Kelompok 1
Nama : Muhammad Fatur Alfaredo (C1B019072)
: Lia Evi Febriana (C1B020020)
: Nurhasanah (C1B020061)
: Wawan Setia Nugroho (C1B020112)
: Reka Nadila (C1B002183)
Kelas : R003-Manjemen
Mata Kuliah : Manajemen Operasional
Dosen Pengampu : Garry Yuesa Rosyid, S.E., M.M.
a. Fungsi independensi
Persediaan bahan baku diadakan agar departemen-
departemen dan proses individual terjaga kebebasannya.
Persediaan barang jadi diperlukan untuk memenuhi
permintaan pelanggan yang tidak pasti. Permintaan pasar
tidak dapat diduga dengan tepat, demikian pula dengan
pasokan dari pemasok. Seringkali keduanya meleset dari
perkiraan. Agar proses produksi dapat berjalan tanpa
tergantung pada kedua hal ini (independen), maka
persediaan harus mencukupi.
b. Fungsi ekonomi
Seringkali dalam kondisi tertentu, memproduksi dengan
jumlah produksi tertentu (lot) akan lebih ekonomis
daripada memproduksi secara berulang atau sesuai
permintaan. Pada kasus tersebut (dan biaya set-up besar
sekali), maka biaya set-up ini mesti dibebankan pada setiap
unit yang diproduksi, sehingga jumlah produksi yang
berbeda membuat biaya produksi per unit juga kan berbeda,
maka perlu ditentukan oleh struktur biaya set-up dan biaya
penyimpanan, bukan oleh jumlah permintaan, sehingga
timbullah persediaan.
c. Fungsi antisipasi
Fungsi ini diperlukan untuk mengantisipasi perubahan
permintaan atau pasokan. Seringkali perusahaan
mengalami kenaikan permintaan setelah
dilakukan promosi. Untuk memenuhi hal ini, maka diperlukan persediaan
produk agar tidak terjadi stock-out.
d. Fungsi fleksibilitas
Bila dalam proses produksi terdiri atas beberapa tahapan proses operasi
dan kemudian terjadi kerusakan pada satu tahapan proses operasi, maka
akan diperlukan waktu untuk melakukan perbaikan. Berarti produk tidak
akan dihasilkan untuk sementara waktu. Sediaan barang setengah jadi
(work in process) pada situasi ini akan merupakan factor penolong unuk
kelancaran proses operasi (Baroto, 2002).
2. Tipe Persediaan
Persediaan terdiri dari persediaan alat-alat kantor (supplies), persediaan bahan
baku (raw material), persediaan barang dalam proses (in-process goods) dan persediaan
barang jadi (finished goods). Persediaan alat-alat kantor adalah persediaan yang
diperlukan dalam menjalankan fungsi organisasi dan tidak menjadi bagian dari produk
akhir. Tipe persediaan alat-alat kantor diantaranya pensil, kertas, tinta, disket, alat-alat
pemotong, dan semua item fasilitas peralatan kantor. Persediaan bahan baku adalah item
yang dibeli dari para supplier untuk digunakan sebagai input dalam proses produksi.
Bahan baku ini akan ditransformasi atau dikonversi menjadi barang akhir. Tipe dari
bahan baku diantaranya kayu, papan, cat, pernis (pelitur) dalam industri mebel.
Persediaan barang dalam proses adalah bagian dari produk akhir tetapi masih dalam
proses pengerjaan, karena masih menunggu item yang lain untuk diproses. Persediaan
barang jadi adalah persediaan produk akhir yang siap untuk dijual, didistribusikan atau
disimpan (Yamit, 1995).
3. Manajemen Persediaan
Pada dasarnya analisis persediaan berkenaan dengan perancangan teknik
memperoleh tingkat persediaan optimal degan menjaga keseimbangan antara biaya
karena persediaan yang terlalu banyak dengan biaya karena persediaan yang terlalu
sedikit.
Oleh karena itu, manajemen persediaan pada hakikatnya mencakup dua fungsi
yang berhubungan sangat erat sekali yaitu perencanaan persediaan dan pengawasan
persediaan. Aspek perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang
akan disediakan atau diproduksi dan dimana sumber terbaik dari pengadaan barang-
barang. Sedangkan aspek pengawasan harus mampu menjawab pertanyaan, berapa kali
pesanan atau produksi dilaksanakan, berapa banyak pesanan atau produksi tersebut (P.
Siagian, 1987).
Manajemen persediaan dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu manajemen
persediaan barang yang permintaannya bersifat independent (independent demand) dan
manajemen barang yang demand-nya bersifat dependent (dependent demand). Demand
yang independent yaitu yang sifat permintaan bahan baku tidak tergantung pada
produksi barang lain, tetapi semata- mata hanya ditentukan oleh jumlah barang jadi yang
akan dibuat saja (Subagyo, 2000).
1. Jika harga pembelian tetap, maka ongkos per satuan juga tetap
tanpa memandang jumlah yang dibeli.
2. Jika diskon tersedia, maka harga per satuan merupakan variabel
yang bergantung pada jumlah pembelian.
Keterangan:
Model Persediaan
Sehingga
Q d
𝑄
) … (2.3)
𝑚𝑎𝑥 = (1 − p
2
Bila biaya simpan per unit setiap periode adalah h maka biaya simpan
(BS) adalah:
Q d
) … (2.4)
𝐵𝑆 = h (1 p
−2
𝐷 𝑄 𝑑
𝐵𝑇𝑃 =
𝑆 + ℎ (1 − )
𝑄 2 𝑝
𝑑(𝐵𝑇𝑃) 𝐷𝑆 ℎ 𝑑
=−
𝑑(𝑄 + (1 − )
) 𝑄2 2 𝑝
𝑄= 2𝑆𝑑 … (2.7)
√
𝑑
ℎ (1 − 𝑝 )
Dan waktu optimal yang dibutuhkan untuk satu putaran produksi adalah:
𝑡0 … (2.8)
𝑄0
=√ 𝑑
Substitusikan (2.7) ke dalam persamaan (2.8) dan diperoleh waktu optimal yang
dibutuhkan untuk satu putaran produksi adalah:
𝑡0 = 2𝑆 … (2.9)
√
𝑑
ℎ. 𝑑 (1 − 𝑝 )
Bila Q optimal pada persamaan (2.7) di atas disubstitusikan ke persamaan (2.6),
maka diperoleh model matematik untuk Biaya Total Persediaan Minimum:
𝑑 𝑄 𝑑
𝐵𝑇𝑃 = 𝑆 + ℎ (1 − )
𝑄 2 𝑝
2𝑆𝑑
√ 𝑑
𝑑 ℎ (1 − 𝑝) 𝑑
𝐵𝑇𝑃 𝑆+ ℎ (1 − )
2𝑆𝑑 2 𝑝
=
√ 𝑑
ℎ (1 −
ℎ 𝑑
𝑝)
𝐵𝑇
𝑃
2𝑆𝑑
√ 𝑑
ℎ (1 − = 𝑆. 𝑑 + 2 (1 − 𝑝)
𝑝)
𝐵𝑇 = 2. 𝑆. 𝑑
2𝑆𝑑
𝑃
√ �
�
ℎ (1 −
𝑝)
2𝑆. 𝑑 𝑑
𝐵𝑇𝑃 = √
= 2. 𝑑. 𝑆. ℎ (1 − )
2𝑆𝑑 𝑝
√ 𝑑
ℎ (1 − 𝑝)
𝑑
√
𝐵𝑇𝑃 = 2. 𝑑. 𝑆. ℎ (1 − ) … (2.10)
𝑝
𝑧𝑖
𝑋𝑖 −𝑋̅
=𝑠
dengan 𝑋̅ = rata-rata sampel
s = simpangan baku sampel
𝑖 = 1, 2, 3, ..., 𝑛
Menghitung rata-rata sampel digunakan rumus :
𝑥̅ = 𝑛
∑𝑖=1 𝑋𝑖
;
𝑛
Menghitung simpangan baku digunakan rumus :
𝑠= 𝑛
(𝑋 −𝑋 ) ̅ 2
√∑𝑖=1 𝑖
𝑛−1
b. Tiap angka baku dan menggunakan daftar distribusi normal baku,
hitung peluang : F(𝑧𝑖) = P(𝑧 ≤ 𝑧𝑖).
c. Menghitung proporsi 𝑧𝑖, 𝑧2, … , 𝑧𝑛 ≤ 𝑧𝑖 .
Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(𝑧𝑖) maka:
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧𝑖, 𝑧2,…, 𝑧𝑛 ≤ 𝑧𝑖
𝑆(𝑧 𝑖) = 𝑛
d. Hitung selisih F(𝑧𝑖) – S(𝑧𝑖) tentukan harga mutlaknya.
e. Cari nilai yang terbesar di antara nilai-nilai mutlak selisih
|𝐹(𝑧𝑖) − 𝑆(𝑧𝑖)| dan jadikan sebagai 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 atau 𝐿0 .
f. Kriteria pengambilan keputusan adalah membandingkan 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔
dengan nilai 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 atau 𝐿𝛼(𝑛). Jika:
𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ; maka 𝐻0 diterima dan data berdistribusi
normal
𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 ; maka 𝐻0 ditolak dan data tidak
berdistribusi normal
dengan 𝐿𝛼(𝑛) adalah nilai kritis uji kenormalan lilliefors dengan taraf
nyata 𝛼 dan banyaknya sampel 𝑛.
5. Sistem Manajemen Perusahaan
1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Menjamin produksi yang dihasilkan bermutu baik secara konsisten dan
memuaskan pelangggan, dan ini telah direaudit oleh pihak eksternal pada
bulan Juli 2008.
2. Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001:2004
Upaya memenuhi misi mengembangkan usaha perkebunan dan industri
hilir yang berwawasan lingkungan dan telah diaudit oleh pihak eksternal
pada bulan Juli 2008 (PT. TUV International Indonesia).
3. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)
Memberikan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap
seluruh karyawan dan pihak ketiga, ini merupakan tanggung jawab sosial
dan telah tiga kali menjalani audit oleh pihak eksternal pada bulan
September 1999, Agustus 2002, Agustus 2006, dan Oktober 2009 (PT.
Sucofindo) atas rekomendasi PT. Sucofindo bahwa Pabrik Kelapa Sawit
Aek Nabara Selatan memperoleh “Sertifikat dan Bendera Emas”. Selain
itu Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan mendapat Piagam
Penghargaan Zero Accident Award untuk:
a. 3720 jam kerja karyawan periode 01 Januari 1996 s/d Desember 1998
b. 1572 jam kerja karyawan periode 01 Januari 2004 s/d Desember 1996
6. Pengumpulan Data
Data yang diperoleh adalah pengamatan langsung dari PT. Perkebunan Nusantara
VI, wawancara, dan arsip- arsip perusahaan yang sesuai dengan data yang dibutuhkan
dalam pemecahan masalah. Data-data yang dikumpulkan yaitu:
1. Data jumlah produksi CPO periode Januari 2014 sampai dengan Desember
2015.
2. Data jumlah penyaluran CPO periode Januari 2014 sampai dengan
Desember 2015.
3. Data biaya pengadaan produksi (Set-up Costs) CPO tahun 2014 dan 2015.
Biaya-biaya yang meliputi biaya pengadaan adalah:
a. Biaya gaji karyawan
b. Biaya alat-alat pengolahan
c. Biaya bahan kimia dan pelengkap, bahan bakar dan pelumas
d. Biaya transportasi
e. dll
4. Data biaya penyimpanan (Carrying Costs) CPO tahun 2014 dan 2015.
Biaya penyimpanan ini dihitung sebesar 20% dari harga CPO per
kilogram.
2014 28.695.815.947
2015 26.124.591.490
Jumlah 54.820.407.437
2014 8.408,61
2015 10.162
Jumlah 18.570,61
Sumber : infosawit.com
59.880.750
= 12
= 4.990.602,5
∑12 (𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
8.178.133.767.425
=√ 11
= 862.245,1543
𝑧𝑖 𝑋𝑖 − 𝑋̅
= 𝑠 = −1,62
𝑧1 3.589.690 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = −0,17
𝑧2 4.839.780 − 4.990.602,5
= 862.245,1543
𝑧3 4.865.580 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = −0,14
= −0,38
𝑧4 4.659.930 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = 0,81
𝑧5 5.687.560 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = 0,47
𝑧6 5.393.020 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = −1,79
𝑧7 3.447.760 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = 0,22
𝑧8 5.176.510 − 4.990.602,5
= 862.245,1543
𝑧9 = −0,23
4.791.380 − 4.990.602,5
= 862.245,1543
𝑧10
𝑧11 6.369.520 − 4.990.602,5
= 862.245,1543 = 1,6
e. Menghitung proporsi 𝑧1, 𝑧2, … , 𝑧𝑛 yang lebih kecil atau sama dengan 𝑧𝑛 yaitu:
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧1, 𝑧2, … , ≤ 𝑧𝑛
𝑆(𝑧 𝑖) = 𝑛
2
𝑆(𝑧 ) = = 0,1667
1 12
= 0,4167
5
)=
𝑆(𝑧2 12
= 0,5
6
𝑆(𝑧3 ) =
12
𝑆 (𝑧4 3 = 0,25
)=
12
𝑆 (𝑧5 10
)= = 0,8333
12
𝑆(𝑧6 9 = 0,75
)=
12
𝑆(𝑧7 1 = 0,0833
)=
12
𝑆(𝑧8
8 = 0,6667
)=
12
4 = 0,3333
𝑆(𝑧 ) =
9 12
12
)= =1
𝑆(𝑧10 12
𝑆(𝑧11 7 = 0,0833
)=
12
𝑆(𝑧12 11
)= = 0,9167
12
𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐿𝛼(𝑛), diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf
nyata 𝛼 = 0,05 dan n = 12.
Maka, 𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, berarti data penyaluran CPO pada PT. Perkebunan
Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan pada periode Januari-
Desember tahun 2014 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. Dengan
demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan dengan
model Inventory Control.
Langkah-langkah pengujian data penyaluran CPO pada tahun 2015
sebagai berikut:
a. Rata-rata penyaluran CPO :
∑12 𝑋𝑖
𝑖=1
𝑋̅ = 𝑛
60.314.080
𝑋̅ = 12
𝑋̅ = 5.026.173,333
b. Standard deviasi penyaluran CPO :
∑12 (𝑋𝑖 − 𝑋̅ )2
𝑠 = √ 𝑖=1
𝑛−1
3.966.834.761.466,67
𝑠=√
11
𝑠 = 600.517,5617
𝑧𝑖 𝑋𝑖 − 𝑋̅
= 𝑠
𝑧1 4.597.090 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = −0,71
𝑧2 4.202.650 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = −1,37
𝑧3 5.130.180 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = 0,17
𝑧4
4.713.780 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = −0,52
𝑧5
4.579.030 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = −0,74
𝑧6
4.705.570 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = −0,53
𝑧7
4.624.030 − 5.026.173,333
𝑧8 = 600.517,5617 = −0,67
4.883.940 − 5.026.173,333
𝑧9 = 600.517,5617 = −0,24
𝑧 5.465.040 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = 0,73
5.918.450 − 5.026.173,333
= = 1,49
10 600.517,5617
5.255.710 − 5.026.173,333
𝑧1 = 600.517,5617 = 0,38
1 6.238.610 − 5.026.173,333
= 600.517,5617 = 2,02
𝑧1
2
d. Tentukan nilai 𝐹(𝑧𝑖) dimana 𝑖 = 1, 2, … , 12 dengan menggunakan daftar
luas dibawah kurva normal 𝐹 (𝑧𝑖) = 𝑃(𝑧 ≤ 𝑧𝑖)
𝐹(𝑧1) = 𝑃(𝑧 ≤ −0,71) = 0,2389
𝐹(𝑧2) = 𝑃(𝑧 ≤ −1,37) = 0,0853
𝐹(𝑧3) = 𝑃(𝑧 ≤ 0,17) = 0,5675
𝐹(𝑧4) = 𝑃(𝑧 ≤ −0,52) = 0,3015
𝐹(𝑧5) = 𝑃(𝑧 ≤ −0,74) = 0,2296
𝐹(𝑧6) = 𝑃(𝑧 ≤ −0,53) = 0,2981
𝐹(𝑧7) = 𝑃(𝑧 ≤ −0,67 ) = 0,2514
𝐹(𝑧8) = 𝑃(𝑧 ≤ −0,24 ) = 0,84052
𝐹(𝑧9) = 𝑃(𝑧 ≤ 0,73 ) = 0,7673
𝐹(𝑧10) = 𝑃(𝑧 ≤ 1,49 ) = 0,9319
𝐹(𝑧11) = 𝑃(𝑧 ≤ 0,38 ) = 0,6480
𝐹(𝑧12) = 𝑃(𝑧 ≤ 2,02 ) = 0,9783
e. Menghitung proporsi 𝑧1, 𝑧2, … , 𝑧𝑛 yang lebih kecil atau sama dengan 𝑧𝑛 yaitu:
𝑏𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑧1, 𝑧2, … , ≤ 𝑧𝑛
𝑆(𝑧 𝑖) = 𝑛
3
𝑆 (𝑧 ) = = 0,25000
1
1
)= = 0,0833
12
𝑆(𝑧2
8 = 0,6667
)=
𝑆(𝑧3 12
6 = 0,5000
)=
𝑆(𝑧4 12
2 = 0.1667
)=
𝑆(𝑧5
12
5 = 0,4167
𝑆(𝑧6 ) =
12 12
𝑆(𝑧7 4 = 0,3333
)=
12
𝑆(𝑧8 7 = 0,5833
)=
12
10
𝑆 (𝑧 ) = = 0,8333
9
12
11
𝑆(𝑧10 ) = = 0,9167
12
𝑆(𝑧11 9 = 0,7500
)=
12
𝑆(𝑧12 12
)= = 1,0000
12
𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝐿𝛼(𝑛), diperoleh dari tabel Uji Kenormalan Lilliefors dengan taraf
nyata 𝛼 = 0,05 dan n = 12.
Maka,𝐿ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝐿𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, berarti data penyaluran CPO pada PT. Perkebunan
Nusantara III Pabrik Kelapa Sawit Aek Nabara Selatan pada periode Januari-
Desember tahun 2015 mengikuti pola penyebaran distribusi normal. Dengan
demikian, perhitungan dengan pengendalian persediaan dapat dilakukan.
8. Perhitungan Berdasarkan Kondisi Perusahaan
Dari hasil pengujian kenormalan data dengan uji Lilliefors, diperoleh data
penyaluran produksi CPO berdistribusi normal. Maka model persediaan yang digunakan
adalah model persediaan dengan stok. Berdasarkan hasil penelitian data perusahaan
dapat diketahui bahwa:
Laju produksi CPO per bulan adalah:
120.261.320
p= 24
p = 5.010.888,333 kg
Maka rata-rata jumlah produksi CPO per bulan adalah 5.010.888,333 kg.
8.408,61 + 10.162
ℎ = 20% ( 2 )
18.570,61
ℎ = 20% ( 2 )
ℎ = 20% (9.285,305)
ℎ = 1.857,061
𝐷 𝑄 𝑑
𝐵𝑇𝑃 = 𝑆 + ℎ (1 − )
𝑄 2 𝑝
5.008.117,917
𝐵𝑇𝑃 = 2.284.183.643
5.010.888,333
5.010.888,333 5.008.117,917
+ 2 1.857,061 (1 −5.010.888,333 )
𝐵𝑇𝑃 = 228549318,075
𝐵𝑇𝑃 × 𝑡 = 5.480.612.647,43
Dan biaya pengadaan persediaan produksi CPO dalam satu periode adalah:
𝐵𝑇𝑃 × 𝑡 5.480.612.647,43
2 = 2
= 2.740.306.323,71
Q= 2. 𝑆. 𝑑
√ ℎ )(1 − 𝑑
𝑝
2(2.284.183.643,2)(5.008.117,917 )
𝑄=
√ 5.008.117,917
1.857,061 (1 − )
5.010.888,333
𝑄 = √22.283.280.501.997.000
𝑄 = 149.275.853,7
𝑡0 = √ 2. 𝑆
ℎ. 𝑑 (1 −
𝑑 𝑝
)
)
𝑡0 5.010.888,333
2(2.284.183.643,2)
=
√
1857,
061(5.0
08.117,
917) (1
5 .
−
008.11
7,917
𝑡0 = √888,4439524
𝑡0 = 29,8
Maka interval waktu optimal pada setiap putaran produksi adalah 29,8 bulan
𝑑
√
𝐵𝑇𝑃 = 2. 𝑑. 𝑆. ℎ (1 − )
𝑝
5.008.117,917
𝐵𝑇𝑃 = √2(5.008.117,917)(2.284.183.643,2)(1857,061) (1 −
5.010.888,333)
𝐵𝑇𝑃 = √23.490.485.366.821.000
𝐵𝑇𝑃 = 153.266.060,7