Anda di halaman 1dari 2

Tugas Kelompok

Nama anggota :

- Muhammad Alif Qadafi


- Muhammad Arfah Maulana
- Siti Fatimah AR
- Fatmawati

Bocornya data pribadi pada BPJS Kesehatan yang merugikan pemerintah maupun
masyarakat itu sendiri

Laporan Indonesia Cyber Security Independent Resilience Team (CISRT) menyebutkan,


kerugian materil dari kebocoran 279 juta data peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau
BPJS Kesehatan mencapai Rp 600 triliun.

Ahli informasi dan teknologi menilai, ini karena data kependudukan dieksploitasi. Perhitungan
itu berdasarkan dampak peretasan nomor kontak pribadi dan akun media sosial secara masif.
Data-data ini bisa dimanfaatkan untuk kejahatan siber seperti penggunaan pinjaman online yang
tidak bertanggung jawab.

Selain itu, angka kerugian itu memperhitungkan dampak kebocoran data terhadap program
pemerintah. Data pribadi masyarakat yang tersebar secara masif ini bisa mengganggu program
pemerintah.

Pakar keamanan siber di Vaksincom Alfons Tanujaya menilai, perhitungan kerugian hingga
ratusan triliun itu mengasumsikan satu data dijual sekian rupiah. Selain itu, data yang bocor
termasuk Kartu Tanda Penduduk (KTP).
“Hal itu akan memicu masifnya eksploitasi data kependudukan," ujar Alfons kepada
Katadata.co.id, Jumat (25/). Data kependudukan rawan dimanfaatkan untuk berbagai aksi
kejahatan siber. Ia mencontohkan, dapat dipakai untuk membuka rekening bank yang
menampung hasil kejahatan.

Bisa juga digunakan untuk membobol nomor ponsel. Caranya, berpura-pura menjadi korban dan
mengganti simcard ke penyedia layanan telekomunikasi. Hal ini pernah menimpa salah satu
wartawan senior.

Pelaku juga bisa melakukan pinjaman online dengan data dan alamat pemilik KTP yang bocor.
"Setelah uangnya diterima pemalsu KTP, cicilan akan ditagihkan kepada pemilik data yang
bocor," kata Alfons.
Kasus data BPJS Kesehatan bocor itu terungkap pada akhir Mei lalu (21/5). Data berupa Nomor
Induk Kependudukan (NIK), nama, alamat, nomor telepon, e-mail dijual di dark web. Sebanyak
20 juta data dilengkapi foto. 

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat, ada jutaan data yang diduga kuat
identik dengan yang ada di BPJS Kesehatan. "Sudah ada satu juta di BPJS yang terkonfirmasi
bocor," ujar Menteri Kominfo Johnny G Plate, Rabu (23/6).
Kominfo pun sudah memblokir beberapa situs yang menyebarkan jutaan data secara gratis itu.
"Itu mereka menggunakan aplikasi yang memakai tautan unduh data pribadi," ujar Johnny.

Dari kasus diatas telah diketahui bahwa banyak resiko dari penggunaan IT itu sendiri, salah
satunya yaitu bocornya data pribadi yang kita masukkan ke dalam BPJS. Tidak bisa kita pungkiri
bahwa teknologi sangat cepat berkembang yang dimana hal ini membuat semua orang menjadi
lebih mudah untuk bekerja ata menginput data tanpa menulisnya dikertas dengan menggunakan
tangan, yang dimana hal ini membuat kita menjadi lelah dan membuang waktu dengan cukup
lama.

Tapi tak sedikit yang menggunakan atau memanfaatkan perkembangan teknologi ini kearah yang
negative. Salah satunya yaitu men sabotase data yang dimiliki oleh warga Indonesia yang
terinput di BPJS dan menggunakannya secara tidak baik. Adapun solusi yang diberikan oleh
pemerintah, tapi hal itu belum cukup untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada kebocoran
data pribadi ini. Selain resiko diatas, penggunaan IT dalam program BPJS juga akan membuat
pengguna merasakan kerugian seperti data pribadi mereka dipakai untuk meminjam pinjaman
online. Biasanya data pribadi yang bocor juga digunakan untuk melakukan tindak criminal
seperti penipuan mengatas namakan data pribadi korban untuk memerass kerabat dari korban dan
sebagainya. Kami harapkan pemerintah dapat mengatasi hal ini, agar kepercayaan masyarakat
dalam pendekatan atau pengenalan tentang Teknologi Informasi itu berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai