Disusun Oleh :
N 111 19 048
Pembimbing Klinik :
A. Definisi
Sindroma HELLP ialah preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya
hemolisis, pening- katan enzim hepar, disfungsi hepar, dan trombositopenia.
H:Hemolysis
EL: Elvated Liver Enzyme
LP : Low Platelets Count [5].
Sindrom HELLP merupakan suatu kondisi pada wanita hamil yang perlu
benar- benar diperhatikan dalam kaitannya dengan proses patologis pada
sistem target maternal dibalik tanda-tanda klasik preeklampsia dan eklampsia.
Sindrom ini juga dihubungkan dengan keadaan penyakit yang berat atau akan
berkembang menjadi lebih berat serta dengan prognosis maternal dan luaran
perinatal yang lebih buruk, walaupun angka- angka kematian maternal
perinatal yang dikemukakan masih sangat bervariasi mengingat perbedaan
kriteria diagnosis yang digunakan serta saat diagnosis ditegakkan [7].
B. Patofisiologi
Serum SGOT, SGPT dan LDH akan meningkat pada preeklampsi dan
merupakan tanda Sindrom HELLP. Peningkatan fungsi liver ini merupakan
petunjuk adanya subkapsuler dan ruptur hepar imminens. Lactat
dehidrogenase (LDH) adalah enzim katalase yang bertanggung jawab
terhadap proses oksidasi laktat menjadi piruvat. LDH yang meningkat
menggambarkan terjadinya kerusakan sel hepar. Walaupun peningkatan kadar
LDH juga merupakan tanda terjadinya hemolisis. Peningkatan kadar LDH
tanpa disertai peningkatan kadar SGOT dan SGPT menunjukkan terjadinya
hemolisis [8].
Pada gangguan fungsi ginjal dapat terjadi kelainan berupa endotelisasi
glomerulus, yaitu pembengkakkan sitoplasma sel endothelial tubulus ginjal
tanpa kelainan struktur lainnya, Kelainan lain yang dapat terjadi adalah anuria
sampai gagal ginjal, juga terdapat kadar kreatinin > 1 mg . Sakit kepala berat
yang menetap atau gangguan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung
sampai seminggu, dapat juga terjadi perdarahan kadang – kadang pada retina,
hal ini merupakan tanda gawat akan terjadinya apopleksia serebri [8].
C. Diagnosis
1. Didahului tanda dan gejalayang tidak khas malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah (semuanya ini mirip tanda dan gejala infeksi virus)
2. Adanya tanda dan gejala preeklampsia
3. Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya kenaikan LDH, AST, dan
bilirubin indirek
4. Tanda kerusakan/disfungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST, LDH
5. Trombositopenia , Trombosit < 150.000/ ml .
6. Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas
abdomen, ranpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala preekiampsia,
harus dipertimbangkan sin- droma HELLP [5].
D. Klasifikasi
Berdasar kadar trombosit darah, maka sindroma HELLP diklasifikasi dengan
nama "Klasifikasi Mississippi'':
1. Kelas 1: Kadar trombosit : < 50.000/ml , LDH > 5OO IU/l, AST dan/atau
ALT > 40 IU/l
2. Kelas 2: Kadar trombosit > 50.000 < 100.000/ml , LDH > 600 IU/l, AST
dan/atau ALT > 40 IU/l
3. Kelas 3: Kadar trombosit > 100.000 < 150.000/ml LDH > 600 IU/I ,AST
dan/atau ALT > 40 IU/l [5].
E. Diagnosis banding
1. Tromborik angiopati
2. Kelainan konsumtif fibrinogen, misalnya:
- acute fatty liver of pregnant
F. Tatalaksana
Penatalaksanaan preeklampsia dan sindrom HELLP masih kontroversial.
Kebanyakan modalitas terapi yang diterapkan sama dengan preeklampsia berat.
Pengobatan harus dilakukan di Intensive Care Units (ICU) dengan dialisis dan
didukung oleh ventilator pada kasus berat, dan terdiri dari plasma expander,
obat antitrombosis, heparin, antitrombin, aspirin dosis rendah, prostasiklin,
imunosupresif, steroid, plasma darah segar, dialisis. [9]
Pemberian kortikosteroid diikuti oleh perbaikan yang cepat dari segi klinis
maupun parameter laboratorium, sehingga terminasi kehamilan dapat ditunda.
Perbaikan trombositopenia lebih sering diobservasi pada pemberian bertahap
dari dosis rendah ke dosis tinggi. Pemberian kortikoseteroid (deksametason,
betametason) dianggap dapat meningkatkan kadar trombosit darah.[9]
Keuntungan pada maternal yaitu memperpanjang masa antara masuk
rumah sakit dan induksi persalinan, dan keuntungan pada fetus yaitu
menambah berat badan lahir. Plasmafaresis dengan plasma darah segar
diberikan pada pasien yang menunjukkan progresifitas hiperbiliruinemia,
kreatinin serum, dan trombositopenia berat. Hal ini juga direkomendasikan
pada pasien dengan sindrom HELLP yang bertahan lebih dari 72 jam
postpartum[9]
Jika didapatkan kadar trombosit < 100.000/ml atau trombosit 100.000 -
G. Komplikasi
Dapat terjadi komplikasi berupa perdarahan otak yang merupakan
komplikasi paling berat yang bersifat fatal pada 50-65% kasus. Peningkatan
tekanan darah diastol secara tiba-tiba di atas 120 mmHg meningkatkan risiko
komplikasi hipertensi ensefalopati, aritmia ventrikel, DIC. Komplikasi pada
otak jarang terjadi namun jarang memberat [9].
Komplikasi renal terjadi pada level mikrovaskular (trombosis vaskular,
oklusi arteri renal, hipoperfusi). Sindrom HELLP dapat menyebabkan nekrosis
tubular yang bersifat reveribel dan nekrosis kortikal (pada sebagian besar kasus
menimbulkan sequelae). Iskemia kortikal dapat menyebabkan hipertensi
arterial, dan trombosis mikroangiopatik yang menyebabkan disfungsi renal.
Gagal ginjal pada sindrom HELLP dapat menyebabkan gangguan koagulasi,
perdarahan, dan syok. Insidensnya berkisar sekitar 8% [9].
H. Prognosis
Angka mortalitas pada ibu dengan sindrom HELLP berkisar antara 18 – 86
%. Prognosis bergantung pada diagnosis segera dan pendekatan sesegera
mungkin. Mortalitas bayi pada saat perinatal bervariasi antara 6,7 – 70%.
Sindrom HELLP menyebabkan kelahiran prematur. Sekitar 60% menjadi
kematian janin dalam rahim (KJDR), 30% pertumbuhan janin terhambat
(PJT), dan 25% trombositopenia. Masa kritis berkembang setelah induksi
persalinan. Pada kehamilan selanjutnya dapat berulang 43% [9].
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : Ny.D Nama Suami : Tn. Y
Umur : 39 tahun Umur : 43 Tahun
Alamat : Buteta, Labuan Lelea Alamat :Buteta, Labuan Lelea
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
ANAMNESIS
PIIIA0
Usia Kehamilan : 40 minggu
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sakit Berat Tek. Darah : 180/120 mmHg
Kesadaran : E2 V2 M1 Nadi : 110x/menit
BB : 69 Kg Respirasi : 28x/menit
TB : 155 cm Suhu : 36,8ºC
1. Kepala – Leher :
Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterus (-/-), edema palpebra (-/-), pembesaran
KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-).
2. Thorax :
I : Pergerakan thoraks simetris, sikatrik (-)
P : Nyeri tekan (-), massa tumor (-)
P : Sonor pada kedua lapang paru, pekak pada area jantung, batas paru-hepar
SIC VII LMD, batas jantung DBN
A : Bunyi pernapasan vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-. Bunyi jantung I/II
murni reguler
3. Abdomen :
I : Perut cembung kesan normal, striae alba (+), massa (-)
A : peristaltik (+) kesan menurun
P : timpani (+)
P : nyeri tekan kuadran kanan atas (+)
Genitalia :
Pemeriksaan Dalam (VT) : tidak dilakukan
Ekstremitas :
Atas :Akral hangat, Edema -/-
Bawah :Akral hangat, Edema +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium:
Wbc : 28 x 103/mm3 BT : 8’
Hgb : 8,4 gr/dl CT : 4’
Hct : 38.6 % HbSAg : non-reaktif
Plt : 63 x 103/l Ureum : 94 mg/dL
Rbc : 4,8 x 106/l Creatinin : 2,79 mg/dL
SGOT : 104 U/L
SGPT : 105 U/L
Urine
Protein : +2 Silinder : (-)
Leukosit : 8/LPB Epitel : (+)
Eritrosit : 20 Kristal : (-)
RESUME
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dengan suami pasien. Pasien
datang tanggal 22/06/2021 dengan keluhan kejang disertai penurunan kesadaran
sejak 8 jam sebelum ke rumah sakit, kemudian berhenti dan kejang kembali 4 jam
kemudian. Pasien postpartum 2 hari yang lalu di puskesmas dan menurut
pengakuan suami pasien, bahwa pada usia kehamilan 6 bulan pasien sempat
kejang dan tekanan darah inpartu pasien sempat 170 namun tidak ada Tindakan
lebih lanjut yang dilakukan oleh bidan penolong. Saat di rumah sakit pasien
kejang sebanyak 7 kali kejang berlangsung selama +/- 1 menit. sekarang pasien
mengalami pandangan kabur (+), lemah (+), malaise (+), sesak napas (-), nyeri
perut kuadran kanan atas (+), nausea (-), vomitus (-), pusing (+), sakit kepala (+),
demam (-), kencing hanya sedikit-sedikit, BAB tidak lancar dan edema pada
kedua tungkai (+/+).
Dari pemeriksaan fisik : konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (+/+), TD :
180/120 , nadi 110 x/m, respirasi 28 x/m, Suhu 36,8ºC. Nyeri tekan kuadran
kanan atas, TFU 2 jari dibawah umbilikus, kontraksi uterus baik, lokia rubra (+),
ekstremitas bawah edema (+/+). Dari pemeriksaan laboratorium : Wbc : 28 x
103/mm3, Hgb : 8,4 gr/dl, Hct: 38.6 %, Plt : 63 x 103/L, Rbc : 4,8 x 106/l
HbSAg : non-reaktif, Ureum : 156,7mg/dL, Creatinin : 5,78 mg/dL, SGOT: 104
U/L SGPT : 105 U/L, Urinalisis : protein +2, leukosit 9/LPB, eritrosit 20, epitel
(+).
DIAGNOSIS
PIIIA0 post partum H2 + eklampsia + HELLP syndrome + GGA
PENATALAKSANAAN
Pasang oksigen 4 lpm
IVFD RL 500 CC
Inj. Ranitidin 1amp/8jam/iv
Inj ondansetron 2 mg//ampul/12 jam IV
Inj. Dexamethasone 10 mg /12 jam IV
Inj Meropenem 1 gr/8 jam IV
Drips metronidazole 500 mg/ 8 jam IV
Nifedipin 3 x 10 mg
Metildopa 2 x 250 mg
Transfusi 1 labu Whole blood cell
Pasang kateter
Edukasi pasien untuk banyak minum air
Monitoring trombosit tiap 12 jam
FOLLOW UP
24/06/2021
S : Kejang (-), Nyeri perut tembus belakang (-), pusing (+), sakit kepala (+),
penglihatan kabur (+), edema pada tungkai (+/+), sesak (+), mual (-),
muntah (-), BAB (+), BAK (+) perdarahan jalan lahir (+)