Anda di halaman 1dari 14

Pendapat Para Ahli Pada Masa Dogmatis

Tentang seni dan estetika


Azahra Salsabila
NIM 211501076
Pendapat Ahli tentang seni pada Periode
Klasik (masa Dogmatis)

1. Socrates
2. Plato
3. Aristoteles
4. Plotinus
5. Santo Agustinus
SOCRATES
▫ Menurut Socrates, keindahan atau kecantikan yang sejati itu ada di dalam jiwa (roch).
Raga hanya merupakan pembungkus keindahan. Keindahan bukan merupakan sifat
tertentu dari suatu benda, tetapi sesuatu yang ada dibalik bendanya itu yang bersifat
kejiwaan. 

3
PLATO
▫ Rapar Hendrik Jan (1996) dalam buku pengantar filsafat mengemukakan bahwa:

Plato berpendapat bahwa seni (art) itu adalah keterampilan untuk mereproduksi sesuatu. Bagi
plato, apa yang disebut hasil seni tidak lain dari tiruan tiruan (imitation). Sebagai contoh,
pelukis yang melukis suatu panorama alam yang indah sesungguhnya hanya meniru panorama
alam yang pernah dilihatnya. Karya-karya seni hanyalah tiruan dari meja, burung, kucing dan
sebagainya, sedangkan meja, burung, dan kucing yang ada di dalam dunia ide. Dengan
demikian, karya-karya seni itu merupakan tiruan yang kedua dan oleh karena itu tidak
sesempurna aslinya.
(Sachari Agus, 1990:7) filsafat seni bagi Plato adalah gagasan tentang idealisme itu sendiri; keindahan tidak
pernah didudukkan sama tinggi dengan kehidupan dunia yang kasar.

4
ARISTOTELES
Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai seni sebagai tiruan dari berbagai hal
yanga ada. Contoh yang diberikan oleh arirtoteles ialah puisi. Aristoteles mengatakan
bahwa puisi adalah tiruan dari tindakan dan perbuatan manusia yang dinyatakan lewat
kata-kata (Rapar, Hendrik Jan:1996). Apabila Plato berpendapat bahwa seni itu
merupakan hal yang tidak begitu penting, akan tetapi karya-karya tulisnya merupakan
karya seni sastra yang tak tertandingi sampai sekarang ini, Aristoteles justru
menganggap bahwa seni itu penting karena memiliki pengaruh yang besar bagi
manusia. Aristoteles mengatakan bahwa puisi lebih filsafati daripada sejarah.

5
PLOTINUS
Berdasarkan karya-karya Neo-Platonist Plotinos, karya seni tidak meniru
sesuai dengan kenyataan, tetapi lebih ke meniru secara langsung bentuk
murni dari sebuah bentuk atau ide. Disini, karya seni dipandang sejajar
dengan produk yang dibuat oleh pengrajin atau fenomena alam itu sendiri
Menurutnya estetika adalah suatu keindahan dan sacral serta seni yang
dapat di cerna oleh indera merupakan keindahan luar dan keindahan yang
melekat pada Tuhan yaitu keindahan alam.

6
SANTO AGUSTINUS

Menurut St. Agustinus karya seni yang indah adalah karya yang sesuai dengan
keteraturan yang ideal dan hanya dapat diperoleh melalui sinar Ilahi. Karena
itulah filsafat Agustinus sering disebut juga iluminasi, yang segala sesuatunya
indah karena cahya Ilahi, cahaya terang dari Tuhan. Dalam karya seni yang baik
selalu terdapat kecemerlangan keteraturan dan dengan pemikiran itu Agustinus
menolak seni sebagai mimesis. Seni itu transendental, peran cahaya ilahi
sangatlah besar.

7
Pendapat Ahli tentang Estetika pada
Periode Klasik (masa Dogmatis)

1. Socrates
2. Plato
3. Aristoteles
4. Plotinus
5. Santo Agustinus
SOCRATES
Sebagai peletakan dasar-dasar teori keindahan, melalui berbagai perdebatan
filosofisnya,terdapat dua teoriyang dijabarkan
1. Teori Pertama Ada benda-benda yang indah, sesuai dengan sifat dan ciri -cirinya
masingmasing.Teori ini menunjukan bahwa keindahan bukanlah sifat khas objek tertentu,
baik mahkluk hidup maupun benda-benda mati.

2.Teori kedua adanya gagasan umum mengenai keindahan, yang menyebabkan benda
yang dimaksud menjadi indah. Teori ini menunjukan bahwa keindahan adalah gagasan
umum, yang dapat dipindah-pindahkan, memiliki bentuk dan nilai yang berubah-ubah,
sehingga apabila ia ada pada objek tertentu, maka objek tersebut dapat dikatakan indah.
Keindahan, meskipun berbeda-beda nilainya, tetapi secara keseluruhan berfungsi untuk
memberikan kesenangan.

9
PLATO

(Sachari Agus, 1990:7) filsafat seni bagi Plato adalah gagasan tentang idealisme itu
sendiri; keindahan tidak pernah didudukkan sama tinggi dengan kehidupan dunia yang
kasar.

Dari pendapat Plato diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwa merupakan hal yang
tinggi dan jauh dari jangkauan kehidupan manusia yang berada di muka bumi. Keindahan
dipandang sebagai sesuatu yang maha tinggi dan sangat berjarak dengan kehidupan
manusia. Akan tetapi manusia diberikan anugerah dengan ide-ide yang mereka miliki.
Keindahan yang ada di alam semesta merupakan suatu bentuk tiruan (imitasi), yang tak
sempurna. Manusia yang berkeinginan untuk menggapai keindahan adalah manusia
“pemimpi”. Keindahan yang sebenarnya (mutlak) merupakan subyek yang berada di atas
alam semesta.

10
ARISTOTELES

Menurut Aristoteles, seni merupakan tiruan dari alam, tetapi sebenarnya di luar
dari alam

Teori keindahan Menurut Aristoteles yaitu bahwa keindahan adalah sesuatu


yang baik dan menyenangkan. Ia juga percaya bahwa tidak ada keindahan yang
mutlak. Keindahan yang ada sebenarnya didasarkan pada persepsi masing-
masing individu. Sebagai istilah umum, keindahan dirasakan orang-orang
Yunani sebagai dipertukarkan suatu hal dengan keunggulan, kesempurnaan,
dan kepuasan.

11
PLOTINUS

Plotinus (205-270 M) menjelaskan teori trinitas yang terdiri atas Yang Esa (To
Hen), Akal Budi (Nous), dan Jiwa (Psyche). Terkait hal ini, sistem filsafat
Plotinus berpusat pada Yang Esa atau Yang Baik. Selanjutnya, Plotinus
membagi pengetahuan ke dalam tiga tahap, yaitu pendapat, sains, dan
iluminasi.
Sebagaimana ditegaskan Plotinus, konsep keindahan mengandung dimensi etis
dan estetis, membantu mengenali dunia indrawi serta rohani. Berakar dari
keyakinan tersebut, segala sesuatu dikatakan indah bukan karena warna, nada,
bentuk yang murni, dan bersifat homogen. Melainkan apabila terdapat
persatuan di antara berbagai macam bagian yang berbeda.

12
SANTO AGUSTINUS

Santo Agustinus mendefinisikan keindahan adalah suatu kesatuan bentuk (omnis


pulcritudinis forma unitas est).
Santo Agustinus berpendapat bahwa pengamatan tentang keindahan
mengandaikan dan memuat suatu penilaian. Maksudnya adalah, apabila
penilaian suatu objek dianggap jelek, maka objek tersebut dinilai sebagai
sesuatu yang menyimpang dari yang seharusnya melekat di dalamnya, yaitu
ketidakteraturannya. Keduanya dapat kita amati apabila terdapat "keteraturan
ideal" yang bisa diterima melalui Terah Ilahi.

13
2
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai