Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“FANATISME YANG SIFATNYA ANARKI”


DISUSUN
O
L
E
H:
KELOMPOK 2:
INDAH MAULIZA
GINA SONIA
KHARINA TAMBUNAN
NOVA ARIANTI

KELAS : 1-A FARMASI

UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN


MEDAN, SUMATERA UTARA
T.A 2021

DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN …………………………………………………..3
(1).LATAR BELAKANG……………………………………………………...3

(2).RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..4

(3).TUJUAN…………………………………………………………………...4

BAB II: PEMBAHASAN……………………………………………………..5


(1).LANDASAN TEORI………………………………………………………5

(2).ISI………………………………………………………………………..…6

BAB III: PENUTUP………………………………………………………….14


(1).KESIMPULAN DAN SARAN…………………………………………...14

(2).DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………......15

BAB I :
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Kemajemukan masyarakat Indonesia menyebabkan masyarakatnya memiliki
karakterisik yang berbeda-beda. Berbagai kelompok fanatisme telah terbentuk di
dalam masyarakat Indonesia sperti, kelompok Islam Radikal, FPI, supporter, dan
fansclub. Sikap fanatik ini dapat menimbulkan konflik di dalam masyarakat. Tidak
jarang fanatisme menimbulkan tindak kekerasan. Konflik dan kekacauan yang
terjadi akibat fanatisme merupakan gejala sosial yang ada dimasyarakat.

Fanatisme adalah keyakinan yang berlebihan terhadap suatu hal. Bentuk


keyakinan yang berebihan ini diterapkan terhadap ajaran (politik, agama,
kelompok, pola-pola instisusionl, peran sosil, dan lain sebagainya). Fanatisme
membentuk solidaritas mekanik, yaitu didasarkan pada suatu “kesadaran kolektif”
bersma (collective consciousness/conscience). Karena fanatisme menimbulkan
gejala sosial, maka fanatisme merupakan bentuk dari fakta sosial. Di dalam tulisan
ini, akan menjelaskan tentang fanatisme sebagai fakta sosial yang selalu
menimbulkan tindak kekerasan (anarkis).

Fanatisme dapat dikatakan sebagai fakta sosial karena telah memenuhi kriteria
dan karakteristik dari sebuah fakta sosial. Dari tindakan fanatisme ini dapat
digolongkan kedalam bentuk fakta sosial non material. Bentuk fakta sosial non
material hanya dapat kita amati secara mendalam dan tidak dapat kita raba, seperti
fanatisme ini.

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, dengan


keanekaragaman suku, ras, agama, bahasa, kebudayaan atupun adat istiadatnya,
serta dalam berbagai hal lainnya. Di dalam masyarakat yang beranekaragam
tersebut memilik karakteristik yang khas dari masing-masing kelompok
masyarakat. Dalam perspektif Emile Durkheim, persepsi individu tentang
kepentingan pribadinya tidak dibentuk dalam isolasi dari sesamanya, melainkan
dibentuk oleh kepercayaan bersama serta nilai-nilai yang dianut bersama orang-
orang lainnya dalam masyarakat (Lawang, 1986). Sehingga perbedaan-perbedaan
tersebut yang dapat menyebabkan rawan terjadinya konflik di dalam masyarakat
Indonesia. Konflik tersebut dapat merusak integrasi masyarakat Indonesia, apabila
penyebab konflik tersebut disebabkan oleh rasa keyakinan, kebanggaan dan
kecintaan yang berlebihan atas karakteristik masing-masing kelompok masyarakat.
Salah satu penyebab konflik terebut dapat disebabkan oleh fanatisme para anggota
masyarakat yang mengarah pada hal-hal negatif yang merugikan masyarakat, juga
menyebabkan jatuhnya korban jiwa.
2. RUMUSAN MASALAH
1) Apa itu Fanatisme?
2) Apa saja kasus Fanatisme Agama yang ada di Indonesia?
3) Apa saja dampak yang ditimbulkan akibat dari kefanatikan terhadap agama?
4) Apa saja akibat dari Fanatisme Agama?
3. TUJUAN
1) Untuk mengetahui pengertian dari fanatisme
2) Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat dari kefanatikan
terhadap agama?
3) Untuk mengetahui akibat dari Fanatisme Agama
4) Untuk mengetahui kasus Fanatisme Agama yang ada di Indonesia.

BAB II:
PEMBAHASAN

1. LANDASAN TEORI
Fanatisme sendiri merupakan suatu keyakinan atau paham yang berlebihan
terhadap sesuatu hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Fanatisme
berarti keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama,
dan lain sebagainya).
Kata fanatisme berasal dari dua kata yaitu fanatik dan isme. “fanatik”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin “fanaticus”, yang dalam bahasa Inggrisnya
diartikan sebagai frantic atau frenzied. Artinya adalah gila-gilaan, kalut, mabuk
atau hingar bingar. Dari asal kata ini, tampaknya kata fanatik dapat diartikan
sebagai sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan
sungguh-sungguh ( Hidayatullah, 1995). Sedangkan“isme”dapat diartikan sebagai
suatu bentuk keyakinan atau kepercayaan. Jadi, dari dua definisi diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang
terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik itu politik, agama dan sebagainya.

Sikap fanatisme menurut tindakan yang dilakukan seseorang dapat digolongkan


menjadi dua kategori, yaitu positif dan negatif.

 Fanatisme positif merupakan bagian dari kesenangan atau kekaguman idividu


yang berlebihan terhadap suatu hal yang membuat dirinya merasa senang
tanpa memperdulikan orang lain, hanya untuk kesenangan pribadi semata
atau merasa hal tersebut benar-benar penting dan dibutuhkan oleh dirinya
pribadi. Fanatisme seperti ini tidak menimbulkan tindakan yang merugikan
orang lain.
 Fanatisme negatif merupakan keyakinan individu terhadap kelompoknya
yang sangat berlebihan, tidak terkontrol, dan seringkali perilakunya tidak
rasional. Seperti solidaritas mekanik yang dinyatakan oleh Durkheim, yaitu
didasarkan pada suatu “kesadarn kolektif” bersama (collective
consciousness/conscience), yang menunjuk pada “totalitas kepercayaan
kepercayaan dan sentimen-sentimen bersama yang rata-rata pada warga
masyarakat yang sama itu (Lawang, 1986).

Fanatisme ini akan menyamarkan sifat asli individu dalam kelompoknya,


karena karakteristik kelompok yang diikuti oleh individu tersebut lebih
mendominasi. Sehingga setiap tindakan yang dilakukan oleh individu akan lebih
mengikuti tindakan yang akan dilakuka oleh kelompoknya, sebagai perwujudan
dalam mematuhi peraturan kelompok yang sudah disepakati bersama Tindakan
yang mereka lakukan tidak jarang menggunakan kekerasan sebagai cara dalam
memiliki keyakinan bahwa kelompoknyalah yang paling benar. Fanatisme yang
negatif inilah yang sering menjadi penyebab konflik di Indonesia, yang tentunya
menimbulkan jatuhnya korban jiwa.

2. ISI
1.Pengertian Fanatisme dalam beragama
Fanatisme agama berarti keyakinan maupun suatu kepercayaan yang sangat
terhadap agama. Fanatisme lebih kepada perilaku atau keyakinan yang sudah
terkunci dalam otak manusia yang sulit diubah karena tertutupnya otak dalam
mekanisme kritisasi terhadap keyakinan, yang mana malah melahirkan sifat
antitoleransi. Paham ini tentu akan berdampak positif pada seseorang karena yang
bersangkutan akan mengaplikasikan dan merefleksikan segala hukum dalam
kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia terlihat dengan jelas sebagian kelompok besar yang memiliki
fanatisme dalam beragama. Kelompok yang sering disebut-sebut adalah orang-
orang yang beragama Islam jalur keras (radikal). Mereka adalah orang-orang yang
mengaku melaksanakan jihad di jalan Allah, tetapi dalam upaya yang dilakukan
mereka sering sekali melakukan tidakan kekerasan yang menimbulkan korban
jiwa. Kelompok ini berpendirian bahwa merekalah yang paling benar dalam
menjalankan perintah agama. Apabila ada sesuatu hal yang menyangkut agama
berbeda dari pengetahua agama mereka, maka mereka akan menolak dengan
tindakan yang anarki. Mereka seperti sudah tidak mempunyai rasa toleransi dalam
beragama, karena yang mereka miliki adalah fanatisme terhadap ajaran dalam
agama mereka.
Orang-orang yang sudah masuk ke dalam kelompok dengan fanatisme ini,
sudah tidak dapat berpikir secara rasional. Kemungkinan yang terjadi ialah, mereka
telah di doktrin oleh para pemimpin mereka yang memiliki kewenangan
menentukan aturan di dalam kelompok. Doktrin-doktrin yang diberikan akan
bertujuan membuat para anggota kelompok memiliki keyakinan yang sangat kuat
bahwa ajaran agamanya yang paling benar, dan ajaran agama yang lainnya
walaupun itu Islam dengan perbedaan sedikit saja, itu tetap dianggap salah
Ajaran dasar di dalam Agama Islam yaitu,
 Islam itu agama perdamaian, yang dimaksud damai disini ialah toleransi
terhadap agama lain,
 penyebaran atau ajarannya tidak melalui tindak kekerasan ataupun paksaan,
 dalam agama Islam tidak diajarkan untuk menyakiti sesame makhluk Allah,
apalagi menyakiti sesama manusia, dan masih banyak lagi kebaikan yang
diajarkan Islam. Tentunya di dalam agama lainnya (Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan kepercayaan lainnya) juga diajarkan kebaikan dengan ajaran
mereka masing-masing.
2.Kasus Fanatisme Agama di Indonesia
Beberapa kasus fanatisme yang ada di Indonesia diantaranya adalah:
 terorisme sebagai upaya jihad yang dilakukan oleh kelompok islam radikal.
Kelompok ini diduga jaringannya tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga
sampai ke luar negeri. Ancaman yang dilakukan kelompok ini adalah terorisme.
Tercatat pada tahun 2002 terjadi ledakan bom di Bali, kemudian disusul bom
Bali II pada tahun 2005, serta serangkaian ledakan bom di Bom Kuningan, Bom
Marriot 2003, Bom JW Marriot dan Ritz Carlton pada 2009 lalu. Tentu saja
peristiwa tersebut menimbulkan korban tewas dan luka-luka mencapai ratusan
orang. Tujuan utama dalam operasi peledakan bom kelompok fanatik ini adalah
orang asing yang tentunya beragama non islam. Tetapi pada kenyataannya yang
menjadi korban bukan hanya warga Negara asing, tetapi juga warga Negara
Indonesia. Lebih kejamnya kelompok ini juga melenceng dari tujuan utama
tadi, warga Negara Indonesia yang beragama Islam pun diserang oleh kelompok
ini, seperti pada peristiwa peledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta
Cirebon pada saat salat jumat di tahu 2011 lalu.

 Tidak hanya kelompok islam radikal saja bentuk fanatisme yang ada di
Indonesia, FPI (Front Pembela Islam) yang selalu menggunakan kekerasan
dalam upaya penertiban yang mereka lakukan, juga merupakan bentuk
fanatisme yang menimbulkan konflik dan menggunakan kekerasan. FPI yang
mengaku sebagai pembela agama Islam, telah menampakkan kelompoknya
sebagai kelompok yang memiliki fanatisme dalam beragama. Tidak hanya
agama selain Islam saja yang mereka tentang, sesama orang Islam yang
bertindak berbeda dari mereka juga dipermasalahkan.

Ajaran fanatisme dalam beragama sudah tertanam kuat di dalam masing-


masing anggotanya. Akibatnya emosi dari anggota kelompok ini sudah tidak
terbendung dan terkontrol lagi. Karena, emosi bukan hanya semata-mata hasil
biologi, namun seperti halnya pikiran’ tergantung pada sosialisasi (Hochschild
1975, 1983; Reiser 1999; Turner 2000; Henslin 2006). Seperti yang terjadi pada
peristiwa Insiden Monas yang melibatkan anggota FPI dengan aliansi
kebangsaan untuk kebebasan beragama pada tahun 2008. Pada peristiwa ini
terjadi kerusuha dengan berbagai tidak kekerasan yang dilakukan FPI dalam
upayanya menggagalkan aksi yang akan dilakukan oleh aliansi kebangsaan
tersebut.

Dalam aksi FPI lainnya juga sering menggunakan tindak kekerasan. Biasanya
bulan Ramadhan adalah waktu dimana anggota FPI gencar-gencarnya
melakukan konvoi penertiban. Aksi konvoi penertiban mereka tidak jarang
menimbulkan bentrok dengan anggota masyarakat yang merasa tidak nyaman
dengan kehadiran mereka. Dalam aksi-aksinya biasanya FPI membawa masa
mereka yang sangat banyak. Apalagi dalam aksi penertiban tersebut, mereka
bertindak kasar dan tidak peduli dengan keadaan real masyarakat. Seperti yang
terjadi pada peristiwa tabrak lari yang dilakukan anggota FPI dalam konvoi
penertiban mereka di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang menewaskan
seorang ibu, pada bulan Ramadhan tahun 2013.

3 . Dampak Fanatisme
Sikap Fanatisme mempunyai dampak tersendiri, baik dampak positif maupun
negatif antara lain:
a) Dampak Positif
Beberapa hal yang menjadi dampak positif dari adanya sikap fanatisme yaitu:
 Memiliki pendirian yang kuat
 Percaya deangan kepercayaannya dengan kuat
 Tidak mudah menerima segala sesuatu
 Tidak mudah terpengaruh dengan hal jahat
 Memiliki sikap yang baik
 Tidak pernah melakukan sisi kejahatan

b) Dampak Negatif
Beberapa hal yang menjadi dampak negatif dari adanya sikap fanatisme yaitu:
 Fanatisme yang berlebihan hanya akan membuat kita mudah untuk
membenci pihak lain
 Menimbulkan prasangka buruk pada orang lain
 Meihat kekurangan dan keburukan dari kubu lain
 Menimbulkan sikap Ekstremisme
 Menimbulkan sikap radikalisme
 Menimbulkan kerusuhan
 Menimbulkan pepecahan
 Menimbulkan sikap egoisme yang tinggi
 Menyebabkan seseorang tidak memiliki rasa toleransi
4.Akibat dari Sikap Fanatisme
Dari berbagai bentuk fanatisme yang ada di Indonesia yang sudah disebutkan
diatas tadi, dapat kita simpulkan bahwa fanatisme menyebabkan terjadinya tindak
kekerasan (anarkisme) di dalam masarakat Indonesia. Kekerasan digunakan
kelompok-kelompok fanatik tersebut sebagai cara dalam menyikapi perbedaan
yang ada. Menurut Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berdialog atau
bertukar pendapat dengan kelompok lain yang memiliki idilogi yang berbeda dari
kelompok mereka. Seringkali perilaku yang mereka lakukan kurang terkontrol dan
tidak rasional, karena menganggap bahwa orang lain adalah ancaman bagi mereka.
Fanatisme menimbulkan orientasi dan sentimen terhadap orang lain yang memiliki
perbedaan, sehingga menyebabkan kelompok ini tidak mampu memahami keadaan
yang terjadi diluar kelompoknya. Seperti yang dikemukakan oleh Irving Janis
(1972-1982) mengenai pikiran kelompok (groupthink), yaitu manakala mereka
mulai berpikir sama, mereka menjadi yakin bahwa hanya ada satu sudut pandang
dan arah tindakan yang “benar” (Hart 1991; Flippen 1999; Henslin 2006). Mereka
hanya mengikuti apapun yang dilakukan kelompoknya dan mengesampingkan
egonya masing-masing. Fanatisme juga menyebabkan hilangnya karakteristik
individual, sebab yang teramati adalah karakteristik kelompok sudah mendarah
daging dalam setiap individunya yang pada akhirnya membentuk mental-mental
fanatisme.
Berbagai bentuk tindakan fanatisme yang telah disebutkan di atas, merupakan
gejala sosial yang ada di masyarakat. Gejala-gejala sosial yang meliputi norma,
ideologi, ideal moral, kepercayaan kebiasaan, pola pikir, perasaan, merupakan
fakta sosial yang riil. Karena fnatisme mencakup beberapa gejala sosial tersebut,
maka fanatisme dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari fakta sosial yang
ada di dalam masyaakat Indonesia. Fakta sosial oleh Emile Durkheim dinyatakan
sebagai barang sasuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Menurut Durkheim fakta
sosial terdiri dari dua macam, yaitu dalam bentuk material dan dalam bentuk non
material. Sedangkan fanatisme termasuk ke dalam fakta sosial dalam bentuk non
material.
Menurut Emile Durkheim, fakta sosial dalam bentuk non material yaitu sesuatu
yang dianggap nyata (external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang
bersifat inter subjective yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia
(Ritzer, 1980). Fanatisme yang terjadi pada berbagai kelompok diatas juga
merupakan kesadaran yang muncul dari dalam diri individunya. Kesadaran yang
dimaksud dalam konteks fanatisme ini adalah, keyakinan yang berlebihan terhadap
keyakinan kelompok yang mereka ikuti. Kesadaran tersebut bukanlah kesadaran
individu tetapi kesadaran kelompoknya, sehingga anggota kelompok selalu
bertindak sesuai apa yang sedang dihadapi oleh kelompoknya. Akibat fanatisme
ini, terjadi berbagai tindak kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban korban
jiwa dan kerugian material tidak hanya dari masing-masing kelompok yang
berseteru saja tetapi juga dari masyarakat. Perilaku ini disebabkan karena fanatise
menyebabkan setiap anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kewajiban untuk
membela kelompoknya. Hal ini memperjelas fanatisme sebagai bentuk dari fakta
sosial, karena sesuai dengan karakteristiknya.

Seperti yang dikemukakan Durkheim bahwa fakta sosial memiliki tiga


karakteristik yaitu:
(1)   Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu
(2)   Fakta sosial memaksa individu
(3)   Fakta sosial bersifat umum atau tersebar secara meluas dalam satu masyarakat
(Lawang, 1981).
Fakta sosial menurut Robert K. Merton, adalah seperti: peranan sosial, pola-
pola institusional, proses sosial, organisasi kelompok, pengendalian sosial, dan
sebagainya (Ritzer, 1980). Fanatisme yang merupakan bentuk dari fakta sosial juga
menyebabkan terbentuknya kelompok-kelompok fnatik tertentu dengan
krakteristik dan idiologi mereka masing-masing. Setiap anggota kelompok
fanatisme akan bersikap dan bertingkahlaku sesui kelompoknya karena biasanya
suatu kelompok secara langsung ataupun tidak langsung akan memaksa dan
memerintahkan anggotanya untuk bertingkah laku dan menaati aturan yang ada
dalam kelompok tersebut.
Fanatisme merupakan bentuk kesadaran dari individu, tetapi kesadaran
tersebut adalah kesadaran kelompok yang ditanamkan serta bentukan dari
lingkungan atau kelompok masyarakat yang menjadikannya sebagai anggota. Hal
ini hampir sama dengan hasil studi Durkheim terhadap bunuh diri, kita melihat
prinsip yang menjadi penelitiannya: Perilaku manusia tidak dapat dipahami dari
sudut pandang individu saja, kita harus selalu mempelajari kekuatan sosial yang
mempengaruhi kehidupan manusia (Henslin, 2006). Fanatisme yang bentuknya
perseorangan tidak memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat, tetapi
ketika sudah menjadi fanatisme kelompok dengan jumlah masa yang sangat
banyak, maka akan menimbulkan masalah besar terhadap integrasi masyarakat.
Hal ini karena tindakan yang dilakuan setiap individu anggota kelompok, seperti
sudah dikendalikan oleh kelompoknya. Tindakan disini adalah tindakan yang
berbahaya bagi kelompok-kelompok tersebut dan masyarakat, karena selalu
menimbulkan tindak kekerasan. Sikap fanatik yang hanya membenarkan
kelompoknya. Menyebabkan mereka tidak dpat menerima keadaan yang berbeda
di luar kelompoknya.

BAB III:
PENUTUP

1.KESIMPULAN DAN SARAN


Dari berbagai bentuk fanatisme yang ada di Indonesia yang sudah disebutkan
diatas tadi, dapat kita simpulkan bahwa fanatisme menyebabkan terjadinya tindak
kekerasan (anarkisme) di dalam masarakat Indonesia. Kekerasan digunakan
kelompok-kelompok fanatik tersebut sebagai cara dalam menyikapi perbedaan
yang ada. Menurut Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berdialog atau
bertukar pendapat dengan kelompok lain yang memiliki idilogi yang berbeda dari
kelompok mereka. Seringkali perilaku yang mereka lakukan kurang terkontrol dan
tidak rasional, karena menganggap bahwa orang lain adalah ancaman bagi mereka.
Fanatisme menimbulkan orientasi dan sentimen terhadap orang lain yang memiliki
perbedaan, sehingga menyebabkan kelompok ini tidak mampu memahami keadaan
yang terjadi diluar kelompoknya.
Dapat kita simpulkan bahwa fanatisme merupakan fakta sosial non materiala
yang ada di dalam masyarakat. Melalui berbagai gejala sosial yang telah diuraikan
di atas, merupakan bentuk dari fakta sosial yang riil. Fanatisme juga memiliki
keseluruhan dari karakteristik fakta sosial. Bentuk fanatisme dengan kelompok-
kelompok masa yang banyak akan mempengaruhi keadaan masyarakat ketika
terjadi suatu konflik, yang tidak jarang menggunakan aksi kekerasan. Fanatisme
merupakan fakta sosial yang riil, maka fakta sosial ini dapat kita amati dari
tindakan-tindakan yang ditimbulkan oleh individu ataupun kelompok yang
kitaamati secara menalam, sehingga tidak dapat kita raba secara lansung meskipun
dapat dikatakan sebagai suatu benda (thing).

DAFTAR PUSTAKA
http://evapuspita19.blogspot.com/2013/12/fanatisme-yang-memicu-tindakan-
anarkis.html?m=1

https://ipsterpadu.com/dampak-fanatisme/
https://id.scribd.com /doc/209741755/fanatisme

https://www.academia.edu/3423602/fanatisme-agama

https:/www.kompasiana.com/hogiiwan/fanatik-terhadap-agama-penyebab -konflik-
bangsa-ini-55114727813311ae33bc7ee6

Anda mungkin juga menyukai