1 (2019)
Abstrak
Masyarakat biasanya menggunakan daun Sangketan untuk mengobati sawanan dengan
mengusapkan daun sangketan, bawang, dlingo, dan bengkle yang sudah dihaluskan kemudian dioleskan
pada ubun-ubun, kuping, leher, tangan, dan kaki. Daun sangketan mengandung alkaloid, flavonoid,
saponin, steroid, dan terpenoid. Flavonoid telah terbukti mencegah atau memperlambat perkembangan
beberapa kanker. Sebagian besar bertindak sebagai agen anti-oksidan dan anti-inflamasi. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui profil flavonoid dari ekstrak etanol daun sangketan (Achyrantes
Aspera) secara kualitatif. Menggunakan metode eksperimen dengan pendekatan one shot case study.
Serbuk simplisia di maserasi dengan etanol 96% selama 8 hari disertai pengadukan, filtrat diuapkan
hingga menjadi ekstrak kental. Pengujian kadar flavonoid total ekstrak dilakukan dengan
spektrofotometer, menggunakan larutan baku kuersetin. Hasil analisis dengan menggunakan
spektrofotometri UV-Vis, konsentrasi ekstrak Sangketan 100 ppm lebih mendekati nilai absorbansi baku
quersetin pada panjang gelombang 419,8 nm, dengan kadar flavonoid total 47,23%. Berdasarkan
analisis dengan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang 419,8 nm, ekstrak etanol daun
sangketan mengandung flavonoid total dengan kadar 47,23%. tanin.
Kata Kunci: Daun, Sangketan, Flavonoid, Spektrofotometri.
Abstract
Sangketan plants (Achyrantes Aspera) in the journal Indian Forester Sangketan plants
have efficacy in treatment systems such as emenagogue, anti-arthritis, antifertility, laxatives,
abortion, patients, anti-worms, aphrodisiacs, antiviral, antiplasmodic, antihypertensive,
anticoagulant, diuretic, and antitumor. Of the several properties of sangketan plants because of
the important role of flavonoid content. Flavonoids are mostly contained in plant leaves.
Therefore, the aim of this study was to determine the profile of secondary metabolites of
flavonoids from 96% ethanol extract of sangketan leaves (Achyrantes Aspera) qualitatively, and
calculate percent concentration values in extract of sangketan leaves (Achyrantes Aspera)
quantitative. Using a pure experimental method with a one shot case study approach. Sangketan
leaf samples were obtained from Ngemplak, Undaan, Kudus. Based on the results of the analysis
using the UV-Vis spectrophotometry method at a wavelength of 419.8 nm ethanol extract of
sangketan leaves containing flavonoid compounds with levels of 47.23%. At least 100 ppm
sample concentration is closer to the standard absorbance of 40 ppm quersetin at a wavelength
of 419.8 nm with a total concentration of flavonoid levels of 47.23%. tannin.
Keywords: Achyrantes aspera, Leaf, Flavonoid, Spectrophotometry.
Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 4 No.1 (2019) | 13
pengadukan. Filtrat yang diperoleh diuapkan bakteri dan jamur pada tahap penyimpanan
hingga menjadi ekstrak kental [19]. Selanjutnya dilakukan uji kadar air atau
Sebelum dilakukan pengujian kadar uji kelembapan dengan menggunakan alat
sebelumnya diidentifikasi kandungan moisture balance, uji kadar air digunakan
flavonoid pada ekstrak daun sangketan untuk mencegah kelembapan yang dapat
dengan cara ekstrak sangketan dilarutkan mempercepat pertumbuhan mikroba dan
dengan pelarut etanol 96% kemudian jamur. Pada uji kelembapan sampel simplisia
ditambahkan 3 tetes FeCl3, perubahan warna sangketan didapatkan nilai kadar 3,47%. Nilai
hijau kehitaman berarti positif mengandung kadar kelembapan yang diperoleh sudah
flavonoid. memenuhi persyaratan, karena kadar
Pengujian kadar flavonoid total ekstrak kelembapan simplisia yang baik adalah 2-5%
dilakukan dengan alat spektrofotometer. [20].
Sampel ekstrak daun sangketan (Achyrantes Selanjutnya daun sangketan yang sudah
Aspera) ditambahkan etanol p.a pada labu kering ditimbang sebanyak 500 g kemudian
ukur 100 ml hingga tanda batas, kemudian dihaluskan untuk memperluas permukaan
ditentukan Operating Time. Selanjutnya, yang akan bersentuhan dengan cairan penyari
larutan baku kuersetin dibuat konsentrasi pada proses ekstraksi dengan metode
1000 ppm (larutan stok). Kemudian dari maserasi. Metode ekstraksi yang digunakan
larutan tersebut dipipet 0,4 ml, 0,6 ml, 0,8 ml, dalam penelitian ini yaitu metode maserasi
1 ml dan 1,2 ml masing-masing dicukupkan dengan perbandingan pelarut 1:5. Metode
volumenya dengan etanol p.a pada labu ukur maserasi digunakan karena adanya senyawa
hingga 10 ml sehingga diperoleh 5 flavonoid pada daun sangketan yang tidak
konsentrasi yaitu 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, tahan terhadap pemanasan [21].
100 ppm dan 120 ppm. Kemudian masing- Pada penelitian ini, digunakan serbuk
masing konsentrasi diukur serapannya dengan simplisia daun sangketan 500 gram
menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada dimasukkan ke dalam wadah maserasi,
panjang gelombang maximum 300-600 nm. ditambahkan pelarut etanol 96% hingga
serbuk simplisia terendam dengan volume
III.HASIL DAN PEMBAHASAN etanol 2,5 liter, dibiarkan selama 8 hari
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui terlindung dari cahaya, sambil diaduk tiap 8
ada atau tidaknya kandungan senyawa jam selama 15 menit untuk meratakan
flavonoid serta berapa kadar flavonoid total konsentrasi larutan diluar butir serbuk
pada sampel dengan metode maserasi dan simplisia sehingga tetap terjaga adanya derajat
spektrofotometri UV-Vis. Sampel yang konsentrasi yang sekecil-kecilnya antara
digunakan dalam penelitian adalah daun larutan di dalam sel dengan larutan di luar sel
sangketan yang diambil dari desa Ngemplak, [22].
kecamatan Undaan, kabupaten Kudus. Sampel Hasil maserasi kemudian disaring untuk
kemudian dideterminasi untuk mengetahui mendapatkan ekstrak cair. Ekstrak cair yang
nama atau jenis tumbuhan secara spesifik dan diperoleh diuapkan untuk mendapatkan
tepat sasaran, sehingga dapat diketahui ekstrak kental dengan menggunakan
kebenaran identitas tanaman tersebut, apakah waterbath supaya ekstrak dengan pelarut
tanaman tersebut benar-benar tanaman yang etanol 96% terpisah. Pemisahan dilakukan
diinginkan. pada suhu 60˚C karena pada suhu ini ekstrak
Sampel daun sangketan dipisahkan dari tidak mudah rusak dan pelarut etanol 96%
batang dan disortasi basah kemudian dicuci pada suhu ini sudah dapat menguap.
bersih untuk menghilangkan debu, tanah atau Pada penelitian ini penguapan dilakukan
pengotor lain yang menempel pada selama 7 hari dan didapatkan ekstrak kental
permukaan daun [18]. Selanjutnya dibuat sebanyak 21,84 gram. Ekstrak dikatakan
menjadi simplisia dengan cara alamiah yaitu kental apabila setelah 3 kali penimbangan
dikeringkan dibawah matahari langsung berat ekstrak tetap konstan [18]. Ekstrak yang
selama + 3 hari sampai kadar air dari diperoleh berwarna hijau kehitaman dan
simplisia mencapai 2-5%. Proses pengeringan memiliki nilai rendemen sebesar 4,368%.
dilakukan karena dapat mencegah tumbuhnya
Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 4 No.1 (2019) | 15
Besar kecilnya nilai rendemen yang didapat UV-Visible [27]. Pada penentuan OT
menunjukkan keefektifan proses ekstraksi. dilakukan dengan menggunakan kuersetin 80
Efektivitas proses ekstraksi dipengaruhi oleh ppm dengan panjang gelombang teori 435 nm.
jenis pelarut yang digunakan sebagai penyari, Dari penelitian yang dilakukan diperoleh
ukuran partikel simplisia dan lamanya operating time pada menit ke-0 sampai menit
ekstraksi [23]. ke-0,6 dengan hasil absorbansi yang konstan
Uji kualitatif flavonoid bertujuan untuk yaitu 0,5004.
memastikan ada tidaknya kandungan Langkah ketiga adalah penentuan panjang
flavonoid yang terdapat pada ekstrak daun gelombang maksimum dengan melakukan
sangketan. Pada uji kualitatif ini menunjukkan scanning terhadap kuersetin 80 ppm pada
adanya kandungan flavonoid yang diuji panjang gelombang 300-600 nm. Penentuan
dengan menggunakan larutan FeCl3 10% panjang gelombang maksimal ini bertujuan
dalam aquadest dan menunjukkan hasil positif untuk mengetahui absorbansi maksimal dari
berwarna hijau kehitaman warna tersebut sampel [28]. Larutan yang digunakan untuk
terbentuk karena terjadi reaksi kompleks menentukan panjang gelombang maksimal
antara logam Fe dari FeCl3 dengan gugus dengan spektrofotometri UV-Vis yaitu larutan
hidroksil flavonoid [24]. standar yang konsentrasinya berada di tengah-
Sampel yang dinyatakan positif tengah konsentrasi larutan standar kuersetin
mengandung flavonoid selanjutnya dilakukan yang digunakan (80 ppm) diperoleh panjang
uji kuantitatif penetapan kadar dengan metode gelombang maksimum sebesar 419,8 nm pada
spektrofotometri UV-Visible karena metode absorbansi 0,5952.
ini memberikan cara sederhana untuk Proses selanjutnya setelah diperoleh
menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil. panjang gelombang maksimum, diukur
Selain itu, hasil yang diperoleh cukup akurat, absorbansi dengan menggunakan larutan seri
dimana angka yang terbaca langsung dicatat baku kuersetin dari 5 konsentrasi untuk
oleh detector dan tercetak dalam bentuk membuat kurva linier dengan menggunakan
angka digital ataupun grafik yang sudah panjang gelombang maksimal yang diperoleh.
diregresikan. Analisis flavonoid ini dapat Pembuatan kurva baku dilakukan dengan cara
dilakukan dengan menggunakan membuat larutan induk kuersetin 1000 ppm
spektrofotometri UV-Visible karena flavonoid dan 100 ppm. Larutan induk 100 ppm dibuat
memiliki sistem aromatik yang terkonjugasi untuk larutan standar 40 ppm, 60 ppm, dan 80
sehingga menunjukkan pita serapan kuat pada ppm yang dipipet 4 ml, 6 ml, dan 8 ml.
daerah spektrum sinar ultraviolet dan sedangkan larutan induk 1000 ppm diambil 1
spektrum sinar tampak [25]. ml dan 1,2 ml untuk larutan standar 100 ppm
Langkah pertama adalah pembuatan dan 120 ppm, kemudian larutan induk yang
larutan induk Kuersetin sebanyak 25 mg telah dipepet tadi dimasukkan ke dalam labu
larutkan dalam 25 ml etanol 96% (1000 ppm) ukur 10 ml dan ditambahkan etanol 96%
kemudian dipipet 2,5 ml dan tambahkan sampai batas. Kemudian pipet 1 ml dan
etanol 96% sampai 25 ml (100 ppm). tambahkan 3 ml etanol 96%, 0,2 AlCl3, 0,2
Kuersetin digunakan sebagai larutan induk asam asetat dan 5,6 ml aquadest pada masing-
karena kuersetin dapat membentuk kompleks masing konsentrasi, setelah itu diinkubasi
antara AlCl3 dengan gugus keto pada atom C- selama 15 menit bertujuan agar reaksi
4 dan juga dengan gugus hidroksil pada atom berjalan sempurna, sehingga memberikan
C-3 atau C5 yang bertetangga dari flavon dan intensitas warna yang maksimal [29]. Masing-
flavonol [26]. masing konsentrasi dilakukan pengkuran
Langkah kedua adalah penentuan absorbansi dengan panjang gelombang
operating time bertujuan untuk mengetahui maksimum yaitu 419,8 nm. Larutan blanko
lama waktu yang dibutuhkan larutan untuk yang digunakan adalah pelarut yang
mencapai absorbansi konstan. Ditentukan digunakan untuk melarutkan sampel, yaitu
dengan mengukur absorbansi dari larutan etanol 96%. Blanko yang digunakan hanya
baku kuersetin pada panjang gelombang pelarut etanol 96% tidak menggunakan
maksimum menggunakan spektrofotometer penambahan pereaksi karena panjang
16 | Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 4 No.1 (2019)
gelombang yang dibaca hanya panjang kalibrasi linear dan terdapat hubungan antara
gelombang kuersetin sehingga tidak perlu konsentrasi larutan kuersetin dengan nilai
penambahan pereaksi [18]. serapan [32]. Nilai R2 yang diperoleh dengan
Tabel 4.4 Absorbansi Larutan Baku Standar nilai 0,9935 sama dengan 99,35% angka
tersebut mengandung arti bahwa konsentrasi
Konsentrasi Absorbansi
berpengaruh terhadap absorbansi 99,35%.
40 ppm 0,1362
60 ppm 0,4072 Tabel 4.5 Kadar Flavonoid Ekstrak Sangketan
80 ppm 0,5832 Sampel Sampel
100 ppm 0,7578 Sampel I
II III
120 ppm 0,9903 Bobot
25 25,1 25,15
Sampel (mg)
Data absorbansi dari konsentrasi larutan Nilai
0,2376 0,2380 0,2381
seri baku kuersetin dapat dibuat kurva baku Absorbansi
antara konsentrasi larutan kuersetin dan Kadar
47,2038 47,2427 47,2524
absorbansinya. Kurva baku dibuat untuk (mg/L)
mengetahui hubungan antara konsentrasi Kadar %
47,20 47,24 47,25
larutan dengan nilai absorbansinya sehingga (b/v)
Kadar Rata-
konsentrasi sampel dapat diketahui [30]. 47,23%
Rata
SD 0,02645
Hubungan Konsentrasi Vs RSD 0,056%
Absorbansi
1,5
Berdasarkan tabel 4.5 Hasil Perhitungan
Kadar Flavonoid Ekstrak Daun Sangketan
Absorbansi
y = 0,0103x - 0,2486
1 diperoleh dengan cara memasukkan nilai
R² = 0,9935
0,5 absorbansi pada kurva standar kuersetin
sehingga hasil dari besar kadar rata-rata
0
flavonoid total ekstrak daun sangketan sebesar
0 50 100 150
47,23%. Semakin tinggi kadar flavonoid maka
Konsentrasi (ppm)
semakin tinggi juga manfaat flavonoid
sebagai antioksidan. Pada umumnya, nilai
Gambar 4.2 Kurva Baku Kuersetin keseksamaan dihitung menggunakan standar
deviasi (simpan baku) untuk menghasilkan
Hasil penentuan absorbansi larutan relative standard deviasion (RSD). Standar
standar tersebut dapat dilihat bahwa sesuai deviasi (SD) dibutuhkan untuk
dengan hukum Lambert-Beer yaitu membandingkan ketepatan suatu hasil,
konsentrasi berbanding lurus dengan semakin kecil nilai SD dari serangkaian
absorbansi dimana semakin tinggi nilai pengukuran, maka metode yang digunakan
absorbansi akan berbanding lurus dengan semakin tepat [28]. Nilai Keseksamaan (RSD)
konsentrasi zat yang terkandung di dalam yang baik dinyatakan dengan semakin kecil
suatu sampel [31]. Namun, pada penelitian persen RSD maka nilai persisi semakin tinggi.
kali ini, absorbansi dari konsentrasi yang di Kriteria seksama juga diberikan jika metode
dapat belum memenuhi range absorbansi yang memberikan simpangan baku relative atau
baik, karena range absorbansi yang baik yaitu koefesien variasi < 2% atau kurang dan RSD
berkisar 0,2 – 0,8 dan yang hanya memenuhi ≤ 15%. Maka kecil standar deviasi, maka
range yang baik yaitu pada konsentrasi 60 makin kecil koefesien variasinya [18].
ppm, 80 ppm, dan 100 ppm. Hasil perhitungan simpangan baku (SD)
Berdasarkan gambar 4.2 Dapat dihitung dari data yang diperoleh sebanyak 3 kali
regresi linear dengan benyuk persamaan pengulangan sampel sebesar 0,02645 dengan
y=bx+a sehingga diperoleh regresi linear nilai simpangan baku relatif (RSD) sebesar
yaitu Y = 0,0103x + 0,2486 dengan nilai r 0,056 %. Menurut Harmita (2004), nilai
(koefisien korelasi) sebesar 0,99674. Nilai r simpangan baku relative (RSD) < 2%
yang mendekati 1 menunjukkan kurva menunjukkan parameter presisi memberikan
Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 4 No.1 (2019) | 17
keterulangan yang dapat diterima dengan magic herb in folk medicine. Ethno Leafl.
baik. 2008; 12:670-6.
Senyawa flavonoid yang terkandung 7. Fanani, Zaenal. Sangketan (Achyranthes
dalam daun sangketan mempunyai banyak Aspera) Agen Sitotoksik Potensial Di
manfaat dibidang kesehatan diantaranya Masa Depan. Indonesia Jurnal Farmasi.
sebagai antioksidan, antidermatosis, 2017; Vol. 2 No.1. 21-27.
kemopreventif, antikanker maupun antiviral 8. Jumari. Etnobiologi Masyarakat Samin.
[33]. Sehingga ekstrak daun sangketan dapat Bogor: Institut Pertanian Bogor. 2012.
dijadikan terapi tambahan dan pencegahan 9. Chakraborty, A., Brantner, A.,
suatu penyakit dengan cara dibuat menjadi Mukainaka, T., Nobukuni, Y., Kuchide,
sediaan farmasi. Maka dari itu, sebelum M., Konoshima, T., Tokuda, H., &
dibuat menjadi sediaan farmasi atau Nishino, H. Cancer chemopreventive
digunakan untuk efek terapi lain sebaiknya activity of Achyranthes Aspera leaves on
kita mengetahui kandungan dari flavonoid. Etpstein-Barr virus activation and
twostage mouse skin carcinogenesis.
IV. KESIMPULAN Cancer Letters. 2002; 177(1), 1-5.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah 10. Singleton, P. Bacteria in Biology,
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Biotechnology and Medicine. 4th edition.
pada Penetapan kadar flavonoid total pada New York: John Wiley and Sons Ltd.
daun sangketan secara spektrofotometri UV- 1999.
Vis yaitu pada sampel 1 sebesar 47,20%, pada 11. Narayana RK, Reddy SM, Chaluvadi MR
sampel 2 sebesar 47,24%, dan pada sampel 3 and Krishna DR. Bioflavanoids:
sebesar 47,25%, serta hasil rata-rata kadar classification, pharmacological,
yang didapat 47,23% Hasil perhitungan biochemical effects and therapeutic
simpangan baku (SD) dari data yang potentials. Indian J. Pharmacol. 2001; 33:
diperoleh sebanyak 3 kali pengulangan 2-16.
sampel sebesar 0,02645 dengan nilai 12. Rijke, E. Trace-level Determination of
simpangan baku relatif (RSD) sebesar Flavonoids and Their Conjugates
0,056%. Application to Plants of The
Leguminosae Family, Desertasi.
DAFTAR PUSTAKA Amsterdam: Universitas Amsterdam.
1. Bown, D. Encyclopaedia of Herbs. The
2005.
Royal Horticulture Society. Dorling
13. Pelczar, M.J. dan Chan, E. C. S. Dasar-
Kindersley. 1995; Ltd, 14.
dasar Mikrobiologi, Jilid 1. Jakarta: UI
2. Srivastav S, Singh P, Mishra G, Jha KK,
Press. 1998.
Khosa RL. Achyranthes aspera-An
14. Raharjo, T.J. Kimia Hasil Alam.Cetakan
important medicinal plant: A review. J.
I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2013.
Nat. Prod. Plant Resour. 2011; 1(1): 1-
15. Sriningsih, Ana. Uji Toksisitas dari
14.
Fraksi Etil Asetat dan Air Ekstrak Etanol
3. Vijayan A, Liju VB, John JV, Reena,
Daun Sangketan Terhadap Larva Artemia
Parthipan B, Renuka C. Indian J. of
Salina Leach Serta Uji Kandungan
Traditional Know. 2007; 6(4), 589-594.
Kimianya. Thesis. Surabaya: University
4. Tijani, Y., M. O. Uguru, O. A. African
of Surabaya. 2001.
Journal of Biotechnology. Salawu. 2008;
16. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif
7(6), 696-700.
Kualitatif. Bandung, 2010.
5. Dhale DA and Bhoi S. Pharmacognostic
17. Arikunto, Suharsimi.
Characterization and Phytochemical
ManajemenPenelitian. Jakarta: Rineka
Screening of Achyranthes Aspera Linn,
Cipta. 2005.
Current Agriculture Research Journal.
18. Kumalasari, Eka., Nazir, Ahlun, M., dan
2013; Vol. 1(1); 51-57.
Putra A,. Penetapan Kadar Flavonoid
6. Dwivedi S, Dubey R, Mehta K.
Total Ekstrak Etanol 96% Daun Bawang
Achyranthes aspera linn. (Chirchira): A
Dayak (Eleutherine PalmifoliaL.) dengan
18 | Indonesia Jurnal Farmasi Vol. 4 No.1 (2019)