Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No.

1, Maret 2019

JRPB, Vol. 7, No. 1, Maret 2019, Hal. 105-115


DOI: 10.29303/jrpb.v7i1.103
ISSN 2301-8119, e-ISSN 2443-1354
Tersedia online di http://jrpb.unram.ac.id/

KARAKTERISTIK PENGERINGAN SAWUT MOCAF MENGGUNAKAN


ALAT PENGERING TENAGA SURYA TIPE GREENHOUSE

Characteristics of Modified Cassava Flour (MOCAF ) Drying


using Greenhouse Type Solar Dryer

Murad1,*), Rahmat Sabani 1, Hary Kurniawan1,


Surya Abdul Muttalib1, Fakhrul Irfan Khalil1
1
Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri,
Universitas Mataram

Email*): muradfatepa@unram.ac.id

ABSTRACT

The aim of this research is to study the drying characteristics of Modified Cassava Flour
(MOCAF) using Greenhouse Type Solar Dryer. The methodology used in this study was
experimental method to measure several parameters, reduction in material weight, moisture
content, temperatures of dryer, ambient temperature, air humidity, and drying rate. The tools
used were Greenhouse Type Solar Dryer, CC (Cooper Constanta) type CA Thermocouples,
digital scales, analytical scales, anemometer, data record, lux meter, stop watch, stem
thermometer, and stationery. Data was retrieved every 30 minutes. The results showed the
temperature profile in drying room at every rack and in the air tunnel through exhaust fan. The
increasing solar radiation generally occured at noon around 12.00 until 13.00, though
decreasing solar radiation happened when the data retrieved in cloudy sky. The approximate
drying room temperature was 39°C, relative humidity was 63%, decreasing material weight
per hour was 0.95 gram/h, the rate of decreased water content was 55.25% db/h from the initial
moisture content of 67% db until moisture content reached 10% and Equalibrium Moisture
Content (Me) value achieved 14.22%. From the research results, it can be concluded that the
water content decreasing rate has a characteristic of declining over time.

Keywords: drying, Modified Cassava Flour (MOCAF), grenhouse dryer, moisture content,
drying rate.

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari karakterisitik Pengeringan Sawut Mocaf
menggunakan alat pengering tenaga surya tipe greenhouse. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode eksperimental dengan mengukur beberapa parameter, yaitu
penurunan berat bahan, kadar air, suhu pengering, suhu lingkungan, kelembaban udara dan laju
pengeringan. Alat yang digunakan adalah pengering tenaga surya tipe greenhouse, termokopel
CA tipe CC (Cooper Constanta), timbangan digital, timbangan analitis, anemometer, rekam
data, luxmeter, stopwatch, termometer batang dan alat tulis. Pengambilan data dilakukan setiap
30 menit. Hasil penelitian menunjukkan karakteristik suhu di dalam ruang pengering ERK yang

105
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

diukur pada setiap rak dan pada bagian saluran udara keluar melalui exhaust fan. Peningkatan
radiasi surya pada umumnya terjadi pada tengah hari yaitu sekitar pukul 12.00 wita sampai
pukul 13.00 wita, sedangkan pada saat pemantauan ERK kondisi cuaca cukup berawan
sehingga terjadi penurunan radiasi surya. Didapatkan rata-rata temperatur ruang pengering
selama pengeringan adalah 39oC, kelembaban udara relatif rata-rata 63%, penurunan berat
bahan tiap jam rata-rata 0,95 gram/jam, laju penurunan kadar air rata-rata 55,25% db/jam dari
kadar air awal sebesar 67% db sampai kada air mencapai 10%db dan rata-rata Me diperoleh
sebesar 14,22%. Dari hasil penelitian pengeringan sawut mocaf yang diperoleh, maka
disimpulkan bahwa laju perubahan kadar air MOCAF memiliki karakteristik laju menurun
terhadap waktu.

Kata kunci: pengeringan, sawut MOCAF , greenhouse, kadar air, laju pengeringan

PENDAHULUAN singkong menggunakan metode sawut


memiliki berbagai kelemahan seperti tingkat
Provinsi Nusa Tenggara Barat elastisitas yang rendah pada adonan.
merupakan salah satu daerah penghasil ubi Berbagai kegiatan perbaikan karakteristik
kayu di Indonesia dengan luas lahan tepung singkong telah dilakukan oleh
produksi sebesar 4.706 hektar, jumlah sejumlah peneliti, antara lain dengan metode
produksi sebesar, 92.643 ton, dan fermentasi. Pengembangan teknologi
produktivitas rata-rata sebesar 196,9 pengolahan tepung singkong secara
kwintal/hektar. Ubi kayu (Manihot utulisima fermentasi dalam bentuk tepung MOCAF
cassava) merupakan salah satu produk (modified cassava flour) (Hidayat, dkk.,
pangan hasil pertanian yang sangat potensial 2009).
dan prospektif untuk dikembangkan sebagai Proses pengolahan singkong menjadi
produk pangan lokal dan dapat tepung singkong fermentasi (MOCAF)
didiversifikasi menjadi berbagai macam melalui beberapa tahapan, salah satunya
pangan olahan (BPS, 2016). adalah melalui proses pengeringan. Proses
Ubi kayu dapat diolah menjadi pengeringan dilakukan untuk mengurangi
beraneka ragam produk olahan dan sebagai kadar air yang terkandung pada ubi kayu.
bahan baku industri seperti tepung tapioka, Pengurangan kadar air bahan ubi kayu yang
tepung mocaf, tepung gaplek dan sebagai dikeringkan akan memepermudah dalam
bahan baku pembuatan bioetanol. Upaya pengolahan dan meningkatkan kualitas dari
untuk memperluas penggunaan ubi kayu tepung mocaf . Selain itu, pengeringan akan
sebagai bahan pangan, dapat dilakukan meningkatkan umur simpan dan memberikan
melalui penanganan pasca panen dan tekstur yang lebih baik.
pengolahan dalam bentuk tepung. Proses pengeringan sawut singkong
Dibandingkan dengan ubi kayu segar, ubi fermentasi sebagai bahan pembuatan mocaf
kayu dalam bentuk tepung memiliki masa selama ini masih dilakukan dengan cara
simpan yang lebih panjang dan aplikasi tradisional yaitu pengeringan secara
penggunaannya yang lebih luas. Subtitusi langsung dengan sinar matahari. Bahan
terigu dengan tepung ubi (tepung mocaf) sawut singkong diletakkkan di atas para-para
pada industri makanan olahan diperkirakan dan atau alas plastik (terpal) yang diletakkan
akan mengurangi penggunaan terigu sekitar di atas lantai jemur. Jika ditinjau dari segi
1.4 juta ton per tahun dan dapat menghemat ekonomis, pengggunaan sinar Ultra Violet
penggunaan gula hingga 20% (Wulandani sangat ekonomis dan tersedia dalam jumlah
dan Utari, 2013). tak terbatas, terlebih bagi negara-negara
Proses pembuatan dan atau pengolahan beriklim tropis. Namun kekurangan
tepung singkong umumnya dilakukan pengeringan menggunakan sinar matahari
dengan metode sawut. Pengolahan tepung sangat tergantung pada cuaca, produk yang

106
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

dihasilkan kurang higienis dan berpotensi difermentasi dengan perendaman


untuk terkontaminasi oleh kotoran. Kondisi menggunakan air selama 3 hari dan selama
cuaca yang cenderung fluktuatif dan hujan proses fermentasi air rendaman diganti setiap
akan memepengaruhi proses pengeringan 24 jam. Pengeringan sawut mocaf ini
menggunakan sinar matahari (Catur, 1991). dilakukan dengan perlakuan tingkat
Oleh karena itu, diperlukan suatu pengering ketebalan lapisan bahan pada masing-masing
mekanis untuk meningkatkan produktivitas, rak atas, rak tengah dan rak bawah.
faktor higienis dan keberlanjutan produksi Kapasitas bahan sawut mocaf yang
tepung mocaf . dikeringkan pada penelitian ini adalah
Penggunaan alat pengering buatan dengan massa masing-masing 10-15 kg tiap-
seperti pengering tenaga surya tipe tiap rak dan dengan ukuran ketebalan
greenhouse atau Efek Rumah Kaca (ERK) tumpukan bahan sebesar 1-1,5 cm.
merupakan salah satu upaya peningkatan Pengeringan dibatasi sampai mencapai kadar
efisiensi pengeringan, mutu dan kualitas air keseimbangan yang dapat diketahui dari
produk tepung mocaf yang dihasilkan. Alat perbedaan berat sawut mocaf selama
pengering tenaga surya tipe greenhouse pengeringan dalam dua kali pengukuran
dengan sistem bangunan tertutup dan bahan diperoleh hasil penimbangan dengan berat
transparan tembus sinar matahari serta dapat yang yang berbeda. Adapun beberapa asumsi
melindungi produk dari kontaminan dan yang digunakan untuk menyederhanakan
hujan. Penggunaan pengering tipe dalam menganalisis data, yaitu:
greenhouse terbukti mampu meningkatkan 1. Kadar air awal sawut mocaf yang
suhu pada alat pengering sebesar 40-50°C digunakan pada penelitian tahap pertama
pada suhu lingkungan 27-30°C. Oleh sebab dan tahap berikutnya adalah berbeda
itu, pengeringan sawut mocaf dengan tergantung situasi bahan.
menggunakan pengering tipe greenhouse 2. Proses pengeringan produk dipengaruhi
dimungkinkan menjadi salah satu alternatif oleh suhu dan RH ruang pengering.
yang tepat dalam proses pembuatan tepung 3. Membandingkan data pengamatan
mocaf . dengan data simulasi yang dihitung
berdasarkan model persamaan Hall dari
METODOLOGI PENELITIAN sebuah proses pengeringan sawut mocaf
dengan menggunakan persamaan nilai
Bahan dasar yang digunakan pada persentase kesalahan relatif (Roat Mean
penelitian ini adalah ubi kayu atau singkong Square atau ERMS) sebagai berikut:
segar varietas hybrida dengan ukuran besar 𝑀𝑜𝑏𝑠 −𝑀𝑠𝑖𝑚
dan berat rata-rata per umbi sebesar 300-400 ∑[ ]²
% 𝐸𝑅𝑀𝑆 = √ 𝑀𝑠𝑖𝑚
𝑥 100%......(1)
gram. Bahan penelitian singkong diperoleh 𝑛
dari petani singkong yang ada di kecamatan
Labuan Haji kabupaten Lombok Timur. Dimana: RMS adalah efisiensi model, 𝑀𝑜𝑏𝑠
Bahan sawut mocaf yang dikeringkan adalah nilai observasi atau terukur, 𝑀𝑠𝑖𝑚
berukuran rata-rata panjang 4 cm, lebar 2 cm adalah nilai simulasi atau dihitung
dan dengan ketebalan 0,2 cm. berdasarkan model, dan n adalah jumlah
Alat yang digunakan adalah 1 unit alat data.
pengering tenaga surya tipe Greenhouse
(ERK), termokopel CA tipe CC (Cooper Variabel yang dihitung adalah
Constanta), timbangan digital, Timbangan penurunan berat bahan, kadar air, perubahan
Analitis, anemometer, rekam data, luxmeter, suhu ruang pengering dan suhu pengeringan,
stopwatch, termometer batang air raksa dan suhu lingkungan, suhu udara keluar, suhu
alat tulis. bahan, kelembaban udara, dan laju
Bahan baku singkong tersebut disawut pengeringan.
dengan menggunakan mesin penyawut dan

107
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

Data hasil penelitian ini ditampilkan terlihat bahwa pola sebaran suhu antara rak
dalam bentuk tabel dan grafik. Data satu dengan lainnya bervariasi. Variasi suhu
observasi yang diperoleh dari percobaan di antar rak disebabkan oleh intensitas radiasi
lapangan dibandingkan dengan data prediksi surya yang diterima berbeda, serta terkait
yang diperoleh dari persamaan pendekatan dengan sudut datangnya sinar matahari yang
statistik. Persamaan pendekatan statistik diterima oleh permukaan rak, di mana sinar
dikatakan valid apabila nilai % ERMS yang miring kurang memberikan energi
kurang dari 10%. Nilai ERMS dihitung panas pada permukaan rak. Peningkatan
dengan persamaan pada persamaan (1). radiasi surya pada umumnya terjadi pada
tengah hari yaitu sekitar pukul 12.00 wita
HASIL DAN PEMBAHASAN sampai pukul 13.00 wita, sedangkan pada
saat pemantauan ERK kondisi cuaca cukup
Temperatur / Suhu Pengeringan (T) berawan sehingga terjadi penurunan
Suhu merupakan salah satu faktor yang intensitas matahari.
sangat penting dalam proses pengeringan. Grafik pada gambar 2, 3 dan 4
Dalam proses pengeringan diperlukan suhu menunjukkan hubungan antara waktu
yang relatif tinggi untuk menguapkan air pengeringan dengan kenaikan suhu pada
yang ada di dalam bahan. Laju penguapan air ruang pengering. Suhu pada ruang pengering
bahan dalam pengeringan sangat ditentukan mengalami peningkatan dan penurunan
oleh kenaikan suhu. Makin tinggi suhu dan seiring dengan semakin lamanya waktu
kecepatan aliran udara pengering makin pengeringan. Sedangkan pada sore hari suhu
cepat pula proses pengeringan berlangsung. mulai menurun. Hal ini dipengaruhi oleh
Makin tinggi suhu udara pengering makin sumber energi panas untuk pengeringan
besar energi panas yang dibawa udara diperoleh dari sinar matahari, sehingga
sehingga makin banyak jumlah massa cairan kualitas dan lama proses pengeringan sangat
yang diuapkan dari permukaan bahan yang tergantung pada intensitas cahaya matahari.
dikeringkan (Murad, dkk., 2017). Akan tetapi dengan menerapkan metode
Karaketerisitik suhu di dalam ruang pengeringan dengan memanfaatkan efek
pengering tipe Greenhouse atau Efek Rumah rumah kaca ini mampu mengoptimalkan
Kaca (ERK) diukur setiap rak dan pada proses pengeringan sawut mocaf dengan
bagian saluran udara keluar melalui exhaust efisiensi yang relatif lebih tinggi
fan. Berdasarkan Grafik pada gambar 1

60

50
Temperatur (oC)

40

30

20

10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan

0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
Pukul (wita)

Gambar 1. Grafik suhu tiap rak dengan lingkungan pada kondisi tanpa bahan

108
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

60

50

40
Suhu (oC)

30

20

10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan


0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)

Gambar 2. Grafik kondisi suhu pengeringan sawut mocaf pada hari pertama

50
45
40
35
Suhu (oC)

30
25
20
15
10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
5
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)

Gambar 3. Grafik kondisi suhu pengeringan sawut mocaf pada hari kedua

50
45
40
35
Suhu (oC)

30
25
20
15
10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
5
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00

Pukul (wita)

Gambar 4. Grafik kondisi suhu pengeringan sawut mocaf pada hari ke tiga

Kelembaban Relatif (RH) Grafik kondisi kelembaban relatif


Kelembaban relatif udara untuk ditunjukkan pada gambar 5.
pengering menunjukkan kemampuan udara Berdasarkan grafik menunjukkan
untuk menyerap uap air. Udara panas yang bahwa terjadi perbedaan kelembanan di
ada di dalam ruang pengering secara setiap rak di dalam greenhouse. Kondisi
perlahan akan memanaskan dan menguapkan udara paling kering terdapat di area rak 1
massa air di dalam mocaf. Dalam proses yaitu pada level paling atas di dalam
pengeringan kelembaban relatif menjadi greenhouse, di mana RH rata-rata yang
faktor yang mempengaruhi laju pengeringan. terukur berturut-turut pada rak 1, rak 2 dan

109
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

rak 3 adalah 59%, 63% dan 67%. Sedangkan di udara dengan tekanan uap jenuh pada suhu
RH rata-rata di lingkungan atau di luar yang sama akan semakin rendah. Suhu
greenhouse adalah 88%. Dengan demikian tertinggi diperoleh pada rak atas dan suhu
dapat disimpulkan bahwa kondisi RH di terndah diperoleh pada rak bawah. Sehingg
dalam greenhouse sangat berpotensi untuk RH tertinggi diperoleh pada rak bawah dan
proses pengeringan sawut Mocaf . RH terendah pada rak atas. RH pada ruang
Perbandingan kondisi suhu dan RH di pengering juga mengalami fluktuasi seiring
dalam greenhouse dengan lingkungan dapat dengan perubahan kondisi penyinaran
dilihat pada Gambar 5. Dari grafik tersebut matahari, selain itu juga karena tidak
dapat dilihat pola pengaruh suhu terhadap dilakukan rekayasa pada kondisi RH di
RH di dalam greenhouse dan di luar dalam ruang pengering sehingga tren RH
greenhouse. Ketika suhu meningkat, terjadi khususnya pada malam hari hampir
penurunan RH dan sebaliknya. Terdapat mendekati RH lingkungan yakni di atas 70
perbedaan kondisi suhu dan RH di dalam dan %.
di luar greenhouse, di mana suhu di Pada malam hari tidak ada sumber
greenhouse relatif lebih tinggi dari pada di energi panas, tetapi hanya memanfaatkan
luar, dan RH di dalam lebih rendah dari pada exhaust fan untuk menjaga kondisi
RH di luar greenhouse. kelembaban di dalam green house tetap
Semakin rendah nilai kelembaban stabil. Perlakuan ini ternyata memberi
relatif udara pengering, maka manfaat yang cukup baik karena terjadi
kemampuannya dalam mengikat uap air akan penguapan uap air dari mocaf yang ditandai
semakin besar. Hal sebaliknya akan terjadi dengan penurunan berat.
jika kelembaban relatif udara pengeringan Berdasarkan Grafik pada Gambar 7, 8
semakin besar, maka kemampuannya dalam dan 9 dapat dilihat pola sebaran RH tiap rak
menyerap uap air akan semakin kecil. di dalam green house yang dibandingkan
Kelembaban relatif udara pengering dengan RH lingkungan. Rerata nilai
menunjukkan kemampuan udara untuk kelembaban paling tinggi adalah pada rak
menyerap uap air (Murad, dkk, 2015). Udara tiga, sedangkan nilai RH terendah adalah
panas yang dimiliki ruang pengering secara pada rak 1 yang paling atas. Kondisi rak 1
perlahan akan memanaskan dan menguapkan yang memiliki nilai RH paling rendah karena
massa air di dalam sawut singkong. Hal ini terpapar langsung dengan sinar matahari
sesuai dengan pernyataan Murad, dkk tanpa ada naungan dari sisi manapun.
(2015), pada suhu yang tinggi tekanan uap Sedangkan pada rak 2 dan rak 3 terjadi
air jenuh akan meningkat sehingga naungan mulai dari sekitar pukul 12.00 wita
kelembaban relatif sebagai nilai sampai dengan sekitar pukul 13.00 wita
perbandingan antara tekanan parsial uap air

120
100
80
RH (%)

60
40
20
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
0
06:00 07:00 08:00 09:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
Pukul (wita)

Gambar 5. Grafik RH Tiap Rak dengan Lingkungan pada Kondisi Tanpa Bahan

110
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

60 120

50 100

40 80
Suhu (oC)

RH (%)
30 60

20 40

10 T Green House T linkungan 20


RH Green House RH Lingkungan
0 0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00 18:00
Pukul (wita)

Gambar 6. Perbandingan Suhu dan RH di dalam Greenhouse dengan di Luar

120 bahan berpengaruh terhadap penurunan


100 kadar air bahan. Hal ini disebabkan semakin
sedikitnya berat bahan, maka kandungan air
80
dalam bahan juga sedikit (bahan menjadi
RH (%)

60 kering).
40 Suhu dan RH ruang pengering dengan
20 tren penurunan berat bahan selama proses
Rak 1 Rak 2 Rak 3
pengeringan, Lingkungan
diketahui bahwa tidak terjadi
0
6:00 7:00 8:00 proses pembasahan atau
9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 terjadinya
17:00 rehidrasi
pada sawut mocaf . Khususnya ketika malam
Pukul (wita)
hari di mana kondisi suhu dan RH
Gambar 7. Grafik RH pengeringan sawut mocaf yang
lingkungan pada hari
cukuppertama
lembab sehingga
120
100
80
RH (%)

60
40
20
Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)
Gambar 8. Grafik RH pengeringan sawut mocaf pada hari kedua

Berat Bahan (gram) berpotensi untuk terjadinya kondensasi atau


Berdasarkan Grafik pada Gambar 10. embun di dalam ruang pengering, karena
menunjukkan bahwa, berat bahan terus suhu dan RH lingkungan pada malam hari
menurun seiring dengan lamanya waktu relatif lebih rendah dari pada suhu dan RH di
pengeringan yang dilakukan. Semakin lama dalam ruang pengering, akan tetapi hal
waktu pengeringan, kandungan air dalam tersebut dapat dihindari dengan
bahan akan semakin cepat menguap dan mengaplikasikan kipas (exhaust fan)
bahan akan cepat kering sehingga berat sehingga kondisi udara di dalam rauang
bahannya juga berkurang. Penurunan berat pengering tetap rendah.

111
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

100
90
80
70
RH (%)

60
50
40
30
20
10 Rak 1 Rak 2 Rak 3 Lingkungan
0
6:00 7:00 8:00 9:00 10:00 11:00 12:00 13:00 14:00 15:00 16:00 17:00
Pukul (wita)
Gambar 9. Grafik RH pengeringan sawut mocaf pada hari ketiga

160
140
berat bahan (gram)

120
100
80
60
40
20 Rak 1 Rak 2 Rak 3
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
Waktu (Jam ke-)

Gambar 10. Grafik Perubahan berat bahan (gram) selama pengeringan sawut mocaf (jam)
250

200
berat bahan (gram)

Rak 1 Rak 2 Rak 3


150

100 y = -3.6047x + 169.51


R² = 0.9276
50

0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
-50
Waktu (Jam ke-)

Gambar 11. Grafik penurunan kadar air sawut Mocaf selama tiga hari

Kadar Air (%) yang dilakukan. Semakin lama waktu


Kadar air awal sawut mocaf pada pengeringan, proses pelepasan air pada
pengeringan ini berkisar antara 65-67 %, bahan semakin tinggi. Murad, dkk, (2015)
dimana perlakuan pada pengeringan ini sama menyatakan bahwa tingginya suhu pada
dengan perlakuan pada pengeringan lapis ruang pengering menyebabkan penurunan
tipis sehingga kadar air yang dimiliki tinggi. massa yang lebih sedikit, sehingga lapisan
Berdasarkan Grafik pada Gambar 11. terluar pada bahan kering terlebih dahulu dan
menunjukkan bahwa kadar air terus menurun menyebabkan pori-pori bahan menjadi lebih
seiring dengan lamanya waktu pengeringan rapat sehingga kadar air yang terdapat di

112
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

dalam bahan sulit teruapkan. Dengan penyerapan air (absorbsi) untuk mencapai
demikian suhu yang terlalu tinggi juga keseimbangan dengan lingkungannya. Pada
kurang baik digunakan untuk pengeringan. akhir pengeringan tekanan uap bahan pangan
seimbang dengan tekanan uap parsial dari
Kadar Air Keseimbangan (%)
udara pengering, sehingga tidak terjadi lagi
Dari hasil penelitian terlihat bahwa
proses pengeringan pada kondisi kadar air
dengan kadar air keseimbangan akan
keseimbangan. Suatu bahan dalam keadaan
semakin menurun apabila suhu ruang
seimbang apabila laju kehilangan air dari
pengering semakin meningkat. Hal ini
bahan ke udara sekeliling sama dengan laju
disebabkan karena pada ruang pengering
penambahan air ke bahan dari udara
dengan kondisi suhu yang tinggi akan
sekelilingnya. Kadar air dalam keadaan
memiliki kelembaban relatif yang rendah
seimbang ini dinamakan kadar air
sehingga laju penguapan akan semakin
higroskopis (Henderson dan Perry, 1976).
banyak dan lebih cepat. Dengan kata lain
Variasi kadar air keseimbangan mocaf untuk
dapat disimpulkan bahwa kadar air
berbagai tingkatan suhu dan kelembaban
keseimbangan tergantung dari suhu
pada penelitian tahap pertama disajikan pada
lingkungan bahan tersebut serta RH udara.
Tabel 1.
Kadar air kesetimbangan didefinisikan
sebagai kadar air dimana tekanan uap
Tabel 1. Variasi Kadar Air Keseimbangan
internal bahan dalam kondisi keseimbangan
Sawut Mocaf pada Berbagai
dengan tekanan uap lingkungan. konsep
Tingkatan Suhu dan RH
kadar air keseimbangan penting di dalam
pengeringan karena kadar air keseimbangan Suhu Kelembaban Kadar Air
menentukan kadar air minimum dimana Ruang Relatif (%) Keseimbangan
bahan dapat dikeringkan pada kondisi Pengering (% db)
pengeringan tertentu. Untuk mencapai kadar (°C)
air keseimbangan dengan ruang udara 40 66,54 16,80
50 65,46 15,93
pengering, maka bahan harus mengeluarkan
60 50,70 14,31
air lebih banyak (Murad, dkk, 2015). 70 49,85 12,38
Sabani, R., dkk., 2013, menyatakan 80 48,00 11,69
bahwa bahan yang bersifat higroskopis akan
mengalami pelepasan air (desorbsi) maupun

18.00
16.00
14.00
12.00
Me (%)

10.00
8.00 Me (%) = -0,137. T + 22,48
6.00 R² = 0,978
4.00
2.00
0.00
0 20 40 60 80
Suhu (◦C)

Gambar 12. Grafik Hubungan Suhu Ruang Pengering (°C) Terhadap Me (% db) Sawut
Mocaf Selama Proses Pengeringan untuk Lima Level Suhu Pengeringan

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai semakin meningkatnya suhu ruang
kelembaban relatif dan kadar air pengering. Ini dikarenakan telah terjadi
keseimbangan semakin menurun dengan pelepasan air yang banyak dan cepat pada

113
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

suhu ruang pengering yang tinggi. Sehingga memiliki laju pengeringan konstan yang
dapat disimpulkan bahwa bahan akan cepat terjadi dari jam ke 1 sampai dengan jam ke
mengering pada kondisi suhu ruang 12 dan seiring dengan berkurangnya kadar
pengering yang tinggi. Pelepasan air dari air dalam bahan laju pengeringan menjadi
dalam mocaf akan semakin menurun dengan menurun dari jam ke 12 sampai dengan jam
semakin rendahnya suhu ruang pengering ke 37. Laju pengeringan menurun
dan kelembaban relatif. Pernyataan dari hal merupakan titik dimana sudah tidak terdapat
tersebut dapat dilihat grafik pada gambar 12 penguapan air dalam bahan sehingga tidak
berikut ini. menyebabkan berat bahan menurun kembali.
Berdasarkan grafik pada gambar 12
menunjukkan bahwa kadar air keseimbangan KESIMPULAN
dipengaruhi oleh suhu ruang pengering, hal
ini dapat dilihat semakin tinggi suhu ruang 1. Proses pengeringan Sawut Mocaf
pengering, maka akan semakin rendah kadar dengan menggunakan alat pengering tipa
air keseimbangan. Ini sesuai dengan green house atau ERK dapat dilakukan
pernyataan Murad, dkk (2015), bahwa dari kadar air awal bahan 67 % menjadi
semakin tinggi suhu ruang pengering, maka 10 % dalam waktu kurang lebih 3 hari.
akan semakin rendah kadar air 2. Semakin tinggi suhu pada ruang
keseimbangan. Nilai determinasi yang pengering maka semakin banyak terjadi
diperoleh mendekati angka 1 yaitu R² =0,978 penurunan kadar air per satuan waktu.
maka dapat disimpulkan bahwa data sangat 3. Penggunaan exhaust fan pada malam hari
cocok untuk pengeringan komoditas sawut dapat mempertahankan kondisi RH
mocaf. ruangan green house meski tanpa alat
pemanas buatan.
Laju Pengeringan
4. Karakteristik pengeringan sawut mocaf
Secara umum proses pengeringan
pada alat pengering tenaga surya tipe
terbagi dalam dua periode meliputi periode
greenhouse tentang hubungan ln MR (%
laju pengeringan tetap dan periode laju
db) dengan waktu t (jam) menunjukkan
pengeringan menurun (Henderson dan Perry,
bahwa semakin tinggi suhu pada ruang
1976). Laju penguapan air adalah banyaknya
pengering maka semakin banyak
air yang diuapkan setiap satuan waktu atau
penurunan kadar air per satuan waktu,
penurunan kadar air bahan dalam satuan
sehingga laju pengeringan bersifat
waktu dan laju pengeringan bervariasi sesuai
menurun.
dengan jenis bahan yang dikeringkan dan
5. Terdapat beberapa titik laju kosntan
jenis proses pengeringan yang digunakan
mulai dari jam ke 1 sampai dengan jam
(Murad, dkk., 2015). Pada pengeringan lapis
ke 12 dan terjadi laju pengeringan
tipis, dilakukan pengambilan data setiap 30
penurunan sawut mocaf pada alat
menit dengan satuan massa gram sampai
pengering tenaga surya tipe greenhouse
dengan kadar air keseimbangan. Adapun
mulai dari jam ke 12 sampai dengan jam
hasil laju pengeringan yang didapatkan
ke 37, hal tersebut terjadi karena adanya
ditunjukkan pada gambar 13.
perbedaan penurunan berat bahan dan
Berdasarkan grafik pada gambar 13
dipengaruhi juga oleh waktu pengeringan
menunjukkan bahwa laju pengeringan sawut
seiring dengan intensitas matahari serta
mocaf tidak teratur. Terdapat beberapa titik
kenaikan suhu ruang pengering.
terjadinya kenaikan laju pengeringan. Hal
tersebut dimungkinkan karena adanya
perbedaan penurunan berat bahan per satuan DAFTAR REFERENSI
waktu yang digunakan, namun dengan
Hidayat, B., Kalsum, N., dan Surfiana.
demikian berat bahan tetap menurun.
(2009). Karakterisasi Tepung Ubi
Berdasarkan hasil laju pengeringan tersebut,
Kayu Modifikasi yang Diproses
dapat dikatakan bahwa sawut mocaf

114
Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem, Vol. 7, No. 1, Maret 2019

Menggunakan Metode Pengering Tipe Rak (Tray Dryer)


Pragelatinisasi Parsial. Jurnal Menggunakan Energi Surya.
Teknologi Industri dan Hasil Laporan Penelitian Hibah Bersaing.
Pertanian Volume 14, No 2, LPPM Universitas Mataram.
September 2009. Mataram.
BPS. (2016). Nusa Tenggara Barat dalam Murad, Sukmawaty, Sabani, R., dan Putra,
Angka 2015. Kerjasama Badan G.M.D. (2015). Pengeringan Biji
Perencanaan Pembangunan Daerah Kemiri pada Alat Pengering Tipe
(BAPPEDA) Propinsi Nusa Batch Model Tungku Berbasis
Tenggara Barat dengan Badan Pusat Bahan Bakar Cangkang Kemiri.
Statistik Provinsi Nusa Tenggara Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian
Barat. dan Biosistem, 3 (1), Maret 2015.
Henderson, S.M., and Perry, R.L. (1976). Sabani, R., Murad, Abdullah,S.H., dan
Agricultural Proses Engineering. 3rd Priyati, A. (2013). Pengeringan
ed. The AVI Publ. co., Inc, Wesport, Biji Kakao pada Alat Pengering
Connecticurt USA Hybrid Tipe Rak. Fakultas
Murad, Rahmat, S., Kurniawan, H., Khalil, Teknologi Pangan dan
F.I, dan Muttalib, S.A. (2017). Agroindustri Universitas
Pengeringan Sawut Singkong Mataram. Mataram.
Fermentasi (MOCAF) pada Alat Wulandani, D., dan Utari, S. (2013). Analisis
Pengering Tenaga Surya Tipe Pengeringan Sawut Ubi Jalar
Greenhouse. Laporan Penelitian (Ipomoea batatas L.) Menggunakan
Hibah Bersaing. LPPM Universitas Pengering Efek Rumah Kaca (ERK).
Mataram. Mataram Jurnal Teknik Pertanian, 1 (1),
Murad, Sabani, R., Putra, G.M.D. (2015). Oktober 2013. Institut Pertanian
Pengeringan Kopra Putih pada Alat Bogor. Bogor.

115

Anda mungkin juga menyukai