TIM PENELITI
AHDA SUBULA
KHAIRUL UMAM
BIDANG PENELITIAN
BIOLOGI
2.1 TAKSONOMI
Menurut kamus besar bahasa indonesia (KBBI) taksonomi adalah cabang ilmu
biologi yang menelaah penamaan, perincian dan pengelompokan makhluk hidup
berdasarkan persamaan dan perbedaan sifatnya. Sedangkan menurut definisi yang lain,
taksonomi merupakan cabang ilmu biologi yang mengkaji penggolongan atau
penglompokan makhluk hidup kedalam suatu kelompok tertentu. Sementara itu tujuan
dari taksonomi adalah untuk mempermudah dalam mengenali, membandingkan dan
mempelajari makhluk hidup. Dalam praktiknya taksonomi dilakukan dengan
mempertimbangkan persamaan antar makhluk hidup yang memiliki struktur yang sama
(Pratama, 2017).
Sebagai ilmu dibidang Biologi, taksonomi membutuhkan ilmu-ilmu lain seperti
ilmu Biologi itu sendiri ataupun cabang ilmu lainnya. Taksonomi begitu penting dalam
penelitian ilmiahyang menggunkan metode komperatif dengan objek berupa organisme.
Data yang telah dikoleksi tidak memiliki makna, jika objek tidak dikelompokkan terlebih
dahulu sebelum dibandingkan. Kebutuhan akan penerapan ilmu taksonomi terjadi
peningkatan, diantaranya dalam bidang pertanian, Kesehatan publik, ekologi konservasi,
ekologi dan prilaku biologi. Ilmu taksonomi berkaitan erat dengan cabang ilmu Biologi
yaitu sistematika. Sistematika pertama kali dikemukakan oleh Linnaeus (1735) dalam
bukunya yang berjudul Systema Nature. Selanjutnya lebih maju dikemukan oleh Simpson
(1961) sebagai studi ilmiah terhadap variasi organisme dan seluruh aspek yang berkaitan
dengan hubungan biologis diantara mereka (Rosadi dan Pratomo, 2014)
Indonesia sebagai negara biomegadiversitas yang memiliki keanekargaman hayati
yang melimpah, salah satunya adalah jenis pisces (ikan). Pisces dalam Bahasa Indonesia
dikenal sebagai ikan, dan seluruh jenis ikan baik yang memiliki rahaang maupun tidak,
memiliki tulang sejati maupun tulang rawan (Rosadi dan Pratomo, 2010). Ikan merupakan
kelompok yang memiliki varietas yang tinggi dengan jumlah sepesies sebanyak 27.000
yang tersebar diseluruh dunia. Morfologi setiap ikan pada umumnya dipengaruhi oleh
struktur tulang, baik tulang sejati maupun tulang rawan, kemudian dalam membantu
bergerak ikan menggunakan fungsi insang dan ekor didalam air (Ferdyan, dkk. 2020)
Eksistensi sumber daya perikanan diindonesia dapat dikatakan sangat baik dari
aspek kuantitas maupun keanekaragaman jenis yang dapat dikelola untuk menigkatkan
kesejahteraan masyarakat. Sebagaiamana yang ditemukan diprovinsi Bengkulu terdapat
potensi kuantitas sumber daya perikanan yang tinggi (Sari, 2021). Selaras dengan
penelitian yang dilakukan oleh Maghfiriadi, dkk (2019) pada stasiun Penelitian Soraya,
ditemukan sumber daya ikan sebesar 57% yang berpotensi sebagai ikan yang dapat
dikonsumsi, 29% berpotensi sebagai ikan hias dan 14% berpotensi sebagai ikan konsumsi
dan ikan hias. Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh famili Cyprinidae dengan jenis
ikan Rasbora sumatrana dan Tor tambra (Maghfiriadi, dkk. 2019).
2.2 MORFOMETRIK
Morfometrik merupakan analisis yang berhubungan dengan ragam dan perubahan
bentuk dari makhluk hidup yang meliputi pengukuran panjang dan kerangka secara
kuantitatif. Dalam metode pengukuran dengan cara menyiapkan bahan yang akan diukur,
selanjutnya mengukur panjang tubuh makhluk hidup dan beberapa karakteristik
morfometrik lainnya (Gustomi dan Putri, 2019). Menurut Parin dalam Akmal, dkk (2018)
karakteristik morfometrik yang kerap diukur adalah panjang total, panjang baku, panjang
cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan diameter mata.
Menurut Surawijaya dalam Herawati, dkk (2021) menyatakan bahwa ukuran
morfometrik dapat dipenngaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor
pertumbuhan. Selama proses pertumbuhan maka terjadi penambahan bobot material ikan
sperti, Panjang tubuh yang dapat berubah melbihi bobot idealnya. Proses pertumbuhan
tentunya diimabangi dengan kondisi habitat yang baik, seperti pH, suhu, ktersediaan
makanan dan salinitas. Selain itu jenis kelamin dan dan umur juga mempemgaruhi ukuran
morfologi spesies.
Setiap spesies memiliki karakteristik morfologi yang menyebebkan perbedaan
karakteristik dengan spesies lainnya. Adanya perbedaan karakteristik tersebut selanjutanya
menyebabkan setiap spesies dikelompokkan dalam satu tingkat takson yang sama.
Pengukuran morfometrik bertujuan untuk mengetahui karakteristik spesies dan
hubungannya dengan kondisi habitat. Kasus yang ditemukan oleh penelitain sebelumnya
bahwa diduga adanya kemiripan jenis ikan Wild Betta yang terdapat di pulau Belitung
dengan jenis ikan Wild Betta di pulau Bangka, sehingga diperlukan pengukuran
morfometrik (Syarif, dkk. 2021)
Dalam melakukan pengukuran morfometrik terdapat beberapa variasi dalam
menentukan indikator pengukuran. Pengukuran yang dilakukan oleh Setiawan dkk (2020)
menggunakan 11 indikator pada ikan Nomei di Kalimantan Utara, sementara Herawati
dkk (2021) menggunakan 20 indikator pada ikan Keting di hilir sungai Cimanuk dan
Pariyanto dkk (2021) menggunakan 6 indikator pada ikan air tawar di sungai Lais.
Sementara itu, pengukuran yang dilaklukan oleh peneliti menggunakan 15 indikator
pengukuran dengan mengadaptasi karakteristik pengukuran Abraham dkk (2011) yang
meggunakan 21 karakteristik pengukuran. Pengukuran dilakukan menggunakan alat ukur
(mistar) dengan mengikuti kaidah pengukuran morfometrik.
BAB III
METODE PENELITIAN
N Kegiatan Tahun
o 2021
Agust Septemb Oktobe
Mei Juni Juli
us er r
1 Pengajuan Judul
2 Penyusunan Proposal
3 Penyusunan
instrumen
Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Pengolahan Data
6 Analisis Data
7 Penulisan Laporan Akhir
3.2.2.Langkah-langkah penelitian
Penelitian dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: 1)
Seluruh instrumen penelitian disiapkan begitu pula dengan alat dan bahan; 2) Melakukan
observasi dalam menghimpun data; 3) Melakukan wawancara terhadap informan; 4).
Mengumpulkan data yang telah diperoleh; 5) Menganalisis data; 6). Interpretasi data; 7)
Menyusun laporan akhir penelitian.
3.3 METODE PEMROLEHAN DATA
Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa tahap
yaitu, kajian literatur, observasi, wawancara eksperimen. Lebih jelasnya diuraikan sebagai
berikut
3.3.1.Kajian literatur
Kajian literatur merupakan tindakan menganalisis beberapa referensi hingga
diperoleh poin- poin yang diharapkan. Dalam penelitian ini kajian literatur dilakukan
dengan menganalisis jurnal terkait, buku dan referensi lainya. Hal tersebut ditujukan
untuk memperkaya keabsahan dan kevalidan sebuah karya. Referensi yang digunakan
merupakan penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti dengan tetap
memperhatikan kaidah etika penulisan ilmiah. Referensi yang digunakan menjadi
landasan yang mendukung penelitian yang akan dilakukan.
3.3.2.Observasi
Pada penelitian yang akan dilakukan observasi dilakukan dengan cara meninjau
lokasi penelitian yang disebut dengan stasiun penelitian. Observasi dilakukan di daerah
aliran sungai Lae Soraya (Rundeng), sungai Lae Kombih (penanggalan) dan sungai Lae
Soraya (sultan daulat). Observasi dilakukan dengan meninjau daerah aliran sungai, hal
tersebut dimaksudkan agar peneliti dapat memperoleh kondisi visual berupa kondisi alam
dan keanekaragaman ikan air tawar.
3.3.3.Dokumentasi
Kegiatan dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data melalui gambar dan
catatan peneliti berupa informasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai data. Pada
penelitian ini peneliti melakukan pengambilan gambar ikan untuk diidentifikasi sebagai
langakh awal dalam pengelompokkan berdasarkan klasifikasinya. Pengambilan gambar
menggunakan kamera handphone peneliti yang dibawa saat melakukan pengambilan
sampel ke lokasi penelitian. Selain itu peneliti juga mencatat hasil pengukuran bentuk luar
tubuh ikan, data tersebut dijadikan sebagai bahan untuk analisis morfometrik pada ikan.
3.4 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Data yang telah dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis berdasarkan metode yang
sesuai dengan pendekatan yang digunakan dalam penelitian. Pengolahan data dilakukan
dengan mengelompokkan data yang diperoleh, dalam penelitian ini data dikelompokkan
dalam tiga kategori. Kategori pertama merupakan data inventaris jenis ikan air tawar,
kategori kedua adalah data bobot dan ukuran ikan, dan kategori ketiga adalah informasi
metode pengolahan dan pengelolaan ikan hasil tangkap. Selanjutnya data-data yang telah
diperoleh akan dianalisis berdasarkan data yang telah dikelompokkan, metode analisis
data dijelaskan sebagai berikut:
3.4.1.Analisis Klasifikasi (taksonomi)
Data yang telah dihimpun berupa ikan yang diperoleh dari nelayan di daerah
setempat ,data yang telah dikumpulkan selanjutnya dikelompokkan berdasarkan ordo,
famili dan genus dengan bantuan lembar kunci determinasi. Ikan yang telah
dikelompokkan berdasarkan ordo, famili dan genus. Selanjutnya dianalisis tingkat
keanekaragamannya menggunakan rumus shanon-wiener. Analisis keanekaragaman ini
dimaksudkan untuk mengukur keanekaragaman suatu jenis ikan air tawar di lokasi stasiun
penelitian. Klasifikasi ikan air tawar dilakukan dengan mengidentifikasi menggunakan
kunci determinasi. Kunci determinasi digunakan untuk memudahkan peneliti dalam
mengelompokkan ikan air tawar berdasarkan tingkat takson. Analisis tingkat takson
dimaksudkan untuk mengetahui keanekaragaman, variasi jenis, dan jenis dominan ikan
tawar.
Ĥ= - ∑ pi ln pi
Keterangan:
pi : (Ni : jumlah individu tiap spesies)
N : Total individu dari semua spesies
Jika :
Ĥ =0-2 (tingkat keanekaragaman rendah)
Ĥ = 2-3 (tingkat keanekaragaman sedang)
Ĥ = >3 (tingkat keanekaragaman tinggi)
3.4.2.Teknik Analisis Morfometrik
Dalam melakukan pengukuran tubuh ikan air tawar dilakukan dengan
menggunakan metode Truss Morfometri. Truss morfometri merupakan teknik
pengukuran beberapa bagian penting dengan membandingkan ukuran tubuh ikan air
tawar dengan ukuran yang dianggap standar. Terdapat tujuh belas ukuran yang
dibutuhkan dalam melakukan pengukuran menggunakan teknik morfometrik pada ikan air
tawar. Lebih jelas teknik morfometrik diuraikan dalam bentuk gambar dibawah ini:
Gambar. 1 Penentuan titik morfometri dan bentuk tubuh sebagai penanda dalam proses
identifikasi oleh para taksnomis (Abraham, dkk. 2011)
DAFTAR PUSTAKA
Abraham K.J., K.K. Joshi, dan V.S.R. Murty. 2011. Taxonomy of The Fishes of The Family
Leiognathidae (Pisces Teleostei) From The West Coast of India. Zootaxa. ISSN: 1175-5334
Akmal, Y., Zulfahmi, I., dan Saifuddin, F. 2018. Karakteristik Morfometrik Dan Skeleton Ikan
Keureling (Tor Tambroides Bleeker 1854). Jurnal Ilmiah Samudra Akuatika, 2(1), 35-44.
Andi G., dan Sri Dewi D.P. 2019. Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) Yang
Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat Kabupaten Bangka. Journal of
Tropical Marine Science: 38. DOI: 10.33019/jour.trop.mar.sci.v2i1.1092. ISSN: 2623-2227
Andi G., dan Sri Dewi D.P. 2019. Studi Morfometrik dan Meristik Ikan Kurisi (Nemipterus sp.) Yang
Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Sungailiat Kabupaten Bangka. Journal of
Tropical Marine Science: 38. DOI: 10.33019/jour.trop.mar.sci.v2i1.1092. ISSN: 2623-2227
Elyta V.Y., dan Nicko H. 2019. Potensi Ikan Hias di Danau Batu Kabupaten Pulang Pisau Suatu
Pendekatan Biologi dan Etnobiologi. Zira’ah: 59. ISSN: 2355-3545.
Ferdyan, R., Razak, A., Sumarmi, R, Zulyusri. 2020. Analsisis Relevansi Materi Superclass Pisces
Dalam Aspek Penerapan Ilmu Taksonomi Hewan Di Sekolah. Jurnal Ilmiah Pendidikan
Biologi: 6 (4), 443.
Furqan M., Ilham Z., Epa P., dan Muhammad A.S. 2019. Iktiofauna di Sungai Alas Sekitar Stasiun
Penelitian Soraya, Kawasan Ekosistem Leuser, Subulussalam, Aceh. Jurnal Iktiologi Indonesia:
365. DOI: 10.32491/jii.v19i3.502
Herawati, T., Safitri, M. N., Junianto, J., Hamdani, H., Yustiati, A., dan Nurhayati, A. (2021).
Karakteristik Morfometrik Dan Pola Pertumbuhan Ikan Keting [Mystus Nigriceps
(Valenciennes 1840)] Di Hilir Sungai Cimanuk Provinsi Jawa Barat. Zoo Indonesia, 30(1).
Herawati, T., Safitri, M. N., Junianto, J., Hamdani, H., Yustiati, A., dan Nurhayati, A. (2021).
Karakteristik Morfometrik Dan Pola Pertumbuhan Ikan Keting [Mystus Nigriceps
(Valenciennes 1840)] Di Hilir Sungai Cimanuk Provinsi Jawa Barat. Zoo Indonesia, 30(1).
Pariyanto, P. 2021. Keanekaragaman Dan Karakteristik Morfometrik Ikan Air Tawar Yang Terdapat
Di Sungai Air Manna Kecamatan Pino Kabupaten Bengkulu Selatan Provinsi Bengkulu. Jurnal
Bioeduscientific, 2(1).
Pemerintah Kota Subulussalam. 2015. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Subulussalam
Tahun 2015-2035. Subulusalam: Pemkot Subulussalam
Pratama R. 2017. Keanekaragaman Famili Insecta Pada Perkebunan Jeruk Organik Di Petungsewu, Di
Kabupaten Malang (Doctoral Dissertation, University of Muhammadiyah Malang)
Pratomo, H., dan Rosadi, B. 2010. Identifikasi Pisces. Jakarta: Universitas Terbuka
Setiawan, R., Suharti, R., Rachmad, B., Zulkifli, D., dan Irawan, H. 2020. Studi Karakter
Morfometrik Dan Meristik Ikan Nomei (Harpadon Nehereus) Di Kalimantan Utara. Jurnal
Kelautan Dan Perikanan Terapan (Jkpt), 3(1), 9-16.
Syarif, A.F., Robin, Tiandho, Y., dan Gustomi, A. 2021. Perbandingan Pola Rasio Morfometrik dan
Karakteristik Habitat Dua Spesies Ikan Wild Betta Asal Pulau Belitung. Jurnal Ilmiah Biologi :
9 (1), 21
Lampiran 1. Panduan Pengukuran Menggunakan Truss Morfometrik
Fork Length (FL) – panjang fork, ialah jarak dari ujung mulut paling depan (point-1)
sampai titik fork (cagak paling dalam) dari sirip ekor (point-16) StandardLength (SL) –
panjang baku, ialah jarak antara ujung mulut paling depan atau anterior (point-1) sampai
akhir vertebral column atau hypural plate (point-6; akhir plate didapat dengan
membengkokkan sirip ekor secara lateral) Body depth (BD) – tinggi maksimum (garis
lurus) dari badan secara vertikal. BD dicari dengan menggeser vernier caliper untuk
mendapatkan jarak lurus (vertikal) yang maksimum (tidak termasuk sirip, sisik atau bagian
daging dari sirip dorsal atau anal)
Dorsal Body Depth (DBD) – tinggi badan dorsal, ialah garis lurus vertikal yang
diukur dari bagian anterior sirip dorsal atau punggung (point-3) ke arah perut
(ventral)
Anal Body Depth (ABD) – tinggi badan anal, ialah garis lurus vertikal yang diukur dari
bagian anterior sirip anal atau dubur (point-9) ke arah punggung (dorsal)
Head Length (HL) – panjang kepala, ialah jarak dari ujung mulut paling depan atau
anterior (point-1) sampai tepi paling akhir tulang tutup insang atau opercle, tidak termasuk
opercular membrane (point-17)
Snout Length (SNL) – panjang moncong (hidung), ialah jarak dari ujung depan
mulut (point-1) sampai tepi depan (bagian tengah) tulang pelindung mata atau orbit
(point13) 12 Orbit Diameter (OD) – Diameter Orbit, ialah diameter maksimum diantara
tulang pelindung mata, jarak ini tidak selalu horizontal (point-13 dengan point-14)
Postorbital Length (POL) – Panjang Postorbital, ialah jarak terpanjang antara tulang
tutup mata bagian belakang (point-14) dengan tepi tulang tutup insang atau opercle (point-
17) Predorsal Length (PDL) – panjang predorsal, ialah jarak dari ujung depan dasar sirip
dorsal (point-3) sampai ujung mulut bagian paling depan atau anterior (point-1)
Prepelvic Length (PVL) – panjang prepelvic, ialah jarak dari ujung anterior dasar sirip
perut atau pelvic (point-10) sampai ujung mulut bagian paling depan atau anterior (point-1)
PrePectoral Length (PPL) – panjang prepectoral, ialah jarak dari dasar sirip dada
atau pectoral (point 15) sampai ujung mulut bagian paling depan atau anterior (point-1)
Preanal Length (PAL) – panjang preanal, ialah jarak dari ujung anterior dasar sirip
anal (point-9) sampai ujung mulut bagian paling depan atau anterior (point-1)
Caudal Peduncle Length (CPL) – jarak dari akhir sirip anal (point-8) sampai akhir
dari hypural plate (point-6)
Caudal Peduncle Depth (CPD) – tinggi caudal peduncle, ialah jarak terpendek di
wilayah caudal peduncle (diukur sebagai garis lurus vertikal)
Dorsal Fin Base (DFB) – dasar sirip dorsal, ialah panjang lurus dari dasar duri keras
paling depan (point-3) sampai bagian akhir duri lunak yang menopang sirip dorsal (point-
4)
Anal Fin Base (AFB) – dasar sirip anal, ialah panjang lurus dari dasar duri keras
paling depan (point-9) sampai akhir duri lunak yang menopang sirip anal (point-8)
Dorsal Fin Length (DFL) – panjang sirip dorsal, ialah jarak terpanjang dari dasar duri
sirip sampai bagian ujung, diukur pada duri sirip terpanjang
Anal Fin Length (AFL) – panjang sirip anal, ialah jarak terpanjang dari dasar duri
sirip sampai bagian ujung, diukur pada duri sirip terpanjang
Pectoral Fin Length (PFL) – panjang sirip dada atau pectoral, ialah jarak terpanjang
dari dasar duri sirip sampai bagian ujung, diukur pada duri sirip terpanjang
Ventral Fin Length (VFL) – panjang sirip perut atau ventral, ialah jarak terpanjang
dari dasar duri sirip sampai bagian ujung, diukur pada duri sirip terpanjang
Lampiran 2. Peta Kota Subulussalam dan Titik Koordinat Stasiun Penelitian
Gambar peta kota subulussalam (sumber : buku putih sanitasi (BPS) kota
Subulussalam)
Gambar titik koordinat stasiun penelitian (kanan, tengah, kiri: Rundeng, Sultan Daulat,
Penanggalan)
Lampiran 3. Dokumentasi Aliran Sungai di Kota Subulussalam
Gambar aktivitas sosial masyarakat di daerah aliran sungai (DAS) Sultan Daulat
Gambar daerah aliran sungai (DAS) Lae Kombih