DAFTAR ISI
BAB 1: PENDAHULUAN …………………………………………………..3
(1).LATAR BELAKANG……………………………………………………...3
(2).RUMUSAN MASALAH…………………………………………………..4
(3).TUJUAN…………………………………………………………………...4
(2).ISI………………………………………………………………………..…6
(2).DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………......15
BAB I :
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Kemajemukan masyarakat Indonesia menyebabkan masyarakatnya memiliki
karakterisik yang berbeda-beda. Berbagai kelompok fanatisme telah terbentuk di
dalam masyarakat Indonesia sperti, kelompok Islam Radikal, FPI, supporter, dan
fansclub. Sikap fanatik ini dapat menimbulkan konflik di dalam masyarakat. Tidak
jarang fanatisme menimbulkan tindak kekerasan. Konflik dan kekacauan yang
terjadi akibat fanatisme merupakan gejala sosial yang ada dimasyarakat.
Fanatisme dapat dikatakan sebagai fakta sosial karena telah memenuhi kriteria
dan karakteristik dari sebuah fakta sosial. Dari tindakan fanatisme ini dapat
digolongkan kedalam bentuk fakta sosial non material. Bentuk fakta sosial non
material hanya dapat kita amati secara mendalam dan tidak dapat kita raba, seperti
fanatisme ini.
BAB II:
PEMBAHASAN
1. LANDASAN TEORI
Fanatisme sendiri merupakan suatu keyakinan atau paham yang berlebihan
terhadap sesuatu hal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata Fanatisme
berarti keyakinan (kepercayaan) yang terlalu kuat terhadap ajaran (politik, agama,
dan lain sebagainya).
Kata fanatisme berasal dari dua kata yaitu fanatik dan isme. “fanatik”
sebenarnya berasal dari bahasa Latin “fanaticus”, yang dalam bahasa Inggrisnya
diartikan sebagai frantic atau frenzied. Artinya adalah gila-gilaan, kalut, mabuk
atau hingar bingar. Dari asal kata ini, tampaknya kata fanatik dapat diartikan
sebagai sikap seseorang yang melakukan atau mencintai sesuatu secara serius dan
sungguh-sungguh ( Hidayatullah, 1995). Sedangkan“isme”dapat diartikan sebagai
suatu bentuk keyakinan atau kepercayaan. Jadi, dari dua definisi diatas dapat
ditarik kesimpulan bahwa fanatisme adalah keyakinan atau kepercayaan yang
terlalu kuat terhadap suatu ajaran baik itu politik, agama dan sebagainya.
2. ISI
1.Pengertian Fanatisme dalam beragama
Fanatisme agama berarti keyakinan maupun suatu kepercayaan yang sangat
terhadap agama. Fanatisme lebih kepada perilaku atau keyakinan yang sudah
terkunci dalam otak manusia yang sulit diubah karena tertutupnya otak dalam
mekanisme kritisasi terhadap keyakinan, yang mana malah melahirkan sifat
antitoleransi. Paham ini tentu akan berdampak positif pada seseorang karena yang
bersangkutan akan mengaplikasikan dan merefleksikan segala hukum dalam
kehidupan sehari-hari.
Di Indonesia terlihat dengan jelas sebagian kelompok besar yang memiliki
fanatisme dalam beragama. Kelompok yang sering disebut-sebut adalah orang-
orang yang beragama Islam jalur keras (radikal). Mereka adalah orang-orang yang
mengaku melaksanakan jihad di jalan Allah, tetapi dalam upaya yang dilakukan
mereka sering sekali melakukan tidakan kekerasan yang menimbulkan korban
jiwa. Kelompok ini berpendirian bahwa merekalah yang paling benar dalam
menjalankan perintah agama. Apabila ada sesuatu hal yang menyangkut agama
berbeda dari pengetahua agama mereka, maka mereka akan menolak dengan
tindakan yang anarki. Mereka seperti sudah tidak mempunyai rasa toleransi dalam
beragama, karena yang mereka miliki adalah fanatisme terhadap ajaran dalam
agama mereka.
Orang-orang yang sudah masuk ke dalam kelompok dengan fanatisme ini,
sudah tidak dapat berpikir secara rasional. Kemungkinan yang terjadi ialah, mereka
telah di doktrin oleh para pemimpin mereka yang memiliki kewenangan
menentukan aturan di dalam kelompok. Doktrin-doktrin yang diberikan akan
bertujuan membuat para anggota kelompok memiliki keyakinan yang sangat kuat
bahwa ajaran agamanya yang paling benar, dan ajaran agama yang lainnya
walaupun itu Islam dengan perbedaan sedikit saja, itu tetap dianggap salah
Ajaran dasar di dalam Agama Islam yaitu,
Islam itu agama perdamaian, yang dimaksud damai disini ialah toleransi
terhadap agama lain,
penyebaran atau ajarannya tidak melalui tindak kekerasan ataupun paksaan,
dalam agama Islam tidak diajarkan untuk menyakiti sesame makhluk Allah,
apalagi menyakiti sesama manusia, dan masih banyak lagi kebaikan yang
diajarkan Islam. Tentunya di dalam agama lainnya (Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan kepercayaan lainnya) juga diajarkan kebaikan dengan ajaran
mereka masing-masing.
2.Kasus Fanatisme Agama di Indonesia
Beberapa kasus fanatisme yang ada di Indonesia diantaranya adalah:
terorisme sebagai upaya jihad yang dilakukan oleh kelompok islam radikal.
Kelompok ini diduga jaringannya tidak hanya di Indonesia saja, tetapi juga
sampai ke luar negeri. Ancaman yang dilakukan kelompok ini adalah terorisme.
Tercatat pada tahun 2002 terjadi ledakan bom di Bali, kemudian disusul bom
Bali II pada tahun 2005, serta serangkaian ledakan bom di Bom Kuningan, Bom
Marriot 2003, Bom JW Marriot dan Ritz Carlton pada 2009 lalu. Tentu saja
peristiwa tersebut menimbulkan korban tewas dan luka-luka mencapai ratusan
orang. Tujuan utama dalam operasi peledakan bom kelompok fanatik ini adalah
orang asing yang tentunya beragama non islam. Tetapi pada kenyataannya yang
menjadi korban bukan hanya warga Negara asing, tetapi juga warga Negara
Indonesia. Lebih kejamnya kelompok ini juga melenceng dari tujuan utama
tadi, warga Negara Indonesia yang beragama Islam pun diserang oleh kelompok
ini, seperti pada peristiwa peledakan bom bunuh diri di Masjid Mapolresta
Cirebon pada saat salat jumat di tahu 2011 lalu.
Tidak hanya kelompok islam radikal saja bentuk fanatisme yang ada di
Indonesia, FPI (Front Pembela Islam) yang selalu menggunakan kekerasan
dalam upaya penertiban yang mereka lakukan, juga merupakan bentuk
fanatisme yang menimbulkan konflik dan menggunakan kekerasan. FPI yang
mengaku sebagai pembela agama Islam, telah menampakkan kelompoknya
sebagai kelompok yang memiliki fanatisme dalam beragama. Tidak hanya
agama selain Islam saja yang mereka tentang, sesama orang Islam yang
bertindak berbeda dari mereka juga dipermasalahkan.
Dalam aksi FPI lainnya juga sering menggunakan tindak kekerasan. Biasanya
bulan Ramadhan adalah waktu dimana anggota FPI gencar-gencarnya
melakukan konvoi penertiban. Aksi konvoi penertiban mereka tidak jarang
menimbulkan bentrok dengan anggota masyarakat yang merasa tidak nyaman
dengan kehadiran mereka. Dalam aksi-aksinya biasanya FPI membawa masa
mereka yang sangat banyak. Apalagi dalam aksi penertiban tersebut, mereka
bertindak kasar dan tidak peduli dengan keadaan real masyarakat. Seperti yang
terjadi pada peristiwa tabrak lari yang dilakukan anggota FPI dalam konvoi
penertiban mereka di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, yang menewaskan
seorang ibu, pada bulan Ramadhan tahun 2013.
3 . Dampak Fanatisme
Sikap Fanatisme mempunyai dampak tersendiri, baik dampak positif maupun
negatif antara lain:
a) Dampak Positif
Beberapa hal yang menjadi dampak positif dari adanya sikap fanatisme yaitu:
Memiliki pendirian yang kuat
Percaya deangan kepercayaannya dengan kuat
Tidak mudah menerima segala sesuatu
Tidak mudah terpengaruh dengan hal jahat
Memiliki sikap yang baik
Tidak pernah melakukan sisi kejahatan
b) Dampak Negatif
Beberapa hal yang menjadi dampak negatif dari adanya sikap fanatisme yaitu:
Fanatisme yang berlebihan hanya akan membuat kita mudah untuk
membenci pihak lain
Menimbulkan prasangka buruk pada orang lain
Meihat kekurangan dan keburukan dari kubu lain
Menimbulkan sikap Ekstremisme
Menimbulkan sikap radikalisme
Menimbulkan kerusuhan
Menimbulkan pepecahan
Menimbulkan sikap egoisme yang tinggi
Menyebabkan seseorang tidak memiliki rasa toleransi
4.Akibat dari Sikap Fanatisme
Dari berbagai bentuk fanatisme yang ada di Indonesia yang sudah disebutkan
diatas tadi, dapat kita simpulkan bahwa fanatisme menyebabkan terjadinya tindak
kekerasan (anarkisme) di dalam masarakat Indonesia. Kekerasan digunakan
kelompok-kelompok fanatik tersebut sebagai cara dalam menyikapi perbedaan
yang ada. Menurut Mereka tidak memiliki kemampuan untuk berdialog atau
bertukar pendapat dengan kelompok lain yang memiliki idilogi yang berbeda dari
kelompok mereka. Seringkali perilaku yang mereka lakukan kurang terkontrol dan
tidak rasional, karena menganggap bahwa orang lain adalah ancaman bagi mereka.
Fanatisme menimbulkan orientasi dan sentimen terhadap orang lain yang memiliki
perbedaan, sehingga menyebabkan kelompok ini tidak mampu memahami keadaan
yang terjadi diluar kelompoknya. Seperti yang dikemukakan oleh Irving Janis
(1972-1982) mengenai pikiran kelompok (groupthink), yaitu manakala mereka
mulai berpikir sama, mereka menjadi yakin bahwa hanya ada satu sudut pandang
dan arah tindakan yang “benar” (Hart 1991; Flippen 1999; Henslin 2006). Mereka
hanya mengikuti apapun yang dilakukan kelompoknya dan mengesampingkan
egonya masing-masing. Fanatisme juga menyebabkan hilangnya karakteristik
individual, sebab yang teramati adalah karakteristik kelompok sudah mendarah
daging dalam setiap individunya yang pada akhirnya membentuk mental-mental
fanatisme.
Berbagai bentuk tindakan fanatisme yang telah disebutkan di atas, merupakan
gejala sosial yang ada di masyarakat. Gejala-gejala sosial yang meliputi norma,
ideologi, ideal moral, kepercayaan kebiasaan, pola pikir, perasaan, merupakan
fakta sosial yang riil. Karena fnatisme mencakup beberapa gejala sosial tersebut,
maka fanatisme dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari fakta sosial yang
ada di dalam masyaakat Indonesia. Fakta sosial oleh Emile Durkheim dinyatakan
sebagai barang sasuatu (thing) yang berbeda dengan ide. Menurut Durkheim fakta
sosial terdiri dari dua macam, yaitu dalam bentuk material dan dalam bentuk non
material. Sedangkan fanatisme termasuk ke dalam fakta sosial dalam bentuk non
material.
Menurut Emile Durkheim, fakta sosial dalam bentuk non material yaitu sesuatu
yang dianggap nyata (external). Fakta sosial jenis ini merupakan fenomena yang
bersifat inter subjective yang hanya dapat muncul dari dalam kesadaran manusia
(Ritzer, 1980). Fanatisme yang terjadi pada berbagai kelompok diatas juga
merupakan kesadaran yang muncul dari dalam diri individunya. Kesadaran yang
dimaksud dalam konteks fanatisme ini adalah, keyakinan yang berlebihan terhadap
keyakinan kelompok yang mereka ikuti. Kesadaran tersebut bukanlah kesadaran
individu tetapi kesadaran kelompoknya, sehingga anggota kelompok selalu
bertindak sesuai apa yang sedang dihadapi oleh kelompoknya. Akibat fanatisme
ini, terjadi berbagai tindak kekerasan yang mengakibatkan jatuhnya korban korban
jiwa dan kerugian material tidak hanya dari masing-masing kelompok yang
berseteru saja tetapi juga dari masyarakat. Perilaku ini disebabkan karena fanatise
menyebabkan setiap anggotanya merasa bahwa mereka memiliki kewajiban untuk
membela kelompoknya. Hal ini memperjelas fanatisme sebagai bentuk dari fakta
sosial, karena sesuai dengan karakteristiknya.
BAB III:
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
http://evapuspita19.blogspot.com/2013/12/fanatisme-yang-memicu-tindakan-
anarkis.html?m=1
https://ipsterpadu.com/dampak-fanatisme/
https://id.scribd.com /doc/209741755/fanatisme
https://www.academia.edu/3423602/fanatisme-agama
https:/www.kompasiana.com/hogiiwan/fanatik-terhadap-agama-penyebab -konflik-
bangsa-ini-55114727813311ae33bc7ee6