Anda di halaman 1dari 13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Manajemen Keperawatan


Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam
menjalankan suatu kegiatan diorganisasi. Manajemen tersebut mencakup kegiatan
planning, organizing, actualing, contrilling (POAC) terhadap staf, sarana, dan prasarana,
dalam mencapai tujuan organisasi (Nursalam, 2013).
Manajemen Keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara profesional. Proses
manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode
pelaksanaan asuhan keperawatan secara profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat
saling mendukung. Proses keperawatan sebagaimana manajemen keperawatan terdiri atas
pengumpulan data, identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
(Nursalam, 2013).
Manajemen dalam bidang keperawatan diterapkan untuk mengatur perilaku staf
yang bekerja, didalam organisasi institusi pelayanan Kesehatan untuk menjaga dan
mengatasi gangguan kesehatan pada individu atau kelompok masyarakat secara efektif,
efisien, dan produktif. Manajemenimerupakaniilmu ataupun seni tentangipenggunaan
sumber daya secara efisien dan berguna untuk mencapai tujuan organisasi yang telah
ditetapkan sebelumnyai (Muninjaya, 2011).
2.2 Tujuan Manajemen Keperawatan
Tujuan dari manajemen keperawatan pada umunya ditentukan oleh bidang
keperawatan, meliputi :
Meningkatkan dan mempertahankan kualitas pelayanan rumah sakit.
Meningkatkan penerimaan masyarakat akan pelayanan keperawatan dalam mendidik perawat
agar profesional dan bertanggung jawab.
Meningkatkan pelaksanaan kegiatan umum dalam upaya mempertahankan kenyamanan pasien
Meningkatkan hubungan pasien, keluarga, dan masyarakat.
Meningkatkan komunitas antara staff keperawatan.
Meningkatkan produktifitas antara staff keperawatan.

2.3 Lingkup Manajemen Keperawatan


Manajemen Operasional atau Pelayanan
Planning
Organization
Staffing
Directing
Controling
Manajemen Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Diagnosa Keperawatan
Perencanaan
Pelaksanaan
Evaluasi

2.4 Teori Kepemimpinan dalam Manajemen


Beberapa ahli meneliti bahwa tidak ada teori bagaimana menjadi seorang
pemimpin yang paling baik dan jenis pemimpin apa yang paling efektif (Anwar Kurniadi,
2013). Berikut merupakan kualiatas dan perilaku pemimpin dari segi latar belakang :
1. Trait approach, yaitu paham teori bakat kepemimpinan, pemimpin yang dilahirkan telah
memiliki bakat – bakat, yaitu intelegensi, kepekaan sosial, peran serta sosial (Anwar
Kurniadi, 2013).
2. Situational theory, yaitu kepemimpinan berhubungan dengan situasi sosial. Individu
dapat menjadi seorang pemimpin pada situasi tertentu tetapi pada situasi yang lain dapat
menjadi pengikut (Anwar Kurniadi, 2013).
3. Transformational leadership  yang diperkenalkan oleh Anwar Kurniadi (2013). Menurut
faham ini ada 2 jenis kepemimpinan, yaitu kepemimpinan transformasional.
2.5 Fungsi Manajemen
Secara umum, fungsi dari manajemen dapat dikatakan sebagai serangkaian
kegiatankegiatan yang dilakukan oleh Manajemen didalam hal untuk mencapai
tujuannya. Fungsi dari Manajemen juga dikenal dengan Istilah POAC :
1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah salah satu fungsi yang digunakan untuk merencanakan segala
sesuatu dengan sebaik mungkin dalam upaya untuk mencapai tujuannya. Hal tersebut
akan berjalan dengan lancar apabila kita memiliki gambaran mengenai hal apa saja
yang akan digunakan atau dijalani, oleh sebab itu hal ini harus melibatkan
perencanaan.

2. Pengorganisasian (Organizing)

Setelah kita melakukan sebuah perencanaan dengan matang, maka hal


berikutnya yang akan kita lakukan adalah Pengorganisasian. Sebab pengorganisasian
ini sangat penting untuk dilakukan agar mempermudah manajer melakukan sebuah
pengewasan yang lebih efektif.

3. Pengarahan (Actuacting)

Fungsi dari manajemen yang ketiga adalah Pengarahan, pengarahan ini sangat
penting dilakukan agar segala sesuatu yang sudah direncanakan dapat berjalan
dengan lancar sesuai denga perencanaan yang dibuat.

Seorang manajer akan melakukan pengarahan kepada setiap karyawannya,


apabila didalam perusahaan tersebut sedang mengalami suatu permasalahan atau apa
yang sedang dikerjakan tidak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan.

4. Pengawasan (Controlling)

Fungsi yang terakhir dari Manajemen adalah melakukan pengawasan. Dari


serangkaian rencana atau pekerjaan yang sudah dilaksanakan, maka hal ini sangat
memerlukan yang namanya pengawasan. Manajer akan secara aktif melakukan
pengawasan terhadap sumber daya yang telah diorganisasikan sebelumnya dan
memastikan apa yang dikerjakan itu sesuai dengan apa yang sudah direncanakan atau
tidak.

Namun, manajer juga harus memperhatikan beberapa hal yang harus dipenuhi
untuk melakukan sebuah pengawasan terhadap suatu pekerjaan, yaitu diantaranya
adalah :

Jalur (routing) : Seorang manajer harus terlebih dahulu menentukan sebuah jalur yang bertujuan
untuk memperkecil sebuah resiko kesalahan apabila suatu saat terjadi.
a) Penetapan waktu (scheduling) : Seorang manajer juga harus mempunyai
waktu yang rutin untuk melakukan sebuah pengawasan, misalnya selama
satu bulan manajer harus memiliki waktu untuk melakukan seuah
pengawasan sebanyak satu atau dua kali.

b) Perintah pelaksanaan (dispatching) : Seorang manajer harus memiliki


sikap untuk mendorong dan juga memerintah karyawannya agar dapat
menyelesaikan semua pekerjaannya sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.

c) Tindak lanjut (follow up) : Seorang manajer harus melakukan evaluasi


dan juga memberikan solusi terhadap semua permasalahan yang sedang
terjadi selama proses dalam mencapai tujuannya untuk mengurangi
terjadinya kesalahan yang sama.

2.6 Pendayagunaan Tenaga


Untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, maka diperlukan beberapa
teknik, diantaranya adalah :
1. Motivasi dan Kepuasan Kerja
Untuk meningkatkan motifasi seseorang agar giat bekerja dan mencapai produktifitas
yang tinggi diperlukan usaha-usaha antara lain mengurangi jam kerja, menaikan gaji,
memberikan insetif, rekreasi, dan lain – lain. Orang yang menyukai pekerjaannya akan
mendapatkan kepuasan dari pekerjaan tersebut dan mudah mengembangkan diri dan tidak
mudah putus asa dalam menghadapi rutinitas.
2. Pertukaran Dinas dan Rotasi
Jadwal dinas atau shift yang tetap, teratur akan mengurangi, bahkan membebaskan stress
yang berat, dan adanya peluang untuk memilih dinas yang cocok dengan pola kehidupan
tanpa merugkan asuhan keperawatan diruangan sehingga lebih memberikan manfaat.
Manfaat dari adanya pengaturan jadwal dinas, yaitu:
a. Perawat dapat menyusun pola hidup dalam keluarga.
b. Kepala ruangan akan lebih mudah mengevaluasi.
Ada bagian – bagian tertentu yang sulit untuk diterapkan pengaturan rotasi dengan cepat,
seperti di unit intensif, ruang operasi, instalasi gawat darurat, dan sebagainya.
3. Rumusan Penghitungan Tenaga
Untuk menentukan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu ruangan ada beberapa
rumusan, yaitu :
A. Rumus Gillies (1989)
1. Jumlah jam perawatan efektif/ 24 jam.
2. Jumlah hari kerja efektif per tahun.
3. Penggunaan tempat tidur rata – rata.
4. Analisa kegiatan untuk penuhi kebutuhan klien.
5. Jumlah tenaga yang diperlukan.
6. Pertimbangan cuti hamil.
Perhitungan jumlah tenaga yang diperlukan juga harus mempertimbangkan adanya
tenaga yang cuti hamil. Diasumsikan tenaga yang cuti adalah x%, dari tenaga yang dinas
tiap hari, sehingga jumlah jam kerja yang hilang karena cuti hamil adalah x% x jumlah
cuti hamil x jumlah jam kerja per hari, maka diperlukan tambahan tenaga, dengan
rumus :
Jumlah Jam Kerja Hilang Karena Cuti Hamil
Jumlah Jam Kerja Efektif dalam Satu Tahun

Cara perhitungan jumlah tenaga perawat yang bertugas setiap hari, yaitu :
Rata – Rata Jumlah Klien/ Hari x Rata – Rata Jam Perawatan Tiap Klien/ Hari
Jumlah Jam Kerja/ Hari
B. Menentukan kebutuhan tenaga menurut Douglass (1975)
Menghitung kebutuhan tenaga perawat berdasarkan pada tingkat ketergantungan
klien. Perhitungan kebutuhan tenaga perawat berdasarkan klasifikasi klien, yaitu :

Jumlah Klasifikasi Klien


Minimal Partial Total
Klien P S M P S M P S M
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 0,08 0,90 0,60
Dst.

2.7 Klasifikasi Ketergantungan Pasien

Berdasarkan teori perhitungan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan sebuah


rumah sakit tergantung pada tingkat ketergantungan klien, kemampuan perawat, rata –
rata pasien per hari, jumlah jam efektif, dan waktu untuk perawatan. Untuk menentukan
tingkat ketergantungan pasien, yaitu:

No
Klasifikasi dan Kriteria
.
1. Minimal Care
a. Klien bisa mandiri atau hampir tidak memerlukan bantuan.
● Mampu naik turun tempat tidur.
● Mampu ambulasi dan berjalan sendiri.
● Mampu makan dan minum sendiri.
● Mampu membersihkan mulut (sikat gigi sendiri).
● Mampu berpakaian dan berdandan dengan sedikit bantuan.
● Mampu BAB dan BAK dengan sedikit bantuan.
b. Status psikologis stabil.
c. Klien dirawat untuk prosedur diagnostik.

2. Partial Care
a. Klien memerlukan bantuan perawat sebagian.
● Membutuhkan bantuan satu orang untuk naik dan turun tempat tidur.
● Membutuhkan bantuan untuk ambulasi.
● Membutuhkan bantuan dalam menyiapkan makanan.
● Membutuhkan bantuan untuk makan (disuapi).
● Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
● Membutuhkan bantuan untuk berpakaian dan berdandan.
● Membutuhkan bantuan untuk BAB dan BAK (tempat tidur atau kamar
mandi).
b. Post operasi minor.
c. Melewati fase akut dari post operasi mayor.
d. Faseawal dari penyembuhan.
e. Observasi tanda – tanda vital setiap 4 jam.

3. Total Care
a. Klien memerlukan bantuan perawat sepenuhnya dan memerlukan waktu
perawatan yang lebih lama.
● Membutuhkan 2 orang atau lebih untuk memobilisasi dari tempat tidur
kekereta dorong atau kursi roda.
● Membutuhkan latihan fisik.
● Kebutuhan nutrisi dan cairan dipenuhi melalui terapi intravena (infus
atau NGT).
● Membutuhkan bantuan untuk kebersihan mulut.
● Membutuhkan bantuan penuh untuk berpakaian dan berdandan.
● Dimandikan perawat
● Dalam keadaan inkontinensia, menggunakan kateter.
b. 24 jam post operasi mayor.
c. Pasien tidak sadar.
d. Keadaan klien tidak stabil.
e. Observasi tanda – tanda vital setiap kurang dari 1 jam.
f. Perawatan luka bakar.
g. Perawatan kolostomi.
h. Menggunakan alat bantu pernapasan.
i. Menggunakan WSD.

2.8 Metode Penugasan Keperawatan


Sistem pemberian asuhan keperawatan atau yang biasanya dikenal dengan metode
penugasan adalah suatu pendekatan pemberian asuhan keperawatan secara efektif dan
efisien kepada sejumlah pasien. Metode penugasan keperawatan merupakan salah satu
cara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan pada pelayanan kesehatan.
1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional
Pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas
menurut jenis pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau
lebih untuk semua klien yang ada di unit tersebut.
Keuntungan :
- Perawat trampil untuk tugas dan pekerjaan tertentu
- Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai tugas
- Kekurangan tenaga yang ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk satu tugas sederhana.
- Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang praktek
untuk ketrampilan tertentu.
Kerugian :
- Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak memungkinkan untuk melakukan
keperawatan secara holistik
- Apabila pekerjaan selesai cenderung perawat meninggalkan klien dan melaksanakan
pekerjaan non keperawatan.
- Kepuasan kerja secara keseluruhan sulit dicapai dan sulit diidentifikasi kontribusi
terhadap pelayanan.
- Perawat hanya melihat asuhan keperawatan sebagai ketrampilan saja.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Luka Perawat Perawat


Obat Hygiene Adminitrasi
2. Model Asuhan Keperawatan Tim
Pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat kepada
sekelompok klien yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta
memiliki pengetahuan dalam bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan
oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu Ketua Tim bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan pelayanan
keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas apabila
mengalami kesulitan.
Keuntungan :
- Memfasilitasi pelayanan keperawatan yang komprehensif
- Memungkinkan pencapaian proses keperawatan
- Konflik atau perbedaan pendapat antar staf dapat ditekan melalui rapat tim.
- Memungkinkan menyatukan kemampuan anggota tim yang beda dengan aman dan
efektif.
Kelemahan :
- Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk tidak dapat dilakukan/
terburu sehingga mengakibatkan komunikasi atau koordinasi anggota tim
terganggu/terhambat.
- Perawat yang belum trampil/ kurang berpengalaman cenderung tergantung atau
berlindung pada anggota tim yang mampu/katim.
- Akuntabilitas dalam tim kabur.
Kepala Ruangan

Perawat Katim Perawat Katim Perawat Katim

Perawat Anggota Tim Perawat Anggota Tim Perawat Anggota Tim

Pasien Pasien Pasien

Keterangan : Dalam Struktur pengorganisasian kerja dengan model Tim


tergambar bahwa sekelompok pasien diasuh oleh 1 tim perawat. Setiap tim akan memiliki
anggota tim yang terdiri dari beberapa perawat untuk mengasuh beberapa pasien yang
menjadi kelolaan yang konsisten mulai masuk sampai keluar RS.
3. Asuhan Keperawatan Alokasi Klien
Yaitu pengorganisasian asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh
perawat pada saat tugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang.
Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan
tentang pelayanan keperawatan klien.

Kepala Ruang

Perawat Perawat Perawat


Pelaksana Pelaksana Pelaksana

Pasien Pasien Pasien


Keuntungan :
- Fokus keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
- Memberikan kesempatan untuk melakukan keperawatan yang komprehensif
- Memotivasi perawat selalau bersama klien selama bertugas, tugas non
keperawatan dapat dilakukan oleh bukan perawat.
- Mendukung penerapan proses keperawatan
- Kepuasan kerja secara keseluruhan dapat dicapai.
Kelemahan :
- Beban kerja tinggi terutama jika klien banyak sehingga tugas yang sederhana
terlewatkan.
- Peserta didik sulit untuk memperoleh ketrampilan khusus yang tidak dilakukan
pada klien yang menjadi kelolaannya : misal kateterisasi, NGT dll
- Pendelegasian tertentu.
- Kelanjutan perawatan klien anya sebagaian selama perawat penagggung jawab
klien bertugas.
- Kelanjutan perawatan klien hanya sebagaian selama perawat penaggung jawab
klien bertugas.
4. Asuhan Keperawatan Primer
Merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat
profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam. Tanggung jawab diantaranya adalah pembagia pasien,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk
rumah Sakit hingga pasien dinyatakan pulang. Keperawatan primer ini akan menciptakan
kesempatan untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensip dimana asuhan
keperawatan berorientasi kepada pasien.

Dokter Kepala Ruang SDM Rumah Sakit


Perawat Primer

Klien

Perawat Asosiet Sore Perawat Asosiet Sore Perawat Aosiet Sore

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu


karena perawat primer harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh
pasien mulai pengkajian, penentuan diagnosa, membuat rencana, melakukan
implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasi perawat primer dibantu oleh
perawat assosiete. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat pelaksanaan
tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam
Keuntungan :
- Otonomi perawat meningkat, karena motivasi, tanggung jawab dan tanggung
gugat meningkat.
- Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
- Meningkatnya hubungan antara perawat pasien
Kelemahan :
- Ruangan tidak memerlukan bahwa semua perawat pelaksana harus perawat
professional.
- Biaya yang diperlukan mahal
5. Asuhan Keperawatan Moduler
Yaitu pengorganisasian keperawatan yang dilakukan perawat professional dan
non-profesional untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai pulang,
disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat
yang berpengalaman, terampil, dan memiliki kemampuan memimpin.Semua metode
diatas dapat digunakan sesuai situasi dan kondisi ruangan, jumlah perawat yang ada,
serta kemampuan perawat yang ada. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien.Jumlah
perawat yang ada harus seimbang sesuai dengan jumlah klien, selain itu kategori
pendidikan tenaga keperawatan yang ada perlu diperhatikan sesuai dengan tugas dan
tanggung jawab yang akan dibebankan.

2.9 Keuntungan dan Kerugian SOAP Dalam Asuhan Keperawatan


Keuntungan Pendokumentasian SOAP :
a. Lebih sistematis dalam penulisan
b. Penulisan lebih ringkas dan tidak membutuhkan dan tidak membutuhkan waktu yang
lama
c. Mengorganisir pemikiran
d. Lebih banyak digunakan oleh berbagai profesi
e. Memudahkan komunikasi dan kerjasama.
Kerugian pendokumentasian SOAP :
a. Tidak terperinci karena rencana untuk selajutnya tidak ada
b. Apabila ada masalah baru maka dibuat soap lagi, sehingga membutuhkan waktu
c. Harus diperbaharui secara terus menerus tentang kondisi pasien

Anda mungkin juga menyukai