ARDI HAMDANI
SEMESTER 1 KLS A
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
ibadah dan agama Islam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Serta kami juga berterima kasih kepada bapak Zaitun Abidin, S.Pd.I,
M.Pd selaku dosen mata pelajaran Fiqih yang telah memberikan tugas ini kepada
kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai salah satu materi pembelajaran Fiqih,
dan Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
Fiqih
D. Cara berwudhu
E. Cara sembahyang
M. Najis mughallazhah
N. Najis mukhaffafah
O. Najis mutawashithoh
Penutup
A. Kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
a. Apa itu arti ibadah dan hukum syari’at?
b. Apa maksud hikmah manusia disuruh beribadah?
c. Bagaimana jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat diterima
Allah
d. Bagaimana cara berwudhu?
e. Bagaimana cara sembahyang?
f. Apa maksud arti agama Islam?
g. Apa yang dimaksud dengan Islam adalah rumah tangga yang mudah?
h. Apa itu air bersuci dan hikmahnnya?
i. Apa yang dimaksud dengan air mutlak dan air yang dipanasi oleh
matahari?
j. Apa yang dimaksud dengan air mustakmal dan air yang berubah?
k. Apa itu air yang banyak dan sedikit?
l. Apa yang dimaksud dengan najis mughallazhah?
m. Apa yang dimaksud dengan najis mukhaffafah?
n. Apa yang dimaksud dengan najis mutawassithah?
C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui arti ibadah dan hukum syari’at
b. Untuk mengetahui hikmah manusia disuruh beribadah
c. Untuk mengetahui jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat
diterima Allah
d. Untuk mengetahui cara berwudhu
e. Untuk mengetahui cara sembahyang
f. Untuk mengetahui arti agama Islam
g. Untuk mengetahui Islam adalah rumah tangga yang mudah
h. Untuk mengetahui air bersuci dan hikmahnnya
i. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan air mutlak dan air yang
dipanasi oleh matahari
j. Untuk mengetahui air mustakmal dan air yang berubah
k. Untuk mengetahui air yang banyak dan sedikit
l. Untuk mengetahui najis mughallazhah
m. Untuk mengetahui najis mukhaffafah
n. Untuk mengetahui najis mutawassithah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti ibadah dan hukum Syari’at
1. Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata ‘abd yang artinya abdi, hamba,
budak,atau pelayan. Jadi ibadah berarti pengabdian, penghambaan, pembudakan,
ketaatan, atau merendahkan diri. Sedangkan secara terminologis, Hasbi Ash-
Shiddieqy mengutip berapa pendapat antara lain: Mengesakan Allah,
menta’zimkan-Nya dengan sepenuh penuhnya ta’zim serta menghinakan diri kita
dan menundukkan jiwa kepada-Nya1. Ulama akhlak mengartikan ibadah dengan
mengerjakan segala taat badaniyah dan menjalankan segala syariat (hukum).
1
Al Fiqh al-manhaji 'ala madzab al-imam asy-Syafi'i, jilid 1 pengarang dr. Musthofa albugho
penerbit haramain cetakan kedua tahun 1987m/1407H
Ulama fiqih mengartikan ibadah dengan segala taat yang dikerjakan untuk
mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya diakhirat
Selanjutnya ulama tafsir M.Quraish shihab menyatakan bahwa :ibadah
adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai
dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang
terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan
dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu
memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.
Sedangkan A.bd. Muin Salim menyatakan bahwa: Ibadah dalam bahasa
agama merupakan sebuah konsep yang berisi pengertian cinta yang sempurna,
ketaatan dan khawatir. Artinya, dalam ibadah terkandung rasa cinta yang
sempurna kepada Sang Pencipta disertai kepatuhan dan rasa khawatir hamba akan
adanya penolakan sang Pencipta terhadapnya.
2. Hukum Syari’at
Terdapat istilah syari’ah dalam hukum islam yang harus dipahami sebagai
sebuah intisari dari ajaran Islam itu sendiri. Secara terminologis (istilah) syari’ah
diartikan sebagai tata aturan atau hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah
kepada hamba-Nya untuk diikuti. Diperjelas oleh pendapat Manna’ al-Qaththan
bahwa syari’at berarti “segala ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-
hamba-Nya, baik menyangkut akidah, ibadah, akhlak,maupun muamalah.
Syari’ah pada mulanya diartikan dengan agama, namun kemudian lebih
dispesifikkan untuk hukum amaliah saja. Pengkhususan makna syari’ah
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bahwa sejatinya agama hanya satu
dan cakupannya lebih luas (universal), sedangkan Syariah dapat berbeda beda
antar satu umat dengan umat lainnya. Syariat merupakan norma hukum dasar
yang ditetapkan Allah, dan kemudian wajib diikuti oleh umat Islam berdasar
keyakinan dan disertai akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah dengan
sesama manusia dan juga alam semesta.
B. hikmah manusia disuruh beribadah
Mengapa umat Islam harus beribadah kepada Allah, yaitu untuk mendapatkan
kesuksesan, yaitu ketakwaan. Takwa adalah menjlnkan segl perintah Allah dan
menjahui larangannya2, Takwa merupakan sebuah proses yang harus dijalani oleh
seseorang. Itu sebabnya, takwa tidak akan pernah ada akhirnya, sehingga menuntut
manusia selalu beribadah kepada Allah. Bertakwa agar manusia mendapatkan keun
tungan hingga akhirat nanti Jadi, ibadah proses panjang yang menjadikan kita mampu
memahami dalam kehidupan kita, sehingga menjadi modal, memiliki kemampuan,
disukseskan Allah, tapi bukan semata ada tidaknya materi ibadah harus dibarengi oleh
kemauan yang kuat, yaitu dengan mengikhlaskan diri sepenuhnya kepada Allah.
Kemudian, melaksanakan ibadah juga harus memiliki tujuan sukses dunia dan
akhirat. Sukses di dunia yang dimaksud adalah segala amal perbuatannya baik dan
bermanfaat untuk orang lain3.
C. Jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat diterima oleh Allah
Jalan yang harus dilakukan hamba agar ibadahnya diterima oleh Allah swt, yaitu:
a. Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman kepada Allah. 4 Hal ini
mengandung pengertian bahwa setiap seseorang melaksanakan ibadah harus
diyakini bahwa itu merupakan perintah Allah atau merupakan anjuran Allah.
Kalaun tidak ada terdapat dengan tegas bahwa ibadah itu perintah atau anjuran
Allah, maka harus berlandaskan apakah itu merupakan perintah atau anjuran
Nabi Muhammad saw, sehingga dengan demikian kita akan yakin bahwa itu
sesuai dengan syariat dan yakin akan diterima dan mendapat balasan pahala
dari Allah swt;
b. Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ilmu, artinya kita
mengetahui dan memahami bahwa ibadah yang kita lakukan itu benar-benar
sesuai dengan syari’at ajaran Islam dan merupakan tuntunan Nabi Muhammad
saw, karena angtara iman dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia;
2
Abdillah Al-Harari, Al- Qoulul Jaliy (Jakarta: jl. Malaka raya blok 1 no 180) hlm. 75
3
Al bajuri pengarang imam al bajuri tahun 593H
4
Tanwirul qulub
c. Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas, artinya apapun
bentuk ibadah dan pekerjaan yang kita lakukan harus ikhlas semata karena
Allah swt. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sifat riya’ yang dapat
merusak amal ibadah seseorang.
D. Cara Berwudhu
Tata Cara Melakukan Wudhu
Ada 8 langkah dalam Tata Cara Wudhu
1. Membaca ” BISMILLAAHIR-RAH-MAANIR-RAHIIM”, sambil mencuci
kedua belah tangan sampai gelang tangan hingga bersih5
2. Selesai membersihkan tangan terus berkumur 3x (tiga kali), sambil
membersihkan gigi hingga bersih agar tidak ada bekas makanan yang ada di
gigi
3. Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air kedalam hidung) dengan
telapak tangan kanan lalu istintsar (menyemburkan air keluar) dengan tangan
kiri. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali
4. Membasuh muka sebanyak 3 kali. Batasan muka adalah dari telinga satu ke
telinga yang lain dan dari batasan tumbuhnya rambut kepada diatas kening
atau dahi hingga dagu. Sambil membaca niat wudhu seperti dibawah ini
Artinya :
"Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah."
5. Membasuh tangan kanan sebanyak 3 kali, lalu tangan kiri juga 3 kali. Dimulai
dari jari dengan menyela-nyela jari jemari, lalu menggosok-gosokkan air ke
lengan, kemudian mencuci siku. Demikian pula dengan tangan kiri. Atau bisa
juga dari siku hingga ke ujung jari.
6. Setelah selesai mencuci kedua belah tangan , anda harus menyapu sebagian
rambut kepala sebanyak tiga kali lagi
5
Fath al-alamSyeikh M Amin Al Kurdi
7. Kemudian membasuh telinga yaitu dengan memasukkan kedua jari telunjuk
ke dalam telinga dan kedua ibu jari dibagian luar telinga
8. Membasuh kaki kanan sebanyak 3 kali, dari ujung jari ke mata kaki. Dengan
cara mencuci mata kaki dan menyela-nyela jari jemari kaki. Lalu membasuh
kaki kiri seperti itu pula
E. Cara Sembahyang
Selain syarat salat, setiap umat muslim juga harus memenuhi rukun salat. Rukun salat yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
Salam pertama
Ada macam-maacam air yang bisa digunakan untuk bersuci maupun yang tak bisa digunakan
untuk bersuci
1. air suci menyucikan
Air yang masuk dalam kategori ‘suci menyucikan’ adalah air pada umum nya dan
keadaannya masih seperti kali pertama diciptakan. Pengertian pada umum nya terlepas
dari beberapa lama air tergenang bercampur dengan tanah atau bukan serta sudah di
tumbuhi terartai atau belum
2. air suci menyucikan tapi makruh Air yang suci menyucikan tapi makruh adalah yang
dijemur dibawah sinar matahari.6
Ada tiga syarat untuk kemakruhannya
6
Fathul qorib pengarang muhammad ibnu qosim al-ghazi penerbit haramain
air mutanjis jika salah satu dari ketiga cirinya, warna, rasa, atau bau, mengalami
perubahan terlebih dahulu. Dasarnya adalah ijmak para ulama.
Hikmah Bersuci
Ada banyak hikmah mengapa terdapat syari’at bersuci dalam Islam, diantarnya adalah
7
At tadzhib pengarang dr musthofa al-bugho penerbit al-hidayah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada macam-maacam air yang bisa digunakan untuk bersuci maupun yang tak bisa digunakan
untuk bersuci
Air yang masuk dalam kategori ‘suci menyucikan’ adalah air pada umum nya dan
keadaannya masih seperti kali pertama diciptakan.
2. Air mutanajis Air yang kadarnya sedikit. Pengertiannya, air yang kapasitasnya kurang
dari dua kulah. Begitu najis masuk kedalamnya, air ini langsung disebut air
mutanajis.
DAFTAR PUSTAKA
Al Fiqh al-manhaji 'ala madzab al-imam asy-Syafi'i, jilid 1 pengarang dr. Musthofa albugho
penerbit haramain cetakan kedua tahun 1987m/1407H
Tanwirul qulub