Portal vein
pH ~1
STOMACH
Relative SA ~1
Liver BLOOD
pH ~ 7
Relative SA ~ 600 INTESTINE
Metabolism
Gut wall
• Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses
absorpsi obat pada saluran cerna antara lain:
• Bentuk sediaan (bentk sediaan, ukuran partikel,
adanya bahan pembantu)
• Sifat kimia fisika (bentuk asam basa, ester, garam
dan bentuk kristal, kelarutan, derajat iosnisasi)
• Cara pemberian
• Faktor biologis
• Faktor-faktor lain seperti umur, diet (makanan),
adanya interaksi obat dengan senyawa lain dan
adanya penyakit tertentu.
• Absorpsi obat melalui saluran cerna terutama tergantung
pada ukuran partikel molekul obat, kelarutan obat dalam
lemak/air dan derajat ionisasi.
• Suatu obat yang bersifat basa lemah , seperti amin
aromatic (Ar-NH2), aminopirin , asetanilid, kafein dan
kuinin, bila diberikan melalui oral dalam lambung yang
bersifat asam (pH 1-3,5) , sebagian besar akan menjadi
bentuk ion (Ar-NH3+), yang mempunyai kelarutan dalam
lemak sangat kecil sehingga sukar menembus membrane
lambung . bentuk ion tersebut kemudian masuk ke usus
halus yang bersifat agak basa (pH 5-8) dan berubah
menjadi bentuk tidak terionisasi (Ar-NH2), bentuk ini
mempunyai kelarutan dalam lemak besar sehingga mudah
terdifusi menembus membrane usus.
•
Ar-NH2 Plasma
pH 7.4
Ar-NH3+
Ar-NH3+
Ar-NH3+
Usus
pH = 5 - 8
Ar-NH2 Ar-NH2
Model Membran Sel
1,2,4-Triaminobenzen Sulfanilamid
(i) Oxidation OH
Propranolol
Aliphatic or aromatic hydroxylation
(-blocker)
N-, or S-oxidation OH
NH2 NH2
Debrisoquine
(anti-hypertensive)
(ii) Reduction
H O H O
N N
Nitro reduction to hydroxylamine/ amine
N
Carbonyl reduction to alcohol O2N H2N N
Nitrazepam
(iii) Hydrolysis (hypnotic)
Ester or amide to acid and alcohol or amine CO2H CO2H
Aspirin
(Analgesic)
Phase II Metabolism
O CHCl2
O CHCl2
(i) Glucuronidation HN
OH HN CO2H
O O
OH
Carboxylic acid, alcohol, phenol, amine OH
OH
HO
HO
O2N
O2N
(iii) Acetylation
Amines O N O N
H H
OH OH
(iv) Sulfation
OH O O
S
Alcohol, phenol, amine Prenalterol HO O
(-blocker)
(v) Glutathione conjugation (gly-cys-glu)
Halo-cpds, epoxides, arene oxides, quinone-imine
Reaksi Metabolisme Fasa I
1. Reaksi Oksidasi
• Molekul obat mengalami oksidasi degan bantuan enzin
sitokrom P-450.
• Oksidasi pada ikatan rangkap : Karbamazepin dimetabolisme
menjadi karbamzepin -10,11-epoksida yang stabil dan
berkhasiat sebagai depresan.
• Oksidasi atom C-karbonil dan imin : Diazepam dan
flurazepam teroksidasi pada atom C alfa-imin menghasilkan
3-hiddroksidiazepam kemudian mengalami demetilasi
menjadi oksazepam yg aktif sebagai penekan SSP
• Oksidasi sistim C-N : Asetaminofen mengalami N-hidroksilasi
N-hidroksiasetaminofen, dan dehidrasi spontan
N-asetilimidokuinon yang sangat reaksif karena dapat
membentuk ikatan kovalen dgn hati nekrosis
• Reaksi oksidasi asetaminofen
2. Reaksi Reduksi
• Reaksi reduksi penting pada senyawa yang memiliki gugus
karbonil, nitro dan azo.
• Gugus alkohol dan amin hasil reduksi bersifat lebih hidrofil
sehingga memfasilitasi eliminasi obat.
• Kloralhidrat melepas H2O menjadi kloral kmd tereduksi
menjadi triklooroetanol yg aktif sebagai hipnotiksedatif.
HUBUNGAN STRUKTUR, SIFAT KIMIA FISIKA DENGAN
PROSES EKSKRESI OBAT
Absorption Distribution
BLOOD TISSUES
Elimination
Sifat Gugus
Kuat -OSO2ONa, -COONa, -SO2Na, -
Hidrofilik OSO2H
(makin ke -OH, -SH, -O, =C=O, -CHO, -
kanan Sedang NO2, -NH2, -NHR, -NR2, -CN,
makin -CNS, -COOH, -COOR, -
menurun) OPO3H2, -OS2O2H
Ikatan tak jenuh -C=CH, -CH=CH2
Rantai hidrokarbon
Lipofilik alifatik,alkil,aril,hidrokarbon,p
olisiklik
Gbr 5. Hub klrtn & aktivitas antibakteri n-alkohol primer thd kuman Bacillus
typhosus (A) & Staphylococcus aureus (B)
• Overton (1901). Mengemukakan konsep bahwa kelarutan
senyawa organik dalam lemak berhubungan dengan mudah
atau tidaknya penembusan membran sel. Senyawa non polar
bersifat mudah larut dalam lemak, mempunyai nilai koefisien
partisi lemak/air besar sehingga mudah menembus membran
sel secara difusi pasif.
• Hubungan sifat kelarutan dalam lemak yang dinyatakan
dengan kelarutan dalam kloroform dan aktivitas biologis
turunan isatin-β-tiosemikarbazon terlihat pada tabel
dibawah ini.
Subtituen (R) Kelarutan dalam Aktivitas antivirus
kloroform relatif
7-COOH 0 0
5-OCH3 3 0,03
4-CH3 8 3,4
4-Cl 10 8,6
6-F 16 39,8
7-Cl 29 85
Tidak tersubtitusi 32 100
• Pada tabel terlihat bahwa makin meningkat sifat kelarutan dalam
kloroform dari turunan isatin-β-tiosemikarbazon makin
meningkat aktivitas antivirusnya, oleh karena makin besar
kelarutan dalam lemak makin mudah senyawa menembus
membran sel virus.
A. AKTIVITAS BIOLOGIS SENYAWA SERI HOMOLOG
• Suatu seri homolog senyawa sukar terdisosiasi, yang perbedaan
strukturnya hanya menyangkut perbedaan jumlah dan panjang
rantai atom C, ternyata intensitas efek biologisnya tergantung
pada jumlah atom C.
Contoh senyawa seri homolog :
1. n-Alkohol, alkilresorsinol, alkilfenol dan alkilkresol (antibakteri).
2. Ester asam para-aminobenzoat (anestesi setempat).
3. Alkil 4,4’-stilbenediol (hormon estrogen).
• Makin panjang rantai C, makin non polar molekul dan terjadi
perubahan sifat fisik, berkurangnya kelarutan dalam air, serta
meningkatnya koefisien partisi lemak/air, tegangan
permukaan dan kekentalan.
• Bila panjang rantai atom C terus ditingkatkan akan terjadi
penurunan aktivitas secara drastis. Karena, makin berkurang
kelarutan senyawa dalam air, yang berarti kelarutan dalam
cairan luar sel juga berkurang, sedang kelarutan senyawa
dalam cairan luar sel berhubungan dengan proses
pengangkutan obat ke sisi kerja (site of action) atau reseptor.
Oleh karena itu kelarutan dan koefisien partisi lemak/air
merupakan sifat fisik penting dari senyawa seri homolog
untuk dapat menghasilkan aktivitas biologis.
1. Seri homolog n-alkohol
• Seri homolog n-alifatik alkohol primer, pada jumlah atom C1 -
C7 menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap Bacillus
typhosus yang makin meningkat dan mencapai maks pada
jumlah atom C = 8. Bila j C > 8 aktivitasnya menurun dengan
drastis. Terhadap Staphylococcus aureus aktivitasnya mencapai
maksimum pada jumlah atom C = 5.
• Rantai alkohol yang bercabang, seperti alkohol sekunder dan
tersier, mempunyai kelarutan dalam air lebih besar, nilai
koefisien partisi lemak/air lebih rendah dibanding alkohol
primer sehingga aktivitas antibakterinya lebih kecil.
• Contoh : aktivitas n-heksanol 2 X lebih besar dibanding heksanol
sekunder dan 5 X lebih besar dibanding heksanol tersier. Adanya
ikatan rangkap dapat meningkatkan kelarutan dalam air dan
menurunkan aktivitas antibakteri.
• Alkohol dengan BM besar, seperti : setilalkohol, praktis tidak
larut dalam air sehingga tidak berkhasiat sebagai antibakteri.
2. Seri homolog 4-n-alkilresorsinol
• Aktivitas antibakteri terhadap Bacillus typhosus mencapai
maksimum pada jumlah atom C = 6, dan
terhadap Staphylococcus aureus aktivitas maksimum dicapai
pada jumlah atom C = 9.
3. Seri homolog ester asam vanilat
• Tabel hubungan seri homolog ester asam vanilat dengan
aktivitas anti bakterinya terhadap Staphylococcus aureus.
Metil 1,7
Etil 7,3
n-propil 33,4
Isopropil 11,2
4. Seri homolog ester asam para-hidroksi benzoat
• Tabel hubungan struktur seri homolog ester asam para-
hidroksi benzoat dengan nilai koefisien partisi dan aktivitas
anti bakteri terhadap Staphylococcus aureus
R Log 1/C л σ
4-Cl 4.80 0.23 0.70
3-OC2H5 4.88 0.12 0.62
2. Nonisometrik bioisosterik (bioisosterik parsial), dimana
gugus-gugus yang saling dipergantikan mempunyai persmaan
kualitatif tetapi tidak sama sifat kuantitatifnya.
• Contoh : penggantian gugus 4-F dengan 4-NO2 dari turunan
arilamida, dan diuji aktivitasnya pembentukan kompleks
terhadap alkohol dehidrogenase, hasilnya dapat dilihat pada
tabel dibawah ini.
R Log 1/C л σ E s
CH CH2CH2N(CH3)2 CH CH2CH2N(CH3)2
Klorprotixen
Amitriptilin
OH H3C
H3C CH2 CH3
CH2
CH2
<<<
H2C
CH3 HO
H
O
trans - Dietilstilbestrol
OH
cis - Dietilstilbestrol
2. Isomer konformasi dan aktivitas biologis
• Sikloheksan cenderung dalam bentuk konformasi kursi
dibanding bentuk konformasi perahu atau melipat. Substituen
atau gugus pada cincin sikloheksan cenderung ditahan pada
kedudukan equatorial oleh karena bentuk aksial lebih mudah
terpengaruh oleh efek sterik.
• Pada bentuk 1,3 diaksial, subtituennya cenderung tolak-
menolak satu sama lain sehingga mengubah kelenturan cincin
dan menempatkan substituen pada kedudukan ekuatorial
yang kurang terpengaruh oleh efek sterik.
• Pada cincin non aromatik, atom atau gugus yang terikat dapat
pada kedudukan ekuatorial atau aksial atau kedua-duanya dan
dapat menunjukkan aktivitas biologis yang sama atau
berbeda.
H
CH3 H O H
H N+ CH3
H C H H
H C2H5 O
H3C
H CH3 CH3 CH3
O H H N+
C O H
C2H5 H H
H2 H2 H2 H2
Cl C C N C C Cl
3. Diastereoisomer dan aktivitas biologis
• Diastereoisomer : isomer yang disebabkan oleh senyawa yang
mempunyai dua atau lebih pusat atom asimetrik, mempunyai
gugus fungsional sama dan memberikan tipe reaksi yang sama
pula.
• Kedudukan gugus-gugus substitusi terletak pada ruang yang
relatif berbeda sehingga diastereoisomer mempunyai sifat
fisik, kecepatan reaksi dan sifat biologis yang berbeda pula.
• Perbedaan sifat-sifat di atas berpengaruh terhadap distribusi,
metabolisme dan interaksi isomer dengan reseptor.
cis trans
B B
C
A C A
B' B'
Isomer APR
D (-) Eferdrin 36
L (+) Efedrin 11
D(-) Pseudoefedrin 7
L(+) Pseudoefedrin 1
DL(+-) Efedrin 26
DL(+-) Pseudoefedrin 4
• 4. Isomer Optik dan Aktivitas Biologis
• Isomer Optik adalah isomer yang disebabkan oleh senyawa
yang mempunyai atom C asimetrik. Isomer optic
mempunyai sifat kimia Fisika sama dan hanya berbeda pada
kemampuan dalam memutar bidang cahaya terpolarisasi atau
berbeda rotasi optiknya.
• Isomer optic kadang-kadang mempunyai aktivitas biologis
yang berbeda karena ada perbedaan dalam interaksi isomer-
isomer dengan reseptor biologis.
• Menurut Beckett, perbedaan interaksi isomer-isomer optic
dengan reseptor biologis :
•
H3C H2 H3C H2
H OH
C C
H N+ C H N+ C
H OH H H
-
X
-
tempat anionik tempat anionik
daerah datar daerah datar
tempat hidroksil tempat hidroksil
Jarak identitas
Contoh :
1. Obat parasimpatomimetik, seperti turunan asetikolin
(karbakol) danparasimpatolitik, seperti obat pemblok
adrenergic, jarak antara ester karbonil dengan atom N-metil
adalah 7,2 Å, yang berarti 2 x 3,61 Å
2. Obat kurare, seperti dekametonium, jarak antar atom N-
kuarterner adalah 14,5 Å, yang berarti 4 x 3,61 Å
3. Hormone estrogen nonsteriod, seperti dietilstiolbestrol,
gugus-gugus hidroksilnya juga dipisahkanoleh ikatan hydrogen
dengan jarak 14,5 Å
• Selain jarak antara ikatan peptide, jarak antara dua struktur α-
heliks protein (5,5 Å) didapatkan sama dengan jarak antar
gugus-gugus fungsional dari banyak obat.
• Didapatkan pada obat-obat yang termasuk golongan anestesi
setempat, seperti prokain, antihistamin, seperti difendiramin,
spasmolitik, seperti adifenin dan obat pemblok adrenergic,
seperti piperoksan.
• Konfigurasi dan jarak antar atom dari senyawa antagonis
metabolic juga penting untuk aktivitas
• Contoh : turunan sulfanilamide mempunyai jarak antar atom
yang serupa dengan asam p-aminobenzoat dan dapat
berfungsi sebagai antimetabolit
• Contoh-contoh di atas menunjukan bahwa jarak antar atom
dari gugus-gugus fungsional berperan dalam proses interaksi
obat dengan tempat reseptor spesifik.
SEKIAN TERIMAKASIH
HUBUNGAN STRUKTUR SIFAT KIMIA
FISIKA DAN AKTIFITAS BIOLOGIS
OBAT
A. Ionisasi dan aktivitas biologis
• Ionisasi sangat penting dalam hubungannya dengan proses
penembusan obat ke dalam membrane biologis dan interaksi
obat-reseptor. Untuk dapat menimbulkan aktivitas biologis,
pada umumnya obat dalam bentuk tidak terionisasi, tetapi
ada pula yang aktif adalah bentuk ionnya.
1. Obat yang Aktif dalam Bentuk Tidak Terionisasi
• Sebagian besar obat yang bersifat asam atau basa lemah,
bentuk tidak terionisasi dapat memberikan efek biologis. Hal
ini dimungkinkan bila kerja obat terjadi di membrane sel atau
di dalam sel.
• Contoh : Fenobarbital, (asam lemah) bentuk tidak terionisasi
dapat menembus sawar darah otak dan menimbulkan efek
penekan fungsi system saraf pusat dan pernapasan.
• Hubungan antara pKa dengan fraksi obat terionisasi dan yang
tidak terionisasi dari obat yang bersifat asam dan basa lemah,
dinyatakan melalui persamaan Henderson-Hasselbach sebagai
berikut :
• Untuk asam lemah: pKa = pH + log Cu/Ci
• Untuk basa lemah : pKa = pH + log Ci/Cu
Cu : Fraksi yang tak terionisasi
Ci : Fraksi yang terionisasi
• Perubahan pH dapat berpengaruh terhadap sifat kelarutan
dan koefisien partisi obat. Garam dari asam atau basa lemah,
bentuk tidak terionisasinya mudah diabsorpsi oleh saluran
cerna, dan aktivitas biologis sesuai dengan kadar obat bebas
yang terdapat dalam cairan tubuh.
• Obat yang bersifat asam lemah, penigkatan pH, sifat ionisasi
>>, bentuk tak terionisasi <<, jumlah obat yang
menembus membrane biologis semakin kecil obat
untuk berinteraksi dengan reseptor semakin rendah dan
aktivitas biologisnya semakin <<.
Logam yang berperan dalam system biologis adalah Fe, Mg, Cu,
Mn, Co dan Zn.
Contoh kelat dalam system biologis :
1. Kelat yang mengandung logam Fe
Contoh :
a. enzim forfirin, seperti katalase, peroksidase dan sitokrom
b. enzim non forfirin, seperti akonitase, aldolase dan feritin
c. molekul transfer oksigen, seperti hemoglobin dan mioglobin
2. Kelat yang mengandung logam Cu
Contoh : Enzim oksidase, seperti asam askorbat oksidase,
tirosinase, polifenol oksidase, lakase dan sitokrom oksidase
3. Kelat yang mengandung Logam Mg
Contoh : beberapa enzim proteolitik, fosfatase dan
karboksilase
4. Kelat yang mengandung Logam Mn
Contoh : oksaloasetat dekarboksilase, arginase dan prolidase
5. Kelat yang mengandung Logam Zn
Contoh : insulin, karbonik anhidrase dan laktat dehidrogenase
6. Kelat yang mengandung Logam Co
Contoh : vitamin B12 dan enzim karboksi peptidase
• Ligan mempunyai afinitas yang besar terhadap ion logam,
sehingga dapat menurunkan kadar ion logam yang toksis
dalam jaringan dengan membentuk kelat yang mudah larut
dan kemudian diekskresikan melalui ginjal.
• Penggunaan ligan dalam bidang farmokologi antara lain:
a. membunuh mikroorganisme parasit,
b. untuk menghilangkan logam yang tidak diinginkan atau
yang membahayakan organism hidup
c. untuk studi fungsi logam dan metaloenzim pada media
biologis.
• Contoh ligan :
1. Dimerkaprol ( British Anti-Lewisite = BAL )
Dimerkaprol mengandung gugus sulfhidril (SH), yang
dapat berinteraksi dengan arsen organic (lewisite),
membentuk kelat yang mudah larut. Senyawa ini spesifik
untuk antidotum keracunan arsen organic, logam Sb, Au dan
Hg.
H2C CH CH2OH
+ R As O
SH SH
H2C CH CH2OH
S S
+ H2O
As
R
• Beberapa kelat dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
tertentu.
Contoh :
1. Sisplatin
Sispatin, cis-dikloroetilendiaminplatimum (II), (komplek
turunan Pt ), digunakan sebagai obat antikanker. I
Mekanisme kerjanya dengan membentuk ligan reaktif,
kemudian Pt membentuk crosslink diantara atom N dari dua
guanosin DNA, sehingga terjadi hambatan sintesis DNA sel
kanker.
• Sisplatin mempunyai kelarutan dalam air sangat kecil,
sehingga transportasi ke jaringan tumor relatif rendah, oleh
karena itu kemudian dikembangkan turunanannya
karboplatin (cis -1,1-dikarboksisiklobutan-diaminplatinum)
yang menunjukan keefektifan sama dengan sisplatin, dengan
distribusi ke jaringan tumor yang lebih baik.
2. kompleks Tembaga
Kompleks tembaga dengan BM rendah banyak digunakan
untuk pengobatan penyakit rematik artitis dan antiradang.
Contoh : Kupralen, alkuprin dan dikuprin.
3 Potensial Redoks dan Aktifitas Biologis
• Potensial redoks adalah ukuran kuantitatif kecenderungan
senyawa untuk memberi dan menerima elektron. Hubungan
kadar oksidator dan reduktor ditujukkan oleh persamaan
Nernst sebgai berikut :
Keterangan :
Eh = potensial redoks yang diukur
Eo = potensial redoks baku
n = jumlah elektron yang berpindah.
0,06 = tetapan termodinamika pemindahan 1 elektron (300c)
• Tiap reaksi pada pada organisme hidup terjadi pada potensial
redoks optimum, dengan kisaran yang bervariasi, sehingga
diperkirakan bahwa potensial redoks senyawa tertentu
berhubungan dengan aktivitas biologisnya.
• Pengaruh potensial redoks tidak dapat diamati secara
langsung karena hanya berlaku untuk sistem keseimbangan
ion tunggal yang bersifat reversibel, sedang reaksi pada sel
hidup merupakan reaksi yang serentak, termasuk oksidasi ion
dan non ion, ada yang bersifat ireversibel.
• Hubungan potensial redoks dengan aktivitas biologis secara
umum hanya terjadi pada senywa dengan struktur dan sifat
yang hampir sama. Pada sistem interaksi obat secara redoks,
pengaruh sistem distrubusi dan faktor sterik sangat kecil.
Contoh:
• Turunan kuinon, menunjukkan aktivitas
antibakteri terhadap staphylococcus aureus pada
E0 antara (-) 0,10 sampai (+) 0,15 V, dan aktivitas
maksimum dicapai pada Eo =(+) 0,03 V.
• Ribovlafin, riboflavin adalah koenzim faktor
vitamin; aktivitas biologisnya berdasar pada
kemampuan untuk menerima elektron sehingga
tereduksi menjadi bentuk dihidronya. Reaksi ini
terjadi pada Eo = (-) 0,185 V.
O
H3C N
NH
Riboflavin
H3C N N O
H
CH2(CHOH)3 CH2OH
O H
O
H
H3C N
NH Dihidroriboflavin
H3C N N O
H
CH2(CHOH)3CH 2OH
D. Aktivitas permukaan dan aktivitas biologis
• Surfaktan adalah suatu senyawa yang karena orientasinya
dan pengaturan molekul pada permukaaan larutan, dapat
menurunkan tegangan permukaan. Struktur surfaktan terdiri
dari dua bagian yang berbeda, yaitu bagian yang bersifat
hidrofilik atau polar dan bagian lipofilik atau non polar,
sehingga dikatakan surfaktan bersifat ampifilik.
• Bila surfaktan dimasukkan ke air maka pada permukaan
akan teratur sedemikian rupa sehingga bagian non polar,
misal rantai hidrokarbon, berorientasi ke fasa uap, sedang
bagian polar, misal gugus-gugus COOH, OH, NH2 dan
NO2 berorientasi ke fasa air.
• Contoh :
• Asam oleat (C18H36COOH), bila dimasukan ke air dapat
membentuk lapisan monomolekul. Rantai ranti hidrokarbon
cenderung tegaklurus dalam permukaan, sedang gugus COOH
mengarah ke fase air. Bila kemugkinan ditambahkan minyak,
rantai hidrokarbon akan berorientasi ke fasa minyak sedang
gugus COOH tetap kontak dengan air.
• Asam oleat cenderung membentuk perubahan dari
fasa non polar ke fasa polar secara perlahan-lahan sehingga
energi bebas pada permukaan menjadi lebih kecil. Aktivitas
permukaan surfaktan ditentukan oleh keseimbangan gugus
hidrofil dan lipofil
• Berdasarkan sifat gugus yang dikandungnya, surfaktan dibagi
menjadi empat kelopok :
1. Surfaktan anionik
• Surfaktan anionik mengandung gugus hidrofil yang bermuatan
negatif, dan dapat berupa gugus karboksil, sulfat, sulfonat
atau fosfat.
• Contoh : sabun K, sabun Na, natrium stearat, natrium
laurisulfat dan natrium laurisulfoasetat.
2. Surfaktan kationik
• Surfaktan kationik mengandung gugus hidrofil yang
bermuatan positif, dan dapat berupa gugus amonium
kuarterner, biguanidin, sulfonium, fosfonium dan iodonium.
• Contoh : turunan amonium kuarterner, seperti setilpiridinium
klorida, benzoonium klorida, benzalkonium klorida dan
setavlon, serta turunan biguanidin, seperti heksaklorofen.
• 3. Surfaktan non ionik
• Surfaktan ini tidak terionisasi dan mengandung gugus-gugus
hidrofil dan lipofil yang lemah sehingga larut atau dapat
terdispersi dalam air, biasanya adalah gugus polioksietilen
eter dan poliester alkohol.
• contoh : polisorbat 80, span 80 dan gliserilmonostearat,
• 4. Surfaktan omfoterik
• Surfaktan amfoterik mengandung dua gugs hidrofil yang
bermuatan positif (kationik) dan negatif (anionik).
• Contoh : N-lauril-β-aminopropionat dan miranol.
• Surfaktan juga mempengaruhi absorpsi obat. Aktivitas
surfaktan terhadap absorpsi obat tergantung pada :
a. Kadar surfaktan
b. Struktur kimia surfaktan
c. Efek surfaktan terhadap membran biologis
d. Efek farmakologis surfaktan
e. Adanya interaksi surfaktan dengan bahan-bahan
pembawa atau bahan obat.
• Contoh : Surfaktan polisorbat 80 terhadap absorbsi
sekoarbital Na: pada kadar rendah surfaktan meningkatkan
absorbsi sekobarbital. Pada kadar tinggi, surfaktan
menyebabkan partisi obat kedalam fasa air dan misel hingga
absorbsi obat menurun
HUBUNGAN IKATAN KIMIA DAN AKTIVITAS
BIOLOGIS OBAT
• Respon biologis merupakan akibat interaksi molekul
obat dengan gugus fungsional molekul reseptor.
Interaksi ini dapat berlangsung karena kekuatan ikatan kimia
tertentu.
• Tipe ikatan kimia yg
terlibat dalam interaksi obat reseptor antara lain adalah
ikatan- ikatan kovalen, ion-ion yang saling memperkuat
(reinforce ions), ion ik(elektrostatik), hidrogen, ion-
dipol,dipol- dipol, van der waal’s, ikatan hidrofob, dan
transfer muatan.
• Pada umumnya ikatan obat reseptor bersifat reversible
sehingga obat segera
meninggalkan reseptor bila kadar obat dalam cairan luar sel
menurun.
•IIkatan yang terlibat dalam interaksi obat-
reseptor harusrelatif lemah tetapi masih cukup kuat
untuk berkompetisi dengan ikatan dengan tempat kehilangan
• Pada interaksiobat dengan reseptor,
senyawa dapat menggabungkan beberapa ikatan yang lemah,
seperti ikatan hidrogen, ion, ion-dipol, dipol-dipol,
transfer muatan, hidrofob, dan ikatan van der Wall’s,
sehingga secara total menghasilkan ikatan yang
cukup kuat dan stabil.
•Untuk suatu tujuan tertentu, misal
diinginkan efek berlangsung lama dan ireversibel,
seperti pada obat antibakteri dan antikanker,
diperlukan ikatan yang lebih kuat yaitu ikatan kovalen.
• Interaksi obat terjadi jika efek suatu obat berubah akibat
adanya obat lain, makanan atau minuman. Interaksi obat
dapat menghasilkan efek yang memang dikehendaki atau efek
yang tidak dikehendaki yang lazimnya menyebabkan efek
samping obat atau toksisitas karena meningkatnya kadar obat
didalam plasma, atau sebaliknya menurunnya kadar obat
dalam plasma yang menyebabkan hasil terapi menjadi tidak
optimal (Gitawati, 2008)
1. Ikatan Kovalen
Rata rata kekuatan ikatan 100 kkal/mol. Pada suhu normal
ikatan bersifat ireversibel dan hanya dapat pecah bila ada
pengaruh katalisator enzim tertentu. Umumnya ikatan ini
digunakan untuk tujuan terapi tertentu.
Contoh Obat yang mekanisme kerjanya melibatkan ikatan
kovalen diantaranya :
1. Turunan Nitrogen Mustar
• merupakan senyawa pengalkilasi yang digunakan sebagai
obat antikanker. Contoh obat: mekloretamin,
siklofosfamid,klorambusil dan tiotepa. Mekanisme kerja obat
turunan nitrogen mustar yaitu senyawa melepaskan ion Cl-
membentuk kation antara yang tidak stabil yaitu ion etilen
imonium, diikuti pemecahan cincin membentuk ion
karbonium yang bersifat reaktif.
• Ion ini dapat bereaksi melalui reaksi alkilasi dengan gugus-
donor elektron, seperti COOH, PO4 dan SH pada struktur
asam amino, asam nukleat dan protein yang sangat
dibutuhkan untuk proses biosintesis sel. Akibatnya
pembentukan sel menjadi terganggu dan pertumbuhan sel
kanker dihambat.
CH2CH2Cl CH2CH2Cl CH2CH2Cl
Cl -
H3C N H3C N+ CH2 H3C N
CH2CH2Cl C CH2CH2+
H2
R-H
+ H2
H2CH2C C CH2CH2Cl
N CH3 H2C N+ CH3 H3C N
RH2CH2C RH2CH2C Cl-
CH2CH2R
R'-H
C C C C
+ H2N-PROTEIN
O C N O C HN
NH
PROTEIN
3. Senyawa organofosfat
• Senyawa organofosfat (insektisida) dapat berinteraksi dengan
gugus serin yang merupakan bagian fungsional dari sisi aktif
enzim asetilkolinesterase.Sehingga dapat menyebabkan
penumpukann asetilkolin yang bersifat toksik pada serangga.
HN SERIN HN SERIN
R X
H2 H2
+ HO R O C CH
P C CH
R' HP
O(S) OC ENZIM OC ENZIM
R' O(S)
4. Senyawa Arsen organik dan Hg organik
• Turunan As-organik yang digunakan sebagai
antibakteri, seperti salvarsan dan karbarsan, dan turunan Hg-
organik, seperti merkaptomerin dan klormerodrin. Obat
diuretik, dapat mengikat gugus sulfhidril dari enzim atau sisi
reseptor, membentuk ikatan kovalen, dan menghasilkan
hambatan yang bersifat ireversibel sehingga enzim tidak dapat
bekerja normal.
SH S
R As O + R As
HS S
5. Senyawa etakrinat
• Asam etakrinat (diuretik),
strukturnya mengandung O
gugus α, β-keton tidak
jenuh, dapat membentuk H2 C C OCH2COOH
C
ikatan kovalen dengan C2H5
gugus SH dari enzim yang
bertanggung jawab terhadap + R-SH
produksi energi yang
diperlukan untuk
O
penyerapan kembali ion H
Na+ ditubulus renalis. Ion H2C C C OCH2COOH
Na+ yang tidak diserap S C2H5
kembali, kemudian
R
dikeluarkan dengan diikuti
sejumlah air sehingga terjadi
efek diuresis.
2. Ikatan Ion- Dipol Dan Dipol- Dipol
• Adanya perbedaan keelektronegatifan atom C dengan atom
yang lain seperti O dan N, akan membentuk distribusi
elektron tidak simetrik atau dipol, yang mampu membentuk
ikatan dengan ion atau dipol lain, baik yang mempunyai
daerah kerapatan elektron tinggi maupun yang rendah.
• Gugus-gugus yang mempunyai fungsi dipolar antara lain gugus
karbonil, ester, amida, eter, dan nitril.gugus tersebut sering
didapatkan pada senyawa yang berstruktur khas.
O O O
H H2 H2
R C R' R C O R' R C N R' R C O C R' R CN
KARBONIL ESTER AMIDA ETER NITRIL
• Contoh : turunan metadon (narkotik analgesik), strukturnya
mengandung gugus n-basa dan karbonil yang dalam larutan
dapat membentuk siklik akibat adanya daya tarik menarik
dipol-dipol.
• Bila gugus C=O dihilangkan atau diganti dengan gugus lain,
misalnya CH2, aktivitas analgesiknya akan hilang. Hal ini
disebabkan oleh hilangnya daya tarik menarik dipole- dipole
dan kemampuan membentuk siklik, sehingga senyawa tidak
dapat berinteraksi secara serasi dengan reseptor analgesik.
C CH2CH3
C N(CH3) 2
H2C HC
CH3
3. Ikatan Hidrogen
• Ikatan hidrogen adalah suatu ikatan antara atom H yang
mempunyai muatan positif parsial dengan atom lain yang
bersifat elektronegatif dan mempunyai sepasang elektron
bebas dengan oktet lengkap seperti O, N, F.
• Ikatan hidrogen dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
a. Ikatan hidrogen intramolekul yaitu ikatan yang terjadi
dalam satu molekul.
b. Ikatan hidrogen intermolekul, yaitu ikatan hidrogen yang
terjadi antar molekul-molekul.
c. Kekuatan ikatan intermolekul lebih lemah dibanding
ikatan intramolekul.
• Ikatan hidrogen dapat mempengaruhi sifat-sifat kimia, fisika
senyawa seperti titik didih, titik lebur, kelarutan dalam air,
kemampuan pembentukan kelat dan keasaman.
Contoh:
1. Turunan pirazolon
1-fenil-3-metil-5-pirazolon mempunyai ikatan hidrogen
intermolekul dan dapat membentuk polimer linier dan
menghasilkan tenaga ikat antar molekul yang besar.
H N H N H3C N
N O N O N O
H
O
O
C
OH
H O H O
O C O C
OH OH
3. Turunan ester asam hidroksibanzoat
• Metil ester orto-hidroksibenzoat (metil salisilat) dapat membentuk
ikatan H intramolekul, gugus OH fenol terlindung sehingga efek
antibakterinya lemah. Metil ester para-hidroksibenzoat (nipagin)
dapat membentuk ikatan H intermolekul. Penggabungan melalui
ikatan H dapat membentuk senyawa dimer dengan gugus OH fenol
masih bebas sehingga senyawa dapat berfungsi sebagai antibakteri.
H
O
O
C
OCH3
ESTER ORTO HIDROKSI BENZOAT (METIL SALISILAT) - ANALGESIK
H O H O
O C O C
OCH3 OCH3
N N H
N NH N N
N NH
N N
H N O R H N NH2 O
ADENIN TIMIN GUANIN SITOSIN
O Turunan isatin
H tiosemikarbazon, aktivitas
5 N N C NH2 antivirusnya berhubungan
dengan jari jari van der
6
waals dari substituen pada
N O
H posisi 5 dan6
5. Ikatan Ion
• Obat-obat yang mengandung gugus kation potensial, yaitu
R3NH+, R4N+ dan R2C = NH2+. Gugus anion potensial, yaitu
RCOO-, RSO3- dan RCOS- dapat membentuk ikatan ion dengan
gugus- gugus reseptor atau protein yang muatannya
berlawanan. Kemampuan interaksi gugus- gugus yang
muatannya berlawanan tersebut tergantung pada susunan
makromolekul reseptor.
• 8 9 1 NH +
2
7 2
3
6 N
5
N 4
10
N N
H H H
N+ NH2 N NH2+
H H
6. Ikatan hidrofob
• sisi non polar obat + air ikatan h quasi crystalline
(icebergs)
• non polar obat + non polar reseptor ikatan hidrofob
ikatan h terganggu icebergs pecah entropi naik tidak
ada kontak dg air isolasi sturktur non polar
7. Transfer Muatan
• Kompleks alih muatan (AM) dibentuk oleh molekul donor
yang kaya electron dan akseptor yang miskin electron.
Molekul donor merupakan senyawa heterosiklik kaya electron
π (furan, pirol, tiofen) senyawa aromatic bersubstituen
pemberi electron.. Molekul akseptor adalah sistem miskin
elektron π seperti purin dan pirimidin, senyawa aromatic
bersubstituen penarik electron dan tetrasianoetilena.
Ikatan asetikoloin dengan asetlkolinesterase • Senyawa dengan
derajat spesifitas tinggi
CH3 dapat memadukan
H2 H2 bbrp ikatan spt ikatan
H3C C O C C N+ CH3 hidrogen, ion, ion-
a a dipol, dipol-dipol dan
b O CH3
ikatan van der waals,
O b pada interaksinya
c a dengan reseptor
H2C a a sehingga secara otal
B:H + O- akan menghasilkan
serin + ikatan yg cukup kuat
Tempat esteratik Tempat anionik dan stabil .
Cincin imidazol B dari histidin • A. ikt van der waals
• B. ikatan dipol-dipol
RESEPTOR ASETILKOLIN ESTERASE
• C. ikatan ion
SEKIAN TERIMAKASIH
INTERAKSI OBAT DENGAN
RESEPTOR
• Reseptor merupakan suatu makromolekul
yang berupa lipoprotein, glikoprotein, lipid,
protein atau asam nukleat. Sebagian besar
dari reseptor terdapat pada membran sel
misalnya reseptor asetilkolin nikotinik,
reseptor insulin, dan sebagian kecil terdapat di
dalam sel atau intisel misalnya reseptor
hormon steroid.
• Dari fungsi tersebut, reseptor terlibat di dalam
komunikasi antar sel. Reseptor menerima
rangsang dengan berikatan dengan pembawa
pesan pertama (first messenger) yaitu agonis
yang kemudian menyampaikan informasi yang
diterima ke dalam sel dengan langsung
menimbulkan efek seluler melalui perubahan
permeabilitas membran, pembentukan
pembawa pesan kedua atau mempengaruhi
transkripsi gen.
Beberapa istilah penting:
• Ligan : Molekul spesifik (obat) yang dapat mengikat reseptor
• Afinitas: Kemampuan ligan untuk mengikat reseptor--- arti ?
afinitas besar = semakin mudah berikatan dengan reseptor
(cocok)
• Efikasi: Perubahan/efek maksimal yang dapat dihasilkan oleh
suatu obat
Analogi kunci dan gembok --- obat dengan reseptor seperti kunci
dan gemboknya -----Kenyataan ?
• Suatu reseptor dapat berikatan dengan sekelompok senyawa
kimia yang sejenis (a family of chemicals or hormones)
• Setiap senyawa tadi akan menunjukkan afinitas yang berbeda
terhadap reseptor (ikatan kuat atau lemah)
• Setiap senyawa akan menghasilkan efikasi yang berbeda
KINETIKA INTERAKSI OBAT-RESEPTOR
• Mengacu pada penelitian Langley dengan menggunakan
alkaloid, Erlich (1909) menduga bahwa aksi alkaloid pada
reseptor adalah mudah lepas dan reversibel, dan tidak
melibatkan ikatan kimia yang kuat. Analog! aksi obat pada
reseptor adalah konsep kunci (obat) dengan gembok
(reseptor).
• Asumsi sederhana mengenai pembentukan komplek obat
dengan reseptor diekspresikan sebagai reaksi kimia seperti
berikut:
• Berdasarkan hukum aksi massa, kecepatan pembentukan dan
peruraian yang direpresentasikan berturut-turut k1 [ D ] [ R ]
dan k2 [ DR ]. Konsentrasi obat atau [ D ] merupakan
konsentrasi obat dalam biofase.
• Dalam percobaan reseptor, biofase tersebut adalah medium
dari organ atau jaringan terisolasi.
• Pada ekuilibrium, kecepatan pembentukan dan peruraian
komplek adalah seimbang :
K1 [D][R] = k2[DR] (1)
Sehingga,
k2 [D][R]
— = KD = (2)
K1 [DR]
• Jumlah total reseptor (RT) adalah jumlah reseptor yang
berikatan dengan robat membentuk komplek [ DR ] ditambah
dengan jumlah reseptor bebas [R].
[R] = [RT] - [DR] (3)
• Substitusi [ R ] dengan persamaan 1 akan menghasilkan
persamaan :
[DR] [D]
——— = r = (4)
[RT] [D] + KD
• dimana [ DR ] / [ RT ], proporsi reseptor yang diduduki obat
yang direpresentasikan r.
• Persamaan berikutnya adalah
Asosiasi Disosiasi
O+R Kompleks O-R ----------> Respons biologis
• Senyawa dikatakan agonis bila mempunyai
kecepatan asosiasi atau sifat mengikat reseptor besar
dan disosiasi yang besar.
• Senyawa dikatakn antagonis bila mempunyai
kecepatan asosiasi sangat besar sedang disosiasi nya
sangat kecil.
• Senyawa dikatakan agonis parsial bila kecepatan
asosiasi dan disosiasinya tidak maksimal.
HUBUNGAN LINIER ANTARA PENDUDUKAN RESEPTOR
DAN RESPON
ED maks
α = ————— (11)
ET maks
• ED maks adalah efek maksimum obat sedangkan ET maks adalah
respon maksimum jaringan
• Hubungan antara dosis dengan respon adalah
αET maks[D]
ED = [ D ] + KD (12)
Aksi papaverin terhadap histamin pada reseptor histamin-1 otot polos trakea
termasuk antagonis :
0/2
fisiologis.
fungsional
kompetitif
non kompetitif
Umumnya distribusi obat dengan cara menembus membran biologis melalui proses
difusi. Proses difusi pasif dapat terjadi kecuali melalui :
2/2
pori-pori
melarut pada lemak membran biologis
proses pinositosis
fasilitas berupa enzim atau ion yang muatannya berlawanan
Berikut ini pernyataan yang benar mengenai obat yang aktif dalam bentuk
terionnya adalah...
2/2
Aktivitas biologis yang menurun jika derajat ionisasinya meningkat.
Site of action pada membran sel atau di dalam sel
Memberikan efek biologisnya di luar sel
Mudah menembus membran biologis
Hubungan antara struktur dan aktivitas biologis sering ditunjang oleh konsep
kelenturan reseptor. Pada beberapa tipe kerja biologis , jarak antara gugus
fungsional molekul dapat berpengaruh terhadap aktivitas biologis obat. Hal ini
sejalan dengan aspek stereokimia dari..
2/2
isosterisme
isomer
jarak identitas
konformasi ruang
aSemua obat bekerja denan mekanisme yang sama tetapi berbeda afinitas dan efikasinya
Obat A4 paling poten diantara semuanya
Obat A1, A2 dan A3 bekerja pada reseptor yang sama tetapi berbeda afinitas dan efikasinya
Semua obat memiliki potensi yang sama hanya berbeda pada dosis
Glikosida jantung dan dihidralazin adalah adalah dua jenis obat yang tergolong
antagonis secara:
2/2
fisiologis.
fungsional
kompetitif
non kompetitif
Aktivitas biologi obat ditentukan oleh suatu fase yang berperan dalam menjaga
ketersediaan obat untuk dapat mencapai jaringan target atau reseptor. Fase
apakah yg dimaksud?
2/2
Fase farmasetik
Fase farmakokinetik
Fase farmakodinamik
Fase praklinik
Berikut ini contoh obat yang paling banyak terabsorbsi di lambung adalah
2/2
aminopirin
kofein
kuinin
fenobarbital
Berikut ini merupakan tujuan dari modifikasi struktur senyawa obat, kecuali...
···/2
Mendapatkan obat dengan t1/2 lebih singkat
Mendapatkan obat dengan ESO minimal
Mendapatkan obat dengan efek lebih poten
Mendapatkan obat dengan spektrum lebih spesifik
Derajat ionisasi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi absorbsi obat. Obat
bersifat apakah yang di dalam lambung akan terdapat dalam bentuk tidak
terionisasi sehingga mudah larut dalam lemak dan mudah menembus membran
lambung?
2/2
Basa lemah
Asam lemah
Basa kuat
Asam kuat
Kelompok atom-atom dalam molekul yang mempunyai sifat kimia atau fisika yang
mirip, karena mempunyai persamaan ukuran, keelektronegatifan atau stereokimia
disebut...
2/2
Enantiomer
Diastereomer
Isosterisme
Stereoisomer
Respon biologis yang dihasilkan akibat interaksi ensim dengan substrat sesuai
dengan teori:
2/2
teori pendudukan
teori laju
teori induce fit
teori pendudukan-aktivasi
Reabsorpsi pada tubulus ginjal melalui difusi pasif tergantung pada beberapa hal
berikut, kecuali..
2/2
sifat fisika kimia obat
koefisien partisi lemak air
ukuran partikel
konsentrasi zat terlarut dalam urin
Aktivitas biologis dari obat obat yang berstruktur khas, bergantung kepada hal
berikut, kecuali:
2/2
distribusi gugus fungsi
ukuran molekul
derajat ionisasi
distribusi elektronik molekul
Obat dibawah ini yang aktivitasnya didukung oleh sifat planaritas cincin aromatic
adalah :
2/2
Efedrin
Amfetamin
cKloramfenikol
Asetilkolin
Untuk obat yang bersifat basa lemah, maka peningkatan pH akan mengakibatkan
hal berikut:
2/2
Sifat ionisasinya makin besar sehingga absorbsinya meningkat
Sifat ionisasinya meningkat sehingga jumlah obat yang menembus membrane makin besar
Sifat ionisasinya berkurang sehingga jumlah obat yang menembus membrane makin besar
Sifat ionisasinya bertambah sehingga jumlah obat yang menembus membrane berkurang
Hubungan koefisien partisi dengan efek sistemik yang menghasilkan teori lemak
dikemukakan oleh..
2/2
Overton dan Mayer
Wulf dan Featerstone
pauling
fergunson
Sifat sifat fisik obat berikut ini mempengaruhi distribusi obat dalam tubuh, kecuali:
2/2
tekanan uap
derajat ionisasi
kelarutan dalam air
tegangan permukaan
Absorbsi obat dipengaruhi oleh beberapa faktor, pilih pernyataaan yang salah pada
pernyataan berikut !
2/2
Bentuk sediaan farmasi akan mempengaruhi absorbsi obat yang mengandung zat aktif yang
sama
Semakin kecil ukuran partikel maka kelarutan akan semakin berkurang
Bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan obat akan mempengaruhi absorbsi obat
Umumnya hanya molekul obat yang dalam bentuk yang tidak terurai yang dapat diabsorbsi
oleh tubuh
Berikut ini adalah Contoh obat yang mengalami proses siklus enterohepatik ,
kecuali:
2/2
rifampisin
indometasin
digitoksin
fenolftalein
Gugus yang bertanggung jawab terhadap proses pengikatan obat dengan reseptor
adalah
0/2
kromofor
farmakofor
chaptoforik
sterik
Koefisien partisi lemak/air senyawa barbiturat berpengaruh terhadap absorbsinya.
Jika koefisien partisi pentobarbital > siklobarbital > aprobarbital > fenobarbital >
barbital, maka obat yang memiliki % absorbsi lebih besar?
2/2
Pentobarbital
Siklobarbital
Aprobarbital
Fenobarbital
Berikut yang merupakan pengaruh dari makin panjangnya rantai samping atom C
pada senyawa adalah...
2/2
Semakin polar
Penurunan titik didih
Kelarutan dalam air berkurang
Menurunnya koefisien partisi lemak/air