Anda di halaman 1dari 4

Rumah Honai

a. Atap

Atap rumah honai berbentuk bulat kerucut dengan lingkaran-lingkaran besar dari kayu buah yang
dibakar sebagai kerangka atapnya, yang kemudian diikat menjadi satu di bagian atas (membentuk
dome). Terdapat 4 pohon muda yang berfungsi sebagai kolom penyangga utama yang diikat di atas dan
vertikal ke bawah menancap ke dalam tanah. Pada lantai 1, ruang yang terbentuk diantara 4 kolom ini
difungsikan sebagai tempat meletakkan perapian untuk menghangatkan honai.

Bahan penutup atap terbuat dari jerami/rumbia (rumput alang-alang), dengan pertimbangan bahwa
material tersebut ringan, lentur, menyerap goncangan gempa, serta dapat menghangatkan dan
melindungi dari hujan dan panas matahari.
b. Dinding dan bukaan Pada rumah honai,

dinding terbuat dari bahan papan kayu kasar, dan terdiri dari 2 lapis, dengan tujuan untuk menahan
udara dingin dan angin kencang dari luar. Di sekeliling dinding rumah, terdapat bukaan yang sangat
minim, yaitu berupa sebuah pintu masuk yang sempit dan rendah sehingga penghuni rumah harus
membungkuk untuk melewatinya.

Sebenarnya tidak ada jendela dalam rumah Honai, namun Terkadang terdapat sebuah jendela sempit
pada honai laki-laki, agar dapat mengetahui jika ada tamu yang berkunjung atau musuh yang memasuki
silimo. Sedangkan pada honai perempuan, sama sekali tidak terdapat bukaan berupa jendela.

Jendela juga sengaja dibuat kecil untuk mempersempit celah udara yang masuk dari luar. Hawa
dalamruangan akan terasa hangat dan dapat mengusir dinginnya hawa pegunungan. Kecilnya celah
untuk sirkulasi udara membuat hasil asap kayu bakar tidak dapat keluar dengan baik. ruangan dipenuhi
secepatnya yang terus mengepul. Karena itu, langit-langit honai berwarna hitam legam akibat
terpanggang secepatnya.

Jadi, suasana di dalam honai adalah remang-remang atau babkan gelap. Pada malam hari, hanya
diterangi oleh nyala api dari perapian yang terdapat di tengah honai.
c. Lantai Honai terdiri dari dua lantai,

yaitu lantai satu yang digunakan sebagai tempat bersantai dan mengobrol di sekeliling perapian, serta
lantai panggung yang digunakan sebagai tempat menyimpan barang berharga dan istirahat/ticur. Lantai
honai dialasi dengan rumput atau jerami yang diganti secara berkala jika sudah rusak/kotor.

Honai biasanya ramai di malam hari setelah setiap hari para


anggota keluarga beraktivitas di luar honai. sambil berkumpul,
mereka memasak umbi-umbian dengan cara meletakkannya di
dalam abu hasil kayu yang terbakar. Abu hasil kayu bakar ini dapat dipakai untuk memasak umbi-umbian
hingga matang dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Material Bangunan rumah honai


Bahan-bahan yang digunakan pada rumah tradisional Papua merupakan bahan-bahan yang sudah
tersedia di alam. Masyarakat Papua masih menggunakan rumah sebagai kebutuhan berteduh dan bukan
tempat tinggal menetap karena hidup mereka masih nomaden untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.

Bahan-bahannya antara lain :

• Bambu Kayu Jerami talas sebagai atap Pelepah pohon pinang hutan atau nibung

• Pelepah pohon sagu dan daun pohon sagu sebagai atap Kayu besi (oopihr) digunakan sebagai tiang
penyangga bagian tengah Rumah Honai

• Kayu buah besar

• Kayu batu besar

• Kayu buah sedang

• Jagat (mbore/pinde)

• Tali

• Alang-alang Papan yang dikupas

• Papan alas dll.

Anda mungkin juga menyukai