FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS TJUT NYAK DHIEN
MEDAN
Obat masuk ke tubuh (oral, parenteral,
dermal atau cara lain) mengalami proses
penyerapan, distribusi, metabolisme dan
ekskresi.
Selain proses diatas, kemungkinan:
- obat mengalami modifikasi fisika:
melibatkan bentuk sediaan obat,
- dan modifikasi kimia, melibatkan
perubahan struktur molekul obat, dapat
mempengaruhi respons biologis
Hubungan Struktur, Sifat Kimia Fisika
dengan Proses Penyerapan, Distribusi
dan Ekskresi Obat
Contoh:
Penisilin V dalam bentuk garam K lebih mudah
melarut dibanding penisilin V bentuk basa.
Novobiosin bentuk amorf lebih cepat melarut
dibanding bentuk kristal.
c. Faktor Biologis
antara lain variasi keasaman (pH) saluran
cerna, sekresi cairan lambung, gerakan
saluran cerna, luas permukaan saluran
cerna, waktu pengosongan lambung dan
waktu transit dalam usus, serta banyaknya
buluh darah pada tempat penyerapan.
d. Faktor Lain-lain
antara lain umur, diet (makanan), adanya
interaksi obat dengan senyawa lain dan
adanya penyakit tertentu.
Penyerapan obat melalui saluran cerna terutama
tergantung pada ukuran partikel molekul obat,
kelarutan obat dalam lemak/air dan derajat ionisasi.
Obat yang bersifat basa lemah, seperti amin
aromatik (AR-NH2), aminopirin, asetanilid, kafein atau
kuinin, bila diberikan per oral, dalam lambung (pH
1- 3,5), sebagian besar menjadi bentuk ion (AR-
NH3+) kelarutan dalam lemak sangat kecil sukar
menembus membran lambung. Bentuk ion tsb
kemudian ke usus halus (pH 5-8) dan berubah
menjadi bentuk molekul tidak terionisasi (AR-NH2).
Bentuk ini kelarutan dalam lemak besar mudah
terdifusi menembus membran usus.
Gambar 3. Distribusi teoritis senyawa amin aromatik
(Ar-NH2, pKa 4.0) dalam saluran cerna
Asam lemah, (mis asam salisilat, asetosal,
fenobarbital, asam benzoat dan fenol) pada lambung
terdapat dalam bentuk tidak terionisasi, yang
mudah larut dalam lemak mudah menembus
membran lambung.
Senyawa yang terionisasi sempurna, umumnya
bersifat asam atau basa kuat, mempunyai kelarutan
dalam lemak sangat rendah sukar menembus
membran saluran cerna.
Contoh: asam sulfonat, prokainamid dan amonium
kuartener, spt heksametonium dan benzalkonium
klorida.
Senyawa yang sangat sukar larut dalam air, spt
BaSO4, MgO dan Al(OH)3, juga tidak diserap oleh
saluran cerna.
Table 1. Perbandingan penyerapan beberapa obat yang
bersifat asam atau basa pada berbagai pH di lambung
dan usus halus.
Obat pKa % Penyerapan
Lambung tikus Usus halus tikus
pH 1 pH 8 pH 4 pH 8
Asam
Asam salisilat 3,0 61 13 64 10
Asetosal 3,5 35 - 41 -
Thiopental 7,6 46 34 - -
Fenol 9,9 40 40 - -
Asam benzoat 4,2 - - 62 5
Asam sulfonat - 0 0 0 0
Basa
Anilin 4,6 6 56 40 61
p- toluidin 5,3 0 47 30 64
Aminopirin 5,0 - - 21 52
Kuinin 8,4 - 18 9 54
Prokainamid 9,24 0 0 0 0
Kelarutan obat dalam lemak salah satu sifat
fisik yang mempengaruhi penyerapan obat ke
membran biologis. Makin besar kelarutan
dalam lemak makin tinggi pula derajat
penyerapan obat ke membran biologis.
Hal ini dapat digambarkan pada Tabel 2, yang
menunjukkan hubungan antara kelarutan
beberapa senyawa dalam lemak (koefisien
partisi kloroform/air) dan %penyerapan
melalui membran biologis (dinding usus).
Tabel 2: Hubungan koefisien partisi kloroform/air (P)dan
%penyerapan bentuk tak terionisasi beberapa senyawa
asam dan basa.
a. Penyaringan Glomerolus
Ginjal menerima ± 20 – 25% cairan tubuh
dari curah jantung atau 1,2 – 1,5 liter darah
per menit dan ± 10% disaring melalui
glomerolus.
Membran glomerolus mempunyai pori
karakteristik sehingga dapat dilewati oleh
molekul obat dengan garis tengah ± 40 Å,
berat molekul lebih kecil dari 5000 dan obat
yang mudah larut dalam cairan plasma atau
obat yang bersifat hidrofil.
Hubungan Struktur, Sifat Kim-fis
dengan proses Ekresi Obat