KEPUTUSASAAN
KOORDINATOR
Ns. Vevi Suryenti Putri, M.Kep
PEMBIMBIMBING AKADEMIK
Daryanto, S.Kp, M.Kep
DISUSUN OLEH :
Ririn Turma Yunita
202091077
Kelompok : Zeta
keterbatasan atau tidak ada alternatif atau pilhan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
kehidupannya terlalu berat untuk dijalani ( dengan kata lain mustahil ). Seseorang yang
keraguan .duka cita , apati , kesedihan , depresi , dan bunuh diri. ( Cotton dan Range,
1996 )
subyektif yang muncul saat individu tidak melihat adanya alternatif lain atau pilihan
pribadi untuk mengatasi masalah yang muncul atau untuk mencapai apa yang diiginkan
serta tidak dapat mengerahkan energinya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan .
a. Ungkapan klien tentang situasi kehidupan tanpa harapan dan terasa hampa (“saya
1) Fisiologis :
a) respon terhadap stimulus melambat
b) tidak ada energi
c) tidur bertambah
2) emosional :
b) Penurunan verbalisasi
c) Penurunan afek
4) Kognitif :
3. Individu memperlihatkan
a) Kontak mata yang kurang mengalihkan pandangan dari pembicara
b) Penurunan motivasi
c) Keluh kesah
d) Kemunduran
e) Sikap pasrah
f) Depresi
4. Kognitif
Penuruna kemampuan untuk menyatukan informasi yang diterima:
C. Faktor penyebab
a. Faktor kehilangan
b. Kegagalan yang terus menerus
c. Faktor Lingkungan
d. Orang terdekat ( keluarga )
e. Status kesehatan ( penyakit yang diderita dan dapat mengancam jiwa)
f. Adanya tekanan hidup
g. Kurangnya iman
D. Pohon masalah
Ketidakberdayaan
Keputusasaan
E. Penatalaksaan medis
a. Psikofarmaka
Terapi dengan obat-obatan sehingga dapat meminimalkan gangguan keputusasaan.
b. Psikoterapi
Terapi kejiwaan yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikoterapi ini bermacam-
dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa dan
semangat juangnya.
c. Terapi Psikososial
dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak
tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita
selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengkonsumsi obat
psikofarmaka.
d. Terapi Psikoreligius
dengan manfaatnya di bidang klinik. Terapi keagamaan ini berupa kegiatan ritual
E. Rehabilitasi
keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olah raga, keterampilan,
berbagai macam kursus, bercocok tanam, rekreasi, dsbnya. Pada umumnya program
rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi
paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program
rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan
ke masyarakat.
a. Tujuan Umum
c. Tindakan Keperawatan
a) Ucapkan salam
sedih/kesendirian/keputusasaannya.
b) Tetapkan adanya perbedaan antara cara pandang klien terhadap kondisinya dengan
c) Bantu klien mengidentifikasi tingkah laku yang mendukung putus asa : pembicaraan
aktivitas.
d) Diskusikan dengan klien cara yang biasa dilakukan untuk mengatasi masalah,
e) Dukung klien untuk menggunakan koping efektif yang selama ini digunakan oleh
klien.
h) Identifikasi kemungkinan klien untuk bunuh diri (putus asa adalah factor risiko
terbesar dalam ide untuk bunuh diri) : tanyakan tentang rencana, metode dan cara
bunuh diri.
a) Identifikasi aspek positif dari dunia klien (“keluarga anda menelepon RS setiap hari
b) Dorong klien untuk berpikir yang menyenangkan dan melawan rasa putus asa.
(3) Tanyakan nama keluarga, panggilan yang disukai, hubungan dengan klien.
b) Identifikasi masalah yang dialami keluarga terkait kondisi putus asa klien
c) Diskusikan upaya yang telah dilakukan keluarga untuk membantu klien mengatasi
(2) Psikofarmaka yang diperoleh klien : manfaat, dosis, efek samping, akibat bila tidak
(4) Akses bantuan bila keluarga tidak dapat mengatasi kondisi klien (Puskesmas, RS).
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
Keputusasaan
SP 1: Mendiskusikan kegiatan positif yang dulu pernah dilakukan, dan menulis ulang
kegiatan positif yang sudah didiskusikan
Orientasi
Assalamualaikum wr.wb. Selamat pagi Bu/Pak?. Perkenalkan Saya perawat Ajeng, senang
dipanggil Ajeng. Nama Ibu/Bapak siapa? Wow bapak (nama pasien). Senangnya dipanggil
siapa?” Oooo bu/bapak (nama pasien). Nah, saya datang kesini untuk membantu Ibu/Bapak
menyelesaikanmasalah Ibu/Bapak “.
”Bagaimana Bu/Pak, kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan sedih yang Ibu /Bapak
rasakan saa tini ?”. Menurut Ibu/Bapak dimana baiknya kita berbincang-bincang? Bagaimana
kalau ditempat ini saja”. “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit.
Kerja
“Coba Ibu/Bapak ceritakan kepada saya tentang perasaan sedihyang Ibu/Bapak rasakan saat
ini”. “ (Pasien : saya sedih sekali.... sejak jari tangan kanan saya diamputasi, rasanya saya
tidak bisa berbuat apa-apa lagi.... apalagi menghidupi keluarga,untuk minum saja saya masih
Ya.... saya mengertiperasaan Ibu/Bapak. Sudah berapa lama perasaan itu Ibu/Bapak rasakan?
“Kalau saya boleh simpulkan, Bapak/Ibu saat ini mengalami hal yang disebut dengan
keputusasaan. Keputusasaan adalah suatu keadaan dimana seseorang itu merasa tidak ada
pilihan lain lagi untuk menyelesaikan masalahnya walaupun sebenarnya masih memiliki
memberitahukan tentang cara yang baik untuk menyelesaikan masalah?” “Ada beberapa hal
yang Bapak/Ibu bisa lakukan, misalnya, menceritakan masalah Bapak/Ibu kepada orang lain
yang Bapak/Ibu percaya. Dengan demikian beban yang Bapak/Ibu rasakan setidaknya bisa
berkurang. Selain itu, Bapak/Ibu juga bisa mengingat atau menuliskan kemampuan atau
aspek positif yang dulu pernah Ibu/Bapak lakukan. Coba ingat kembali apa saja hal baik yang
dulu pernah bapak/ibu lakukan. Wah....dulu ternyata bapak/ibu bisa membuat es krim yang
lezat ya. Nah buat daftar sebanyak-banyaknya kemampuan lainnya. Kegiatan seperti ini
berguna untuk membantu membangkitkan semangat dan harapan Ibu/Bapak kembali dalam
menjalani kehidupan”. Meskipun tidak dapat membuatnya sendiri tapi ibu/bapak masih bisa
mengajarkannya ke orang lain. Tulis dan buat daftar tersebut, ini akan membuktikan bahwa
ibu/bapak masih punya banyak kemampuan yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang
lain. Hebat..
Terminasi
Ibu/Bapak tadi?”.
“ Coba Ibu/Bapak menyebutkan apa sebenarnya yang Bapak/Ibu alami saat ini ? ”.
“ CobaIbu/bapak ulangi, hal baik apa saja yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah
?”.
“Baiklah Ibu/Bapak,sesuai dengan janji kita telah berbincang-bincang selama 30 menit. Dan
tadi Bapak/Ibu Kelah mengetahui cara untuk menyelesaikan masalah, setelah ini Bapak/Ibu
melakukannya?”.” Bagus sekali Pak/Bu”. Ibu/Bapak, bagaimana kalau besok kita berlatih
kegiatan membuat atau menuangkan air minum dari teko air, disini jam 9 pagi? Baiklah bu....
DAFTAR PUSTAKA
Azis, R. (2003). Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino Gondoutomo.
Keliat, B.A., Akemat, Helena, N., Susanti, H., Panjaitan, R.V., Wardani, I, Y., dkk. (2006). Modul
praktek keperawatan profesional jiwa (MPKP Jiwa). Jakarta: FIK UI dan WHO
Stuart, G.W. (2007). Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 6. Jakarta: EGC.