Anda di halaman 1dari 20

PERBEDAAN RASIO SERBUK PELARUT DAN LAMA

WAKTU METODE ULTRASONIK EKSTRAK DAUN SALAM


(Syzygium polyanthum) TERHADAP PENETAPAN KADAR
FLAVONOID TOTAL

Usulan Penelitian untuk Skripsi

Diajukan oleh:
Amaliyana Mega Dharma
175010144

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
Juni 2021

1
PERBEDAAN RASIO SERBUK PELARUT DAN LAMA
WAKTU METODE ULTRASONIK EKSTRAK DAUN SALAM
(Syzygium polyanthum) TERHADAP PENETAPAN KADAR
FLAVONOID TOTAL

Diajukan oleh:
Amaliyana Mega Dharma
175010144

Telah disetujui oleh :

Pembimbing utama,

(apt. Dewi Andini Kunti M,M.Farm) tanggal …………………….

2
I. JUDUL

Perbedaan Rasio Serbuk Pelarut Dan Lama Waktu Metode Ultrasonik Ekstrak

Daun Salam (Syzygium polyanthum) Terhadap Penetapan Kadar Flavonoid Total.

II. INTISARI

Daun salam (Syzygium polyanthum) memiliki kandungan utama yaitu

flavonoid. Perbandingan rasio bahan : pelarut dan lamanya waktu ekstraksi akan

menghasilkan kadar flavonoid tertentu. Tujuan dari penelitian ini untuk

mengetahui pengaruh perbandingan rasio bahan : pelarut dan lamanya ekstraksi

metode ultrasonik ekstrak daun salam terhadap kadar flavonoid total.

Ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan metode ultrasonik dengan

penyari yang digunakan yaitu etanol 70%. Perbandingan rasio yang digunakan

1:5,1:10,1:20 dan Waktu ekstraksi ultrasonik yang ditentukan lamanya adalah

20,30, dan 40 menit. Ekstrak daun salam dilakukan penetapan kadar flavonoid

total dengan metode spektrofotometri UV-Vis dengan pereaksi AlCl3.

Pembanding yang digunakan kuersetin dengan seri konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12

µg/ml. Analisis data penetapan kadar secara analisis statistik anova.

Kata Kunci : Rasio serbuk pelarut, Lama waktu, Metode Ultrasonik, Ekstrak

daun salam (Syzygium polyanthum), Penetapan kadar flavonoid total.

3
III. LATAR BELAKANG

Daun Salam (Syzygium polyanthum) merupakan bagian salah satu tanaman

yang dimana memiliki kandungan senyawa kimia antara lain flavonoid. Dimana

kandungan flavonoid total daun salam Menurut Farmakope Herbal Indonesia

(2017) tidak kurang dari 1,14% dihitung sebagai kuersetin.

Komponen bioaktif yang terkandung dalam suatu bahan dapat diperoleh

dengan metode ekstraksi. Ekstraksi merupakan cara pemisahan komponen

bioaktif dari larutannya dengan menggunakan pelarut tertentu. Terdapat berbagai

macam metode ekstraksi yaitu maserasi, perkolasi, ultrasonik dan soxhletasi.

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

ekstraksi dengan gelombang ultrasonik. Metode ultrasonik merupakan metode

yang menggunakan gelombang ultrasonik yaitu gelombang akustik dengan

frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz. Metode ekstraksi dengan gelombang

ultrasonik diketahui memiliki kelebihan dibandingkan dengan metode maserasi.

Salah satu kelebihan metode ekstraksi ultrasonik adalah kecepatan ekstraksinya,

dibandingkan dengan ekstraksi secara termal atau konvesional. Metode ekstraksi

dengan gelombang ultrasonik ini lebih aman, lebih singkat (Zbigniew,2007).

Faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi diantaranya adalah rasio bahan :

pelarut. Menurut penelitian Januarti dkk., (2017) menyatakan bahwa ekstrak daun

jati dengan menggunakan metode ultrasonik menghasilkan rasio bahan dan

pelarut yang mempengaruhi kadar flavonoid total paling tinggi pada rasio bahan

pelarut yaitu 1:5. Semakin lama waktu ekstraksi maka rerata kadar flavonoid total

menjadi semakin besar karena jumlah bahan dan pelarut.

4
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitan ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh rasio bahan : pelarut serta lama waktu ekstraksi terhadap

kadar flavonoid total ektrak daun salam (Syzygium polyanthum).

IV. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui :

1. Berapakah kadar flavonoid total dalam ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) berdasarkan variasi rasio serbuk pelarut dan lama waktu

ekstraksi ?

2. Adakah perbedaan kadar ekstraksi flavonoid total ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum) pada variasi rasio serbuk dan lama ekstraksi ?

V. PENTINGNYA SKRIPSI DIUSULKAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada

masyarakat terhadap pemanfaatan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum)

sebagai alternatif penghasil senyawa flavonoid sebagai usaha untuk pembuatan

obat serta pengoptimalan ekstraksi ultrasonik untuk mengekstrak senyawa aktif

terutama dibidang industri dan kesehatan.

5
VI. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai berdasarkan uraian rumusan masalah adalah :

1. Untuk mengetahui rasio serbuk dan pelarut ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum) terhadap kadar flavonoid total.

2. Untuk mengetahui lama waktu ekstraksi daun salam (Syzygium polyanthum)

terhadap kadar flavonoid total.

VII. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum)

Pohon berukuran sedang, mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm. Pepagan

(kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik. Daun tunggal

terletak berhadapan, dengan tangkai hingga 2 mm. Helai daun berbentuk jorong-

lonjong, jorong sempit atau lanset. 5-16 x 2,5-7 cm, gundul, dengan 6-11 urat

daun sekunder, daun sejalur ura daun intramarginal nampak jelas dekat tepi

helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus. Karangan bunga berupa

malai dengan banyak kuntum bunga 2-8 cm, muncul dibawah daun atau kadang-

kadang pada ketiak, bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4;

kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih

2,5-3,5 mm, benang sari banyak, ukuran 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok,

lekas rontok, piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan. Buah buni

membalut atau agak tertekan, 12 mm, bermahkota keping kelopak, berwarna

merah sampai ungu kehitaman apabila masak (Noor dan Asih, 2018) daun salam

dapat dilihat pada (Gambar 1).

6
Gambar 1. Daun salam (Noor dan Asih, 2018).

1. Klasifikasi Tanaman Salam

Kingdom : Plantae

Sub Kingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatphyta

Kelas : Magnoliopsida

Sub kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum Wigh Walp (Noor dan Asih,2018)

2. Kandungan Kimia Daun Salam

Minyak atsiri, sitral eugenol, tannin, flavonoid, metal kavikol, vitamin A,

vitamin C, kalsium, dan zat besi. (Noor dan Asih,2018).

7
B. Metode Ekstraksi

Ekstrak merupakan sediaan kental yang diperoleh dengan cara mengekstraksi

zat aktif dari suatu simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut

yang sesuai, kemudian semua atau hamper semua pelarut diuapkan dan massa

atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang

ditetapkan (Depkes RI, 2000).

Ekstraksi adalah pengambilan senyawa-senyawa metabolit sekunder yang

menjadi target untuk dipisahkan dari biomasa atau ampas atau bagian yang tidak

diperlukan karena sifatnya yang mengganggu baik dalam penyajian maupun

karena mengganggu efektivitas khasiat dari bahan aktifnya. Ada berbagai macam

metode atau teknik ekstraksi bahan dari yang paling sederhana dan kuno sampai

metode modern. Pemilihan metode didasarkan pada beberapa alasan, seperti sifat

bahan, kestabilan metabolit sekunder, rendemen dan kualitas yang diinginkan,

maupun karena alasan biaya dan waktu (efisiensi).

Menurut penelitian Ibrahim dkk., (2015), melaporkan peningkatan suhu

dalam proses ekstraksi perlu diperhatikan, suhu ekstraksi yang terlalu lama serta

melampaui batas optimum dapat menyebabkan hilangnya senyawa-senyawa pada

larutan karena terjadi proses oksidasi. Komponen bioaktif seperti flavonoid tidak

tahan terhadap suhu tinggi diatas 50oC, sehingga mengalami perubahan struktur

serta menghasilkan ekstrak yang rendah. Suhu ekstraksi yang terlalu rendah dan

waktu yag terlalu singkat akan menyebabkan komponen bioaktif yang terekstrak

dari bahan tidak maksimal sehingga komponen bioaktif yang diperoleh rendah

(Yuliantari dkk., 2017).

8
Waktu ekstraksi juga sangat berpengaruh terhadap senyawa yang dihasilkan.

Menurut Budiyanto dan Yulianingsih, (2008) waktu ekstraksi yang tepat akan

menghasilkan senyawa yang optimal. Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan

menyebabkan ekstrak terhidrolisis, sedangkan waktu ekstraksi yang terlalu

singkat menyebabkan tidak semua senyawa akif terekstrak dari bahan.

Metode ultrasonik diketahui memiliki kelebihan dibandingkan metode

maserasi karena metode ultrasonik menggunakan gelombang ultrasonik yaitu

gelombang akustik dengan frekuensi lebih besar dari 16-20 kHz. Salah satu

kelebihan metode ekstraksi ultrasonik adalah untuk mempercepat proses ekstraksi,

dibandingkan dengan ekstraksi termal atau ekstraksi konvensional (Dey dan

Rathod, 2013).

C. Senyawa Flavonid

Flavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik yang paling beragam dan

dapat ditemukan di hampir seluruh tumbuhan, yang pada umumnya terdapat pada

jaringan epidermis pada daun dan kulit buah. Kelompok utama dari flavonoid

meliputi: flavonol, flavone, isoflavone, flavanone, dan anthocyanin.( Nugroho,

2017)

Senyawa utama yang terkandung di dalam daun salam adalah flavonoid.

Flavonoid adalah senyawa polifenol yang memiliki manfaat sebagai antivirus,

antimikroba, antialergik, antiplatelet, antiinflamasi, antitumor, dan antioksidan

sebagai sistem pertahanan tubuh (Harismah dan Chusniatun, 2016). Flavonoid

yang terkandung dalam daun salam yaitu kuersetin dan fluoretin (Prahastuti dkk.,

2011). Struktur flavonoid dapat dilihat pada (Gambar 2).

9
Gambar 2. Struktur umum flavonoid (Markham,1988).

Senyawa flavonoid bersifat polar sehingga dibutuhkan pelarut yang bersifat

polar (Gillespie dan Paul, 2001). Efektivitas ekstraksi suatu senyawa oleh pelarut

sangat tergantung kepada kelarutan senyawa tersebut dalam pelarut, sesuai dengan

prinsip like dissolve like yaitu suatu senyawa akan terlarut pada pelarut dengan

sifat yang sama. Pelarut yang bersifat polar diantaranya adalah etanol, metanol,

aseton dan air (Sudarmadji dkk., 1997).

D. Penetapan Kadar Flavonoid Total

Penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri yaitu

dengan menggunakan pereaksi AlCl3 yang akan membentuk kompleks, sehingga

terjadi pergeseran panjang gelombang ke arah visible (nampak) yang ditandai

dengan larutan menghasilkan warna yang lebih kuning, AlCl3 akan bereaksi

dengan gugus keton pada C4 dan gugus OH pada C3 atau C5 pada senyawa

flavon atau flavonol membentuk senyawa yang kompleks yang stabil (Anwar,

2016). Metode ini dapat digunakan untuk menentukan jumlah flavonoid golongan

flavon dan flavonol. Reaksi pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan flavonol

dapat dilihat pada (Gambar 3) dan pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan

flavon dapat dilihat (Gambar 4).

10
Gambar 3. Reaksi pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan flavonol.

Gambar 4. Pembentukan kompleks antara AlCl3 dengan flavon (Manarim dan De


Aguiar, 2016).

VIII. LANDASAN TEORI

Menurut penelitian Januarti dkk., (2017) menyatakan bahwa ekstrak daun jati

dengan metode ultrasonik menghasilkan hasil rasio bahan dan pelarut yang dapat

mempengaruhi kadar flavonoid total paling tinggi yaitu pada rasio bahan dan

pelarut 1:5 dan lama waktu ekstraksi 30 menit. Hal ini disebabkan karena semakin

lama waktu ekstraksi maka rerata kadar flavonoid total menjadi semakin besar

karena jumlah bahan dan pelarutnya cukup untuk mengekstrak seluruh senyawa

flavonoid yang ada pada ekstrak daun jati.

11
Berdasarkan penelitian Sa’adah dkk., (2017) menunjukkan bahwa kadar

flavonoid yang terkandung pada ekstrak etanol umbi bawang dayak dari

perbandingan metode menghasilkan metode ekstraksi maserasi lebih tinggi yaitu

1,09% dibandingkan metode ekstraksi sokhletasi sebesar 0,81%.

Berdasarkan penelitian Utami dkk., (2020) berdasarkan hasil analisis kadar

flavonoid ekstrak kental daun iler, kadar flavonoid ekstrak etanol 70% daun iler

tertinggi dihasilkan oleh metode ekstraksi MAE (Microwave Assited Extraction),

lalu diikuti oleh ekstraksi metode UAE (Ultrasound Assite Extraction), kemudian

refluks dan maserasi.

IX. HIPOTESIS
Berdasarkan landasan teori di atas dapat diambil hipotesis sebagai berikut :
1. Kadar flavonoid total dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) paling

tinggi pada rasio bahan dan pelarut 1 : 5 dengan lama waktu ekstraksi 30

menit.

2. Adanya perbedaan dari variasi rasio serbuk dan lama waktu ekstraksi terhadap

kadar flavonoid total dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum).

X. RENCANA PENELITIAN

A. Bahan yang akan digunakan

Bahan yang digunakan daun salam, etanol 70%, aquadest, quercetin, AlCl3
10%.

12
B. Alat yang akan digunakan

Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain timbangan simplisia,

timbangan elektrik, alat penyerbuk, timbangan digital, ayakan 60 mesh,

aluminium foil, moisturebalance, cawan porselen, beaker glass, toples kaca,

spektrofotometri UV Vis, oven, mikropipet, kuvet, kertas saring, tissu, rotary

evaporator.

C. Jalannya penelitian
1. Pengumpulan Bahan

Daun salam diambil dari Dusun Ngesrep, Desa Ngesrepbalong, Limbangan,

Kendal, Jawa Tengah. Daun Salam yang diambil dengan karakteristik daun segar,

berwarna hijau, tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda.

2. Determinasi Tanaman

Daun salam dilakukan determinasi di Laboratorium Ekologi dan

Biosistematika Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Diponegoro

Semarang.

3. Pembuatan Serbuk Simplisia Daun Salam

Daun salam yang sudah terkumpul pertama dilakukan sortasi kering dimana

untuk memisahkan daun yang bagus dan daun yang rusak. Daun salam kemudian

dicuci dengan air bersih yang menglir untuk menghilangkan kotoran dari daun

kemudian dikeringkan dengan cara diangin-anginkan sampai kering, kemudian

dilakukan sortasi basah dimana untuk memisahkan benda asing atau bagian

tanaman yang tidak diinginkan yang masih tertinggal. Proses pengeringan

13
dilakukan dengan menggunakan oven dimana suhu oven yang digunakan berkisar

sekitar 40-50oC hingga daun mengering. Simplisia yang sudah kering dilakukan

sortasi kering kembali untuk melihat daun mana yang masih layak digunakan.

Simplisia daun salam yang sudah kering dibuat dalam bentuk sebuk dengan

bantuan blender, lalu diayak dengan ayakan berukuran 60 mesh serta diukur kadar

airnya dengan menggunakan alat moisturebalance (Sapri dkk., 2014). Untuk

persyaratan kadar air pada simplisia sendiri yaitu kurang dari 10% (Kemenkes,

2017). Setelah serbuk simplisia jadi serbuk simplisia disimpan dalam wadah

toples kaca dan disimpan pada tempat yang terlindung dari sinar matahari secara

langsung agar tidak mengalami kerusakan.

4. Pembuatan Ekstrak Daun Salam

Pembuatan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum) menggunakan metode

ultrasonik. Sebanyak 40 gram sampel dimasukkan masing-masing ke dalam 3

erlenmeyer dan ditambahkan etanol 70% dengan masing-masing perbandingan

yaitu 1:5, 1:10, 1:15 kemudian ditutup dengan aluminium foil. Setelah itu

diekstraksi dengan menggunakan metode ultrasonik dengan waktu 20,30,40 menit

dengan suhu 45oC. Ekstraksi diulang sebanyak 3 kali pada tiap rasio. Kemudian

campuran pelarut disaring dengan kertas saring. Larutan ekstrak dievaporasi

dengan alat vacum rotary evaporator. Kemudian ekstrak kental ditimbang dan

dihitung rendemen (Via Rifkia, 2020).

Hasil rendemen ekstrak % = x 100%

Dengan B1 = berat ekstrak kental dan B2 = berat serbuk simplisia (bahan).

14
5. Penetapan Kadar Flavonoid Total
a. Pembuatan Larutan Induk Kuersetin 1000 µg/ml

Pembuatan larutan induk kuersetin ditimbang sebanyak 100 mg dimasukkan

kedalam labu takar ukuran 100 mL dan ditambahkan etanol 96% sampai tanda

batas, dan dihomogenkan. Sehingga konsentrasi kuersetin yaitu 1000 µg/mL

(Hani dan Novena, 2019).

b. Pembuatan Kurva Baku Kuersetin

Pembuatan kurva baku dilakukan dengan membuat larutan kuersetin pada seri

konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10 dan 12 μg/mL sebanyak 0,01; 0,02; 0,03; 0,04; 0,05; 0,06

mL dalam labu takar dan ditambah pelarut sampai tanda batas 5 mL (Prayogo,

2017).

c. Pengukuran Panjang Gelombang Maksimal

Pengukuran panjang gelombang dilakukan dengan cara membuat larutan

standar kuersetin pada konsentrasi 6 μg/mL (Prayogo, 2017). Panjang gelombang

maksimum kuersetin dilakukan dengan running larutan kuersetin pada range

panjang gelombang 400-800 nm dan nilai absorbansi 0,2-0,8 (Suhartati, 2017).

d. Penentuan Operating Time

Penentuan operating time dilakukan dengan diambil seri konsentrasi 6 μg/mL

dengan cara yang sama seperti pengukuran panjang gelombang maksimum.

Kemudian dibaca menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang

gelombang maksimum dengan waktu pengukuran pada menit ke 5, 10, 15, 20, 25,

30, 35, 40, 45, 50, 55, dan 60 (Prayogo, 2017). Operating time dilakukan untuk

15
menentukan waktu absorbansi mana yang lebih stabil dengan range absorbansi

0,2-0,8 (Suhartati, 2017).

e. Pembuatan Larutan Uji

Ekstrak daun salam ditimbang 1 gram masukkan dalam Erlenmeyer kemudian

ditambah 25 ml etanol 96%. Sehingga konsentrasi larutan uji 40.000 µg/ml.

larutan ekstrak diaduk selama 1 jam menggunakan magnetic stirer pada kecepatan

500 rpm, disaring sehingga menghasilkan filtrat. Filtrat yang diperoleh ditambah

dengan etanol 96% sampai 25 ml (Safitri, 2018). Cara kerja ini berlaku untuk tiga

macam rasio bahan dan pelarut (1:5,1:10,1:15).

f. Penetapan Kadar Flavonoid Total

Larutan uji induk diencerkan sebanyak lima kali sehingga konsentrasi yang

didapat menjadi 1600 μg/mL. Larutan uji induk yang sudah diencerkan diambil

sebanyak 0,5 mL ditambah dengan 1,5 mL etanol 96%. Kemudian ditambahkan

pereaksi AlCl₃ 10 % ditambahkan sebanyak 0,1 mL ; kalium asetat 1 M sebanyak

0,1 mL dan aquades ad 5 mL dikocok hingga homogen dan didiamkan selama 30

menit pada suhu ruang. Kemudian serapan diukur pada panjang gelombang

maksimum dan operating time tertentu (Prayogo, 2017).

Kadar flavonoid total dihitung sebagai berikut:

F=

16
Keterangan :
F = Kadar Flavonoid (µg/gram ekstrak)
C = Kesetaraan kuersetin (µg/mL)
V = Volume Total Ekstrak (mL)
f = Faktor Pengenceran
m = Berat Sampel (gram)

D. Analisis data

Analisis data dari penetapan kadar flavonoid total menggunakan analisis

statistik Anova One Way.

XI. SKEMA JALANNYA PENELITIAN

Determinasi Tanaman

Pembuatan serbuk daun salam

Ekstraksi

Penetapan kadar flavonoid total

Analisis data dengan analisis statistik anova

Gambar 5. Skema jalan nya penelitian.

17
XII. FASILITAS YANG DIPERLUKAN

a. Laboratorium Ekologi dan Biosistematika Jurusan Biologi, Fakultas

MIPA, Universitas Diponegoro Semarang.

b. Laboratorium Fitokimia Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim,

Semarang.

c. Laboratorium Kimia Analisis Fakultas Farmasi Universitas Wahid

Hasyim, Semarang.

XIII. JADWAL WAKTU

Tahap Waktu Pelaksanaan

Pembuatan Proposal Mei – Juni 2021

Ujian Proposal Juli 2021

PersiapanPenelitian Juli 2021

Pelaksanaan Penelitian Agustus – September 2021

Pengolahan Data Oktober – November 2021

Penyusunan Laporan Desember 2021

18
XIV. DAFTAR PUSTAKA
Agung Nugroho, 2017, Buku Ajar Teknologi Bahan Alam,Universitas Lambung
Mengkurat, Banjarmasin.
Anwar Khoerul dan Liling Triyasmono. 2016. Kandungan Total Fenolik, Total
Flavonoid, dan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.). Jurnal Pharmascience. Vol. 3. No. 1.
Budiyanto, A. dan Yulianingsih. 2008. Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi
terhadap karakter pektin dari ampas jeruk siam (Citusnobilis L.). Jurnal
Pascapanen. 5(2):37-44.
Depkes RI, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat (Edisi 1),
Jakarta, Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Dey, S., Rathod, V.K. 2013. Ultrasound assisted extraction of β-carotene from
Spirulina platensis, dalam: Ultrasonics Sonochemistry, 20, 271 – 276.
Gillespie, R.J. Dan Paul. 2001, Chemical Bonding And Molecular Geometry.
Oxford University Press, London.
Gr, M., dan CL, D.A., 2016, Removal of Pigments From Sugarcane Cells by
Adsorbent Chromatographic Column, SM Group, 4-5.
Hani, A., dan Novena, Y.L., 2019, Penetapan Kadar Flavonoid Total Alpukat (
Persea americana Mill.) dengan Metode Spektofotometri, Jurnal Ilmiah
Farmasi, 15(2).
Harismah, K. Dan Chusniatun, 2016. Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia
Polyantha) Sebagai Obat Herbal Dan Rempah Penyedap Makanan. Warta
Lpm , Pp. Vol .19 No. 2 110-118.
Hayatus Sa’adah, Henny Nurhasnawati, dan Vivi Permatasari, 2017, Pengaruh
Metode Ekstraksi Terhadap Kadar Flavonoid Ekstrak Etanol Umbi Bawang
Dayak (Eleutherine palmifolia L.) Dengan Metode Spektrofotometri, Jurnal
Boneo Journal of Pharmascientech, Bidang Teknologi Farmasi, Akademi
Farmasi Samarinda, 01(1).
Ibrahim, A.M., Yunita dan H.S. Feronika., 2015, Pengaruh Suhu Dan Lama
Waktu Ekstraksi Terhadap Sifat Fisik Pada Pembuatan Minuman Sari Jahe
Merah Dengan Kombinasi Penambahan Madu Sebagai Pemanis, Jurnal
Pangan dan Agroindustri. 3(2), 530-541.
Januarti I. B., Santoso A., dan Razak A. S., 2017, Ekstraksi Senyawa Flavonoid
Daun Jati (Tectona Grandis L.) Dengan Metode Ultrasonik (Kajian Rasio
Bahan:Pelarut dan Lama Ekstraksi), Jurnal Media Farmasi Indonesia,
Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, 12(2).
Kemenkes, 2017, Farmakope Herbal Indonesia Edisi II, Kementrian Kesehatan
RI, Jakarta, 376.

19
Manarim, G.R dan De Agular, 2016, Removal of Pigments from Sugarcan Cells
by Adsorbent Chromatographic Column, Ann Chromatogr Sep Tech, 2(1),
1015.
Markham, K. R., 1988, Cara Mengidentifikasi Flavonoid, ITB Press, Bandung,
1- 43.
Novi Fajar Utami, Sely Meidi Nurdayanty, Sutanto, Usep Suhendar, 2020,
Pengaruh Berbagai Metode Ekstraksi Pada Penentuan Kadar Flavonoid
Ekstrak Etanol Daun Iler (Plectranthus scutellarioides), Fitofarmaka
Jurnal Ilmiah Farmasi, FMIPA Universitas Pakuan Bogor, 10(1).
Prahastuti, S., Tjahjani, S. Dan Hartini, E., 2011, The Effect Of Bay Leaf Infusion
(Syzygium Polyanthum (Wight) Walp) To Decrease Blood Total
Cholesterol Level In Dyslipidemia Model Wistar Rats. Jurnal Medika
Planta, P. Vol. 1 No.4.
Prayogo, L S., 2017, Pembanding Metode Ekstraksi terhadap Kadar Flavonoid
Total Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.), Skripsi,
Universitas Wahid Hasyim, Semarang, 1-27.
Rasuane Noor dan Triana Asih, 2018, Tumbuhan Obat di Suku Semedo
Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat, Cv. Laduny Alifatma,
Hal.129-130.
Sa’adah, H., dan Nurhasnawati,H., 2015, Perbandingan Pelarut Etanol dan Air
Pada Pembuatan Ekstrak Umbi Bawang Tiwai (Eleutherine Americana
Merr) Menggunakan Metode Maserasi, Jurnal Ilmiah Manuntung,1(2).
Sapri, A. F., Dan Rizka, N., 2014, Pengukuran Ukuran Serbuk Simplisia Terhadap
Randemen Ekstrak Etanol Daun Sirsak (Annona Muricata L.) Dengan
Metode Maserasi, Prosiding Seminar Nasional Kimia.
Sudarmadji S, Dkk. 1997, Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan Dan
Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Suhartati, T., 2017, Dasar-Dasar Spektrofotometri UV-Vis dan
Spektrofotometri Massa Untuk Penentuan Struktur Senyawa Organik,
AURA CV, Anugrah Utama Raharja Anggota IKAPI, Bandar Lampung,
5.
Via R, Imam Prabowo,2020, Pengaruh Variasi Suhu dan Waktu Terhadap
Rendemen dan Kadar Flavonoid pada Ekstraksi Daun Moringa oleifera
Lam. dengan Metode Ultrasonik, Jurnal Farmasi Indonesia, Fakultas
Farmasi, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta.
Zbigniew,J., Dolatowski., Joanna., Stadnik., dan Dariuz Stasiak., 2007,
Application of Ultrasound In Food Technology, Acta Sci. Pol., Technol.
Aliment, 6(3), 89-99.

20

Anda mungkin juga menyukai