Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu hidup dalam kelompok-kelompok tertentu. Hal itu
karena adanya kenyataan bahwa upaya manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya
akan lebih produktif diperoleh dalam kehidupan berkelompok. Kelompok terbentuk karena
hasrat dalam diri manusia itu sendiri. Hasrat tersebut antara lain sebagai berikut.
1. Hasrat sosial, yaitu hasrat manusia untuk menghubungkan dirinya dengan individu atau
kelompok lain.
2. Hasrat bergaul, yaitu hasrat untuk bergaul atau bergabung dengan orang-orang maupun
kelompok lain.
3. Hasrat memberitahukan, yaitu hasrat manusia untuk menyampaikan perasaannya kepada
orang lain.
4. Hasrat meniru, yaitu hasrat manusia untuk meniru suatu gejala, baik secara diam-diam
maupun terang-terangan, baik untuk sebagian ataupun keseluruhan.
5. Hasrat berjuang, yaitu hasrat manusia untuk mengalahkan lawan atau berjuang untuk
mempertahankan hidupnya.
Kebutuhan untuk selalu bergaul dengan orang lain merupakan naluri alami manusia. Naluri ini
disebut gregariouss. Naluri ini mengarahkan manusia untuk memenuhi dua hasrat penting
sebagai manusia. Kedua hasrat itu adalah:
Beberapa ahli Sosiologi memberikan definisi tentang kelompok sosial sebagai berikut.
Kelompok dapat didefinisikan sebagai dua orang atau lebih yang memiliki kesamaan identitas
dan berinteraksi satu sama lain secara terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.
Sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola yang telah mapan, disebut
kelompok sosial.
Tipe-tipe kelompok sosial dapat dibedakan atas beberapa kriteria sebagai berikut.
Selanjutnya, George Hiller Jr. (Profesor Sosiologi pada Universitas Virginia) merumuskan
pengertian komunitas sebagai “people living within a specific area, sharing common ties, and
interacting with one another” (orang-orang yang hidup dalam suatu wilayah tertentu dengan
ikatan bersama dan satu dengan yang lain saling berinteraksi).
(orang-orang yang bertempat tinggal di suatu daerah yang terbatas secara geografis, yang
terlibat dalam interaksi sosial dan memiliki satu atau lebih ikatan psikologis satu dengan yang
lain dan dengan wilayah tempat tinggalnya).
komunitas digunakan juga untuk menunjuk kepada suatu unit atau kesatuan sosial yang
terorganisasikan dalam kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama (communities of
common interest), tidak saja yang mempunyai teritorial, tetapi juga yang bersifat fungsional.
1) Suku
Menurut Koentjaraningrat (ahli Antropologi Universitas Indonesia), konsep yang tercakup dalam
istilah suku bangsa ialah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesatuan atau persamaan
bahasa. Dalam suatu negara biasanya terdapat berbagai kelompok etnik yang berbeda.
Bila hendak mendefinisikan suku bangsa sebagai sebuah katagori atau golongan sosial askriptif
(bawaan lahir), suku bangsa adalah sebuah pengorganisasian sosial mengenai jati diri yang
bersifat askriftif. Bersifat askriftif artinya anggota suku bangsa mengaku sebagai anggota suatu
suku bangsa karena dilahirkan oleh orang tua dari suku bangsa tertentu atau dilahirkan di dan
berasal dari suatu daerah tertentu.
2) Desa
Desa adalah sebuah komunitas yang kehidupannya masih didominasi oleh banyak adat istiadat
lama. Sebagian besar aspek kehidupan komunitas ini didasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-
kebiasaan lama yang diwarisi dari nenek moyang. Kehidupan mereka relatif belum dipengaruhi
oleh perubahan dari luar lingkungan sosialnya.
1. Kegiatan ekonomi dan sosial yang memerlukan kerja sama dilakukan secara tradisional
dengan gotong-royong.
3) Kota
Kota adalah suatu komunitas yang identik dengan laju modernisasi dan perubahan yang sangat
pesat dalam segala aspeknya. Sebagai komunitas, kota memiliki karakteristik sebagai berikut.
e) Hubungan antara anggota yang satu dengan lainnya lebih didasarkan oleh kepentingan.
2) Kerumunan
Secara umum, kerumunan dapat dimaknai sebagai kelompok yang bersifat sementara karena
terkait oleh kepentingan sesaat dan tidak terorganisasi.
3) Publik
Berbeda dengan kerumunan, publik lebih merupakan kelompok yang bukan merupakan
kesatuan. Interaksi terjadi secara tidak langsung melalui alat-alat komunitas, misalnya surat
kabar, radio, televisi, dan film. Alat-alat penghubung semacam ini lebih memungkinkan satu
publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas dan lebih besar.