103-Article Text-514-1-10-20190329
103-Article Text-514-1-10-20190329
1, Maret 2019
Email*): muradfatepa@unram.ac.id
ABSTRACT
The aim of this research is to study the drying characteristics of Modified Cassava Flour
(MOCAF) using Greenhouse Type Solar Dryer. The methodology used in this study was
experimental method to measure several parameters, reduction in material weight, moisture
content, temperatures of dryer, ambient temperature, air humidity, and drying rate. The tools
used were Greenhouse Type Solar Dryer, CC (Cooper Constanta) type CA Thermocouples,
digital scales, analytical scales, anemometer, data record, lux meter, stop watch, stem
thermometer, and stationery. Data was retrieved every 30 minutes. The results showed the
temperature profile in drying room at every rack and in the air tunnel through exhaust fan. The
increasing solar radiation generally occured at noon around 12.00 until 13.00, though
decreasing solar radiation happened when the data retrieved in cloudy sky. The approximate
drying room temperature was 39°C, relative humidity was 63%, decreasing material weight
per hour was 0.95 gram/h, the rate of decreased water content was 55.25% db/h from the initial
moisture content of 67% db until moisture content reached 10% and Equalibrium Moisture
Content (Me) value achieved 14.22%. From the research results, it can be concluded that the
water content decreasing rate has a characteristic of declining over time.
Keywords: drying, Modified Cassava Flour (MOCAF), grenhouse dryer, moisture content,
drying rate.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakterisitik Pengeringan Sawut Mocaf
menggunakan alat pengering tenaga surya tipe greenhouse. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimental dengan mengukur beberapa parameter, yaitu
penurunan berat bahan, kadar air, suhu pengering, suhu lingkungan, kelembaban udara dan laju
pengeringan. Alat yang digunakan adalah pengering tenaga surya tipe greenhouse, termokopel
CA tipe CC (Cooper Constanta), timbangan digital, timbangan analitis, anemometer, rekam
data, luxmeter, stopwatch, termometer batang dan alat tulis. Pengambilan data dilakukan setiap
30 menit. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik suhu di dalam ruang pengering ERK yang
105
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
diukur pada setiap rak dan pada bagian saluran udara keluar melalui exhaust fan. Peningkatan
radiasi surya pada umumnya terjadi pada tengah hari yaitu sekitar pukul 12.00 wita sampai
pukul 13.00 wita, sedangkan pada saat pemantauan ERK kondisi cuaca cukup berawan
sehingga terjadi penurunan radiasi surya. Didapatkan rata-rata temperatur ruang pengering
selama pengeringan adalah 39oC, kelembaban udara relatif rata-rata 63%, penurunan berat
bahan tiap jam rata-rata 0,95 gram/jam, laju penurunan kadar air rata-rata 55,25% db/jam dari
kadar air awal sebesar 67% db sampai kada air mencapai 10%db dan rata-rata Me diperoleh
sebesar 14,22%. Dari hasil penelitian pengeringan sawut mocaf yang diperoleh, maka
disimpulkan bahwa laju perubahan kadar air MOCAF memiliki karakteristik laju menurun
terhadap waktu.
Kata kunci: pengeringan, sawut MOCAF , greenhouse, kadar air, laju pengeringan
106
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
107
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
Data hasil penelitian ini ditampilkan terlihat bahwa pola sebaran suhu antara rak
dalam bentuk tabel dan grafik. Data satu dengan lainnya bervariasi. Variasi suhu
observasi yang diperoleh dari percobaan di antar rak disebabkan oleh intensitas radiasi
lapangan dibandingkan dengan data prediksi surya yang diterima berbeda, serta terkait
yang diperoleh dari persamaan pendekatan dengan sudut datangnya sinar matahari yang
statistik. Persamaan pendekatan statistik diterima oleh permukaan rak, di mana sinar
dikatakan valid apabila nilai % ERMS yang miring kurang memberikan energi
kurang dari 10%. Nilai ERMS dihitung panas pada permukaan rak. Peningkatan
dengan persamaan pada persamaan (1). radiasi surya pada umumnya terjadi pada
tengah hari yaitu sekitar pukul 12.00 wita
HASIL DAN PEMBAHASAN sampai pukul 13.00 wita, sedangkan pada
saat pemantauan ERK kondisi cuaca cukup
Temperatur / Suhu Pengeringan (T) berawan sehingga terjadi penurunan
Suhu merupakan salah satu faktor yang intensitas matahari.
sangat penting dalam proses pengeringan. Grafik pada gambar 2, 3 dan 4
Dalam proses pengeringan diperlukan suhu menunjukkan hubungan antara waktu
yang relatif tinggi untuk menguapkan air pengeringan dengan kenaikan suhu pada
yang ada di dalam bahan. Laju penguapan air ruang pengering. Suhu pada ruang pengering
bahan dalam pengeringan sangat ditentukan mengalami peningkatan dan penurunan
oleh kenaikan suhu. Makin tinggi suhu dan seiring dengan semakin lamanya waktu
kecepatan aliran udara pengering makin pengeringan. Sedangkan pada sore hari suhu
cepat pula proses pengeringan berlangsung. mulai menurun. Hal ini dipengaruhi oleh
Makin tinggi suhu udara pengering makin sumber energi panas untuk pengeringan
besar energi panas yang dibawa udara diperoleh dari sinar matahari, sehingga
sehingga makin banyak jumlah massa cairan kualitas dan lama proses pengeringan sangat
yang diuapkan dari permukaan bahan yang tergantung pada intensitas cahaya matahari.
dikeringkan (Murad, dkk., 2017). Akan tetapi dengan menerapkan metode
Karaketerisitik suhu di dalam ruang pengeringan dengan memanfaatkan efek
pengering tipe Greenhouse atau Efek Rumah rumah kaca ini mampu mengoptimalkan
Kaca (ERK) diukur setiap rak dan pada proses pengeringan sawut mocaf dengan
bagian saluran udara keluar melalui exhaust efisiensi yang relatif lebih tinggi
fan. Berdasarkan Grafik pada gambar 1
60
50
Temperatur (oC)
40
30
20
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
Pukul (wita)
Gambar 1. Grafik suhu tiap rak dengan lingkungan pada kondisi tanpa bahan
108
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
60
50
40
Suhu (oC)
30
20
Gambar 2. Grafik kondisi suhu pengeringan sawut mocaf pada hari pertama
50
45
40
35
Suhu (oC)
30
25
20
15
10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
5
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)
Gambar 3. Grafik kondisi suhu pengeringan sawut mocaf pada hari kedua
50
45
40
35
Suhu (oC)
30
25
20
15
10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
5
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)
Gambar 4. Grafik kondisi suhu pengeringan sawut mocaf pada hari ke tiga
109
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
rak 3 adalah 59%, 63% dan 67%. Sedangkan di udara dengan tekanan uap jenuh pada suhu
RH rata-rata di lingkungan atau di luar yang sama akan semakin rendah. Suhu
greenhouse adalah 88%. Dengan demikian tertinggi diperoleh pada rak atas dan suhu
dapat disimpulkan bahwa kondisi RH di terndah diperoleh pada rak bawah. Sehingg
dalam greenhouse sangat berpotensi untuk RH tertinggi diperoleh pada rak bawah dan
proses pengeringan sawut Mocaf . RH terendah pada rak atas. RH pada ruang
Perbandingan kondisi suhu dan RH di pengering juga mengalami fluktuasi seiring
dalam greenhouse dengan lingkungan dapat dengan perubahan kondisi penyinaran
dilihat pada Gambar 5. Dari grafik tersebut matahari, selain itu juga karena tidak
dapat dilihat pola pengaruh suhu terhadap dilakukan rekayasa pada kondisi RH di
RH di dalam greenhouse dan di luar dalam ruang pengering sehingga tren RH
greenhouse. Ketika suhu meningkat, terjadi khususnya pada malam hari hampir
penurunan RH dan sebaliknya. Terdapat mendekati RH lingkungan yakni di atas 70
perbedaan kondisi suhu dan RH di dalam dan %.
di luar greenhouse, di mana suhu di Pada malam hari tidak ada sumber
greenhouse relatif lebih tinggi dari pada di energi panas, tetapi hanya memanfaatkan
luar, dan RH di dalam lebih rendah dari pada exhaust fan untuk menjaga kondisi
RH di luar greenhouse. kelembaban di dalam green house tetap
Semakin rendah nilai kelembaban stabil. Perlakuan ini ternyata memberi
relatif udara pengering, maka manfaat yang cukup baik karena terjadi
kemampuannya dalam mengikat uap air akan penguapan uap air dari mocaf yang ditandai
semakin besar. Hal sebaliknya akan terjadi dengan penurunan berat.
jika kelembaban relatif udara pengeringan Berdasarkan Grafik pada Gambar 7, 8
semakin besar, maka kemampuannya dalam dan 9 dapat dilihat pola sebaran RH tiap rak
menyerap uap air akan semakin kecil. di dalam green house yang dibandingkan
Kelembaban relatif udara pengering dengan RH lingkungan. Rerata nilai
menunjukkan kemampuan udara untuk kelembaban paling tinggi adalah pada rak
menyerap uap air (Murad, dkk, 2015). Udara tiga, sedangkan nilai RH terendah adalah
panas yang dimiliki ruang pengering secara pada rak 1 yang paling atas. Kondisi rak 1
perlahan akan memanaskan dan menguapkan yang memiliki nilai RH paling rendah karena
massa air di dalam sawut singkong. Hal ini terpapar langsung dengan sinar matahari
sesuai dengan pernyataan Murad, dkk tanpa ada naungan dari sisi manapun.
(2015), pada suhu yang tinggi tekanan uap Sedangkan pada rak 2 dan rak 3 terjadi
air jenuh akan meningkat sehingga naungan mulai dari sekitar pukul 12.00 wita
kelembaban relatif sebagai nilai sampai dengan sekitar pukul 13.00 wita
perbandingan antara tekanan parsial uap air
120
100
80
RH (%)
60
40
20
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
0
06:00 07:00 08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
Pukul (wita)
Gambar 5. Grafik RH Tiap Rak dengan Lingkungan pada Kondisi Tanpa Bahan
110
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
60 120
50 100
40 80
Suhu (oC)
RH (%)
30 60
20 40
60 kering).
40 Suhu dan RH ruang pengering dengan
20 tren penurunan berat bahan selama proses
Rak 1 Rak 2 Rak 3
pengeringan, Lingkungan
diketahui bahwa tidak terjadi
0
6:00 7:00 8:00 proses pembasahan atau
9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 terjadinya
17:00 rehidrasi
pada sawut mocaf . Khususnya ketika malam
Pukul (wita)
hari di mana kondisi suhu dan RH
Gambar 7. Grafik RH pengeringan sawut mocaf yang
lingkungan pada hari
cukuppertama
lembab sehingga
120
100
80
RH (%)
60
40
20
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)
Gambar 8. Grafik RH pengeringan sawut mocaf pada hari kedua
111
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
100
90
80
70
RH (%)
60
50
40
30
20
10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)
Gambar 9. Grafik RH pengeringan sawut mocaf pada hari ketiga
160
140
berat bahan (gram)
120
100
80
60
40
20 Rak 1 Rak 2 Rak 3
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (Jam ke-)
Gambar 10. Grafik Perubahan berat bahan (gram) selama pengeringan sawut mocaf (jam)
250
200
berat bahan (gram)
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
-50
Waktu (Jam ke-)
Gambar 11. Grafik penurunan kadar air sawut Mocaf selama tiga hari
112
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
dalam bahan sulit teruapkan. Dengan penyerapan air (absorbsi) untuk mencapai
demikian suhu yang terlalu tinggi juga keseimbangan dengan lingkungannya. Pada
kurang baik digunakan untuk pengeringan. akhir pengeringan tekanan uap bahan pangan
seimbang dengan tekanan uap parsial dari
Kadar Air Keseimbangan (%)
udara pengering, sehingga tidak terjadi lagi
Dari hasil penelitian terlihat bahwa
proses pengeringan pada kondisi kadar air
dengan kadar air keseimbangan akan
keseimbangan. Suatu bahan dalam keadaan
semakin menurun apabila suhu ruang
seimbang apabila laju kehilangan air dari
pengering semakin meningkat. Hal ini
bahan ke udara sekeliling sama dengan laju
disebabkan karena pada ruang pengering
penambahan air ke bahan dari udara
dengan kondisi suhu yang tinggi akan
sekelilingnya. Kadar air dalam keadaan
memiliki kelembaban relatif yang rendah
seimbang ini dinamakan kadar air
sehingga laju penguapan akan semakin
higroskopis (Henderson dan Perry, 1976).
banyak dan lebih cepat. Dengan kata lain
Variasi kadar air keseimbangan mocaf untuk
dapat disimpulkan bahwa kadar air
berbagai tingkatan suhu dan kelembaban
keseimbangan tergantung dari suhu
pada penelitian tahap pertama disajikan pada
lingkungan bahan tersebut serta RH udara.
Tabel 1.
Kadar air kesetimbangan didefinisikan
sebagai kadar air dimana tekanan uap
Tabel 1. Variasi Kadar Air Keseimbangan
internal bahan dalam kondisi keseimbangan
Sawut Mocaf pada Berbagai
dengan tekanan uap lingkungan. konsep
Tingkatan Suhu dan RH
kadar air keseimbangan penting di dalam
pengeringan karena kadar air keseimbangan Suhu Kelembaban Kadar Air
menentukan kadar air minimum dimana Ruang Relatif (%) Keseimbangan
bahan dapat dikeringkan pada kondisi Pengering (% db)
pengeringan tertentu. Untuk mencapai kadar (°C)
air keseimbangan dengan ruang udara 40 66,54 16,80
50 65,46 15,93
pengering, maka bahan harus mengeluarkan
60 50,70 14,31
air lebih banyak (Murad, dkk, 2015). 70 49,85 12,38
Sabani, R., dkk., 2013, menyatakan 80 48,00 11,69
bahwa bahan yang bersifat higroskopis akan
mengalami pelepasan air (desorbsi) maupun
18.00
16.00
14.00
12.00
Me (%)
10.00
8.00 Me (%) = -0,137. T + 22,48
6.00 R² = 0,978
4.00
2.00
0.00
0 20 40 60 80
Suhu (◦C)
Gambar 12. Grafik Hubungan Suhu Ruang Pengering (°C) Terhadap Me (% db) Sawut
Mocaf Selama Proses Pengeringan untuk Lima Level Suhu Pengeringan
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai semakin meningkatnya suhu ruang
kelembaban relatif dan kadar air pengering. Ini dikarenakan telah terjadi
keseimbangan semakin menurun dengan pelepasan air yang banyak dan cepat pada
113
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
suhu ruang pengering yang tinggi. Sehingga memiliki laju pengeringan konstan yang
dapat disimpulkan bahwa bahan akan cepat terjadi dari jam ke 1 sampai dengan jam ke
mengering pada kondisi suhu ruang 12 dan seiring dengan berkurangnya kadar
pengering yang tinggi. Pelepasan air dari air dalam bahan laju pengeringan menjadi
dalam mocaf akan semakin menurun dengan menurun dari jam ke 12 sampai dengan jam
semakin rendahnya suhu ruang pengering ke 37. Laju pengeringan menurun
dan kelembaban relatif. Pernyataan dari hal merupakan titik dimana sudah tidak terdapat
tersebut dapat dilihat grafik pada gambar 12 penguapan air dalam bahan sehingga tidak
berikut ini. menyebabkan berat bahan menurun kembali.
Berdasarkan grafik pada gambar 12
menunjukkan bahwa kadar air keseimbangan KESIMPULAN
dipengaruhi oleh suhu ruang pengering, hal
ini dapat dilihat semakin tinggi suhu ruang 1. Proses pengeringan Sawut Mocaf
pengering, maka akan semakin rendah kadar dengan menggunakan alat pengering tipa
air keseimbangan. Ini sesuai dengan green house atau ERK dapat dilakukan
pernyataan Murad, dkk (2015), bahwa dari kadar air awal bahan 67 % menjadi
semakin tinggi suhu ruang pengering, maka 10 % dalam waktu kurang lebih 3 hari.
akan semakin rendah kadar air 2. Semakin tinggi suhu pada ruang
keseimbangan. Nilai determinasi yang pengering maka semakin banyak terjadi
diperoleh mendekati angka 1 yaitu R² =0,978 penurunan kadar air per satuan waktu.
maka dapat disimpulkan bahwa data sangat 3. Penggunaan exhaust fan pada malam hari
cocok untuk pengeringan komoditas sawut dapat mempertahankan kondisi RH
mocaf. ruangan green house meski tanpa alat
pemanas buatan.
Laju Pengeringan
4. Karakteristik pengeringan sawut mocaf
Secara umum proses pengeringan
pada alat pengering tenaga surya tipe
terbagi dalam dua periode meliputi periode
greenhouse tentang hubungan ln MR (%
laju pengeringan tetap dan periode laju
db) dengan waktu t (jam) menunjukkan
pengeringan menurun (Henderson dan Perry,
bahwa semakin tinggi suhu pada ruang
1976). Laju penguapan air adalah banyaknya
pengering maka semakin banyak
air yang diuapkan setiap satuan waktu atau
penurunan kadar air per satuan waktu,
penurunan kadar air bahan dalam satuan
sehingga laju pengeringan bersifat
waktu dan laju pengeringan bervariasi sesuai
menurun.
dengan jenis bahan yang dikeringkan dan
5. Terdapat beberapa titik laju kosntan
jenis proses pengeringan yang digunakan
mulai dari jam ke 1 sampai dengan jam
(Murad, dkk., 2015). Pada pengeringan lapis
ke 12 dan terjadi laju pengeringan
tipis, dilakukan pengambilan data setiap 30
penurunan sawut mocaf pada alat
menit dengan satuan massa gram sampai
pengering tenaga surya tipe greenhouse
dengan kadar air keseimbangan. Adapun
mulai dari jam ke 12 sampai dengan jam
hasil laju pengeringan yang didapatkan
ke 37, hal tersebut terjadi karena adanya
ditunjukkan pada gambar 13.
perbedaan penurunan berat bahan dan
Berdasarkan grafik pada gambar 13
dipengaruhi juga oleh waktu pengeringan
menunjukkan bahwa laju pengeringan sawut
seiring dengan intensitas matahari serta
mocaf tidak teratur. Terdapat beberapa titik
kenaikan suhu ruang pengering.
terjadinya kenaikan laju pengeringan. Hal
tersebut dimungkinkan karena adanya
perbedaan penurunan berat bahan per satuan DAFTAR REFERENSI
waktu yang digunakan, namun dengan
Hidayat, B., Kalsum, N., dan Surfiana.
demikian berat bahan tetap menurun.
(2009). Karakterisasi Tepung Ubi
Berdasarkan hasil laju pengeringan tersebut,
Kayu Modifikasi yang Diproses
dapat dikatakan bahwa sawut mocaf
114
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019
115