Anda di halaman 1dari 44

PENGARUH BRAND IMAGE DAN PROMOSI DALAM

MENINGKATKAN BRAND AWARENESS PADA STARBUCKS


COFFEE MAKASSAR

Usulan Penelitian
Program Studi Manajemen

Diajukan oleh :

ANDI MEISYAH ARUNDANI


2018212348

INSTITUT TEKNOLOGI & BISNIS


NOBEL INDONESIA
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini industri makanan dan minuman di Indonesia mengalami

perkembangan yang cukup pesat. Menurut Kementerian Perindustrian,

industri makanan dan minuman pada tahun 2017 diproyeksikan mengalami

pertumbuhan sebesar 8,2%. Hal ini dapat terjadi karena Industri makanan

dan minuman mempunyai peranan penting dalam pembangunan sector

industri terutama kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)

industri non migas.

Makanan merupakan salah satu kebutuhan pokok sekaligus

menjadi unsur utama dari kehidupan manusia. Pemenuhan kebutuhan akan

makanan menjadi bagian yang penting karena makanan merupakan faktor

dalam mendukung keberlangsungan hidup manusia. Seiring dengan

meningkatnya pertumbuhan penduduk dan tingkat pendapatan menjadi

faktor pendorong meningkatnya permintaan kebutuhan makanan yang

tidak hanya sekedar mengkonsumsi saja. Akan tetapi seiring

perkembangan zaman banyak yang menjadikannya sebagai gaya hidup

(lifestyle). Berkembangnya modernisasi yang berdampak terhadap gaya

hidup masyarakat saat ini diantaranya kebiasaan masyarakat untuk makan

diluar rumah atau restoran. Restoran juga sering dijadikan sebagai tempat

berkumpulnya keluarga, teman atau kerabat bahkan sering dijadikan

tempat rapat atau pertemuan- pertemuan penting dengan rekan bisnis.

Tidak hanya di bidang makanan, kuliner di bidang minuman juga


semakin banyak diminati oleh masyarakat khususnya yang berada di

daerah Makassar. Kuliner dibidang minuman biasanya di dominasi dengan

minuman yang berbahan dasar kopi atau teh, tetapi lebih banyak kedai

minuman yang menjual minuman yang berbahan dasar kopi karena

permintaan kopi masyarakat Indonesia yang tinggi. Salah satu minuman

yang berbahan dasar kopi adalah Starbucks.

Starbucks Corporation adalah sebuah perusahaan kopi dan jaringan

kedai kopi global asal Amerika Serikat yang berkantor pusat di Seattle,

Washington. Di Indonesia, jaringan gerai kopi Starbucks dioperasikan oleh

PT Mitra Adiperkasa Tbk. Starbucks sudah hadir di 12 kota di Indonesia

dengan lebih dari 150 gerai (starbucks.co.id ,2018). Menu yang dijual di

Starbucks antara lain kopi, teh, serta kue-kue pendampingnya. Pada

tanggal 27 September 2012, Starbucks Indonesia dinobatkan sebagai salah

satu dari 10 Top Brands di Indonesia oleh The Nielsen Company and

Campaign Asia Pacific’s Asia’s Top 1000 Brands report dengan ranking

10. (swa.co.id, 2012). Starbucks selalu mensosialisasikan hasil program

corporate social responsibility yang sudah dilakukan, program

kemanusiaan, kreasi menu baru, dan pengembangan produk ke akun media

sosial Facebook, Twitter dan Instagram yang memiliki pengikut lebih dari

10 juta orang. Dari hal-hal tersebut bisa dikatakan bahwa Starbucks juga

berfokus kepada penguatan emosional kepada pelanggan lewat program

kemanusiaan melalui promosi di kanal media sosialnya disamping promosi

mengenai kualitas dan kreatifitas produknya. Pada saat yang bersamaan


hal ini akan menarik perhatian pelanggan baru sehingga pelanggan akan

melihat merk Starbucks bukan hanya sebagai perusahaan makanan dan

minuman tetapi perusahaan yang memiliki rasa sosial yang tinggi. Dari sisi

kualitas dan kreatifitas produk yang dipromosikan Starbucks, tercipta pula

citra premium dan out of the box dari produk Starbucks di masyarakat

sehingga kemungkinan masyarakat untuk membeli juga akan semakin

tinggi karena keunikan tersebut.

Di Kota Makassar, terdapat lebih dari lima gerai Starbucks dan

terus bertambah, Anthony Cottan yang merupakan Chief Operating

Officer Starbucks Coffee Indonesia mengatakan, selama 13 tahun di

Indonesia, Starbucks sangat antusias dengan perkembangan fenomena kopi

di Makassar dan juga terjadi pada Starbucks Coffee Makassar. Untuk

mengetahui bagaimana Pengaruh Brand Image dan Promosi Terhadap

Brand Awareness, maka penulis akan melaksanakan penelitian tentang hal

tersebut dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh Brand

Image dan Promosi Dalam Meningkatkan Brand Awareness Pada

Starbucks Coffee Makassar”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan di atas, maka

dapat ditarik rumusan masalah yaitu:

1. Apakah Brand Image dan Promosi berpengaruh secara parsial dalam

meningkatkan Brand Awareness pada Starbucks coffee di Makassar ?

2. Apakah Brand Image dan Promosi berpengaruh secara simultan dalam

meningkatkan Brand Awareness pada Starbucks coffee di Makassar ?


1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari

penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apakah Brand Image dan Promosi berpengaruh

secara parsial dalam meningkatkan Brand Awareness pada Starbucks

coffee di Makassar

2. Untuk mengetahui apakah Brand Image dan Promosi berpengaruh

secara simultan dalam meningkatkan Brand Awareness pada Starbucks

coffee di Makassar

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat dari penelitian ini, diharapkan mampu

memberikan informasi bagi berbagai pihak, antara lain :

1. Secara Teoritis

Diharapkan mampu memperluas dan mengembangkan dinamika

intelektual yang berkaitan dengan ilmu Manajemen terutama

Manajemen Bisnis dan Perdagangan International, dan diharapkan

menjadi bahan acuan ataupun perbandingan studi lanjutan bagi pihak-

pihak yang ingin mendalami ataupun meneliti lebih jauh tentang

permasalahan yang berkaitan dengan fokus permasalahan ini.

2. Secara Praktis

Untuk memberikan informasi mengenai Pengaruh Brand

Image dan Promosi dalam Meningkatkan Brand Awareness pada

Starbucks Coffee Makassar.


1.5 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan, yang mencakup pembahasan latar belakang,

rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Tinjauan Pustaka, pada bagian ini membahas kerangka teoritis

yang berkaitan dengan variabel, kerangka analisis dan hubungan antara

variabel yang digunakan atau teori-teori berhubungan/terkait dengan

masalah yang diteliti, mengutip hasil penelitian sebelumnya (jika ada), dan

hipotesis.

BAB III Metode Penelitian, yang meliputi pembahasan ruang lingkup

penelitian, lokasi penelitian, jenis, dan sumber-sumber data, populasi dan

metode sampling (jika menggunakan data primer), metode pengumpulan

data dan metode analisis.

BAB IV Hasil Peneltian dan Pembahasan, yang meliputi gambaran

umum objek penelitian, uraian pembahasan atau analisis hasil-hasil

penelitian dalam penulisan skripsi.

BAB V Penutup, bab ini mencakup kesimpulan dan saran-saran untuk

rumusan kebijakan atau perbaikan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brand Image (Citra Merek)


2.1.1 Pengertian Brand
Menurut Kotler dan Amstrong (1997 ) Merek (Brand) adalah janji

penjual untuk menyampaikan kumpulan sifat, manfaat, dan jasa spesifik

secara konsisten kepada pembeli. Merek terbaik menjadi jaminan mutu.

Menurut seorang eksekutif pemasaran, merek dapat menyampaikan

empat tingkat arti:

1. Atribut, merek pertama-tama akan mengingatkan orang pada

atribut produk tertentu.

2. Manfaat, pelanggan tidak membeli atribut, mereka membeli

manfaat. Oleh karena itu, atribut harus diterjemahkann menjadi

manfaat fungsional dan emosional.

3. Nilai, merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai-nilai

pembeli.

4. Kepribadian, merek juga menggambarkan kepribadian.

Menurut pendapat Knapp (2001) pengertian Merek yaitu

Internalisasi sejumlah kesan yang diterima oleh pelanggan dan

konsumen yang mengakibatkan adanya suatu posisi khusus dalam

ingatan mereka terhadap manfaat emosional dan fungsional yang

dirasakan. Sebuah merek dikatakan khusus jika konsumen merasa

yakin bahwa merek- merek tersebut benar-benar khusus. Namun,

untuk memiliki merek tertentu, perusahaan setidaknya memenuhi


beberapa pernyataan berikut :

1. Apakah merek benar-benar berbeda, penting dan

bernilai bagi konsumen.

2. Apakah merek memiliki konsumen untuk menyediakan

manfaat emosional dan fungsional tertentu bagi

konsumen.

3. Apakah merek secara konsisten memenuhi janji dan


menyampaikan komitmennya kepada konsumen.
Dengan demikian, jelas bahwa pemberian merek bukan

merupakan intuisi, bukan hanya sebuah kata, melainkan

konsep nyata tentang keinginan, komitmen dan janji kepada

konsumennya. Menurut pendapat Aaker (1996) pengertian

merek merupakan nama atau simbol yang bersifat

membedakan (seperti logo, cap, kemasan) dengan maksud

mengidentifikasi barang atau jasa dari seorang penjual atau

sebuah kelompok penjual tertentu.

Menurut Rangkuti (dalam Sulistyari,2012) merek

merupakan hal yang sangat penting baik bagi produsen maupun

konsumen. Dari sisi konsumen, merek mempermudah pembelian.

Bila tidak ada merek, konsumen harus mengevaluasi semua produk

yang tidak memiliki merek setiap kali merek akan melakukan

pembelian. Merek juga membantu meyakinkan konsumen bahwa

mereka akan mendapatkan kualitas yang konsisten setiap kali

mereka membeli produk tersebut. Dari sisi produsen, merek dapat


dipromosikan. Merek dapat dengan mudah diketahui ketika di

perlihatkan atau ditempatkan dalam suatu display. Selain itu,

merek dapat dipakai untuk mengurangi perbandingan harga, karena

merek adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam

membandingkan produk-produk sejenis yang berbeda. Berdasarkan

hal tersebut, maka merek harus meliputi:

1. Nama merek harus menunjukan manfaat dan mutu produk

tersebut.

2. Nama merek harus mudah diucapkan,dikenal,diingat. Nama

yang singkat akan sangat membantu.

3. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik

dan khas.

4. Nama merek harus mudah diterjemahkan kedalam berbagai

bahasa asing.

5. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan

dan mendapat perlindungan hukum.

Menurut Rangkuti (dalam Sulistyari,2012 ) mengungkapkan

bahwa membangun merek yang kuat memerlukan fondasi yang

kuat, yang dapat dilakukan melalui:

1. Memiliki positioning yang tepat.

Merek dapat dipositioningkan dengan berbagai cara, misalnya

dengan menempatkan posisinya secara spesifik di benak

pelanggan. Positioning yang tepat memerlukan pemahaman


yang mendalam terhadap produk yang bersangkutan,

perusahaan, tingkat persaingan, kondisi pasar serta pelanggan.

2. Memiliki brand value yang tepat.

Semakin tepat merek di positioningkan di benak pelanggan,

merek tersebut akan semakin kompetitif. Untuk mengelola hal

tersebut kita perlu mengetahui brand value akan membentuk

brand personality yang mencerminkan gejolak perubahan

selera konsumen.

3. Memiliki konsep yang tepat.

Pengembangan konsep merupakan proses kreatif, karena

berbeda dari positioning, konsep dapat terus menerus berubah

sesuai dengan daur hidup produk bersangkutan. Konsep yang

baik adalah dapat mengkomunikasikan semua elemen-elemen

brand value dan positioning yang tepat, sehingga brand image

dapat terus ditingkatkan.

2.1.2 Citra Merek (Brand Image)


Menurut Kotler (dalam Krystia : 2012) Citra Merek adalah

persepsi konsumen terhadap perusahaan atau produknya. Menurutnya,

Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran konsumen dalam semalam

atau di sebarkan melalui satu media saja. Sebaliknya, Citra tersebut harus

disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan

disebarkan secara terus menerus karena tanpa citra yang kuat sangatlah

sulit bagi sebuah perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan


mempertahankan pelanggan yang sudah ada.

Menurut Simamora (2004) terdapat 3 faktor yang membangun

Brand Image yaitu:

1. Citra Perusahaan (Corporate Image) : Citra perusahaan adalah

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap

perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

2. Citra Pemakai (User Image): Citra pemakai adalah

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap

pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa.

3. Citra Produk (Product Image) : Citra produk adalah

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap

suatu produk.

Menurut Hsieh et al (dalam roslina: 2009), mengajukan tiga

konsep untuk mengukur citra merek yaitu:

1. Manfaat fungsional (Functional benefit), yang didesain untuk

memuaskan kebutuhan konsumen dalam rangka memecahkan

masalah yang berhubungan dengan konsumsi.

2. Manfaat simbolis (Symbolic benefit) didesain untuk memenuhi

keinginan konsumen untuk mempertinggi diri (self-

enhancement), posisi peran (role position), keanggotaan

dalam suatu kelompok (group membership), atau indentifikasi

ego (ego indentification).

3. Manfaat pengalaman (experiential benefit) yang didesain


untuk memenuhi keinginan konsumen yang berkaitan dengan

kesukaan sensori (sensory pleasure), keanekaragaman

(variety), dan stimulasi kognitif (cognitive stimulation).

Setiadi (2003:180) berpendapat: Citra merek mengacu pada

skema memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi

konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para

pengguna, dan karakteristik pemasar dan karakteristik pembuat dari

produk atau merek tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen

pikirkan dan rasakan ketika mendengar atau melihat nama suatu

merek.

Image konsumen yang positif terhadap suatu brand lebih

memungkinkan konsumen untuk melakukan pembelian. Brand yang

lebih baik juga menjadi dasar untuk membangun citra perusahaan

yang positif. Pengertian citra menurut Philip Kotler (2002:629)

bahwa “Citra adalah seperngkat keyakinan, ide, dan kesan, yang

dimiliki oleh seseorang terhadap suatu objek”.

Menurut Kotler dalam Simamora (2003:37) “syarat merek

yang kuat adalah brand image”. Namun ia mempertajam brand

image itu sebagai posisi merek (brand position), yaitu brand image

yang jelas berbeda unggul secara relatif dibanding pesaing. Citra

akhirnya akan menjadi baik, ketika konsumen mempunyai

pengalaman yang cukup dengan realitas baru. Realitas baru yang

dimaksud yaitu bahwa sebenarnya organisasi bekerja lebih efektif dan


mempunyai kinerja yang baik.

2.1.3 Faktor – Faktor Yang Membentuk Citra Merek


Menurut Keller (1993:3) faktor – faktor yang membentuk Citra

Merek yaitu:

1. Kekuatan asosiasi merek (Strength of brand association)

Tergantung pada bagian informasi masuk ke dalam ingatan konsumen

dan bagaimana informasi tersebut bertahan sebagai bagian dari brand

image.

2. Keuntungan asosiasi merek (Favourability of brand association)

Kesuksesan sebuah proses pemasaran sering tergantung pada proses

terciptanya asosiasi merek yang menguntungkan, dimana konsumen

dapat percaya pada atribut yang diberikan mereka dapat memuaskan

kebutuhan dan keinginan konsumen.

3. Keunikan asosiasi merek (Uniqueness Of brand association)

Suatu merek harus memiliki keunggulan bersaing yang menjadi alasan

bagi konsumen untuk memilih merek tertentu. Keunikan asosiasi

merek dapat berdasarkan atribut produk, fungsi produk atau citra yang

dinikmati konsumen.

2.1.4 Brand Image yang diberikan oleh Konsumen


Citra adalah gambaran atau konsep tentang sesuatu. Dengan

demikian citra itu ada, tapi tidak nyata atau tidak bias digambarkan secara

fisik, karena citra hanya ada dalam pikiran. Citra merek mempresentasikan

keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan

pengolahan masa lalu terhadap merek itu. Konsumen dengan citra yang
positif terhadap suatu merek memungkinkan untuk melakukan suatu

pembelian, oleh karena itu penggunaan utama dari iklan diantaranya

adalah membangun citra yang positif terhadap merek. Citra pada suatu

merek merefleksikan bayangan atau image dari perspektif konsumen

berdasarkan janji yang dibuat merek tersebut kepada konsumennya. Citra

merek terdiri atas asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan

karakteristik personal yang dilihat oleh konsumen pada merek tersebut.

Menurut Davis, citra merek memiliki dua elemen, yaitu pertama adalah

Brand Associations (Asosiasi Merek), yakni asosiasi terhadap karakteristik

produk atau jasa yang dilekatkan oleh konsumen pada merek tersebut,

termasuk persepsi konsumen mengenai janji-janji yang dibuat oleh merek

tersebut, positif maupun negatif, dan harapan mengenai usaha - usaha

untuk mempertahankan kepuasan konsumen dari merek tersebut. Suatu

merek memiliki akar yang kuat, ketika merek tersebut diasosiasikan

dengan nilai-nilai yang mewakili atau yang diinginkan oleh konsumen.

Asosiasi merek membantu pemasar mengerti kelebihan dari merek yang

tersampaikan pada konsumen.

Elemen kedua adalah Brand Personality (Kepribadian Merek),

yakni serangkaian karakteristik manusia yang oleh konsumen

diasosiasikan dengan merek tersebut, seperti kepribadian, penampilan,

nilai-nilai, kesukaan, gender, ukuran, bentuk, etnis, inteligensi, kelas sosio

ekonomi, dan pendidikan. Hal ini membuat merek seakan-akan hidup dan

mempermudah konsumen mendeskripsikannya, serta faktor penentu


apakah konsumen ingin diasosiasikan dengan merek tersebut atau tidak.

Kepribadian dan karakter merek membantu pemasar lebih mengerti

kelebihan dan kekurangan merek tersebut dan cara memosisikan merek

secara tepat. Brand personality menjelaskan mengapa orang menyukai

merek-merek tertentu dibandingkan merek lain ketika tidak ada perbedaan

atribut fisik yang cukup besar antara merek yang satu dengan yang lain.

David Ogilvy menyebutkan bahwa kepribadian merek merupakan

kombinasi dari berbagai hal: nama merek, kemasan merek, harga produk,

gaya iklan, dan kualitas produk itu sendiri.

2.2 Promosi
2.2.1 Pengertian Promosi
Promosi menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah “perkenalan

dalam rangka memajukan usaha dagang dan sebagainya”. Promosi sebagai

sebuah kata memang sudah tidak asing lagi ditelinga orang Indonesia.

Kata promosi merupakan kata adopsian dari bahasa inggris yaitu promote,

yang juga mengadopsi dari bahasa Yunani yaitu Promore. Secara

sederhana promosi dapat diartikan “Pengantar Periklanan”-nya, upaya

menyampaikan suatu pesan tentang hal yang kurang dikenal sehingga

menjadi dikenal oleh publik.

Menurut Ray (dalam Huseini, 2010: 16), promosi adalah seluruh

upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran

informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau

memperkenalkan suatu gagasan. Sementara menurut Morissan (2010: 7),

instrument dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi


perusahaan disebut dengan bauran promosi atau promotion mix.

a. Iklan. Setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu

organisasi, produk, service, atau ide yang dibayar oleh sponsor yang

diketahui. Iklan merupakan salah satu bentuk promosi yang paling

banyak dibahas orang karena jangkauannya luas. Keuntungan iklan

melalui media masa adalah kemampuan menarik perhatian

konsumen terutama produk yang iklannya populer atau sangat

dikenal masyarakat.

b. Pemasaran Langsung (Direct Marketing). Upaya

perusahaan/organisasi untuk berkomunikasi secara langsung dengan

calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan

tanggapan atau transaksi penjualan.

c. Pemasaran Interaktif. Perubahan didorong oleh kemajuan teknologi

komunikasi yang memungkinkan dilakukannya komunikasi secara

interatif melalui media massa, dalam hal ini yang utama adalah

internet, yang saat ini sudah menjadi media iklan yang menarik.

d. Promosi Penjualan (Sales Promotion). Secara umum dapat

dibedakan menjadi dua bagian, yaitu promosi penjualan yang

berorientasi kepada konsumen ditujukan kepada pengguna atau

pemakai akhir suatu barang/jasa yang mencakup pemberian kupon,

pemberian contoh produk, potongan harga, undian berhadiah, dan

sebagainya. Promosi penjualan yang berorientasi kepada

perdagangan ditujukan kepada pihak-pihak yang menjadi perantara


pemasaran, yaitu: para pedagang pengecer (retailer), pedagang besar

atau distributor.

e. Hubungan Masyarakat. Upaya melakukan hal-hal baik untuk

mendapatkan kepercayaan atau suatu upaya untuk membangun dan

mempertahankan saling pengertian antara organisasi dan publiknya.

f. Penjualan Personal. Bentuk komunikasi langsung antara penjual

dengan calon pembelinya. Penjual berupaya membantu dan

membujuk calon pembeli untuk membeli produk yang ditawarkan.

Komunikasi yang bersifat individual dan personal dalam penjualan

personal ini memungkinkan pihak penjual menyesuaikan pembeli.

Promosi adalah “sejenis komunikasi yang memberi

penjelasan yang menyakinkan calon konsumen tentang barang dan

jasa. Sedangkan tujuan promosi adalah memperoleh perhatian,

mendidik, mengingatkan, dan menyakinkan calon konsumen”.

Promosi adalah “bagian dari bauran pemasaran yang besar

peranannya, dan merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif

dilakukan perusahaan untuk mendorong konsumen membeli produk

yang ditawarkan”.

2.2.2 Tujuan Promosi


Pada umumnya yang dimaksud dengan promosi adalah semua

kegiatan dunia usaha yang ditujukan untuk meningkatkan penjualan atau

produktivitas dan pendapatan perusahaan promosi adalah salah satu cara

yang penting dalam melakukan persaingan dengan tidak didasarkan harga

suatu usaha yang bertujuan meningkatkan nasabah dan pendapatan


perusahaan. Setiap perusahaan berusaha untuk dapat mencapai tingkat

penjualan yang optimal sesuai yang diharapkan setelah melakukan

kegiatan-kegiatan berbagai jenis promosi. Pada kenyataannya media

promosi yang berbeda dapat mempengaruhi kesuksesannya penjualan

suatu produk, perusahaan mengharapkan kegiatan promosi yang dilakukan

adalah untuk meningkatkan tujuan perusahaan dan secara umum tujuan

perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya.

Promosi dapat membawa keuntungan baik bagi produsen maupun

konsumen. Keuntungan bagi konsumen ialah konsumen dapat mengatur

pengeluarannya menjadi lebih baik, misalnya konsumen membaca iklan, ia

dapat membeli barang dengan harga lebih murah sedangkan konsumen

dibujuk untuk membeli barang tersebut padahal belum tentu dibutuhkan.

Keuntungan bagi produsen ialah promosi dapat menghidari persaingan

harga karena konsumen membeli barang karena tertarik dengan mereknya.

Promosi bukan saja meningkatkan penjualan tetapi juga dapat

menstabilkan produksi keuntungan. selanjutnya ialah perusahaan dengan

Good Will yang besar akan memperoleh modal dengan mudah, sebaliknya

kerugiannya bagi produsen adalah konsumen mengharapkan barang-

barang yang diproduksi oleh pabrik mempunyai Uniformitas tetapi

kadang-kadang hal ini tidak dapat dipenuh dan apabila perusahaan sudah

mulai dengan usaha tersebut harus dilakukan terus–menerus menyebabkan

biaya promosi akan selalu meningkat pula.

Salah satu hal yang perlu dimiliki oleh perbankan agar promosi
tersebut efektif adalah harus mampu melakukan komunikasi yang efektif.

Langkah-langkah pengembangan komunikasi efektif adalah sebagai

berikut:

a. Mengindentifikasi khalayak sasaran.

b. Menentukan tujuan-tujuan komunikasi.

c. Merangsang pesan.

d. Menyeleksi saluran-saluran komunikasi.

e. Menentukan jumlah anggaran promosi.

f. Memilih bauran promosi.

g. Mengukur hasil promosi, perusahaan harus memiliki target yang ingin

dicapai dari suatu kegiatan promosi sehingga mampu melakukan

pengukuran atas pencapaian promosi yang telah dilakukan oleh perusahaan

apakah efektif atau tidak.

h. Mengolah dan mengkoordinasikan proses keseluruhan komunikasi

pemasaran.

Menurut Basu Swastha D. dan Irawan (2001 : 353-355) bahwa tujuan

utama dari promosi adalah modifikasi tingkah laku konsumen,

menginformasikan, mempengaruhi, dan membujuk serta mengingatkan

konsumen sasaran tentang perusahaan dan produk atau jasa yang

dijualnya. Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Menginformasikan, yaitu kegiatan promosi ditujukan untuk

memberitahukan pasar yang dituju tentang penawaran dari

perusahaan.

2. Membujuk pelanggan sasaran, yaitu promosi yang bersifat


membujuk umumnya kurang disenangi masyarakat namun

demikian promosi ini diarahkan untuk mendorong pembelian.

3. Mengingatkan,yaitu promosi yang bersifat mengingatkan

dilakukan terutama untuk mempertahankan merek produk dalam

masa kedewasaan produk.

4. Modifikasi tingkah laku konsumen, yaitu promosi diarahkan untuk

mengubah kebiasaan pembelian konsumen.

2.2.3 Bauran Promosi


Menurut Basu Swastha D dan Irawan (2001 : 349) bahwa

Promotion mix adalah kombinasi strategi yang paling baik dari variabel-

variabel periklanan, personal selling dan alat promosi yang lain, yang

kesemuanya direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan.

Dalam bauran promosi terdapat lima komponen, secara rinci dijabarkan

sebagai berikut:

1. Periklanan (Advertising), yaitu suatu bentuk dari komunikasi

impersonal yang digunakan oleh perusahaan untuk membangun

kesadaran terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, menambah

pengetahuan konsumen akan jasa yang ditawarkan, menambah

pengetahuan konsumen akan jasa yang ditawarkan serta

membedakan diri perusahaan dengan para kompetitornya. Terdapat

beberapa tujuan periklanan, diantaranya:

a. Iklan yang memberikan informasi.

b. Iklan membujuk.

c. Iklan pengingat.
d. Iklan pemantapan.

Keuntungan dari periklanan adalah media yang bervariasi

(surat kabar, majalah, tv, radio, dan sebagainya), adanya

kemampuan mengendalikan tiap pemunculan iklan (control of

exposure), daya tarik dari pesan periklanan dapat disesuaikan bila

tujuan komunikasi berubah. Kerugian periklanan adalah tidak

terjadinya interaksi secara langsung dengan pembeli dan mungkin

saja tidak berhasil menarik perhatian pemirsa.

2. Penjualan Personal (Personal Selling), merupakan suatu bentuk

interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk

melakukan persentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan

dari pembeli maupun calon pembeli. Penjualan personal

mempunyai peranan yang penting dalam pemasaran jasa, karena

memiliki kekuatan unik yaitu wiraniaga dapat mengumpulkan

pengetahuan tantang konsumen dan mendapatkan umpan balik dari

konsumen. Namun penjualan personal membutuhkan biaya yang

lebih besar dari pada periklanan, kemungkinan dua kali lipat

besarnya walaupun kegunaannya hampir sama dengan periklanan

yang meliputi pembentukan kesadaran terhadap produk,

penyampaian informasi, dan melakukan persuasi agar orang

melakukan pembelian.

3. Promosi Penjualan (Sales Promotion), menurut Basu Swastha D

dan Irawan (2001: 353) promosi penjualan adalah kegiatan promosi


selain periklanan, penjualan perorangan maupun publisitas, yang

bersifat jangka pendek dan tidak dilakukan secara berulang serta

tidak rutin, yang ditujukan untuk mendorong penjualan, serta lebih

mempercepat respon pasar yang ditargetkan. Menurut Peter dan

Olson (1999 : 182) bahwa promosi penjualan adalah rangsangan

langsung yang ditunjukkan kepada konsumen untuk melakukan

pembelian.

4. Publisitas dan Hubungan Masyarakat (Publicity and Public

Relation), yaitu publisitas dan hubungan masyarakat merupakan

stimulasi nonpersonal terhadap permintaan barang, jasa, ide, dan

sebagainya dengan berita komersial yang berarti dalam media masa

dan tidak dibayar untuk mempromosikan dan melindungi citra

perusahaan atau produk individualnya. Keuntungan publisitas dan

hubungan masyarakat terletak pada efisiensi biaya karena

perusahaan tidak membayar media masa sebagai sarana promosi

tersebut. Namun publisitas yang bersifat negatif dapat

menimbulkan dampak buruk bagi perusahaan.

5. Informasi dari mulut ke mulut (word of mouth), dalam hal promosi

jasa, peranan orang sangat penting. Pelanggan dekat dengan

penyampaian pesan. Dengan kata lain pelanggan tersebut akan

berbicara kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang

pengalamannya dalam menerima jasa tersebut.

2.3 Kesadaran Merek (Brand Awareness)


2.3.1 Pengertian Brand Awareness
Kesadaran merek (Brand Awareness) adalah salah satu variabel

yang telah menunjukan bahwa merek bisa mempengaruhi persepsi

bahkan rasa seperti yang dijelaskan oleh Aaker (2003) kesadaran merek

telah terbukti memengaruhi persepsi dan bahkan selera. Orang-orang

menyukai yang akrab dan siap untuk menganggap segala macam sikap

baik terhadap hal-hal yang akrab bagi mereka.

Menurut Aaker (2015: 08), kesadaran brand (Brand Awareness)

dapat memengaruhi persepsi, rasa suka, dan tingkah laku. Orang

menyukai hal-hal yang familiar bagi mereka dan cenderung menganggap

positif hal-hal yang sudah mereka kenal dengan baik. Lebih jauh lagi,

kesadaran merek (brand awareness) dapat menjadi isyarat keberhasilan,

komitmen, dan subtansi. Logikanya adalah bila suatu brand itu dikenal di

masyarakat maka pasti ada alasannya. Terakhir, apakah suatu brand itu

dapat kembali pada momen kunci dalam proses pembelian dan apakah

brand berada di antara merek-merek yang dipertimbangkan pelanggan.

Menurut Rossiter dan Percy, konsep kesadaran merek yaitu

kemampuan pembeli untuk mengidentifikasi (mengenal atau mengingat)

suatu merek yang cukup detail untuk melakukan pembelian. Kesadaran

merek merupakan langkah awal bagi setiap konsumen terhadap setiap

produk atau merek baru yang ditawarkan melalui iklan.


Gambar 1.1
Piramida Brand Awareness

Kesadaran merek (Brand Awareness) memiliki beberapa tingkatan yaitu berikut

ini:

a. Unaware of Brand (tidak menyadari merek) merupakan tingkatan yang

paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak

menyadari akan adanya suatu merek.

b. Brand Recognition (pengenalan merek) tingkat minimal dari kesadaran

merek. Hal ini penting pada saat seorang pembeli memilih suatu merek

pada saat melakukan pembelian.

c. Brand Recall (pengingatan kembali terhadap merek) pengingatan kembali

terhadap merek didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan

merek tertentu dalam suatu kelas produk.

d. Top of Mind (puncak pikiran) apabila seorang ditanya secara langsung

tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan

satu nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali

merupakan puncak pikiran.

Menurut Kriyantono,terdapat empat indikator yang dapat digunakan

untuk mengetahui seberapa jauh konsumen aware terhadap suatu brand Antara
lain adalah sebagai berikut:

a. Recall, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika

ditanya merek apa saja yang diingat.

b. Recognition, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek

tersebut termasuk dalam kategori tertentu.

c. Purchase, yaitu seberapa jauh konsumen akan memasukkan suatu

merek ke dalam alternatif pilihan ketika akan membeli produk atau

jasa.

d. Consumption, yaitu seberapa jauh konsumen dapat mengenali

merek ketika sedang menggunakan produk atau jasa.

2.3.2 Faktor – Faktor yang mempengaruhi Brand Awareness


Ada beberapa faktor-faktor dan fungsi yang mempengaruhi

timbulnya brand awareness yang akan kita bahas sesaat lagi. Kesadaran

merk (brand awareness) yang merupakan salah satu unsur penting dalam

pencapaian ekuitas merk suatu produk, sudah barang tentu mendapatkan

perhatian dari perusahaan dalam upaya memasarkan produknya.

Perhatian perusahaan yang tinggi atas kesadaran konsumen terhadap

merk produk mereka ini, di dasarkan atas berbagai faktor. Faktor tersebut

bisa berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Aaker (2010)

menjabarkan bahwa “Kesadaran merek” tersebut bisa menjadi suatu

signal dari kehadiran, komitmen dan substansi. Ketiga hal tersebut secara

tidak langsung merupakan peryataan perusahaan kepada publik mengenai

keberadaan produk mereka di pasaran. Pernyataan keberadaan produk

mereka merupakan salah satu faktor dari dalam diri perusahaan, faktor -
faktor dari dalam perusahaan yang mempengaruhi timbulnya brand

awareness adalah:

1. Perusahaan tetap menggeluti bisnis tersebut dalam waktu lama.

2. Perusahaan telah mengiklankan produknya secara luas.

3. Perusahaan mempunyai jaringan distribusi yang luas.

Dari luar perusahaan terdapat beberapa hal yang merupakan

faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya brand awareness adalah:

1. Konsumen melakukan pembelian ulang atas merk produk

perusahaan.

2. Merek tersebut berhasil, merek lain menggunakannya

2.3.3 Dimensi dan Indikator Brand Awareness


Aaker (2013) telah memecah brand awareness menjadi dua

dimensi yaitu brand recall dan brand recognition dan dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Recognition, Tingkat minimal dari kesadaran merek. Hal ini penting

pada saat seseorang pembeli memilih suatu merek pada saat

melakukan pembelian.

b. Recall, Pengingatan kembali pada merek didasarkan terhadap

permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam

suatu kelas produk. Hal ini diistilahkan dengan pengingatan kembali

tanpa bantuan, karena berbeda dari tugas pengenalan, responden

tidak perlu dibantu untuk memunculkan merek tersebut.

c. Top-of-mind, Apabila seseorang ditanya secara langsung tanpa diberi


bantuan. Loyalitas pelanggan dan kepuasan pelanggan saling

berhubungan satu dengan lainnya. Hubungan antara nilai loyalitas

dan kepuasan dipengaruhi oleh karakteristik produk dan pola

pembeliannya. Jika pelanggan memiliki sikap positif terhadap suatu

merek maka pelanggan akan merasa puas. Sehingga pelanggan

tersebut berusaha untuk menarik dan memberi saran kepada orang

lain untuk menjadi pelanggan baru. Cara memperoleh informasi

produk atau jasa.

2.4 Keterkaitan Antar Variable


2.4.1 Hubungan Antar Citra Merek dengan Brand Awareness
Citra merek adalah persepsi masyarakat terhadap perusahaan atau

produknya. Kotler menyebutkan bahwa para pembeli mungkin mempunyai

tanggapan yang berbeda terhadap citra perusahaan atau citra merek.

Menurut Aaker, menciptakan kesan menjadi salah satu karateristik

dasar dalam orientasi pemasaran modern yaitu lewat pemberian perhatian

lebih serta penciptaan merek yang kuat. Implikasi dari hal tersebut

menjadikan merek suatu produk menciptakan image dari produk itu

sendiri di benak pikiran konsumen dan menjadikan motivasi dasar bagi

konsumen dalam memilih suatu produk. Dari pencitraan tadi akan

menimbulkan kesadaran akan merek yang benar-benar masyarakat tahu.

Karena konsumen pada umumnya akan langsung percaya kepada merek

yang sudah terkenal atau dikenal banyak orang, karena itu berarti merek

tersebut mempunyai citra yang baik di masyarakat.

Menurut Putra, bahwa semakin baik brand image maka dapat


meningkatkan brand awareness. Pada Penelitian Terdahulu yang diusung

oleh Putri Hardiyanti (2019) yang meneliti tentang “Pengaruh Daya Tarik

Iklan dan Brand Image terhadap Brand Awareness Kerudung Instan

Rabbani”. Diperoleh dari hasil uji F sebesar 33,037 dengan sig. 0,000 <

0,05. Ini menunjukkan bahwa Brand Image mempengaruhi Brand

Awareness. Oleh sebab itu, hipotesis tersebut sebagai berikut:

H1 : Variable Brand Image memiliki pengaruh Positif terhadap Brand

Awareness

2.4.2 Hubungan Antar Promosi dengan Brand Awareness


Menurut Saladin (2006) promosi penjualan terdiri dari insentif

yang beraneka ragam, yang ditujukan untuk jangka pendek dan dirancang

untuk lebih meningkatkan pembelian produk pada oleh konsumen.

Perusahaan akan lebih sering menggunakan teknik promosi penjualan

yang nantinya perusahaan bertujuan untuk meningkatkan penjualan

produk. Pada dasarnya promosi dapat menciptakan kesadaran akan merek

secara lebih luas dan efisien. Adapun tujuan dari promosi penjualan salah

satunya untuk mempertahankan merek produk masyarakat yang

dilakukan pada siklus kehidupan. Pada penelitian terdahulu yang diusung

oleh Faradila Rizki (2020) yang meneliti tentang “Pengaruh Promosi

Penjualan, Sosial Media Intsagram terhadap Brand Awareness melalui

Customer Online Engagement pada Mie Gacoan di Jember”. Hasil

pengujian analisis jalur (Path Analysis) pada Promosi Penjualan memiliki

pengaruh signifikan terhadap Brand Awareness. Hal ini dapat diartikan

bahwa semakin baik promosi penjualan yang sering dibuat poleh Mie
Gacoan, maka semakin baik pula kesadaran merek (brand awareness)

yang ada di pikiran konsumen. Hal ini juga dapat dibuktikan pada

penelitian Dian Yudhiartika et al. (2012).

H2 : Promosi penjualan berpengaruh signifikan terhadap Brand

Awareness.

2.5 Penelitian Terdahulu


Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
No Peneliti/ Judul Variabel Metode Hasil Penelitian

Tahun Penelitian Analisis

1. Putri Pengaruh daya Daya Tarik Analisis Hasil analisis


Hardiyanti Tarik iklan Iklan dan Regresi menunjukkan
/ 2019 dan Brand Brand Image Linier bahwa faktor
brand
Image dan Brand berganda image menjadi

Terhadap Awareness faktor terbesar

Brand yang

Awareness mempengaruhi

Kerudung brand awareness,


Instan kemampuan

Rabbani variabel daya

tarik iklan dan

brand image

mampu

menjelaskan brand

awareness pada

mahasiswi

sebagai konsumen

kerudung instan

Rabbani.

2. Sherly Analisis Daya Tarik Analisis Hasil penelitian

Octaviasar Pengaruh Iklan, Efek Regresi menunjukkan bahwa

i / 2015 daya tarik iklan, dan


Daya Tarik Komunitas, Linier
efek komunitas
Iklan dan Efek Kesadaran berganda
berpengaruh positif
Komunitas Merek, dan
dan signifikan
Terhadap Sikap terhadap
terhadap kesadaran
Kesadaran Merek.
merek dan kesadaran
Merek dan
merek
Sikap berpengaruh positif
Terhadap secara signifikan

Merek Kartu terhadap sikap

Seluler merek. Pada model


Prabayar 1, daya tarik iklan
memberikan
Mentari Di pengaruh yang
Semarang paling besar kepada
kesadaran merek.
Pada model

2, kesadaran merek
memberikan
pengaruh yang
paling besar kepada
sikap terhadap
merek.
3 Faradila Pengaruh Promosi Analisis Hasil penelitian
Rizki / Promosi Penjualan, regresi menunjukkan
2020 Penjualan, Sosial Media linier bahwa Promosi
Sosial Instagram, berganda Penjulan
Media Brand berpengaruh
Instagram Awareness, signifikan
terhadap dan terhadap
Brand Customer Customer Online
Awarenes Online Engagement,
s melalui Engagement Sosial Media
Customer Instagram
Online berpengaruh
Engageme signifikan
nt pada terhadap
Mie Gacoan Customer Online
Gacoan di Engagement,
Jember Promosi
Penjualan
berpengaruh
signifikan
terhadap Brand
Awareness,
Sosial
Media Instagram
berpengaruh
signifikan
terhadap Brand
Awareness, dan
Customer Online
Engagement
berpengaruh
signifikan
terhadap Brand
Awareness.
2.6 Kerangka Pikir
Kerangka Pikir adalah penjelasan sementara terhadap suatu

gejala yang menjadi objek permasalahan. Kerangka berpikir ini

disusun dengan berdasarkan pada tinjauan pustaka dan hasil penelitian

yang relevan atau terkait. Kerangka berpikir ini merupaka suatu

argumentasi peneliti dalam merumuskan hipotesis. Dalam merumuskan

suatu hipotesis, argumentasi kerangka berpikir menggunakan logika

deduktif (untuk metode kuantitatif) dengan memakai pengetahuan

ilmiah sebagai premis-premis dasarnya.

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Starbucks Coffe
Makassar

Brand Image Promosi


( X1 ) ( X2 )

Brand Awareness
(Y)
2.7 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari peneliti terhadap

masalah yang diteliti yang perlu dibuktikan kebenarannya. Sugiyono

(2009:96), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah

dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara,

karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data.

Merujuk dari fokus masalah yang diteliti, juga berdasar atas

pendapat beberapa ahli maka hipotesis yang diajukan penulis pada

penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Diduga Brand Image dan Promosi berpengaruh secara parsial

dalam meningkatkan Brand Awareness pada Starbucks coffee

di Makassar

2. Diduga Brand Image dan Promosi berpengaruh

secara simultan dalam meningkatkan Brand Awareness

pada Starbucks coffee di Makassar


BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kedai Kopi Starbucks Coffe D’Prima

Hotel Makassar (Jl. Pelita Raya No.1-7, Balla Parang, Kec. Rappocini, Kota

Makassar), waktu penelitian selama satu bulan terhitung sejak November

2021 - Desember 2021.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian,

maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Kuesioner

Menurut Siregar, (2013) kuesioner adalah suatu teknik

pengumpulan informasi yang memungkinkan analisis

mempelajari sikap-sikap, keyakinan, perilaku, dan

karakteristik beberapa orang utama di dalam organisasi yang

bisa terpengaruh oleh sistem yang diajukan atau oleh sistem

yang sudah ada.

2. Studi pustaka

Studi pustaka bertujuan untuk memperoleh teori-teori yang

mendukung penelitian ini dengan sumber dari buku-buku dan

penelitian-penelitian yang sebelumnya telah di teliti.


3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data
Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

Kuantitatif, yaitu data yang diperoleh dalam bentuk angka-angka yang

dapat dihitung yang diperoleh dari kuesioner yang dibagikan dan

berhubungan dengan masalah yang diteliti. Sumber Data yang digunakan

dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu data primer dan data

sekunder.

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diperoleh penulis melalui

observasi atau pengamatan langsung dari perusahaan, baik itu

melalui observasi, kuesioner dan wawancara secara langsung

dengan pimpinan dan staf perusahaan sesuai dengan

kebutuhan dalam penelitian ini.

2. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh tidak langsung,

yaitu data tersebut diperoleh penulis dari dokumen-dokumen

perusahaan dan buku-buku literature yang memberikan informasi

tentang proses kualitas pelayanan jasa terhadap kepuasan

konsumen.

3.3 Populasi dan Sampel


3.4.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Konsumen Starbucks, yang
jumlahnya tidak diketahui dan dapat dikatakan dalam kategori tidak

terhingga. Burhan (2009) berpendapat populasi tak terhingga yaitu populasi

yang memiliki sumber data yang tidak dapat ditentukan batas-batasnya secara

kuantitatif. Oleh karenanya luas populasi bersifat tak terhingga dan hanya dapat

dijelaskan secara kualitatif.

3.4.2 Sampel
Dalam penelitian ini menggunakan desain sampel non probabilitas,

yang menggunakan metode sampling aksidental. Menurut Sugiyono

sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data. Sampel adalah sebagian untuk

diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi, Soekidjo (2003). Sampel pada penelitian ini adalah pelanggan

Starbucks dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang.

3.4 Metode Analisis Data


Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data maka, data

tersebut diolah dengan menggunakan teknis analisis data tertentu dengan

permasalahan yang diteliti. Teknis analisis data yang dipergunakan dalam

penelitian ini adalah teknis analisis regresi linear berganda, teknis ini digunakan

karena untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel

terikat.Teknik analisis dalam penelitian ini akan menggunakan program SPSS

22.0 pada komputer.


3.5.1 Analisis Regresi Linear Berganda
Menurut Sugiyono (2014) analisis regresi linier berganda bermaksud

meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen

(kriterium), bila dua atau lebih variabel independen sebagai faktor prediktor

dimanipulasi (dinaik turunkan nilainya). Jadi analisis regresi berganda akan

dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2.

Metode analisis yang digunakan untuk menganalisis data yang

diperoleh dalam penelitian ini adalah Regresi linier berganda yang

digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel bebas

(X) yang terdiri Brand Image (X1) dan Promosi (X2) terhadap

variabel terikat (Y) yaitu Brand Awareness Starbucks.

Y = a + b1X1 + b2X2 + e
Keterangan :
Y = brand awareness
X1 = Brand Image
X2 = Promosi
b = koefisien variable X
e = error

3.5.2 Uji Validitas dan Reliabilitas


1. Uji Validitas
Uji validasi adalah sebuah alat yang digunakan untuk

mengukur salah atau tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner

dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.

Menurut sugiyono (2014) validitas menunjukkan sejauh mana suatu


alat ukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Sekiranya peneliti ingin

mengukur kuesioner di dalam pengumpulan data penelitian, maka

kuesioner tersebut tersusun dan teruji validitasnya, dalam praktik

belum tentu data yang terkumpulkan adalah data yang valid.

Skala pengukuran yang tidak valid maka tidak memberikan

manfaat bagi peneliti karena tidak mengukur yang seharusnya dan

melakukan yang seharusnya dilakukan, dengan kriteria sebagai

berikut:

a. Jika r hitung ≥ table, maka valid.

b. Jika r hitung < r table, maka tidak valid.

2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas memiliki nama lain seperti kepercayaan,

kehandalan, dan kestabilan. Tujuan pengujian reliabilitas adalah untuk

menguji apakah instrument penelitian merupakan instrument yang

handal dan dapat dipercaya. jika variabel penelitian menggunakan

instrument yang handal dan dapat dipercaya maka hasil penelitian

juga dapat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi. Uji reliabilitas

ini akan dapat menunjukkan konsistensi dari jawaban-jawaban

responden yang terdapat pada kuesioner. Uji ini dilakukan setelah uji

validitas dan yang di uji merupakan pertanyaan yang sudah valid.

SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji

Cronbach Alpha (a) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable

jika memberikan nilai Cronbach Alpha lebih besar dari 0,60.

3.5.3 Uji t (Uji Parsial)


Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
bebasnya secara sendiri-sendiri berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel terikatnya. Menurut Imam Ghozali (2011), apabila nilai thitung >
ttabel dengan serta tingkat signifikannya (p-value) < 0,05, maka hal ini
menunjukkan H0 ditolak dan Ha diterima.
3.5.4 Uji F (Uji Simultan)
Uji F ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh secara

bersama- bersama variabel independen, yaitu menentukan pengaruh

dan tingkat signifikan digunakan α = 0,05 atau 5% melalui program

SPSS Versi 22.0.

3.5.5 Analisis Koefisien Determinasi (Adjusted R2)


Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut, maka selanjutnya

dapat dianalisis koefisien determinasinya (Adjusted R2) yaitu koefisien

determinasi parsial untuk mengukur secara terpisah dampak variabel

independent (X1 dan X2) terhadap variabel Y, dengan bantuan program

SPSS pada komputer. Sugiyono (2010), jika (R2) yang diperoleh

mendekati 1 (satu) maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut

menerangkan variasi variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya,

jika (R2) makin mendekati 0 (nol) maka semakin lemah variasi variabel

bebas terhadap variabel terikat.

3.5 Definisi Operasional


Adapun definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

dependen dalam penelitian ini adalah brand image dan promosi

(X1 dan X2).


2. Variabel dependen adalah variabel yang mempengaruhi variable

independen dalam penelitian ini adalah brand awareness (Y).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Indikator Skala

Brand Image
(X1) 1. Positioning
Brand Image adalah 2. Brand Value Likert
representasi dari keseluruhan 3. Konsep
persepsi terhadap merek dan (Rangkuti,
dibentuk dari informasi dan Sulistyari,2012).
pengalaman masa lalu
terhadap merek itu

Promosi (X2) Promosi adalah seluruh 1. Iklan


upaya yang dimulai pihak 2. Pemasaran Langsung
penjual untuk membangun 3. Pemasaran Interaktif Likert
berbagai saluran informasi 4. Promosi Penjualan
dan persuasi untuk menjual 5. Hubungan
barang dan jasa atau Masyarakat
memperkenalkan suatu 6. Penjualan Personal
gagasan. (Morissan: 2010;7)
Brand Awareness Brand awareness adalah
1. Recognition
(Y) kemampuan pembeli untuk
mengidentifikasi (mengenal 2. Recall
atau mengingat) suatu
3. Top of Mind
merek yang cukup detail
untuk melakukan (Aaker: 2013)
pembelian.

Anda mungkin juga menyukai