Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPUTUSASAAN

KOORDINATOR
Ns. Vevi Suryenti Putri, M.Kep

PEMBIMBIMBING AKADEMIK
Daryanto, S.Kp, M.Kep

DISUSUN OLEH :
Ririn Turma Yunita
202091077
Kelompok : Zeta

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM
JAMBI 2021
A. Pengertian

Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat

keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat

memobilisasi energy yang dimilikinya (NANDA, 2005).

Keputusasaan adalah keadaan emosional ketika individu merasa bahwa

kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang

tidak memiliki harapan tidak melihat adanya kemungkinan untuk memperbaiki

kehidupannya dan tidak menemukan solusi untuk permasalahannya, dan ia percaya

bahwa baik dirinya atau siapapun tidak akan bisa membantunya .

Keputusasaan berkaitan dengan kehilangan harapan, ketidakmampuan ,

keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range,

1996 )

Menurut (Pharris, Resnick ,dan ABlum, 1997),mengemukakan bahwa

keputusasaan merupakan kondisi yang dapat menguras energi.

Keputusasaan merupakan status emosional yang berkepanjangan dan bersifat

subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan

pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan

serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan .

B. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala menurut, Keliat (2005) adalah:

a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya

tidak dapat melakukan”)

b. Sering mengeluh dan Nampak murung.

c. Nampak kurang bicara atau tidak mau berbicara sama sekali

d. Menunjukkan kesedihan, afek datar atau tumpul.

e. Menarik diri dari lingkungan.

f. Kontak mata kurang.

g. Mengangkat bahu tanda masa bodoh.

h. Nampak selalu murung atau blue mood.

i. Menunjukkan gejala fisik kecemasan (takikardia, takipneu)

j. Menurun atau tidak adanya selera makan

k. Peningkatan waktu tidur.

l. Penurunan keterlibatan dalam perawatan.

m. Bersikap pasif dalam menerima perawatan.

n. Penurunan keterlibatan atau perhatian pada orang lain yang bermakna.

Sedangkan menurut, Keliat, Dkk (2006) adalah:

a. Mayor ( harus ada)

Mengungkapkan atau mengekspresikan sikap apatis yang mendalam ,

berlebihan, dan berkepanjangan dalam merespon situasi yang dirasakan sebagai

hal yang mustahil isyarat verbal tentang kesedihan.

1) Fisiologis :
a) respon terhadap stimulus melambat
b) tidak ada energi
c) tidur bertambah
2) emosional :

a) individu yang putus asa sering sekali kesulitan mengungkapkan


perasaannya tapi dapat merasakan

b) tidak mampu memperoleh nasib baik, keberuntungan dan pertolongan


tuhan

c) tidak memiliki makna atau tujuan dalam hidup

d) hampa dan letih

e) perasaan kehilangan dan tidak memiliki apa-apa tidak berdaya,tidak


mampu dan terperangkap.
3) Individu memperlihatkan :

a) Sikap pasif dan kurangnya keterlibatan dalam perawatan

b) Penurunan verbalisasi

c) Penurunan afek

d) Kurangnya ambisi,inisiatif,serta minat.

e) Ketidakmampuan mencapai sesuatu

f) Hubungan interpersonal yang terganggu

g) Proses pikir yang lambat

h) Kurangnya tanggung jawab terhadap keputusan dan kehidupannya sendiri.

4) Kognitif :

a) Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah dan kemampuan


membuat keputusan
b) Mengurusi masalah yang telah lalu dan yang akan datang bukan masalah
yang dihadapi saat ini.
c) Penurunan fleksibilitas dalam proses pikir
d) Kaku ( memikirkan semuanya atau tidak sama sekali )
e) Tidak punya kemampuan berimagenasi atau berharap
f) Tidak dapat mengidentifikasi atau mencapai target dan tujuan yang
ditetapkan
g) Tidak dapat membuat perencanaan, mengatur serta membuat keputusan
h) Tidak dapat mengenali sumber harapan
i) Adanya pikiran untuk membunuh diri.

b. Minor ( mungkin ada )


1. Fisiologis
a) Anoreksia
b) BB menurun
2. Emosional
a) Individu marasa putus asa terhadap diri sendiri dan orang lain
b) Merasa berada diujung tanduk
c) Tegang
d) Muak ( merasa ia tidak bisa)
e) Kehilangan kepuasan terhadap peran dan hubungan yang ia jalani
f) Rapuh

3. Individu memperlihatkan
a) Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
b) Penurunan motivasi
c) Keluh kesah
d) Kemunduran
e) Sikap pasrah
f) Depresi

4. Kognitif
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima:

a) Hilangnya persepsi waktu tentang mas lalu , masa sekarang , masa


datang
b) Bingung
c) Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif
d) Distorsi proses pikir dan asosiasi
e) Penilaian yang tidak logis

C. Faktor penyebab

Beberapa faktor penyebab orang mengalami keputusasaan yaitu :

a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman

D. Pohon masalah

Ketidakberdayaan

Keputusasaan

Harga diri rendah


(Keliat, 2005)

E. Penatalaksaan medis

a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan.

b. Psikoterapi

Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi

psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas

sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-

macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan

dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan

semangat juangnya.

c. Terapi Psikososial

Dengan terapi ini dimaksudkan penderita agar mampu kembali beradaptasi

dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak

tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita

selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat

psikofarmaka.

d. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan ternyata masih bermanfaat bagi penderita gangguan jiwa.

Dari penelitian didapatkan kenyataan secara umum komitmen agama berhubungan

dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual

keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan,

ceramah keagamaan, kajian kitab suci dsb.

E. Rehabilitasi

Program rehabilitasi penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali

kekeluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi)


rehabilitasi misalnya di suatu rumah sakit jiwa. Dalam program rehabilitasi

dilakukan berbagai kegiatan antara lain; terapi kelompok, menjalankan ibadah

keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan,

berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program

rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi

paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program

rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan

ke masyarakat.

F. Rencana tindakan keperawatan

a. Tujuan Umum

b. Tujuan Khusus : Klien mampu

1) Membina hubungan saling percaya

2) Mengenal masalah keputusasaannya

3) Berpartisipasi dalam aktivitas

4) Menggunakan keluarga sebagai system pendukung

c. Tindakan Keperawatan

1) Bina hubungan saling percaya

a) Ucapkan salam

b) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai

c) Jelaskan tujuan pertemuan

d) Dengarkan klien dengan penuh perhatian

e) Bantu klien penuhi kebutuhan dasarnya.

2) Klien mengenal masalah keputusasaannya


a) Beri kesempatan bagi klien mengungkapkan perasaan

sedih/kesendirian/keputusasaannya.

b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan

cara pandang perawat terhadap kondisi klien.

c) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa : pembicaraan

abnormal/negative, menghindari interaksi dengan kurangnya partisipasi dalam

aktivitas.

d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah,

tanyakan manfaat dari cara yang digunakan.

e) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh

klien.

f) Beri alternative penyelesaian masalah atau solusi.

g) Bantu klien mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari tiap alternative.

h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko

terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode dan cara

bunuh diri.

3) Klien berpartisipasi dalam aktivitas

a) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda menelepon RS setiap hari

untuk menanyakan keadaanmu ?”

b) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa.

c) Dukung klien untuk mengungkapkan pengalaman yang mendukung pikiran dan

perasaan yang positif.

d) Berikan penghargaan yang sungguh-sungguh terhadap usaha klien dalam mencapai


tujuan, memulai perawatan diri, dan berpartisipasi dalam aktivitas.

4) Klien menggunakan keluarga sebagai system pendukung

a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :

(1) Ucapkan salam.

(2) Perkenalkan diri : sebutkan nama dan panggilan yang disukai.

(3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan dengan klien.

(4) Jelaskan tujuan pertemuan.

(5) Buat kontrak pertemuan.

b) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien

c) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien mengatasi

masalah dan bagaimana hasilnya.

d) Tanyakan harapan keluarga untuk membantu klien mengatasi masalahnya.

e) Diskusikan dengan keluarga tentang keputusasaan :

(1) Arti, penyebab, tanda-tanda, akibat lanjut bila tidak diatasi.

(2) Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek samping, akibat bila tidak

patuh minum obat.

(3) Cara keluarga merawat klien

(4) Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas, RS).
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Keputusasaan

SP 1: Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan, dan menulis ulang
kegiatan positif yang sudah didiskusikan

Orientasi

Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak?. Perkenalkan Saya perawat Ajeng, senang

dipanggil Ajeng. Nama Ibu/Bapak siapa? Wow bapak (nama pasien). Senangnya dipanggil

siapa?” Oooo bu/bapak (nama pasien). Nah, saya datang kesini untuk membantu Ibu/Bapak

menyelesaikanmasalah Ibu/Bapak “.

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibuhari ini? (pasien : sedih)

”Bagaimana Bu/Pak, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih yang Ibu /Bapak
rasakan saa tini ?”. Menurut Ibu/Bapak dimana baiknya kita berbincang-bincang? Bagaimana

kalau ditempat ini saja”. “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit.

Apakah Bapak/Ibubersedia ?”.

Kerja

“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedihyang Ibu/Bapak rasakan saat

ini”. “ (Pasien : saya sedih sekali.... sejak jari tangan kanan saya diamputasi, rasanya saya

tidak bisa berbuat apa-apa lagi.... apalagi menghidupi keluarga,untuk minum saja saya masih

butuh bantuan orang lain....).

Ya.... saya mengertiperasaan Ibu/Bapak. Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak rasakan?

“Kalau saya boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan

keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak ada

pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya masih memiliki

potensi/kemampuan untuk menyelesaikan masalah. “Pak/Bu, bagaimana kalau saya

memberitahukan tentang cara yang baik untuk menyelesaikan masalah?” “Ada beberapa hal

yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya, menceritakan masalah Bapak/Ibu kepada orang lain

yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa

berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa mengingat atau menuliskan kemampuan atau

aspek positif yang dulu pernah Ibu/Bapak lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal baik yang

dulu pernah bapak/ibu lakukan. Wah....dulu ternyata bapak/ibu bisa membuat es krim yang

lezat ya. Nah buat daftar sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti ini

berguna untuk membantu membangkitkan semangat dan harapan Ibu/Bapak kembali dalam

menjalani kehidupan”. Meskipun tidak dapat membuatnya sendiri tapi ibu/bapak masih bisa
mengajarkannya ke orang lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan membuktikan bahwa

ibu/bapak masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang

lain. Hebat..

Terminasi

Nah... Pak/Bu, bagaimana rasanya setelah kita berbincang-bincang tentang masalah

Ibu/Bapak tadi?”.

“ Coba Ibu/Bapak menyebutkan apa sebenarnya yang Bapak/Ibu alami saat ini ? ”.

“ CobaIbu/bapak ulangi, hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

?”.

“Bagus sekali Pak/Ibu”.

“Baiklah Ibu/Bapak,sesuai dengan janji kita telah berbincang-bincang selama 30 menit. Dan

tadi Bapak/Ibu Kelah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah, setelah ini Bapak/Ibu

bisa mencoba untuk mulai menerapkannya. Bagaimana, apa Bapak/Ibu bersedia

melakukannya?”.” Bagus sekali Pak/Bu”. Ibu/Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih

kegiatan membuat atau menuangkan air minum dari teko air, disini jam 9 pagi? Baiklah bu....

Saya permisi dulu. Assalamualaiku. Selamat Pagi.

DAFTAR PUSTAKA
Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.

Keliat, B.A. (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006). Modul
praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO

Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai