptor sehingga menurunkan
produksi humor aquos. (Langston, 2003)
Farmakodinamik golongan β-adrenergic bloker dengan cara menekan
pembentukan humor aquos sehingga tekanan intraokuler dapat turun. Sedangkan
farmakokinetiknya sebagian besar diserap dengan baik oleh usus secara peroral
14
sehingga bioavaibilitas rendah , dan memiliki kadar puncak dalam plasma mencapai 1
sampa 3 jam. Kebanyakan golongan β-adrenergic bloker memiliki waktu paruh antara
3 sampai 10 jam. Waktu ekskresi yang dibutuhkan ginjal untuk mengeluarkan obat
golongan ini dapat diperpanjang apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju
ke hati atau hambatan enzim hati. (Langston, 2003)
Penggunaan obat golongan ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan
kontraindikasi berupa obstruksi jalan napas kronik. Indikasi pemakaian diberikan
pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau
kombinasi terapi dengan miotik. Indikasi lainnya dapat diberikan pada glaukoma
inflamasi, hipertensi okuler dan glaukoma Kongenital. (Langston, 2003)
Efek samping pada mata dapat berupa konjungtivitis, blefaritis, gangguan
penglihatan, keratopati pungtata superficial, gejala sindrom mata kering, diplopia, dan
ptosis. Obat ini tidak boleh diberikan jika diketahui alergi atau mempunyai kelainan
yang merupakan kontraindikasi penyekat β pada umumnya. Obat yang tersedia
dengan konsentrasi 0.1% (bentuk gel) diberikan sekali sehari dan dengan konsentrai
0.25% - 5.0 % (bentuk tetes mata), diberikan 2 kali sehari. (Widodo 2010)
Selain itu dapat diberikan penghambat Karbonat Anhidrase, yaitu
asetazolamid intravena dan oral bersama obat topikal.. Asetasolamid oral merupakan
obat yang sering di gunakan karena dapat menekan pembentukan humor aquos
sebanyak 40-60%. Bekerja efektif dalam menurunkan tekanan intraokuler apabila
konsentrasi obat bebas dalam plasma ±2,5 μM.16,18 Apabila diberikan secara oral,
konsentrasi puncak pada plasma dapat diperoleh dalam 2 jam setelah pemberian dapat
bertahan selama 4-6 jam dan menurun dengan cepat karena ekskresi pada urin.
Diberikan asetazolamid 500 mg iv apabila TIO > 50 mmHg atau oral apabila TIO
<50 mmhg. (Langston, 2003)
Indikasi asetasolamid terutama untuk menurunkan tekanan intraokuler,
mencegah prolaps korpus vitreum, dan menurunkan tekanan introkuler pada pseudo
tumor serebri. Kontraindikasi relatif untuk sirosis hati, penyakit paru obstruktif
menahun, gagal ginjal, diabetes ketoasidosis dan urolithiasis. (Langston, 2003)
15
Efek samping yang paling sering dikeluhkan parastesi dan inisial diuresis,
sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam jangka lama antara
lain metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi, pembentukan batu ginjal,
depresi sumsum tulang, dan anemia aplastik. Selain itu dapat memberikan efek
samping hilangnya kalium tubuh (hipokalemi), Untuk mencegah efek samping
tersebut, pada pasien diberikan Aspar-K yang berisi kalium S asparat. (Indra
Mahardika, 2014)
Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme drinase normal,
sehingga terbentuk akses langsung HA dari kamera okuli anterior ke jaringan
subkonjungtiva atau orbita, dapat dibuang dengan trabekulotomi atau insersi selang
drainase. Penyulit utama trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan
episklera. (Voughan, 2009)
Trabekulotomi Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik
ini, bagian kecil trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari
konjungtiva sehingga terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan
meningkatkan aliran keluaran humor aquous sehingga dapat menurunkan tekanan
ocular. Tingkat keberhasilan operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-
80%. (Voughan, 2009)
Untuk kataraknya dapat dilakukan tindakan operasi, Indikasi operasi katarak
dibagi dalam 3 kelompok : (Bradford, 2004)
1. Indikasi Optik
Merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan katarak. Jika penurunan
tajam penglihatan pasien telah menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-
hari, maka operasi katarak bisa dilakukan.
2. Indikasi Medis
Pada beberapa keadaan di bawah ini, katarak perlu dioperasi segera,
bahkan jika prognosis kembalinya penglihatan kurang baik: Katarak hipermatur,
Glaukoma sekunder, Uveitis sekunder, Dislokasi/Subluksasio lensa, Benda
asing intra-lentikuler, Retinopati diabetika, Ablasio retina
16
3. Indikasi Kosmetik
Jika penglihatan hilang sama sekali akibat kelainan retina atau nervus
optikus, namun kekeruhan katarak secara kosmetik tidak dapat diterima,
misalnya pada pasien muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk
membuat pupil tampak hitam meskipun pengelihatan tidak akan kembali.
VIII. Prognosis
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat
berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total.
Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata
yang belum pernah mengalami kerusakan glaukomatusa luas, prognosis akan
baik. (Langston, 2005)
Teknik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi sangat jarang.
Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah katarak risiko ini
kecil dan jarang terjdi sehingga prognosis dalam penatalaksanaan adalah baik
(Indra Mahardika, 2014)
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III. LENSA
III. 1 Anatomi dan Fisiologi Lensa
Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskuler, tak berwarna dan hampir
transparan sempurna. Tebalnya sekitar 4 mm dan diameter 9 mm. Dibelakang
19
iris lensa digantung oleh zonula yang menghubungkan dengan korpus ciliaris.Di
anterior lensa terdapat humor aquaeus; disebelah posteriornya, vitreus. Kapsul
lensa adalah membran yang semipermeabel (sedikit lebih permiabel dari pada
kapiler) yang menyebabkan air dan elektrolit masuk. Didepan lensa terdapat
selapis tipis epitel supkapsuler. Nucleus lensa lebih tebal dari korteksnya.
Semakin bertambahnya usia laminar epitel supkapsuler terus diproduksi
sehingga lensa semakin besar dan kehilangan elastisitas. (AAO, 2003)
Gambar 1. Lensa
Lensa dapat membiaskan cahaya karena indeks bias - biasanya sekitar 1,4
pada sentral dan 1,36 pada perifer-hal ini berbeda dari dengan aqueous dan
vitreus yang mengelilinginya. Pada tahap tidak berakomodasi, lensa memberikan
kontribusi sekitar 15-20 dioptri (D) dari sekitar 60 D kekuatan konvergen bias
mata manusia rata-rata. Lensa terdiri dari 65% air dan 35% protein (tertinggi
kandungan nya di antara seluruh tubuh) dan sedikit sekali mineral. Kandungan
kalium lebih tinggi pada lensa dibanding area tubuh lainnya.Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi.Tidak ada serat
nyeri, pembuluh darah, atau saraf pada lensa. (AAO, 2003)
Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya yang datang dari jauh m. ciliaris berelaksasi, menegangkan
20
Pada katarak Nuklear terjadi sklerosis pada nukleus lensa dan menjadikan
nukleus lensa menjadi berwarna kuning dan opak. Katarak yang lokasinya terletak
pada bagian tengah lensa atau nukleus. Nukleus cenderung menjadi gelap dan
keras (sklerosis), berubah dari jernih menjadi kuning sampai coklat.
Progresivitasnya lambat. Bentuk ini merupakan bentuk yang paling banyak terjadi.
Pandangan jauh lebih dipengaruhi daripada pandangan dekat (pandangan baca),
bahkan pandangan baca dapat menjadi lebih baik. (Riordian, 2009)
Gambar 4 (a) katarak brunesens (b) katarak nigra (c) katarak rubra
2). Katarak Kortikal
Pada katarak kortikal terjadi perubahan komposisi ion dari korteks lensa serta
komposisi air dari serat-serat pembentuk lensa. Katarak menyerang lapisan yang
mengelilingi nukleus atau korteks. Biasanya mulai timbul sekitar usia 40-60 tahun
dan progresivitasnya lambat, tetapi lebih cepat dibandingkan katarak nuklear.
Terdapat wedge-shape opacities/cortical spokes atau gambaran seperti ruji.
Keluhan yang biasa terjadi yaitu penglihatan jauh dan dekat terganggu,
penglihatan merasa silau. (Riordian, 2009)
24
a. Katarak Insipien
Pada stadium ini kekeruhan lensa tidak teratur, tampak seperti bercak-bercak
yang membentuk gerigi dangan dasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
Kekeruhan biasanya terletak di korteks anterior dan posterior. Kekeruhan ini pada
awalnya hanya nampak jika pupil dilebarkan. Pada stadium ini terdapat keluhan
25
poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang tidak sama pada semua bagian
lensa. (Riordian, 2009)
disintegrasi melalui kapsul, sehingga lensa kembali ke ukuran normal. Bilik mata
depan akan berukurang kedalaman normal kembali. Tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif. (Budiono, 2013)
mata, sebagai salah satu penyebab katarak. Hasil penelitian yang dilakukan
terhadap 3.000 orang dewasa selama lima tahun menunjukkan, orang dewasa
yang mengonsumsi multivitamin atau suplemen lain yang mengandung
vitamin C dan E selama lebih dari 10 tahun, ternyata risiko terkena katarak
60% lebih kecil. (Budiono, 2013)
Seseorang dengan konsentrasi plasma darah yang tinggi oleh dua atau
tiga jenis antioksidan ( vit C, vit E, dan karotenoid) memiliki risiko terserang
katarak lebih rendah dibandingkan orang yang konsentrasi salah satu atau
lebih antioksidannya lebih rendah. Hasil penelitian lainnya yang dilakukan
Farida (1998-1999) menunjukkan, masyarakat yang pola makannya kurang
riboflavin (vitamin B2) berisiko lebih tinggi terserang katarak. Menurut
Farida, ribovlafin memengaruhi aktivitas enzim glutation reduktase. Enzim
ini berfungsi mendaur ulang glutation teroksidasi menjadi glutation tereduksi,
agar tetap menetralkan radikal bebas atau oksigen. (Budiono, 2013)
10. Prognosis
Dengan tehnik bedah yang mutakhir, komplikasi atau penyulit menjadi
sangat jarang. Hasil pembedahan yang baik dapat mencapai 95%. Pada bedah
katarak resiko ini kecil dan jarang terjadi. Keberhasilan tanpa komplikasi pada
pembedahan dengan ECCE atau fakoemulsifikasi menjanjikan prognosis
dalam penglihatan dapat meningkat hingga 2 garis pada pemeriksaan dengan
menggunakan snellen chart. (Budiono, 2013)
III. 2 Glaukoma
1. Definisi
Glaukoma merupakan suatu neuropati optik yang ditandai dengan
pencekungan “cupping” diskus optikus dan penyempitan lapang pandang yang
disertai dengan peningkatan tekanan intraokuler yang merupakan faktor resiko
terjadinya glaukoma. Mekanisme peningkatan tekanan intraokuler pada
glaukoma dipengaruhi oleh gangguan aliran keluar humor aquos. (Ilyas, 2010)
2. Humor Aquous
34
dan belakang sehingga kekambuhan iris bombe dapat dicegah. Ini paling sering
dilakukan laser YAG-neodymium. (Voughan, 2009)
1.2 Glaukoma Sudut Tertutup Subakut
Faktor-faktor etiologi yang berperan pada glaukoma sudut tertutup
subakut sama dengan yang berperan pada tipe akut, kecuali bahwa episode
peningkatan tekanan intraokularnya berlangsung singkat dan rekuren. Episode
penutupan sudut membaik dengan spontan, tetapi terjadi akumulasi kerusakan
pada sudut bilik mata depan disertai pembentukan sinekia anterior perifer.
Glaukoma sudut tertutup subakut kadang-kadang dapat berkembang menjadi
sudut tertutup akut. (Voughan, 2009)
Glaukoma sudut tertutup akut yang berulang dengan gejala ringan dan
sering didahului dengan peningkatan tekanan intra okuli. Didapatkan riwayat
serangan berulang berupa nyeri, kemerahan, dan kekaburan pengelihatan
disertai halo disekitar cahaya pada satu mata. Serangan sering terjadi pada
malam hari dan sembuh dalam semalam. Gejala yang timbul dapat hilang secara
spontan, terutama pada waktu tidur karena dapat menginduksi miosis. (Kanski,
2011)
Pemeriksaan diantara waktu serangan mungkin hanya memperlihatkan
sudut bilik mata depan yang sempit disertai dengan sinekia anterior perifer.
Diagnisa dapat dipastikan dengan genioskopi. Terapinya adalah iridotomi
perifer dengan laser. (Voughan, 2009)
1.3 Glaukoma Sudut Tertutup Kronik
Pasien dengan predisposisi anatomi penutupan sudut bilik mata depan
mungkin tidak pernah mengalami episode peningkatan tekanan intraokuler akut,
tetapi mengalami sinekia anterior yang semakin meluas disertai dengan
peningkatan tekanan intraokular secara bertahap. Para pasien ini bermanifestasi
seperti apa yang diperlihatkan oleh pasien glaukoma sudut terbuka primer,
sering dengan penyempitan lapang pandang yang intensif di kedua mata.
Sesekali, pasien-pasien tersebut mengalami serangan penutupan sudut subakut.3
38
melanggar batas bilik depan mata, menimbulkan sumbatan pupil dan pendesakan
sudut, serta menyebabkan glaukoma sudut tertutup. Terapi berupa ekstraksi lensa,
segera setelah tekanan intraokular terkontrol secara medikamentosa. (Kanski,
2011)
3. 1. 3 Glaukoma Fakolitik
Sebagian katarak stadium lanjut dapat mengalami kebocoran kapsul lensa
anterior, dan memungkinkan protein-protein lensa yang mencair masuk
kedalam bilik mata depan. Terjadi reaksi peradangan di bilik mata depan,
anyaman trabekular menjadi edema dan tersumbat oleh protein-protein lensa,
dan menimbulkan peningkatan tekanan intraokular akut. Ekstraksi lensa
merupakan terapi definitive, dilakukan segera setelah tekanan intraokular
terkontrol secara medis dan terapi steroid topikal telah mengurangi peradangan
intraocular. (Voughan, 2009)
6 Penatalaksanaan Medikamentosa
6.1 Supresi Pembentukan Humor Aqueus
6.1.1 Golongan β-adrenergik Bloker
Obat golongan ini dapat digunakan sebagai monoterapi atau dengan
kombinasi dengan obat yang lain. Contoh obat golongan B-adrenergic bloker
misalnya timolol maleat 0,25% dan 0.5%, betaxolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol
dan lain-lain.
Timolol maleat merupakan β-adrenergik non selektif baik β1 atau β2. Timolol
tidak memiliki aktivitas simpatomimetik, sehingga apabila diteteskan pada mata
dapat mengurangi tekanan intraokuler. Timolol dapat menurunkan tekanan
intraokuler sekitar 20-30%.15,16 Reseptor β- adrenergik terletak pada epitel siliaris,
jika reseptornya terangsang aktifitas sekresinya akan meningkatkan inflow humor
aquos melalui proses komplek enzim adenyl cyclase-reseptor sehingga menurunkan
produksi humor aquos.
Farmakodinamik golongan β-adrenergic bloker dengan cara menekan
pembentukan humor aquos sehingga tekanan intraokuler dapat turun. Sedangkan
40
farmakokinetiknya sebagian besar diserap dengan baik oleh usus secara peroral
sehingga bioavaibilitas rendah , dan memiliki kadar puncak dalam plasma mencapai 1
sampa 3 jam. Kebanyakan golongan β-adrenergic bloker memiliki waktu paruh antara
3 sampai 10 jam. Waktu ekskresi yang dibutuhkan ginjal untuk mengeluarkan obat
golongan ini dapat diperpanjang apabila terdapat hambatan aliran darah yang menuju
ke hati atau hambatan enzim hati.
Penggunaan obat golongan ini dalam jangka lama dapat mengakibatkan
kontraindikasi berupa obstruksi jalan napas kronik. Indikasi pemakaian diberikan
pada pasien glaukoma sudut terbuka sebagai terapi inisial baik secara tunggal atau
kombinasi terapi dengan miotik. Indikasi lainnya dapat diberikan pada glaukoma
inflamasi, hipertensi okuler dan glaukoma Kongenital.
6.1.2. Golongan α2-adrenergik Agonis
Golongan α2-adrenergik agonis obat ini dibagi menjadi 2 yaitu selektif dan
tidak selektif. Golongan α2-adrenergic agonis yang selektif misalnya apraklonidin
memiliki efek menurunkan produksi humor aquos, meningkatkan aliran keluar humor
aquos melalui trabekula meshwork dengan menurunkan tekanan vena episklera dan
dapat juga meningkatkan aliran keluar uveosklera.
Farmakokinetik dari pemberian apraklonidin 1% dalam waktu 1 jam dapat
menghasilkan penurunan tekanan intraokuler yang cepat paling sedikit 20% dari
tekanan intraokuler awal. Efek maksimal dari apraklonidin dalam menurunkan
tekanan intraokuler dapat terjadi sekitar 3-5 jam setelah pemberian terapi.18,19
Indikasi penggunaan apraklonidin untuk mengontrol peningkatan akut tekanan
intraokuler pasca tindakan laser. Sedangkan kontraindikasi pemakaian obat ini
apabila pasien dengan mono amin oksidase (MAO) dan trisiklik depresan karena
mempengaruhi metabolisme dan uptake katekolamin.
6.1.3. Penghambat Karbonat Anhidrase
a. Asetasolamid Oral
Asetasolamid oral merupakan obat yang sering di gunakan karena dapat
menekan pembentukan humor aquos sebanyak 40-60%. Bekerja efektif dalam
41
menurunkan tekanan intraokuler apabila konsentrasi obat bebas dalam plasma ±2,5
μM.16,18 Apabila diberikan secara oral, konsentrasi puncak pada plasma dapat
diperoleh dalam 2 jam setelah pemberian dapat bertahan selama 4-6 jam dan menurun
dengan cepat karena ekskresi pada urin.
Indikasi asetasolamid terutama untuk menurunkan tekanan intraokuler,
mencegah prolaps korpus vitreum, dan menurunkan tekanan introkuler pada pseudo
tumor serebri. Kontraindikasi relatif untuk sirosis hati, penyakit paru obstruktif
menahun, gagal ginjal, diabetes ketoasidosis dan urolithiasis.
Efek samping yang paling sering dikeluhkan parastesi dan inisial diuresis,
sedangkan efek lain yang dapat muncul apabila digunakan dalam jangka lama antara
lain metalic taste, malaise, nausea, anoreksia, depresi, pembentukan batu ginjal,
depresi sumsum tulang, dan anemia aplastik.
b. Penghambat Karbonat Anhidrase Topikal
Penghambat karbonat anhidrase topikal bersifat larut lemak sehingga bila
digunakan secara topikal daya penetrasi ke kornea relatif rendah. Pemberian
dorsolamid topikal akan terjadi penetrasi melalui kornea dan sklera ke epitel tak
berpigmen prosesus siliaris sehingga dapat menurunkan produksi humor aqueus dan
HCO3- dengan cara menekan enzim karbonik anhidrase II. Penghambat karbonik
anhidrase topikal seperti dorsolamid bekerja efektif menurunkan tekanan intraokuler
karena konsentrasi di prosesus siliaris mencapai 2-10μM.Pe nghambat karbonat
anhidrase topikal (dorsolamid) dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar 15-
20%.
Indikasi pemberian untuk mengontrol glaukoma baik jangka pendek maupun
jangka panjang, sebagai obat tunggal atau kombinasi. Indikasi lain untuk mencegah
kenaikan tekanan intraokuler pasca bedah intraokuler. Efek samping lokal yang
dijumpai seperti mata pedih, keratopati pungtata superfisial, dan reaksi alergi. Efek
samping sistemik jarang dijumpai seperti metalic taste, gangguan gastrointestinal dan
urtikaria.
42
7. Penatalaksanaan Bedah
7.1 Laser Iridektomi
Iridektomi diindikasikan pada keadaan glaukoma sudut tertutup dengan blok
pupil, iridektomi juga diindikasikan untuk mencegah terjadinya blok pupil pada mata
yang beresiko, yang ditetapkan melalui evaluasi genioskopi. Iridektomi laser juga
dilakukan pada serangan glaukoma akut dan pada mata kontra-lateral dengan
potensial glaukoma akut.
7.2 Laser Iridoplasti
Merupakan tindakan alternative jika tekanan intraokular gagal diturunkan
secara intensif dengan terapi medikamentosa. Bila tekanan intraokulernya tetap
sekitar 40 mmHg, visus jelek, kornea edema dan pupil tetap dilatasi.
Penatalaksanaannya adalah dibuat sesuia untuk membakar iris agar otot sfingter iris
berkontraksi, sehingga iris bergeser kemudian sudut pun terbuka.
7.3 Iridektomi Bedah Insisi (Perifer)
Pada tindakan ini dibuat celah kecil pada kornea bagian perifer dengan insisi
di daerah limbus. Pada tempat insisi, iris dipegang dengan pinset dan ditarik keluar.
Iris yang keluar digunting sehingga akan didapatkan celah untuk mengalirnya cairan
humor aquous secara langsung tanpa harus melewati pupil dari COP ke COA. Teknik
ini biasanya dilakukan pada glaukoma sudut tertutup, sangat efektif dan sangat aman,
namun waktu pulihnya agak lama.
7.4 Trabekulektomi
Merupakan teknik yang paling sering digunakan. Pada teknik ini, bagian kecil
trabekula yang terganggu diangkat kemudian dibentuk bleb dari konjungtiva sehingga
terbentuk jalur drainase yang baru. Lubang ini akan meningkatkan aliran keluaran
humor aquous sehingga dapat menurunkan tekanan ocular. Tingkat keberhasilan
operasi ini cukup tinggi pada tahun pertama, sekitar 70-80%.
8 Prognosis Glaukoma
Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani
dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat
43
DAFTAR PUSTAKA