Tugas Kelompok 5 Hematologi Limfoma Hodgkin
Tugas Kelompok 5 Hematologi Limfoma Hodgkin
“LIMFOMA HODKINS”
Dosen Pengampu : Putu Rika Veryanti. S. Farm. M. Farm-klin, Apt
DI SUSUN OLEH :
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah “LIMFOMA HODKINS” dengan tepat waktu, sebagai tugas
dalam pelaksanaan mata kuliah HEMATOLOGI semester genap Tahun Ajaran
2020-2021 .
Semoga dengan adanya makalah ini dapat membantu pembaca dan penulis
sendiri dalam memahami materi di dalamnya.Semoga Allah senantiasa
menambahkan pengetahuan kita demi kebahagiaan dunia dan akhirat. Aamiin
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................iii
BAB I.....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................5
1.3. Tujuan Makalah................................................................................................................5
BAB II....................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................................6
2.1. Definisi Limfoma..............................................................................................................6
2.2. Etiologi dan Patogenesis...................................................................................................6
2.3. Klasifikasi.........................................................................................................................7
2.4. Diagnosis Limfoma Hodgkin............................................................................................9
BAB III................................................................................................................................12
PEMBAHASAN..................................................................................................................12
3.1. Penyebab Limfoma Hodgkin..........................................................................................12
3.2. Pemeriksaan Limfoma Hodgkins....................................................................................12
3.3. Pemeriksaan Radiologi...................................................................................................13
3.4. Pengobatan Limfoma Hodgkin.......................................................................................14
3.5. Komplikasi Limfoma Hodgkin.......................................................................................15
3.6. Penatalaksanaan Limfoma Hodgkin...............................................................................16
BAB IV................................................................................................................................19
KESIMPULAN....................................................................................................................19
4.1. Kesimpulan.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
4
dokter muda dalam memahami manajemen terhadap penderita LH.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Definisi Limfoma
Limfoma Hodgkin adalah keganasan pada sistem limfoid tepatnya pada
limfosit sel B yang disebabkan oleh mutasi gen. Limfoma Hodgkin merupakan
salah satu jenis limfoma yang dibedakan berdasarkan keberadaan jenis sel kanker
tertentu yang disebut sel Reed-Sternberg dengan tampilan yang secara
histopatologis, ditambah dengan latar belakang sel radang pleomorfik (limfosit,
eosinofil, sel plasma, dan histiosit). World Health Organization (WHO)
mengklasifikasikan limfoma Hodgkin ke dalam beberapa tipe, yaitu tipe klasik
(subtipe nodular sclerosing, subtipe mixed cellularity, subtipe lymphocyte depleted,
subtipe lymphocyte rich), dan tipe nodular lymphocyte predominant. Limfoma
Hodgkin tipe klasik merupakan tipe limfoma Hodgkin yang paling sering dijumpai,
yakni 95% dari keseluruhan limfoma Hodgkin.
6
memromosikan aktivasi sel-B limfosit. Pada saat yang bersamaan, produk gen
LMP-1 meniru sinyal yang dihasilkan oleh CD40 yang bekerja untuk mengaktifkan
jalur sinyal NF-kB, p38, PI3K, AP1 dan JAK-STAT dalam memromosikan
kelangsungan hidup sel-B limfosit. Infeksi EBV juga diduga menjadi penyebab dari
terjadinya mutasi genetik pada gen Ig yang mengkode reseptor sel-B limfosit di
mana EBV kemudian mengkode gen LMP-2 yang mampu memrogram ulang sel-B
limfosit matur menuju salah satu fenotif LH dan mencegah terjadinya proses
apoptosis melalui aktivasi sinyal penyelamatan pada pusat germinal sel-B limfosit. 9
Akibat dari adanya serangkaian proses tersebut di atas menyebabkan terjadinya
ekspansi klonal yang tidak terkontrol dari sel-B limfosit yang kemudian akan
mensekresikan 6 berbagai sitokin, seperti IL-5 yang akan menarik dan mengakti-
vasi eosinofil dan IL-13 yang dapat menstimulasi sel Reed-Sternberg lebih lanjut
untuk mengekspresikan CD30 (Ki-1) dan CD15 (Leu-M1). CD30 merupakan
penanda aktivasi limfosit yang diekspresikan oleh sel-sel jaringan limfoid yang
reaktif dan ganas, sedangkan CD15 merupakan penanda dari granulosit, monosit
dan sel-T limfosit yang teraktivasi yang dalam keadaan normal tidak diekspresikan
oleh sel-B limfosit.5,9 Orang dengan riwayat keluarga pernah menderita LH,
terutama saudara kembar dan orang dengan gangguan sistem imun, seperti penderita
HIV/AIDS juga memiliki resiko yang tinggi untuk menderita LH.
4. Klasifikasi
Klasifikasi Klasifikasi limfoma Hodgkin (LH) yang umum digunakan hingga
saat ini yaitu klasifikasi histologik menurut REAL (Revised American European
Lymphoma) dan WHO (World Health Organization) yang menglasifikasikan LH ke
dalam 5 tipe, yaitu (1) nodular sclerosing, (2) mixed cellularty, (3) lymphocyte
depleted, (4) lymphocyte rich dan (5) nodular lymphocyte predominant. LH tipe
nodular sclerosing, mixed cellularity, lymphocyte depleted dan lymphocyte rich
seringkali dikelompokkan sebagai LH klasik.
LH tipe nodular sclerosing.
LH tipe nodular sclerosing adalah tipe LH yang paling sering dijumpai, baik
pada penderita pria ataupun wanita, terutama pada para remaja dan dewasa
7
muda. LH tipe ini memiliki kecenderungan predileksi pada kelenjar getah bening
yang terletak di supraklavikula, servikal dan mediastinum. Karakteristik
histologik dari LH tipe nodular sclerosing adalah (1) adanya variasi dari sel Reed
Stenberg yaitu sel lakuna yang merupakan sebuah sel besar yang memiliki
sebuah inti multilobus, anak inti yang kecil dan multipel serta sitoplasma yang
melimpah dan pucat dan (2) adanya fibrosis dan sklerosis yang luas dengan pita
kolagen yang membagi jaringan limfoid ke dalam nodul-nodul berbatas dengan
infiltrat seluler yang mengandung limfosit, eosinofil, histiosit dan sel lakuna.
8
kelenjar getah bening digantikan oleh jaringan ikat yang tidak teratur dan
dijumpai sedikit sel limfosit dan sel Reed Sternberg.
1. Anamnesis.
A. Gejala konstitusional yang terdiri atas:
Simtom B yang terdiri atas penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 6
bulan terakhir, demam lebih dari 38 derajat Celcius dan berkeringat di
malam hari.
9
Demam Pel-Ebstein yaitu demam tinggi selama 1 sampai 2 minggu lalu
terdapat periode afebril selama 1 sampai 2 minggu kemudian demam tinggi
muncul kembali.
Pruritus yaitu rasa gatal pada sebagian atau seluruh tubuh.
Rasa nyeri yang timbul di daerah limfa setelah meminum alkohol.
B. Nyeri dada, batuk, sesak napas serta nyeri punggung atau nyeri tulang.
C. Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama, terutama pada LH tipe
nodular sclerotic.
2. Pemeriksaan Fisik.
A. Limfadenopati asimptomatik, yaitu pembesaran kelenjar getah bening yang
tidak nyeri, biasanya asimetrik dengan konsistensi yang padat kenyal seperti
karet. Adapun predileksi kelenjar getah bening yang biasanya terlibat, yaitu
leher (60-70%), axila (10- 15%), inguinal (6-12%), mediastinum (6-11%),
hilus paru, kelenjar para-aorta dan retro-peritoneal.
B. Splenomegali dan hepatomegali tetapi jarang bersifat masif.
C. Sindrom superior vena cava dengan tanda dan gelajanya berupa distensi pada
vena leher dan dinding dada, edema pada wajah dan ekstremitas atas, sesak
napas dan sakit kepala pada penderita dengan limfadenopati mediastinum
yang bersifat masif.
3. Pemeriksaan Penunjang.
A. Pemeriksaan hematologik, dapat ditemukan adanya anemia, neutrofilia,
eosinofilia, limfopenia, serta laju endap darah dan LDH (lactate
dehydrogenase serum) yang meningkat pada pemeriksaan darah lengkap.
B. Pemeriksaan pencitraan, dapat ditemukan gambaran radiopaque dari nodul
unilateral atau bilateral yang berbatas tidak tegas atau tegas serta konsolidasi
pada pemeriksaan foto polos dada proyeksi Posterior Anterior (PA);
gambaran hiperdens dari massa jaringan lunak multipel akibat agregasi nodul
pada pemeriksaan CT scan dengan kontras di daerah thorax, abdomen atau
pelvis.
C. Pemeriksaan histopatologik, dapat ditemukan adanya sel Reed Sternberg
10
dengan latar belakang sel radang pleomorf pada pemeriksaaan biopsi
kelenjar getah bening.
D. Pemeriksaan imunohistokimia, dapat ditemukan penanda CD15, CD20 atau
CD30 pada sel Reed Sternberg.10
E. Pemeriksaan lainnya, seperti tes fungsi hati, ginjal dan paru, ekokardiografi
dan eletrokardiografi digunakan untuk mengetahui adanya tanda dan gejala
keterlibatan organ lainnya selain kelenjar getah bening serta tes kehamilan
pada penderita wanita muda. Staging limfoma Hodgkin (LH) yang umum
digunakan hingga saat ini yaitu staging menurut kriteria Ann Arbor dengan
revisi Costwold. Ada
Setelah diagnosis dipastikan, dokter akan menentukan stadium limfoma
Hodgkin. Berikut penjabarannya:
Stadium 1 - kanker berada hanya di satu kelenjar getah bening atau pada satu
bagian tubuh saja, misalnya pada leher saja atau area lain di atas/bawah diafragma.
Stadium 2 - kanker telah menyerang dua kelenjar getah bening atau menyebar pada
kelenjar getah bening terdekat, namun masih pada bagian tubuh yang sama, di atas
atau bawah diafragma.
Stadium 3 - kanker telah menyerang jaringan di sekitarnya atau organ lain,
misalnya limpa. Pada kondisi ini, kanker juga telah menyebar dari lokasi
kemunculan pertama, ke kumpulan kelenjar di atas dan bawah diafragma.
Stadium 4, disebut juga dengan stadium akhir, yaitu ketika kanker telah menyebar
ke beberapa jaringan atau organ tubuh lainnya. Kanker dapat menyebar ke paru-
paru, tulang, hati, limpa, kulit, dan sumsum tulang.
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pemeriksaan Laboratorium
12
Laju endap darah: terdapat peningkatan pada infeksi, limfoma, atau
kondisi inflamasi lain
Tes fungsi ginjal dan hati
Panel metabolik lengkap
Protein reaktif C (CRP): peningkatan menandakan inflamasi
Pemeriksaan laktat dehidrogenase (LDH): peningkatan menandakan
jaringan rusak, limfoma, dan keganasan (kanker) lainnya
Alkalin fosfatase
Albumin
Kalsium, fosfat, dan asam urat
pemeriksaan infeksi seperti HIV (HL yang berhubungan dengan
imunosupresi) atau HepB dan HepC (beberapa kemoterapi perlu
diperhatikan jika terdapat HepB dan HepC)
6. Pemeriksaan Radiologi
14
kanker, sehingga akhirnya memicu sistem kekebalan tubuh untuk
membunuh sel kanker tersebut. Beberapa efek samping rituximab yang bisa
muncul adalah mual, diare, kelelahan, dan gejala-gejala yang menyerupai
flu, seperti pusing dan nyeri otot.
Radioterapi.
Terapi menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Sinar X akan
dipaparkan pada area kanker, misalnya pada kelenjar getah bening atau
area penyebaran sel kanker. Durasi terapi akan bergantung pada stadium
kanker. Beberapa efek samping dari terapi ini adalah rambut rontok,
muncul warna kemerahan pada kulit yang terpapar radiasi, dan rasa lelah.
Transplantasi sumsum tulang atau sel punca (stem cell).
Prosedur ini dilakukan untuk mengganti sumsum tulang penghasil sel
limfosit dengan yang sehat. Prosedur transplanstasi sumsum tulang dipilih
jika limfoma Hodgkin kambuh. Prosedur dilakukan dengan bantuan obat
kemoterapi dan radiasi untuk menghancurkan sel kanker sebelum sumsum
tulang yang sehat dimasukkan dalam tubuh.
Pengobatan kanker akan memerlukan pemeriksaan kesehatan berkala untuk
memantau kondisi pasien dan mendeteksi tanda-tanda kambuhnya kanker.
Pemeriksaan juga berguna untuk mengobati efek samping atau komplikasi
pengobatan, yang pada kasus terburuk berisiko menjadi kanker jenis lainnya.
Pemeriksaan kesehatan berkala dapat dilakukan mulai dari beberapa minggu sekali
hingga beberapa bulan sekali. Seiring waktu, frekuensi pemeriksaan bisa berkurang.
15
menyebabkan gangguan kesuburan yang bersifat sementara maupun
permanen. Pasien akan ditawarkan untuk menyimpan sel telur ataupun
sperma sebelum pengobatan dimulai, agar bisa digunakan ketika mereka
akan merencanakan kehamilan.
Gangguan kesehatan, seperti penyakit jantung dan paru-paru.
Berkembangnya kanker jenis lain, misalnya kanker darah (leukemia),
kanker paru-paru, atau kanker Risiko yang disebabkan oleh kemoterapi
dan radioterapi ini biasanya muncul beberapa tahun hingga lebih dari
sepuluh tahun setelah pasien melalui prosedur pengobatan tersebut.
16
Stage dari Limfoma Hodgkin Klasik menurut EORTC (European
Organization for Research and Treatment of Cancer).
Stage Kriteria
Early-Stage Stadium I-IIA, tanpa
Favorable faktor resiko.
Early-Stage Stadium I-IIA, > 1
Unfavorabel. faktor resiko
Advanced-Stage Stadium IIB, III dan
Disease IV
Faktor Resiko
1. Adenopati mediastinum yang besar (massa melewati 1/3 diameter
horizontal dada).
2. Usia > 50 tahun.
3. Peningkatan laju endap darah > 50 mm/ jam tanpa gejala sistemik
atau > 30 mm/ jam dengan gejala sistemik.
4. Keterlibatan > 4 daerah kelenjar getah bening.
1. Early-Stage Favorable.
Penatalaksanaan LH klasik early-stage favorable dilakukan dengan
pemberian kemoterapi regimen ABVD (Adriamycin 25 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan
15; Bleomycin 10 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15; Vinblastine 6 mg/ m 2, IV, hari ke-
1 dan 15; Dacarbazine 375 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15) dalam 2 siklus dan diikuti
dengan pembe- rian radioterapi sebesar 20 Gy.
2. Early-Stage Unfavorable.
Penatalaksanaan LH klasik early-stage unfavorable dilakukan dengan
pemberian kemoterapi regimen ABVD (Adriamycin 25 mg/ m 2, IV, hari ke-1 dan
15; Bleomycin 10 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15; Vinblastine 6 mg/ m2, IV, hari ke-
1 dan 15; Dacarbazine 375 mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 15) dalam 4 siklus dan diikuti
dengan pemberian radioterapi sebesar 30 Gy. Penatalaksanaan lainnya yang lebih
intensif yaitu dengan pemberian kemoterapi regimen BEAC- OPP (Bleomycin 10
mg/ m2, IV, hari ke-1 dan 8; Etoposide 200 mg/ m2, IV, hari ke-1 sampai 3;
Adriamycin 35 mg/ m2, IV, hari ke-1;
17
Cyclophosphamide 1.250 mg/ m2, IV, hari ke-1; Oncovin 1,4 mg/ m2, IV,
hari ke-1 dan 8; Procarbazine 100 mg/ m 2, oral, hari ke-1 sampai 7; Prednisone 40
mg/ m2, oral, hari ke-1 sampai 14) dengan dosis meningkat dalam 2 siklus serta
diikuti dengan pemberian kemoterapi regimen ABVD dalam 2 siklus dan
radioterapi sebesar 30 Gy.
A. Advanced-Stage Disease.
18
BAB IV
KESIMPULAN
4. Kesimpulan
Limfoma Hodgkin adalah keganasan pada sistem limfoid tepatnya pada
limfosit sel B yang disebabkan oleh mutasi gen. Limfoma Hodgkin merupakan
salah satu jenis limfoma yang dibedakan berdasarkan keberadaan jenis sel kanker
tertentu yang disebut sel Reed-Sternberg dengan tampilan yang secara
histopatologis, ditambah dengan latar belakang sel radang pleomorfik (limfosit,
eosinofil, sel plasma, dan histiosit). World Health Organization (WHO)
mengklasifikasikan limfoma Hodgkin ke dalam beberapa tipe, yaitu tipe klasik
(subtipe nodular sclerosing, subtipe mixed cellularity, subtipe lymphocyte depleted,
subtipe lymphocyte rich), dan tipe nodular lymphocyte predominant.
Penatalaksanaan limfoma Hodgkin terdiri atas radioterapi, kemoterapi, dan
transplantasi sel punca hematopoietik. Pilihan terapi akan bergantung pada
karakteristik histologis, staging penyakit, dan ada tidaknya faktor prognostic
Pengobatan limfoma Hodgkin ditentukan berdasarkan stadium kanker serta
kondisi kesehatan pasien, dan bertujuan untuk menghancurkan sebanyak mungkin
sel kanker dalam tubuh pasien.
19
DAFTAR PUSTAKA
20