Anda di halaman 1dari 16

TUGAS KELOMPOK DOSEN PENGAMPU

FIQIH ZAITUN ABIDIN, S.Pd.I, M.Pd

IBADAH DAN AGAMA ISLAM

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 1

ADE RAYMONDO SAPUTRA

DIMAS DWI PRABOWO

BURMALENI EKA ARISA

ARDI HAMDANI

SEMESTER 1 KLS A

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SUSKA RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
ibadah dan agama Islam ini dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Serta kami juga berterima kasih kepada bapak Zaitun Abidin, S.Pd.I,
M.Pd selaku dosen mata pelajaran Fiqih yang telah memberikan tugas ini kepada

kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai salah satu materi pembelajaran Fiqih,
dan Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang


membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik
dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Pekanbaru, 7 September 2021


DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

Pendahuluan

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Masalah

Fiqih

A. Arti ibadah dan hukum syari’at

B. Hikmahnya manusia disuruh beribadah

C. Jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat diterima Tuhan

D. Cara berwudhu

E. Cara sembahyang

F. Arti agama Islam

G. Islam adalah merupakan rumah tangga yang mudah

H. Air bersuci dn hikmhnya

I. Air yang boleh digunakan untuk bersuci


J. Yang dimaksud dengan air mutlak dan air yang dipanasi oleh matahri

K. Yang dimaksud dengan air mustakmal dan air yang berubah

L. Air yang banyak dan air yang sedikit

M. Najis mughallazhah

N. Najis mukhaffafah

O. Najis mutawashithoh

Penutup

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama adalah Rahmatanlil’alamin bagi kehidupan manusia di muka bumi adapun


gejala yang begitu sering terdapat dimana- mana dan agama berkaitan dengan usaha-usaha
manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan keberadaan alam
semesta. Selain dengan beragama dapat kebahagiaan batin yang paling sempurna dan juga
perasan takut. Meskipun perhatian tertuju dengan adanya suatu dunia yang tak dapat dilihat
(akherat), namun agama melibatkan diri dalam masalah kehidupan sehari-hari di dunia.
Agama merupakan suatu keyakinan individu yang dapat membimbing pemeluknya
memperoleh ketenangan jiwa/batin dan sebagai pedoman hidup manusia (way of life).
(Agus Sukirno, 2019:19). Karena itu, agama akan menjadi petunjuk dalam setiap kehidupan
seseorang mulai dari keyakinannya kepada Tuhan sampai kepada kepribadian yang dimiliki
agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Agama lebih mudah dipahami melalui
gejala, aktivitas maupun efek atau pengaruh yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada
masyarakat. Keberagamaan atau religius dapat dihidupkan dalam berbagai sisi kehidupan
manusia. Aktivitas beragama bukan terjadi ketika seseorang melakukan perilaku ritual
(beribadah) tetapi juga melakukan aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural
bukan hanya yang berkaitan dengan aktivitas yang tak tampak dan terjadi dalam hati
seseorang. Ibadah merupakan suatu hal yang sangat penting dan utama untuk dilakukan,
karena Allah telah mewajibkan ibadah kepada umat bukan untuk kepentingan-Nya, akan
tetapi untuk kebaikan sendiri. Ibadah adalah segala sesuatu yang disukai Allah dan diridhoi-
Nya, baik berupa perkataan maupun berupa perbuatan baik terang-terangan maupun
tersembunyi (As-Shiddieqy, 2000: 7). Menurut Mas’ud dan Abidin (2000: 17), ibadah
berarti penyembahan seorang hamba terhadap Tuhannya yang dilakukan dengan jalan
tunduk dan merendahkan diri serendah-rendahnya yang dilakukan secara hati ikhlas menurut
tata cara yang ditentukan oleh agama. Dalam agama Islam, ibadah merupakan salah satu
alasan yang akan membuat seseorang bahagia. Karena ibadah ialah perbuatan dan perkataan
yang dicintai dan diridhoi oleh Allah, yang dapat menghantarkan pelakunya bahagia di
dunia dan akhirat. Ibadah sama halnya seperti makan, minum yang tidak berguna lagi ketika
kita sudah kenyang. Akan tetapi makan minum tersebut merupakan hal yang berguna dan
penting bagi pelakunya saat dalam keadaan lapar dan haus. Seperti itulah manfaat ibadah
kepada Allah SWT. Karena ibadah yang kita kerjakan tidak langsung akan membuat kaya,
tetapi Allah akan menjamin ibadah tersebut dapat membuat bahagia di dunia dan di akhirat.

B. Rumusan Masalah
a. Apa itu arti ibadah dan hukum syari’at?
b. Apa maksud hikmah manusia disuruh beribadah?
c. Bagaimana jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat diterima
Allah
d. Bagaimana cara berwudhu?
e. Bagaimana cara sembahyang?
f. Apa maksud arti agama Islam?
g. Apa yang dimaksud dengan Islam adalah rumah tangga yang mudah?
h. Apa itu air bersuci dan hikmahnnya?
i. Apa yang dimaksud dengan air mutlak dan air yang dipanasi oleh
matahari?
j. Apa yang dimaksud dengan air mustakmal dan air yang berubah?
k. Apa itu air yang banyak dan sedikit?
l. Apa yang dimaksud dengan najis mughallazhah?
m. Apa yang dimaksud dengan najis mukhaffafah?
n. Apa yang dimaksud dengan najis mutawassithah?

C. Tujuan Masalah
a. Untuk mengetahui arti ibadah dan hukum syari’at
b. Untuk mengetahui hikmah manusia disuruh beribadah
c. Untuk mengetahui jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat
diterima Allah
d. Untuk mengetahui cara berwudhu
e. Untuk mengetahui cara sembahyang
f. Untuk mengetahui arti agama Islam
g. Untuk mengetahui Islam adalah rumah tangga yang mudah
h. Untuk mengetahui air bersuci dan hikmahnnya
i. Untuk mengetahui Apa yang dimaksud dengan air mutlak dan air yang
dipanasi oleh matahari
j. Untuk mengetahui air mustakmal dan air yang berubah
k. Untuk mengetahui air yang banyak dan sedikit
l. Untuk mengetahui najis mughallazhah
m. Untuk mengetahui najis mukhaffafah
n. Untuk mengetahui najis mutawassithah

BAB II
PEMBAHASAN
A. Arti ibadah dan hukum Syari’at
1. Ibadah
Ibadah secara etimologi berasal dari kata ‘abd yang artinya abdi, hamba,
budak,atau pelayan. Jadi ibadah berarti pengabdian, penghambaan, pembudakan,
ketaatan, atau merendahkan diri. Sedangkan secara terminologis, Hasbi Ash-
Shiddieqy mengutip berapa pendapat antara lain: Mengesakan Allah,
menta’zimkan-Nya dengan sepenuh penuhnya ta’zim serta menghinakan diri kita
dan menundukkan jiwa kepada-Nya1. Ulama akhlak mengartikan ibadah dengan
mengerjakan segala taat badaniyah dan menjalankan segala syariat (hukum).
1
Al Fiqh al-manhaji 'ala madzab al-imam asy-Syafi'i, jilid 1 pengarang dr. Musthofa albugho
penerbit haramain cetakan kedua tahun 1987m/1407H
Ulama fiqih mengartikan ibadah dengan segala taat yang dikerjakan untuk
mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya diakhirat
Selanjutnya ulama tafsir M.Quraish shihab menyatakan bahwa :ibadah
adalah suatu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya sebagai
dampak dari rasa pengagungan yang bersemai dalam lubuk hati seseorang
terhadap siapa yang kepadanya ia tunduk. Rasa itu lahir akibat adanya keyakinan
dalam diri yang beribadah bahwa obyek yang kepadanya ditujukan ibadah itu
memiliki kekuasaan yang tidak dapat terjangkau hakikatnya.
Sedangkan A.bd. Muin Salim menyatakan bahwa: Ibadah dalam bahasa
agama merupakan sebuah konsep yang berisi pengertian cinta yang sempurna,
ketaatan dan khawatir. Artinya, dalam ibadah terkandung rasa cinta yang
sempurna kepada Sang Pencipta disertai kepatuhan dan rasa khawatir hamba akan
adanya penolakan sang Pencipta terhadapnya.
2. Hukum Syari’at
Terdapat istilah syari’ah dalam hukum islam yang harus dipahami sebagai
sebuah intisari dari ajaran Islam itu sendiri. Secara terminologis (istilah) syari’ah
diartikan sebagai tata aturan atau hukum-hukum yang disyari’atkan oleh Allah
kepada hamba-Nya untuk diikuti. Diperjelas oleh pendapat Manna’ al-Qaththan
bahwa syari’at berarti “segala ketentuan Allah yang disyariatkan bagi hamba-
hamba-Nya, baik menyangkut akidah, ibadah, akhlak,maupun muamalah.
Syari’ah pada mulanya diartikan dengan agama, namun kemudian lebih
dispesifikkan untuk hukum amaliah saja. Pengkhususan makna syari’ah
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman bahwa sejatinya agama hanya satu
dan cakupannya lebih luas (universal), sedangkan Syariah dapat berbeda beda
antar satu umat dengan umat lainnya. Syariat merupakan norma hukum dasar
yang ditetapkan Allah, dan kemudian wajib diikuti oleh umat Islam berdasar
keyakinan dan disertai akhlak, baik dalam hubungannya dengan Allah dengan
sesama manusia dan juga alam semesta.
B. hikmah manusia disuruh beribadah
Mengapa umat Islam harus beribadah kepada Allah, yaitu untuk mendapatkan
kesuksesan, yaitu ketakwaan. Takwa adalah menjlnkan segl perintah Allah dan
menjahui larangannya2, Takwa merupakan sebuah proses yang harus dijalani oleh
seseorang. Itu sebabnya, takwa tidak akan pernah ada akhirnya, sehingga menuntut
manusia selalu beribadah kepada Allah. Bertakwa agar manusia mendapatkan keun
tungan hingga akhirat nanti Jadi, ibadah proses panjang yang menjadikan kita mampu
memahami dalam kehidupan kita, sehingga menjadi modal, memiliki kemampuan,
disukseskan Allah, tapi bukan semata ada tidaknya materi ibadah harus dibarengi oleh
kemauan yang kuat, yaitu dengan mengikhlaskan diri sepenuhnya kepada Allah.
Kemudian, melaksanakan ibadah juga harus memiliki tujuan sukses dunia dan
akhirat. Sukses di dunia yang dimaksud adalah segala amal perbuatannya baik dan
bermanfaat untuk orang lain3.

C. Jalan yang harus dilakukan supaya ibadah dapat diterima oleh Allah
Jalan yang harus dilakukan hamba agar ibadahnya diterima oleh Allah swt, yaitu:
a. Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan iman kepada Allah. 4 Hal ini
mengandung pengertian bahwa setiap seseorang melaksanakan ibadah harus
diyakini bahwa itu merupakan perintah Allah atau merupakan anjuran Allah.
Kalaun tidak ada terdapat dengan tegas bahwa ibadah itu perintah atau anjuran
Allah, maka harus berlandaskan apakah itu merupakan perintah atau anjuran
Nabi Muhammad saw, sehingga dengan demikian kita akan yakin bahwa itu
sesuai dengan syariat dan yakin akan diterima dan mendapat balasan pahala
dari Allah swt;
b. Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ilmu, artinya kita
mengetahui dan memahami bahwa ibadah yang kita lakukan itu benar-benar
sesuai dengan syari’at ajaran Islam dan merupakan tuntunan Nabi Muhammad
saw, karena angtara iman dan ilmu merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan manusia;

2
Abdillah Al-Harari, Al- Qoulul Jaliy (Jakarta: jl. Malaka raya blok 1 no 180) hlm. 75
3
Al bajuri pengarang imam al bajuri tahun 593H

4
Tanwirul qulub
c. Ibadah yang dilaksanakan harus dilandasi dengan ikhlas, artinya apapun
bentuk ibadah dan pekerjaan yang kita lakukan harus ikhlas semata karena
Allah swt. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari sifat riya’ yang dapat
merusak amal ibadah seseorang.
D. Cara Berwudhu
Tata Cara Melakukan Wudhu
Ada 8 langkah dalam Tata Cara Wudhu
1. Membaca ” BISMILLAAHIR-RAH-MAANIR-RAHIIM”, sambil mencuci
kedua belah tangan sampai gelang tangan hingga bersih5
2. Selesai membersihkan tangan terus berkumur 3x (tiga kali), sambil
membersihkan gigi hingga bersih agar tidak ada bekas makanan yang ada di
gigi
3. Berkumur-kumur dan istinsyaq (menghirup air kedalam hidung) dengan
telapak tangan kanan lalu istintsar (menyemburkan air keluar) dengan tangan
kiri. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali
4. Membasuh muka sebanyak 3 kali. Batasan muka adalah dari telinga satu ke
telinga yang lain dan dari batasan tumbuhnya rambut kepada diatas kening
atau dahi hingga dagu. Sambil membaca niat wudhu seperti dibawah ini

“Nawaitul wudhuu-a liraf’il hadatsil ashghari fardhal lilaahi ta’aalaa”

Artinya :

"Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah."

5. Membasuh tangan kanan sebanyak 3 kali, lalu tangan kiri juga 3 kali. Dimulai
dari jari dengan menyela-nyela jari jemari, lalu menggosok-gosokkan air ke
lengan, kemudian mencuci siku. Demikian pula dengan tangan kiri. Atau bisa
juga dari siku hingga ke ujung jari.
6. Setelah selesai mencuci kedua belah tangan , anda harus menyapu sebagian
rambut kepala sebanyak tiga kali lagi

5
Fath al-alamSyeikh M Amin Al Kurdi
7. Kemudian membasuh telinga yaitu dengan memasukkan kedua jari telunjuk
ke dalam telinga dan kedua ibu jari dibagian luar telinga
8. Membasuh kaki kanan sebanyak 3 kali, dari ujung jari ke mata kaki. Dengan
cara mencuci mata kaki dan menyela-nyela jari jemari kaki. Lalu membasuh
kaki kiri seperti itu pula
E. Cara Sembahyang

Adapun syarat Sembahyang adalah:

 Harus beragama Islam

 Baligh dan berakal sehat

 Bersih dari najis kecil dan besar

 Mengetahui tata cara sholat

 Sudah masuk waktu salat 5 waktu

 Harus selalu menghadap kiblat

 Wajib memenuhi peraturan menutup aurat.

Selain syarat salat, setiap umat muslim juga harus memenuhi rukun salat. Rukun salat yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

 Berdiri bagi yang masih mampu

 Mengucapkan niat di dalam hati

 Mengucapkan takbirotul ihram (takbir pertama)

 Membaca surat Al-Fatihah di setiap rakaat

 Rukuk dan tumaninah

 Membaca iktidal setelah rukuk dan tumaninah

 Menjalani sujud dua kali

 Duduk di antara dua sujud

 Duduk tasyahud akhir

 Membaca doa tasyahud akhir


 Membaca shalawat Nabi Muhammad SAW saat tasyahud akhir

 Salam pertama

 Tertib melakukan rukun sholat secara berurutan

F. Islam adalah merupakan rumah tangga yang mudah


Islam berasar kata dari “aslama”, “yuslimu”, “islaaman” yang berarti tunduk, patuh, dan
selamat. Islam berarti kepasrahan atau ketundukan secara total kepada Allah SWT. Orang yang
beragama Islam berarti ia pasrah dan tunduk patuh terhadap ajaran-ajaran Islam. Seorang muslim
berarti juga harus mampu menyelamatkan diri sendiri, juga menyelamatkan orang lain. Tidak
cukup selamat tetapi juga menyelamatkan.
Secara istilah Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk umat
manusia agar dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat.
Inti ajarannya (rukun Islam) adalah bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat,
menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan pergi haji bila mampu.
G. Air bersuci dan hikmahnya
Bersuci secara etimologi berarti membersihkan diri dari kotoran. Apakah itu kotoran
yang sifatnya indrawi seperti najis, ataupun kotoran yang sifatnya maknawi seperti aib.Kedua
pengertian ini digunakan dalam dua ungkapan berikut ‘bersuci dengan menggunakan air’ Artinya
membersihkan diri biar terhindar dari najis, Sementara itu menurut syara; bersuci memiliki
pengertian suatu perbuatan yang menyebabkan boleh nya melaksanakan sholat atau hal lain yang
hukumnya sama dengan holat. Misalnya, berwudhu untuk orang yang belum berwudhu mandi
bagi orang yang wajib mandi serta membersihkan pakaian badan dan tempat.

Ada macam-maacam air yang bisa digunakan untuk bersuci maupun yang tak bisa digunakan
untuk bersuci
1. air suci menyucikan
Air yang masuk dalam kategori ‘suci menyucikan’ adalah air pada umum nya dan
keadaannya masih seperti kali pertama diciptakan. Pengertian pada umum nya terlepas
dari beberapa lama air tergenang bercampur dengan tanah atau bukan serta sudah di
tumbuhi terartai atau belum
2. air suci menyucikan tapi makruh Air yang suci menyucikan tapi makruh adalah yang
dijemur dibawah sinar matahari.6
Ada tiga syarat untuk kemakruhannya

a. Terletak di negeri tropis


b. Diletakkan diatas wadah berbahan non emas atau perak, seperti besi dan tembaga serta
semua bahan yang berbunyi jika diketok.
c. Digunakan untuk tumbuh manusia atau hewan yang terkena penyakit sopak seperti kuda
3. air suci menyucikan
Air suci tidak menyucikan ini terbagi menjadi dua jenis:
1. Pertama, air bekas pakai bersuci seperti mandi dan berwudhu. Dalil bahwa air ini suci
adalah riwayat yang dikemukakan oleh bukhari dan muslim dari jabir bin Abdullah r.a.
bercerita,’ Rasulullah SAW datang menjenguk ku keetika aku sakit parah sehingga tak
sadarkan diri. Beliau SAW berwudhu dan menyiramkan air bekas wudhunya kepadaku.
(H.r. Bukhari (No 191) dan Muslim(No. 1616))
2. Kedua, air mutlak yang telah tercampur dengan zat-zat suci lain (yang biasanya tidak
terkandung didalam air) contohnya air teh dan rosella. Berbeda jika zat suci itu memiiki
sifat, rasa, warna, dan aroma yang sama dengan air seperti air perasan mawar. Air ini
telah kehilangan ciri sebagai air murni dan dianggap sudah tercampur, rasanya seperti jus
delima, warna nya seperti air perasan anggur, tapi aromanya seperti ladzin.
3. Air mutanajis
Air mutanajis adalah air yang sudah terkena najis. Ada dua jenis air mutanajis
1. Air yang kadarnya sedikit. Pengertiannya, air yang kapasitasnya kurang dari dua kulah.
Begitu najis masuk kedalamnya, air ini langsung disebut air mutanajis. Ukuran dua kulah
adalah 500 liter Baghdad yang setara dengan 192,857 kg ukuran kubiknya 1,25 hasta
persegi (pamjang lebar dan tinggi)
2. Air yang kadarnya banyak,yakni berkapasitas dua kulah atau lebih. Air ini tidak serta
merta menjadi mutanajis hanya dengan jatuhnya suatu najis kedalamnya, akan menjadi

6
Fathul qorib pengarang muhammad ibnu qosim al-ghazi penerbit haramain
air mutanjis jika salah satu dari ketiga cirinya, warna, rasa, atau bau, mengalami
perubahan terlebih dahulu. Dasarnya adalah ijmak para ulama.

Hikmah Bersuci

Ada banyak hikmah mengapa terdapat syari’at bersuci dalam Islam, diantarnya adalah

1. Bersuci merupakan naluri manusia


2. Dengan bersuci kehormatan dan wibawa sebagai seorang muslim akan terjaga
3. Agar kesehatan terjaga, kebersihan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
menjaga kesehatan 7
4. Membersihkan badan, mencuci tangan, muka, hidung dan kaki beberapa kali dalam
sehari dapat menjaga tubuh dari penyakit
5. Agar dapat beribadah kepada Allah dalam keadaan suci dan bersih
H. Najis berat, ringan, dan sedang
1. Najis berat (mughallazhah) seperti anjing dan babi. Status anjing dan babi sebagai
najis berat terbukti bahwa status kenajisannya tidak mungkin hilang dengan
mencucinya pakai air, seperti najis pada umumnya. Najis anjing dan babi baru
hilang setelah dibasuh 7 kali dimana salah satunya dengan tanah
2. Naiis ringan (mukhaffaah) seperti air kencing bayi yang belum mengkonsusmsi
apa-apa selain susu dan berusia dibawah 2 tahun
3. Najis sedang (mutawashithah) selain kedua najis diatas (maksudnya selain anjing,
babi dan kencing bayi yang belum makan apa-apa selain air susu)

7
At tadzhib pengarang dr musthofa al-bugho penerbit al-hidayah.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Agama adalah Rahmatanlil’alamin bagi kehidupan manusia di muka bumi


adapun gejala yang begitu sering terdapat dimana- mana dan agama berkaitan dengan
usaha-usaha manusia untuk mengukur dalamnya makna dari keberadaan diri sendiri dan
keberadaan alam semesta. Selain dengan beragama dapat kebahagiaan batin yang paling
sempurna dan juga perasan takut. Meskipun perhatian tertuju dengan adanya suatu dunia
yang tak dapat dilihat , namun agama melibatkan diri dalam masalah kehidupan sehari-
hari di dunia. Agama merupakan suatu keyakinan individu yang dapat membimbing
pemeluknya memperoleh ketenangan jiwa/batin dan sebagai pedoman hidup manusia .

Ada macam-maacam air yang bisa digunakan untuk bersuci maupun yang tak bisa digunakan
untuk bersuci

 Air yang masuk dalam kategori ‘suci menyucikan’ adalah air pada umum nya dan
keadaannya masih seperti kali pertama diciptakan.

 Air suci tidak menyucikan ini terbagi menjadi dua jenis


1. Pertama, air bekas pakai bersuci seperti mandi dan berwudhu

2. Air mutanajis Air yang kadarnya sedikit. Pengertiannya, air yang kapasitasnya kurang
dari dua kulah. Begitu najis masuk kedalamnya, air ini langsung disebut air
mutanajis.

DAFTAR PUSTAKA

Al Fiqh al-manhaji 'ala madzab al-imam asy-Syafi'i, jilid 1 pengarang dr. Musthofa albugho
penerbit haramain cetakan kedua tahun 1987m/1407H

Al bajuri pengarang imam al bajuri tahun 593H

Abdillah al-harari, al-qoulu jaily

At tadzhib pengarang dr musthofa al-bugho penerbit al-hidayah

Fathul qorib pengarang muhammad ibnu qosim al-ghazi penerbit haramain

Fath al-alamSyeikh M Amin Al Kurdi

Tanwirul qulub

Anda mungkin juga menyukai