Judul : apakah perbedaan formula suatu sediaan obat dapat mempengaruhi kemanjuran
obat?
Skenario
Saiful adalah mahasiswa farmasi yang sedang menjalani praktek kerja di RS, ia memperhatikan ada
banyak sediaan paracetamol di instalasi farmasi diantaranya suppositoria, infus, tablet, tablet
kunyah, dan sirup. rancangan suatu produk obat yang akan melepaskan zat aktif dalam bentuk
paling banyak berada di sistemik. Sebagai seorang farmasis iapun teringat akan biovailabilitas
yang berhubungan antara sifat-sifat fisiko kimia dari bahan baku obat dan bentuk sediaan dengan
efek terapi sesudah pemberian obat tersebut kepada pasien. Perbedaan sifat fisiko kimia dari sediaan
ditentukan oleh bentuk sediaan, formula dan cara pembuatan. bentuk sediaan berpengaruh terhadap
pelepasan obat berkhasiat dari sediaannya, absorpsi dari obat berkhasiat yang sudah dilepaskan,
distribusi obat yang sudah diabsorpsi oleh cairan tubuh, metabolisme obat dalam tubuh serta
eliminasi obat dari tubuh.
STEP 1
1. Gilang: bioavailabilitas
Atika: laju dan jumlah relative obat yang mencapai sirkulasi umum tubuh atau system
peredaran darah
Hesti: presentase dan kecepatan zat aktif dalam produk untuk mencapai sirkulasi
sistemik dalam bentuk utuh setelah pemberian obat
Bayu: proses dimana zat aktif obat sampai kepada jalur sistemik dari yang diharapkan
STEP 2
STEP 3
2. Apa hubungan antara bioavailabilitas dengan bentuk sediaan obat, sifat fisiko kimia sert
efek terapi dari obat? (sasmita)
Yuva
Memiliki hubungan. Hal tersebut berkaitan dengan kelarutan, disolusi, permeabilitas
obat dan metabolism obat. Untuk obat-obatan yang memiliki kelarutan rendah akan lebih
lambat untuk diserap, menyebabkan rendahnya bioavailabilitas. Jika suatu obat memiliki
bioavailabilitas rendah, maka efek terapinya yang dihasilkan juga akan rendah dan tidak
dapat memenuhi keinginan terapi.
Hesti
Bioavailabilitas merupakan kecepatan atau jumlah zata aktif dalam obat. Berdasarkan
defines tersebut, maka bioavailabilitas dapat diketahui efektifitas suatu obat. Absorbs
penting utnuk mengetahui bioavailabilitas. Didalam proses absorbs terdapat proses
kelarutan. Kelarutan dipengaruhi oleh sifak fisikokimia obat dan bentuk sediaan. Jika
obat mudah diabsorbsi maka akan cepat termetabolismedalam tubuh dan menimbulkan
efek kerja obat. Setelah itu obat akan tereliminiasi.
4. Bagaimana mekanisme absorpsi, metabolisme dan eliminasi obat dalam tubuh? (niken)
Atika
Rute eliminasi obat melalui ginjal, dan rute lain meliputi empedu, feses, paru-paru,
saliva, keringat, dan air susu ibu. Untuk obat bebas yang tidak berikatan yanag larut
dalam air dan obat-obat yang tidak diubah ddifiltrasi oleh ginjal. Sedangkan obat yang
berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal. Sekali obat dilpeaskan
ikatannya dengan protein, maka obat akan diekskresikan melalui urin.
Sinta
Absorbs obat. Kebanyakan obat diabsorbsi melalui sistemik dan difusi pasif. Difusi pasif
adalah proses bergerak dari sisi kadar tinggi ke kadar rendah. Mula-mula obat harus
berada dalam larutan air pada permukaan membrane sel, kemudian molekul obat akan
melintas dengan melarut lemak membrane. Untuk mekanisme lainnya, yaitu ada
transport aktif, difusi terfasilitasi, dan fagositisis.
Gilang
Jalur metabolism kebanyakan dihati, dimana obat diinaktifkan oleh enzim-enzim di hati
yang kemudian diubah atau ditransformasikan oleh enzim menjadi metabolit inaktif atau
zat yang larut dalam air untuk diekskresikan. Ada beberapa obat yng ditranformasikan
menjadi metabolit aktif, sehingga dapat meningatkan respon farmakologinya.
5. Bagaimana pengaruh bentuk sediaan obat (oral, rektal, parenteral) terhadap proses absorbsi,
distribusi dan metabolism dan eliminasi obat? (April)
Yuva
Oral pada proses absorbsinya mudah dikonsumsi atau praktis. Untuk rektal, lebih mudah
melebur.
Sasmita
Unruk absorbs obat dipengaruhi oleh bentuk, dimana bentuk sediaan obat nantinya
memiliki waktu absorbs serta bioavailabilitas yang dipengaruhi obatnya. Oral terbasorbsi
lama yang harus melewati beberpaa proses. Sedangkan rektal, proses absorbs lebih
cepat, karena terdapat pembuluh darah. Untuk parenteral akan langsung terabsorbsi
karena akan langsung masuk ke dalam tubuh. Sedangkan untuk proses ditribusi
dipengaruhi oleh sifat fisiko kimia obatnya. Dan missal untuk proses metabolism dalam
sediaan obat dapat mempengaruhi., untuk eksresinya dotentukan oleh bentuk sediaan
dan bagaimana sifat fisika kimia dari obat tersebut. Untuk oral akan mengalami proses
ADME dan lebih lama daripada rektal dan parenteral.
STEP 4
Sampel darah
Parameter
Bioavailabilitas dan urin
absorbsi
Distribusi obat
Metabolism
Eliminasi
STEP 5
STEP 6
STEP 7