Anda di halaman 1dari 7

Periode kritik ditandai dengan fenomena berubahnya filsafat estetika

dari objektivisme ke arah subjektivisme. Kritisisme adalah filsafat yang


menyelidiki batas – batas rasio, sekaligus mempertentangkannya dengan
dogmatis.

PERIODE KRITIKA SEBELUM IMMANUEL KANT

Masa Sebelum Immanuel Kant pemikiran filsafat pada masa sebelum Kant
merupakan perubahan haluan filsafat umum dari objektivisme ke arah subjektivisme relatif
oleh Descartes. Hal ini menandai dibukanya zaman baru di dalam sejarah pikiran murni.
Gerakan filsafat sebelum Kant berkisar antara dua aliran besar yaitu Rasionalisme yang
dipelopori oleh Leibniz dan Alexander Baumgarten serta aliran Sensualisme yang dipelopori
oleh Edmund Burke. Periode Kritik mulai mewarnai perkembangan pemikiran estetika Barat
ketika periode dogmatik berlalu. Berawal dari Renaisance yang melahirkan pemikiran
modern estetika yang bercorak subjektivisme dengan dua alirannya yakni empirisisme dan
rasionalisme. Kedua aliran ini disintesiskan oleh Immanuel Kant pada abad XVIII menjadi
aliran Kritisisme[2].
Kant mengambil jalan pencerahan kedua atau Aufklarung di Jerman. Pengembangan
pemikiran di Eropa ini mengarah ke kemandirian, otonomi, kebebasan, yang dikembangkan
menjadi betul-betul mandiri. Pada masa ini keindahan objektif beralih ke skeptisisme yang
ekstrim pada Montaigne, Descartes, Pascal, dan Voltaire . Leibniz (1646-1716) termasuk
salah seorang yang telah berjasa dalam sejarah teori Estetika karena telah menghidupkan
kembali beberapa konsepsi lama seperti simbolisme, vitalisme, dan teleologisme yang
bertentangan dengan Descartes, walaupun Leibniz sendiri justru memperdalam dan
menyempurnakan apa yang masih tampak dangkal dan kurang dalam filsafat Descartes.
Tokoh yang hidup sesudah Leibnis adalah Baumgarten (1714 – 1762). Ia telah
memperkenalkan kepada dunia nama “Aesthetika”. Baumgarten mendapat julukan “Bapak
Ilmu Estetika”.

PERIODE KRITIKA IMMANUEL KANT

Masa Kant (1724-1804). Muculnya filsuf Immanuel Kant menandai dimulainya


zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada
segala pemikiran filsafati yang lebih kemudian. Ia sendiri memang merasa bahwa ia
meneruskan Pencerahan. Gagasan yang dimunculkan dilatarbelakangi oleh adanya bentrokan
antara pemikiran metafisis dan empirisme[3]. Bentrokan ini memaksa Kant untuk
memikirkan unsur-unsur mana di dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman
dan unsur-unsur mana yang telah terdapat di dalam akal manusia.
Filsafat Kant disebut kritisisme, kata kritik secara harfiah berarti “pemisahan”.
Filsafat Kant bermaksud membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak
murni, yang tiada kepastiannya[4]. Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatannya
kepada segala penampakan yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksudkan sebagai
penyadaran atas kemampuan-kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas
kemampuannya, untuk memberi tempat kepada iman kepercayaan Kant berpendapat bahwa
pemikiran telah mencapai arahnya yang pasti di dalam ilmu pengetahuan pasti-alam, seperti
yang telah disusun oleh Newton. Ilmu pengetahuan pasti-alam itu telah memberikan
pengajaran bahwa perlu sekali terlebih dahulu secara kritis meneliti pengenalan atau tindakan
mengenal itu sendiri. Dengan filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia
dan ilmu pengetahuan. Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat
sepihak rasionalisme dan dari sifat sepihak empirisme. Rasionalisme mengira telah
menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri subjeknya, lepas dari segala
pengalaman, sedang empirisme mengira hanya dapat memperoleh pengenalan dari
pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme sekalipun mulai dengan ajaran yang murni
tentang pengalaman, tetapi melalui idealisme subjektif bermuara pada suatu skeptisisme yang
radikal[5].

MAY

24

Syfian Hendra Legowo (0701 1030 1077) PENGARUH IMMANUEL


KANT PADA SEJARAH PERADABAN BARAT MODERN
A.      PENDAHULUAN
a.        Latar Belakang
Immanuel Kant lahir di Koenigsberg di Prussia ( sekarang Kaliningrad di Rusia)
tahun 1724. Ia belajar kurang lebih semua mata pelajaran, dan menjadi dosen untuk ilmu
pasti, ilmu alam, hukum, teologi, filsafat, dan masih banyak bidang lain. filsafat yang
dipelajari Kant sebagai mahasiswa adalah filsafat Leibniz dan Wolff yang sangat
rasionalistis, dogmatis, dan spekulatif. Tetapi Kant menolak pola pikir ini. Dia memulai suatu
“filsafat kritis”, yang tidak mau melewati batas-batas kemungkinan pemikiran manusiawi.
Menurut Kant metafisika menjadi suatu ilmu, yaitu “ilmu tentang batas-batas pemikiran
manusiawi”. Dan dalam metafisika Kant, filsafat jaman modern memuncak. Rasionalisme
dan empirisme sekarang dipersatukan dan diatasi dalam suatu sintesis. Sintesis yang
merupakan titik pangkal suatu periode baru ini disebut “idealisme”. Hidup Kant sangat
teratur setiap  hari memiliki kegiatan yang sama. Kant tidak pernah keluar kota Koenigsberg.
Dan walaupun Kant sangat lemah dan kecil, produktifitasnya sangat besar. Ia meninggal
tahun 1804[1].
Masa Sebelum Immanuel Kant pemikiran filsafat pada masa sebelum Kant
merupakan perubahan haluan filsafat umum dari objektivisme ke arah subjektivisme relatif
oleh Descartes. Hal ini menandai dibukanya zaman baru di dalam sejarah pikiran murni.
Gerakan filsafat sebelum Kant berkisar antara dua aliran besar yaitu Rasionalisme yang
dipelopori oleh Leibniz dan Alexander Baumgarten serta aliran Sensualisme yang dipelopori
oleh Edmund Burke. Periode Kritik mulai mewarnai perkembangan pemikiran estetika Barat
ketika periode dogmatik berlalu. Berawal dari Renaisance yang melahirkan pemikiran
modern estetika yang bercorak subjektivisme dengan dua alirannya yakni empirisisme dan
rasionalisme. Kedua aliran ini disintesiskan oleh Immanuel Kant pada abad XVIII menjadi
aliran Kritisisme[2].
Kant mengambil jalan pencerahan kedua atau Aufklarung di Jerman. Pengembangan
pemikiran di Eropa ini mengarah ke kemandirian, otonomi, kebebasan, yang dikembangkan
menjadi betul-betul mandiri. Pada masa ini keindahan objektif beralih ke skeptisisme yang
ekstrim pada Montaigne, Descartes, Pascal, dan Voltaire . Leibniz (1646-1716) termasuk
salah seorang yang telah berjasa dalam sejarah teori Estetika karena telah menghidupkan
kembali beberapa konsepsi lama seperti simbolisme, vitalisme, dan teleologisme yang
bertentangan dengan Descartes, walaupun Leibniz sendiri justru memperdalam dan
menyempurnakan apa yang masih tampak dangkal dan kurang dalam filsafat Descartes.
Tokoh yang hidup sesudah Leibnis adalah Baumgarten (1714 – 1762). Ia telah
memperkenalkan kepada dunia nama “Aesthetika”. Baumgarten mendapat julukan “Bapak
Ilmu Estetika”.
Masa Kant (1724-1804). Muculnya filsuf Immanuel Kant menandai dimulainya
zaman baru, sebab filsafatnya mengantarkan suatu gagasan baru yang memberi arah kepada
segala pemikiran filsafati yang lebih kemudian. Ia sendiri memang merasa bahwa ia
meneruskan Pencerahan. Gagasan yang dimunculkan dilatarbelakangi oleh adanya bentrokan
antara pemikiran metafisis dan empirisme[3]. Bentrokan ini memaksa Kant untuk
memikirkan unsur-unsur mana di dalam pemikiran manusia yang berasal dari pengalaman
dan unsur-unsur mana yang telah terdapat di dalam akal manusia.
Filsafat Kant disebut kritisisme, kata kritik secara harfiah berarti “pemisahan”.
Filsafat Kant bermaksud membeda-bedakan antara pengenalan yang murni dan yang tidak
murni, yang tiada kepastiannya[4].
Ia ingin membersihkan pengenalan dari keterikatannya kepada segala penampakan
yang bersifat sementara. Jadi filsafatnya dimaksudkan sebagai penyadaran atas kemampuan-
kemampuan rasio secara objektif dan menentukan batas-batas kemampuannya, untuk
memberi tempat kepada iman kepercayaan Kant berpendapat bahwa pemikiran telah
mencapai arahnya yang pasti di dalam ilmu pengetahuan pasti-alam, seperti yang telah
disusun oleh Newton. Ilmu pengetahuan pasti-alam itu telah memberikan pengajaran bahwa
perlu sekali terlebih dahulu secara kritis meneliti pengenalan atau tindakan mengenal itu
sendiri. Dengan filsafatnya Kant bermaksud memugar sifat objektivitas dunia dan ilmu
pengetahuan.
Agar maksud itu terlaksana, orang harus menghindarkan diri dari sifat sepihak
rasionalisme dan dari sifat sepihak empirisme.
Rasionalisme mengira telah menemukan kunci bagi pembukaan realitas pada diri
subjeknya, lepas dari segala pengalaman, sedang empirisme mengira hanya dapat
memperoleh pengenalan dari pengalaman saja. Ternyata bahwa empirisme sekalipun mulai
dengan ajaran yang murni tentang pengalaman, tetapi melalui idealisme subjektif bermuara
pada suatu skeptisisme yang radikal[5]. Kant bermaksud mengadakan penelitian yang kritis
terhadap rasio murni Immanuel Kant mewujudkan pemikirannya tersebut ke dalam beberapa
buku yang sangat penting yaitu:
Tentang kritik kritik. Buku-bukunya antara lain berjudul:
1.      “Kritik der reinen Vernunft” (kritik atas Rasio Murni) 1781.
2.      “Kritik der Praktischen Vernunft ” (Kritik atas Rasio Praktis) 1788.
3.      “Kritik der Urteilskraft” (Kritik atas Daya Penilaian) 1790.
Dari ketiga buku kritik tersebut, yang disebut terakhir adalah sebuah buku yang bersangkut
paut dengan penilaian estetis[6].
Kritik der Urtheilskraft (Kritik atas Daya Penilaian) terdiri dari sebuah pendahuluan.
Kant mengemukakan delapan pokok persoalan di antaranya adalah bagaimana cara ia
berusaha merukunkan dua karya kritik sebelumnya di dalam satu kesatuan yang menyeluruh.
Bagian pertama dari karya itu berjudul “Kritik atas daya penilaian estetis” dan terbagi
menjadi dua bagian yang terkait dengan penilaian estetis yaitu analisa daya penilaian estetis
dan dialektika daya penilaian estetis.
Analisa putusan estetis dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu analisa tentang cantik
( beautiful ) dan analisa tentang agung ( sublime ). Bagian pertama dipaparkan dalam empat
pertimbangan yaitu : Penilaian terhadap selera perasaan dari segi kualitas , Keputusan selera
perasaan dari segi kuantitas , Keputusan selera perasaan dari segi hubungan , Keputusan
selera perasaan menurut arahnya (menurut kesenangan yang timbul dari objek tertentu).
Perasaan estetis menurut Kant berada pada keselarasan pikiran dengan imaginasi
dengan dasar bebasnya kerja imajinasi. Semangat ( geist ) kreatif yang menghasilkan objek-
objek seni tersembunyi pula di dalam adonan antara pikiran dan imajinasi. Kant (menurut
Bousanquet) telah berhasil merombak sendi-sendi filsafat seni dengan “berani dan tenang”
dan belum pernah ada orang yang dapat mencapai ketelitian dalam membedakan istilah-
istilah estetis. Kant pulalah yang telah mengaplikasikan logika di dalam estetika dan
menganalisa seni dengan cara yang sangat ilmiah.

PERIODE KRITIKA SESUDAH IMMANUEL KANT


Masa Sesudah Kant Kant memiliki banyak pengikut dan hampir semua sepakat
bahwa buku kritik ketiganya merupakan karya terbaik dari ketiga karya kritiknya. Pengikut-
pengikut Kant yang menonjol adalah Schiller, Schelling, Hegel, dan Schoupenhauer.
1. Schiller (1758 – 1805)
Pendapat yang menarik dari Schiller adalah seni yang dihubungkan
dengan naluri bermain dan estetika.Schiller menekankan bahwa bentuk
merupakan hal yang penting. Keindahan merupakan bentuk yang hidup
dan seni sejati merupakan imajinasi internal. Seni merupakan kegiatan
imanen yang bersifat internal, bukan kegiatan praktis, kegiatan individual,
dan bukan pula kegiatan logik. Kebenaran seni berawal dari munculnya
kesadaran individu mencakup perasaan, gagasan, dan penglihatan yang
didasari oleh kesadaran kemanusiaan yang universal.
Munculnya estetika kritisisme di tandai dengan adanya :

1. Perubahan dari tahap dogmatis ke arah kritis.


2. Descartes mengubah haluan filsafat umum dari objektivisme ke subjektivisme.

Estetika sebelum kant

Ada dua aliran besar sebelum kant :

 Rasionalisme leibniz dan baumgarten.


 Sensualisme burke

Kant berusaha memadukan dua aliran tersebut.

Leibniz menghidupan kembali konsepsi lama seperti simbolisme, vitalisme dan


teleologisme yang bertentangan dengan descartes. Menurut leibniz, estetika merupakan
lapisan bertingkat yang terdiri dari mahluk hidup yang membentuk kesatuan yang beragam.

Analisis keindahan menurut hogarth erat hubungannya dalam seni bangunan


(formative art). Burke mengemukakan bahwa selera tidaklah dapat dijadikan hakim
keindahan.

Tokoh/filsafat

 Montaigne
Sulit untuk mengetahui hakikat keindahan yang sebenarnya.
 Pascal
Ketika ditanya tentang keindahan, maka tak ada orang yang bisa
menjawabnya, karena ia berubah menurut tempat dan budaya bangsa.
- Kebenaran ada dibalik gunung
- Kebenaran bersifat relatif.

PERIODE KANT

Estetika kant

Leibniz mengemukakan bahwa keindahan itu terdapat dalam keseragaman atau


terwujudnya logika di dalam inderawi.

Filsafat kant memiliki ciri khusus, yaitu ditemukannya kritik ketiga yang merupakan
teori baru mengenai selera tidak lagi sekedar penilaian tentang perasaan “gefuhlsurtheit” tapi
juga merupakan perasaan mengenai penilaian “urtheilgefuhl”. (bersifat universal).

Kemudian kant menyimpulkan definisi kecantikan berdasarkan pertimbangan


pertama, bahwa selera ialah kemampuan untuk memberikan putusan senang atau tidak senang
atas suatu objek atau perbuatan tertentu dengan syarat bebas dari tujuan.
Definisi keindahan berdasarkan pertimbangan kedua mengatakan bahwa keindahan
ialah yang mengatakan kesenangan dengan menyeluruh dan tidak berkonsepsi.

Pertimbangan ketiga mengenai putusan selera dari segi hubungan yang pada dasarnya
bebas dari daya tarik dan emosi dan juga bebas dari hidup kesempurnaan keindahan disini
adalah konsep tentang adanya tujuan pada objek tapi tujuan itu tidak berwujud dengan tegas.

Pertimbangan keempat tentang keindahan ialah apa yang di akui objek pemuasan
darurat yang tidak berkonsep. Kant sependapat dengan burke bahwa agama adalah tidak
termasuk bagian seni.

Perasaan estetis menurut kant, keselarasan pikiran dengan imajinasi dasar bebasnya
kerja imajinasi. Teori keselarasan subjektif menafirkan segala idea estetis kant.

Seni menurut kant ialah penciptaan sadar teerhadap obek-objek yang menyebabkan
orang yang mengengkannya merasa seolah objek-objek itu dicipta seperti alam tanpa tujuan.
Ciri utama seni berada pada Geni yang tidak berjalan seperti pada ilmu pengetahuan.

Klasifikasi seni adalah berdasrkan pembagian Geni kemanusian menjadi seni bahasa
(retorika dan puisi), seni rupa, seni suara (musik) dll.

Perbedaan antara cantik dan agung:

 Agung adalah tidak termasuk bagian dari cantik.\


 Keduanya termasuk dalam penilaian estetis, kecantiakan termasuk selera,
sedangkan keagungan memiliki akar di dalam emosi kecerdasan.
 Keindahan selamanya berkaitan dengan bentuk (formal). Tapi keagungan
bergantun pada forma dan adakalanya bergantung pada non-forma (uniform) yang
menyangkut tidak adanya forma dan cacat.

Bentuk keagungan menurut kant

 Bentuk yang matematis yang estetis.


 Bentuk yang dinamis.

PERIODE SESUDAH KANT

Estetika sesudah kant

a. Schiller
Seni menurut schiller adalah kegiatan dan permainan serta letak keindahan
adalah pada pertemuan antara “ruh” dan alam. Menurutnya, bidang estetika sajalah
bidang yang luas dan mencakupi bidang-bidang yang lain.
b. Schelling
Schelling menyelidiki filsafat alam dan kritik putusan estetik teleologis
sebagai kelanjutan dari penyelidikan estetik. Dan yang terpenting ialah tercapainya
titik pertemuan antara filsafat praktis dan kesatuan esensial antara keduanya itu
dalam ruh.

Schelling membagi dua jalan untuk keluar dari kenyataan:

 Jalan puisi, yaitu pelarian kedunia idea.


 Jalan filsafat, yaitu penghacuran dunia kenyataan.

Schelling menegaskan pula bahwa seni adalah bukan sekedar alat filsafat, tapi sumber
yang sebenarnya.

c. Hegel
Menurut hegel, keindahan adalah idea yang berwujud dalam indera, taraf
kehidupan rohani, tertinggi ialah apa yang di sebut oleh hegel dengan ruh mutlak.
Tiga tahapan perjalanan jiwa kemanusiaan dalam mencari ruh mutlak ialah seni,
agama,filsafat.

Menurut hegel seni adalah hubungan yang terdapat antara idea dan gambaran
inderawi.

Dua tahapan yang di kemukakan hegel

 Tahap klasik, merupakan realisasi dari idea.


 Tahap romantik, ketika hubungan dialektik yang terdapat antara dua tahap untuk
mencapai tingkat dimana idea yang tak terbatas tidak terrealisasi.

Fungsi seni dan agama berkaitan dari filsafat, dan agaknya berada di bawah tingkatan
filsafat.

Anda mungkin juga menyukai