Anda di halaman 1dari 2

2.

1 epidemiologi Candidiasis
Kandidiasis terdapat di seluruh dunia, dapat menyerang semua usia, baik laki-laki
maupun perempuan. Sumber agen penyebab utama adalah Candida sp., dengan transmisi yang
dapat terjadi melalui kontak langsung maupun fomite.(1) Kejadian kandidiasis di Unit Rawat
Jalan (URJ) Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya tahun 2011-2013
adalah 137 pasien baru (114 pasien dengan infeksi pada kulit, dan 23 pasien dengan infeksi pada
kuku). Distribusi jenis kelamin yang paling banyak terutama adalah perempuan yaitu 54,3% pada
tahun 2011, 80% pada tahun 2012, dan 56,6% pada tahun 2013. Jenis kandidiasis pada kulit
paling banyak yaitu kandidiasis intertriginosa (62,2%). Candida albicans adalah spesies yang
paling banyak di seluruh dunia, mewakili rata-rata global 66% dari semua Candida sp. Angka
kejadian kandidiasis di Asia dari beberapa studi epidemiologi di Hong Kong menyebutkan
bahwa C. albicans adalah spesies yang paling sering diidentifikasi dengan ratarata 56% dari
kasus kandidiasis. Candida albicans masih merupakan penyebab tertinggi Candida bloodstream
infection, yaitu 33,3% di Singapura, 55,5% di Taiwan 55,6%, dan 41% di Jepang. Candida
parapsilosis di Thailand memiliki angka kejadian yang sedikit lebih tinggi yaitu (45%)
dibandingkan Candida albicans sebesar 44,5%. Candida parapsilosis dan Candida tropicalis di
Malaysia menjadi agen etiologi utama, diikuti oleh Candida albicans dengan 11,76% kasus
kandidemia. Frekuensi kejadian C. albicans sebagai spesies dominan dari 37% di Amerika Latin
sampai 70% di Norwegia sebagai akibat dari kejadian kandidiasis invasif yang meningkat
dengan meningkatnya populasi individu yang rentan, dan pengobatan terhambat oleh resistensi
antijamur.(2)

2.3 Etiologi Candidiasis Intermedia


Candida sp. merupakan spesies terbanyak yang ditemukan yakni 2,35%. Sebanyak 286
kasus (96,0%) dari keseluruhan kasus tidak dilakukan kultur. kandidiasis vagina 81% disebabkan
oleh Candida albicans, 16% oleh Torulopsis glabarata, sedang 3% lainnya disebabkan oleh
Candida tropicalis, Candida pseudotropicalis, Candida krusei dan Candida stellatoidea.(3)
Kasus candidiasis yang sebagian besar terjadi pada pasien immunokompromais juga
disebabkan oleh Candida albicans, sedangkan untuk spesies kandida yang lain sebesar 35% dari
total infeksi, dan dengan frekuensi yang lebih sedikit diantaranya disebabkan oleh Candida
tropicalis, Candida parapsilosis, Candida glabrata, Candida lusitaniae, Candida krusei,
Candida dubliniensis, and Candida guilliermondii .(3)

2.9 Tatalaksana Candidiasis Intermedia


Tatalaksana candidiasis intermedia bisa di lakukan secara farmakologi dan non-
farmakologi, untuk tatalaksana secara farmakologi dibagi menjadi dua yaitu secara oral dan
sistemik. Nistatin terutama digunakan untuk infeksi Candida albicans di kulit dan membran
mukosa, termasuk untuk kandidiasis pada usus dan esofageal.
Golongan imidazol Termasuk dalam golongan imidazol, klotrimazol, ketokonazol,
ekonazol, sulkonazol dan tiokonazol. Obat-obat ini digunakan untuk terapi lokal kandidiasis
vagina dan untuk infeksi dermatofit.
Ketokonazol pada pemberian oral diabsorpsi jauh lebih baik dibandingkan dengan
golongan imidazol lainnya. Namun obat ini telah dilaporkan berkaitan dengan kejadian
hepatotoksisitas yang fatal. Untuk pemberian per oral, risiko dan manfaat ketokonazol sebaiknya
dipertimbangkan secara hati-hati terutama yang berkaitan dengan hepatotoksisitas. Oleh karena
itu diperlukan pengamatan klinik dan laboratorium. Pemberian per oral tidak untuk infeksi
superfisial.
Mikonazol dapat digunakan secara topikal untuk infeksi pada rongga mulut. Obat ini
juga efektif untuk infeksi usus. Absorpsi sistemik dapat terjadi pada penggunaan gel mikonazol
oral sehingga dapat menimbulkan interaksi obat yang bermakna.(4)

1. Sari A, Widaty S, Bramono K, Miranda E, Ganjardani M. TINEA KAPITIS DI


POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUPN DR CIPTO MANGUNKUSUMO
JAKARTA PERIODE TAHUN 2005 – 2010. MDVI. 2012;
2. Lim CSY, Rosli R, Seow HF, Chong PP. Candida and invasive candidiasis: Back to
basics. European Journal of Clinical Microbiology and Infectious Diseases. 2012.
3. Sardi JCO, Scorzoni L, Bernardi T, Fusco-Almeida AM, Mendes Giannini MJS. Candida
species: Current epidemiology, pathogenicity, biofilm formation, natural antifungal
products and new therapeutic options. Journal of Medical Microbiology. 2013.
4. PIONAS BPOM. Pemberian Informasi Obat untuk Meningkatkan Kepatuhan Pasien | PIO
Nas. BPOM RI. 2015.

Anda mungkin juga menyukai