Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS “ SUNAN KUDUS “

TUBERKULOSIS PARU
1. Pengertian ( Definisi ) Tuberkulosis paru adalah infeksi paru menterang jaringan parenkim paru,
disebkan bakteri Mycobacterium tuberculosis

2. Anamnesis Gejala yang ditemukan ( tergantung derajat berat, organ terlibat dan
komplikasi : keadaan umum lemah, kakeksia, takipnea, febris, paru : tanda-
tanda konsolidasi ( redup, fremutus mengeras ? melemah, suara nafas
bronial/ melemah, ronkhi basah / kering )

3. Pemeriksaan Fisik Batuk- batuk > 3 munggu , batuk darah, sesak nafas, nyeri dada, malaise,
lemah, berat badan turun, nafsu turun, keringat malam, demam.

4. Kriteria Diagnosis Gejala klinis yang dianggap (+) adalah batuk dari ringan (dua tanpa dahak )
sampai berat /batuk darah, gejala seperti flu yang hilang timbul dan
semakin sering dan demam terutama senja hari.

5. Diagnosis Kerja Tuberculosis paru

6. Diagnosa Banding Pneumonia, jamur paru, penyakit paru akibat kerja


Tumor/ keganasan paru

7. Pemeriksaan Penunjang 1. Laboratorium : LED


2. Mikrobiologis : BTA sputum , kultur resisten sputum terhadap m.
Tuberulosis
- Pada kategori 1 dan 3 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke
2,5 dan 8
- Pada kategori 2 : sputum BTA diulangi pada akhir bulan ke 2 dan
akhir terapi
3. Radiologis : foto thoraks PA, lateral pada saat diagnosis awal dan akhir
terapi
4. Selama terapi : evaluasi foto setelah pengobatan 2 bulan dan 6 bulan
5. Imuno- serologis :
- Uji kulit dengan tuberkulin ( mantoux )
- Tes PAP< ICT- TB, PCR-TB dari sputum

8. Tatalaksana - Terapi umum : istirahat stop rokok, hindari polusi, tatalaksana


Lama perawatan komorbis, nutrisi, vitamin
- Medikamentosa obatanti TB ( OAT )
Kategori 1 : untuk
- Penderita baru TB paru, sputum BTA (+)
- Penderita TB paru, sputum BTA (-), dengan rontgen (+) dengan
kelainan paru luas
- Penderita TB a paru berat
Diterapi dengan : 2 RHZE/ 4RH-2 RHZE/ 4 R3H3-2 RHZE/ 6
HE
Kategori 2 : untuk
- Penderita kambuh
- Penderita gagal
- Penderita after default
Diterapi dengan : 2 RHZES / 1 RHZE /5 RHE
2 RHZES /1 RHZE / 5 R3H3E3
Kategori 3 : untuk
- Penderita baru TB paru, sputum BTA (-), rontgen (+) dengan
kelainan paru tidak luas
- Penderita TB ekstra paru ringan
Diterapi dengan : 2RHZ / 4 RH
2 RHZ / 4 R3H3
2 RHZ / 6 HE
Kategori 4 : untuk
Penderita TB kronik diterapi dengan :
- H seumurhidup
- Bila mampu OAT lini kedua
Komplikasi
- Komplikasi paru : atelektasis, hemoptisis, fibrosis, bronkirktasis,
pneumothoraks, gagal nafas
- Tb ekstra paru : pleuritis, efusi pleura, perikarditis, peritonitis, TB
kelenjar limfe
- Kor pulmonal

9. Edukasi

10. Prognosis Dubia ; tergantung pada derajat berat, kepatuhan pasien, sensitifitas bakteri,
gizi, status imun, komorbiditas.

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan Panduan Pelayanan Medik – PAPDI


Standar Pelayanan Medis
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS “

DEMAM TIFOID
1. .Pengertian ( Definisi ) Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella
typhi atau salmnella parathipy

2. Anamnesis - Demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam
menetap atau remiten pada minggu kedua.
- Demam terutama pada malam hari, sakit kepala, nyeri otot,
anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare

3. Pemeriksaan Fisik Febris, kesadaran berkabut, bradikardi relative ( peningkatan suhu 1ͦ C tidak
di ikuti peningkatan denyut nadi 8x/ mnt ), lidah yang berselaput ( kotor
ditengah,tepi di ujung merah, serta tremor )tomegali, splenomegali, nyeri
abdomen, rosela ( jarang pada orang Indonesia )

4. Kriteria Diagnosis Demam tinggi lebih dari 7 hari disertai sakit kepala, kesadaran menurun,
lidah kotor, hepatoplenomegali.

5. Diagnosa Kerja Demam Tifoid

6. Diagnosa Banding Infeksi virus


Malaria

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratotium : dapat di temukan lekopi, lekosiosis, atau lekosit normal,
aneosinopilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan,
trombositopenia, gangguan funsi hati.
Kultur darah ( biakan empedu ) positif atau peningkatan titer uju widal >4
kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis.
Uji widal tunggal dengan titer antibody O 1/320 atau H 1/640 disertai
gambaran klinis khas menyongsong diagnosis
Pemeriksaan : Darah perifer lengkap, tes fungsi hati, kultur darah.

8. Tatalaksana Terapi
Non Farmakologis : tirah baring, makanan lunak rendah serat
Farmakologis :
- Pilihan utama: kloramfenikol 4x500mg sampai dengan 7 hari bebas
demam.
Alternatif lain :
- Thiampenikol 4x500 mg ( komplikasi hematologi lebihrendah
dibanding klorampenikol
- Kotrimoksasol 2x2 tablet selama 1 minggu
- Ampisilin dan amoksisilin 50-150mg/ BB selama 2 minggu
- Sefalosporin generasi III, yang terbukti efektif adalah cefriaxon 3-4
gr dalam dekstrosa 100cc selama ½ jam perinfus sekali sehari,
selama 3-5 hari.
Dapat pula
 Pada kasus toksik tifoid ( demam tifoid disertai gangguan
kesadaran dengan atau tanpa kelainan neorologis lainnya dan
Lama perawatan hasil pemeriksaan cairan otak masih dalam batas norma )
langsung di berikan kombinasi kloramfenikol 4x500mg, dengan
ampicillin 4x1gr dan deksametason 3x5mg
 Kombinasi antibiotic hanya diindikasikan pada toksis tifoid,
peritonitis atau perforasi, renjatan septic
 Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam
tifoid yang mengalami renjatan septic dengan dosis 3x5mg

Umumnya 14 hari atau sampai 7 hari bebas panas

9. Edukasi

10. Prognosis Baik, Bila penyakit berat, pengobatan terlambat/ tidak adekuat atau ada
komplikasi berat, prognosis meragukan/ buruk

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan 1. Standar Pelayanan Medis


2. Panduan Pelayanan Medik – PAPDI

PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS “


DEMAM BERDARAH DENGUE ( DHF )
1. Pengertian (Definisi ) Suatu penyakit demam akut yang disebabkana olehvirus genus Flavivirus,
famili Flaviviride

2. Anamnesis 1. Demam merupakan suatu tanda utama, terjadi mendadak tinggi,


selama 2-7 hari.
2. Disertai lesu, tidak mau makan dan muntah.
3. Pada anak besar dapat mengeluh nyeri kepala,nyeri otot dan nyeri
perut.
4. Diare kadang- kadang dapat ditemukan.
5. Perdarahan paling sering adalah perdarahan kulit dan mimisan.

3. Pemeriksaan Fisik - Gejala klinis DBD diawali demam mendadak tinggi, facial
flushmuntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok
dengan faring hiperemis, nyeri dibawah lengkung iga kanan
- Sedangkan hepatomegali dan kelainan fungsi hati lebih sering
terjadi DBD
- Perbedaan antara DD dan DBD adalah pada DBD terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan
perembesan plasma, hipovolemia dan syok.
- Perembesan plasma mengakibatkan ekstravasasi cairan kedalam
ronggapleura dan rongga peritoneal selama 24- 48 jam.
- Fase kritis sekitar hari ke -3 sampai hari ke- 5 perjalanan penyakit.
Pada saat itu suhu turun, yang dapat merupakan awal
penyembuhan pada infeksi ringan dan pada DBD berat merupakan
tanda awal syok.
- Perdarahan dapat berupa ptekie, epistaksis, melena ataupun
hematuria
- Tanda- tanda syok - Anak gelisah sampai terjadi penurunan
Kesadaran, sianosis
-Nafas cepat, nadi teraba lembut kadang-
Kadang tidak teraba
-Tekanan darah menurun, tekanan nadi
< 10mmHG
-Akral dingin capillary refill menurun
-Diuresis menurun sampai anuria
- Apabila syok tidak dapat segera teratasi akan terjadi komplikasi
berupa asidosis metabolic dan perdarah hebat.

4. Kriteria Diagnosis 1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya
binafik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini :
-Uji Torniguet positif ( > 20 petekie dalam 2,54 cm² )
- Petekie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat
lain
- Hematemesis atau melena
3. Trombositopeni ( < 100.000/ mm³ )
4. Terdapat minimal satu tanda- tanda plasma leakage :
- Hematokrit meningkat >20% dibanding gengan Hematrokit
rata- rata pada usia, jenis kelamin, dan populasi yang sama.

5. Diagnosis Kerja DHF

6. Diagnosis Banding Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium


- Darah perifer , kadar hb, lekosit, dan hitung jenis, trombosit, ht
- Uji serologis, uji hemaglutinasi inhibisi di lakukan saat fase akut
dan fase konvalens
- Pemeriksaan Radiologis

8. Tata Laksana Terapi


Medikamentosa :
- Antipiretik dapat diberikan, dianjurkan pemberian paracetamol
bukan aspirin.
- Diusahakan tidak memberikan obat- obatan yang tidak diperlukan,
untuk mengurangi beban detoksifikasi obat dalam hati
- Kortikosteroid diberkan pada DBD ensefalopati, apabila terdapat
perdarahan saluran cerna kortikosteroid tidak diberikan
- Antibiotik diberikan untuk DBD ensefalopati

9. Edukasi

10. Prognosis Bonam

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan - Standar Pelayanan Medis


- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS “


HEPATITIS AKUT
1. Pengertian (Definisi ) Suatu keadaan hati yang mengalami inflamasi dan atau nekrosis

2. Anamnesis Gejala non spesifik( prodromal 0 diyandai dengan timbulnya anoreksia,


mual, muntah dan demam.
Dalam beberapa hari ttimbul gejala ikterus, tinja pucat dan urin
berwarna gelap, kemudian gejala prodromal berkurang. Perlu ditanyakan
adanya riwayat kontak dengan pasien hepatitis sebelumnya dan riwayat
pemakaian obat- obatan hepatotoksik.

3. Pemeriksaan Fisik - Keadaan umum sebagian tampak sakit ringan, suhu badan tidak
tinggi, mata ikterik
- Hepatomegali : ukur besar hati dalam sentimeter dibawah
lengkung iga kanan dan dibawah prossus sipoideus
- Periksa nyeri tekan didaerah hati selain itu perhatikan tepi,
permukaan, konsistensi hati.
- Splenomegali, ukurbesar limpa dalam sentimeter
- Kulit ikterus, perdarahan kulit

4. Kriteria Diagnosis Dimulai dengan demam, mual- mual dan muntah, badan lemah.
Setelah menurun timbul ikterus SGOT dan SGPT meninggi 3-5 x nilai
normal.

5. Diagnosis Kerja Hepatitis Akut

6. Diagnosis Banding Hepatitis akibat obat, hepatitis alkoholik


Penyakit saluran empedu
Leptospirosis

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium


- SGOT, SGPT, fostatase alkali, bilirubin. Seromarker (IgM anti
HAV, HbsAg, IgM anti HBc, anti HCV, IgM anti HEV )
Radiologi
- Ultrasonografi hati dan saluran empedu.

8. Tata Laksana Terapi


Tirah baring, diet seimbang dengan kalori tinggi, rendah lemak.
Pengobatan suportif
Lama Perawatan 2- 4 minggu

9. Edukasi

10. Prognosis Bonam


11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan
- Standar Pelayanan Medis
- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )

TATA LAKSANA KASUS RSI “SUNAN KUDUS “

INFARK MIOKARD AKUT ( AMI )


1 Pengertian (Definisi ) Sindrom koroner akut suatu keadaan gawat darurat jantung dengan
manifestasi klinis berupa perasaan tidak enak di dada atau gejala- gejala
lain sebagai akibat iskemia miokard.

2 Anamnesis Nyeri dada tipikal ( angina ) berupa nyeri dada substernal, rerosternal,
dan prekordial, nyeri seperti di tekan., ditindih beban bera, rasa
terbakar,seperti ditusuk, rasa di peras dan di pelintir. Nyeri menjalar
keleher , lengan kiri, mandibula, gigi, punggung/ inskapula, dan dapat
juga ke lengan kanan.dapat disertai dengan gejala mual, muntah, sulit
bernafas, keringat dingindan lemas.

3 Pemeriksaan Fisik Nafas sesak, keluar keringat dingin, badan lemes, muntah, mual, nyeri
dada

4 Kriteria Diagnosis Nyeri dada khas, lamanya 30 menit atau lebih


Perubahan EKG iskemik : gelombang Q, Elevasi Segmen ST, Gel T
Hiper akut

5 Diagnosis Kerja AMI

6 Diagnosis Banding Angina Pektoris tidak stabil


Disekan Aorta
Emboli Paru

7 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : darah rutin, CK, CKMB, Tromponin T


Radiologi ; Foto toraks, Ekokardiografi
EKG

8 Tata Laksana Terapi :


Non farmakologik
- Reassurance
- Tirah baring
- Oksigen
Farmakologik
- Trombolisis : bila masih dalam 6 jam dan tersedia obat, sesuai
protokol
- Aspirin
- Beta Blocker, bila tidak ada indikasi kontra
- Obat-obat peredam nyeri : Morfin/Petidin
- Vasodilator sesuai indikasi
Pembedahan : Bila ada indikasi

Penyulit :
- Syok kardiogenik
- Ruptur Miokard
- Payah Jantung
- Distrimia dan blok
- Henti jantung

Lama Perawatan 10 – 14 hari, bergantung luasnya infark

9 Edukasi

10 Prognosis Tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya
komplikasi.

11 Tingkat Evidens

12 Tingkat Rekomendasi

13 Penelaah Kritis SMF Dalam

14 Indikator Medis

15 Kepustakaan
- Standar Pelayanan Medis
- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS

DIARE AKUT
1 Pengertian (Definisi ) Diare akut adalah buang alir besar lebih dari 3 kali dalam 24 dengan
konsistensi cair dan berlangsung kurang dari 1 minggu.

2 Anamnesis - Sudah berapa lama diare berlangsung, berapa kali sehari, warna
dan konsistensi tinja, lendir dan atau darah dalam tinja, adanya
muntah, anak lemah, kesadaran menurun, rasa halus, rewel,
kapan kencing terakhir, suhu badan
- Jumlah cairan yang masuk selama diare
- Anak minum ASI atau susu formula, apakah makanan yang tidak
biasa.
- Apakah ada anak yang diare di sekitarnya, dari mana sumber iar
minum

3 Pemeriksaan Fisik - Pada pemeriksaan fisik perlu di perhatikan tanda utama yaitu
kesadaran, rasa haus, turgor kulit abdomen
- Mata cekung atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, kering
aatau mukosa mulut, bibir dan lidah, timbang berat badan.

4 Kriteria Diagnosis Muntah, sesak, dehidrasi, tensi turun.

5 Diagnosis Kerja Diare akut dengan dehidrasi sedang

6 Diagnosis Banding Kolera, keracunan makanan, diare Salmonella, diarea oral

7 Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : urium, kreatinin,Na, K, Cl, kultur feses

8 Tata Laksana Terapi


Medika mentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik sesuai pemeriksaan penunjang
- Anti parasit
Cairan dan elektrolit
Jenis cairan : peroral - cairan oralit
Parenteral : RL, Larutan normal salin
Tanpa dehidrasi : cairan oralit dan ASI diberkan semuanya, sesuai usia
dan tiap kali buang air besar
Dehidrasi ringan – sedang : rehidrasi dengan oralit 75 cc/ kg BB dalam 3
jam pertama dilanjutkan pemberan kehilangan cairan
yang sedang berlangsung seasuai umur seperti diatas
tiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau
ringer asetat 100 cc/ kg BB

Lama perawatan ± 1 minggu

9 Edukasi

10 Prognosis Tergantung daerah jantung yang terkena, beratnya gejala, ada tidaknya
komplikasi.

11 Tingkat Evidens

12 Tingkat Rekomendasi

13 Penelaah Kritis SMF Dalam

14 Indikator Medis

15 Kepustakaan
- Standar Pelayanan Medis
- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS

DIABETES MILITUS
1. Pengertian (Definisi ) Diabetes melitus merupakan suatu kelompok metabolik penyakit yang di
tandai oleh hiperglikemia akibat dari defek pada :
- Kerja insulin ( resistensi insulin ) di hati ( peningkatan produksi
glukosa hepatik ) dan di jaringan perifer ( otot lemak )
- Sekresi insulin oleh sel beta pankreas
- Atau keduanya

2. Anamnesis - Keluhan khas DM: poliuria, polidipsia, polifagia, penurunan


berat badan yang tidak dapat di jelaskan penyebabnya.
- Keluhan tidak khas DM : lemah, kesemutan, gatal, mata kabur,
disfungsi ereksi pada pria, pruritus pada wanita.

3. Pemeriksaan Fisik - Tinggi badan, berat badan, tekanan darah, lingkar pinggang
- Tanda Neuropati
- Mata ( visus, lensa mata dan retina )
- Gigi mulut
- Keadaan kaki ( termasuk rabaan nadi kaki ) kulit dan kuku

4. Kriteria Diagnosis - Kadar glukosa darah sewaktu ( plasma vena ) > 200mg/dl
- Kadar glukosa darah puasa ( plasma vena ) > 126 mg/dl
- Kadar glukosa plasma > 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban
glukosa 75 gram pada TTGO

5. Diagnosis Banding Hiperglkemia reaktif, toleransi glukosa terganggu ( TGT ), glukosa


darah puasa terganggu ( GDPT )

6. Diagnosis Kerja

7. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium : Hb, leukosit, hitung jenis leukosit, laju endap darah
Glukosa darah puasa dan 2 jam sesudah puasa
Urinalisis rutin, proteinuria 24 jam, CCT ukur, kreatinin
SGPT, Albumin, Globulin
Kolesterol Total, kolesterol LDL, kolesterl HDL,
Trigliserida, A1C, Albuminuri mikro.
Pemeriksaan Penunjang lain : EKG, Foto toraks, Funduskopi

8. Tata Laksana Terapi


Medika mentosa
- Tidak boleh diberikan obat anti diare
- Antibiotik sesuai pemeriksaan penunjang
- Anti parasit
Cairan dan elektrolit
Jenis cairan : peroral - cairan oralit
Parenteral : RL, Larutan normal salin
Tanpa dehidrasi : cairan oralit dan ASI diberkan semuanya, sesuai usia
dan tiap kali buang air besar
Dehidrasi ringan – sedang : rehidrasi dengan oralit 75 cc/ kg BB dalam 3
jam pertama dilanjutkan pemberan kehilangan cairan
yang sedang berlangsung seasuai umur seperti diatas
tiap kali buang air besar.
Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral dengan cairan ringer laktat atau
ringer asetat 100 cc/ kg BB

Lama perawatan ± 1 minggu

9. Edukasi

10. Prognosis Dubia

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan - Standar Pelayanan Medis


- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI
PANDUAN PRAKTIK KLINIS ( PPK )
TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS

PENYAKIT GINJAL KRONIK (CKD )


1. Pengertian (Definisi ) 1. Kerusakan ginjal yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa
kelainan struktur atau fungsi ginjal, atau tanpa penurunan laju
filtrasi glomerulus ( LFG ), berdasarkan :
Kelainan patologik atau
Petanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi
darah atau urin, atau kelainan pada pencitraan
2. LFG < 60 ml/menit/1,73 m² yang terkjadi selama 3 bulan atau
lebih, dengan atau tanpa kerusakan ginjal.

2. Anamnesis - Badan lemas, mual , muntah, sesak nafas, pucat, BAK berkurang

3. Pemeriksaan Fisik - Anemis, kulit kering, edema tungkai atau palpebra, tanda
bendungan paru.

4. Kriteria Diagnosis -

5. Diagnosis Banding Gagal ginjal akut

6. Diagnosis Kerja

7. Pemeriksaan Penunjang DPL, ureum, kreatinin, UL,tes klirens kreatinin ( TTK ) ukur, elektrolit,
(Na,K,CL,Ca,P,Mg), profil lipid, asam urat serum, gula darah, AGD,SL,
TIBC,feritin serum, hormon PHT, albumin, globulin
8. Tata Laksana Terapi
Non Farmakologi
Lama perawatan

9. Edukasi

10. Prognosis Dubia

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis

15. Kepustakaan - Standar Pelayanan Medis


- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI

PANDUAN PAKTIK KLINIK ( PPK )


TATA LAKSANA KASUS RSI “ SUNAN KUDUS”

TETANUS
1. Pengertian (Definisi ) Tetanus adalah gangguan neurologi yang di tandai dengan meningkatnya
tonus otot dan spasme, yang sisebabkan oleh tetanospasmin, suatu toksin
protein yang kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.

2. Anamnesis

3. Pemeriksaan Fisik -

4. Kriteria Diagnosis - Spatisitas :


Kaparmond ( mulut mencucu ), kuduk kaku, opis – totonus
( perut papan ), spastisitas anggota gerak.
- Kejang/ spasme :
Dengan rangsangan/ spontan dengan kesadaran tetap baik
- Tanda infeksi : demam, omfalitis

5. Diagnosis Banding Hipokalsemia / tetani

6. Diagnosis Kerja

7. Pemeriksaan Penunjang Darah tepi rutin ( anemia )


Foto Rontgen, untuk konfirmasi penyakit bila di butuhkan

8. Tata Laksana Terapi


Non Farmakologi
Untuk dosis dewasa :
Spasme rigan : 5-10 mg oral tiap 4-6 jam apabila perlu
Spasme sedang : 5-10mg i.v apabila perlu
Spasme berat : 50- 100 mg dalam 500 ml D5, diinfuskan 40 mg per jam

Lama perawatan

9. Edukasi

10. Prognosis

11. Tingkat Evidens

12. Tingkat Rekomendasi

13. Penelaah Kritis SMF Dalam

14. Indikator Medis


15. Kepustakaan - Standar Pelayanan Medis
- Panduan Pelayanan Medik – PAPDI

Anda mungkin juga menyukai