Anda di halaman 1dari 118

Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.

Pemikiran &
Kiprah Politik
TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Majid
Pemikiran & Kiprah Politik
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
© Dr. H. Zainal Ariin Munir, Lc., M.Ag, Sanabil 2019

Judul Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid
Penulsi Dr. H. Zainal Ariin Munir, Lc., M.Ag,
Editor Dr. Muhmmad Yusuf, M.SI
Layout Sanabil Creative
Desain Cover Sanabil Creative

All rights reserved


Hak cipta dilindungi Undang Undang
Dilarang memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku dengan media cetak, elektronik
ataupun digital tanpa izin dari penerbit

Cetakan 1 Juli 2019


ISBN 978-623-7090-44-1

Sanabil
Jln. Kerajinan I
Puri Bunga Amanah Blok C/13 Mataram
Telp. 0370 7505946
Email sanabilpublishing@gmail.com
www.sanabilpublishing.com
Pengantar Penulis

A lhamdulillah, tulisan tentang pemikiran dan


kiprah politik TGKHM. Zainuddin Abdul
Majid bisa penulis selesaikan. Sebagai
tokoh bangsa dan pahlawan nasional, telah banyak
tulisan tentang beliau yang ditulis baik dalam bentuk
buku, tulisan-tulisan akademik atau bahkan tulisan-
tulisan populer, terutama tentang kiprah perjuangan
beliau dalam membangun pendidikan, dakwah dan
pemberdayaan umat. Hanya saja, sepanjang pengetahuan
penulis, tidak banyak yang menulis secara spesiik tentang
pemikiran politik dan kiprah beliau di bidang ini. Tulisan
ini diharapkan akan bisa mengisi kekosongan tersebut.
Tentu saja tulisan ini masih jauh dari sempurna,
akan tetapi beberapa aspek penting dari pemikiran politik
beliau sudah tercover dalam tulisan ini. Politik atau yang
dalam terminologi Maulana Syeikh diistilahkan dengan
hikmah, haruslah berlandaskan pada dua pedoman hidup
ummat Islam yaitu Al Qur’an dan Al Hadist. Sehingga
segala tindakan-tindakan politik yang menyimpang dari
petunjuk Al Qur’an ataupun Al Sunnah tidak boleh
diikuti. Pemikiran politik TGKH. Muhammad Zainuddin

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid iii
Abdul Madjid terkesan formalistik pada tatanan konsep
dan transformatif pada tatanan aplikasi.
Dalam konsep politik Islam yang beliau
formulasikan, beliau dengan tegas menyatakan bahwa
Al Qur’an dan Al Hadist adalah landasan utama
bagi aktivitas politik umat Islam, namun manakala
pengaplikasiannya berbenturan dengan realitas social
masyarakat yang ada, maka politik harus bisa merespon
dan mengakomodasikan realitas social tersebut dengan
menginterpretasikan nash guna mendapatkan solusi
yang tepat.
Demikian halnya dengan konsep politik kepartaian,
leksibilitas beliau tidak hanya sebatas konsep, namun
juga terimplementasi dalam realitas gerakan politik.
Secara mendasar, beliau mengharuskan umat Islam
untuk memilih partai Islam, namun jika tidak ada maka
partai yang memperjuangkan kemaslahatan umat Islam
sebagai pilihan alternatif yang paling representatif.
Pandangan maulanasyaikh tentang hubungan antara
Islam dan Negara, menghendaki berdirinya Negara
Islam, namun bila Negara tidak bisa memenuhinya
cukup baginya Negara menjamin terlaksananya Syariat
(Keadilan dan Kebenaran) di Indonesia.
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
telah berkecimpung dalam politik sejak masa pra
kemerdekaan. Beliau dengan para santrinya terlibat
dalam gerakan mengangkat senjata melawan para
penjajah. Pasca kemerdekaan beliau berkecimpung
dalam partai Masyumi. Dan pada masa orde baru
beliau mengarahkan warga Nahdlatul Wathan (ormas

iv Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


yang didirikannya) memberikan dukungan ke Partai
Golongan Karya (Golkar), berdasarkan pertimbangan
bahwa partai Golkar telah melakukan sesuatu demi
kemaslahatan ummat Islam yakni dengan menumpas
Partai Komunis Indonesia (PKI). Dukungan kepada
Partai Golkar ditarik ketika partai ini dinilai tidak lagi
merespon kepentingan umat dan beralih ke Partai
Persatuan Pembangunan (PPP). Keberpihakan TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kepada berbagai
partai politik menunjukkan bahwa organisasi Nahdlatul
Wathan tidak memilki ikatan permanen dengan salah
satu partai politik, apalagi menjadi underbow partai
politik tertentu.
Penulis sangat menyadari tulisan ini masih jauh
dari sempurna, sehingga kritik dan saran dari pembaca
sangat kami apresiasi untuk perbaikan pada edisi-edisi
berikutnya.

Penulis
Praya November 2019

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid v
Daftar Isi

Pengantar Penulis.............................................................iii
Daftar Isi..........................................................................vii

Bab Satu
PENDAHULUAN ............................................................ 1

Bab Dua
LATAR SOSIOLOGIS DAN BIOGRAFI
TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID
A. Pulau Lombok dan Desa Kelahiran ........................ 5
1. Sejarah Singkat Desa Pancor Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat ............................................ 10
2. Keadaan Penduduk Lombok Timur dan
Kecamatan Selong Kelurahan Pancor .................. 12
3. Struktur Pemerintahan ......................................... 13
4. Agama dan Pendidikan ......................................... 14
B. Biograi TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid....................................... 17
C. Pendidikan dan Aktivitasnya ................................. 20
1. Pendidikan ............................................................ 20
2. Aktivitas-aktivitasnya ............................................ 27
3. Kepemimpinannya ............................................... 30
4. Karya-karyanya ..................................................... 39

Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid vii
D. Organisasi Nahdlatul Wathan
dan Perkembangannya.......................................... 44
1. Cikal Bakal Nahdlatul Wathan ............................. 44
2. Madrasah Nahdlatul Wathan
Diniyah Islamiyah (NWDI)................................... 44
3. Madrasah Nahdlatul Banat
Diniyah Islamiyah (NBDI) .................................... 49
4. Perkembangan Organisasi
Nahdlatul Wathan (NW). ..................................... 53
5. Nahdlatul Wathan Sebagai
Organisasi Pendidikan dan Dakwah Islamiyah..... 55
6. Nahdlatul Wathan Sebagai Organisasi Sosial ...... 57

BAB TIGA
TEORI POLITIK ISLAM
A. Deinisi Politik Islam ............................................ 63
B. Landasan Dan Tujuan Politik Islam...................... 71
C. Apresiasi Politik Umat Islam Indonesia ................ 84

BAB EMPAT
PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MAJID
A. Konsep politik islam.............................................. 88
B. Politik kepartaian ................................................. 91
C. Pemikiran Politik TGKH. Zainuddin
Abdul Madjid ........................................................ 92
D. Kiprah Politik TGKH. Zainuddin
Abdul Madjid ........................................................ 95

BAB LIMA
PENUTUP ..................................................................... 99

Daftar Pustaka............................................................... 103


Mengenai Penulis .......................................................... 107

viii Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


B a b S at u

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

P erkembangan Islam di Indonesia merupakan


proses yang terkait dengan berbagai sektor
kehidupan yang kompleks. Sebagian dapat
dijelaskan melalui keterlibatan kegiatan perdagangan
yang berkembang sejak abad XI. Intensitas kontak
perdagangan selanjutnya menghasilkan tumbuhnya
pemukiman masyarakat muslim dipesisir kepulauan
Nusantara. Melalui proses sejarah yang panjang cukup
alasan menyimpulkan bahwa lambat laun Islam telah
menjadi bagian yang begitu penting dalam menguasai
bathin masyarakat Indonesia1.
Meski demikian keberhasilan Islam menembus
akar kehidupan masyarakat Indonesia, tidak berarti akar
lama yang bersumber dari tradisi dan budaya setempat

1 G.J.W.Drewes, “Indonesia Mistisme dan Aktivisme”, dalam Vom


Gruebaum (ed.), Islam Kesatuan dalam Keragaman, (Jakarta : Yayasan
Perkhidmatan, 1983), h.327

Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 1
hilang. Pergumulan Islam dengan budaya setempat
menuntut adanya penyesuaian terus menerus tanpa
harus kehilangan ide aslinya. Penghapusan Islam dengan
realitas sejarah akan memunculkan realitas baru, bukan
saja diakibatkan pergumulan internal menghadapi
tantangan yang harus dijawab tetapi keterlibatannya
dalam proses sejarah sebagai pelaku yang ikut
menentukan keadaan zaman2. Dalam proses ini, Islam
tidak saja harus menjinakkan sasarannya, tetapi dirinya
terpaksa harus diperjinak. Dengan demikian akan terjadi
keragaman dalam Islam akibat dari tuntutan ajarannya
sendiri yang universal33. Kondisi seperti ini tidak hanya
terjadi pada tatanan religiusitas masyarakat Indonesia,
tapi juga pada pemikiran dan tindakan politik umat
Islam.
Selama abad ke-19 Indonesia mengalami efek
pengaruh Barat yang membawa akibat aliansi politik dan
kemerosotan ekonomi yang buruk. Akibat kebijakan
politik kolonial Belanda yang menjadikan rakyat
Indonesia “sapi perahan” bagi keuntungan ekonominya,
memunculkan banyak pemberontakan terutama
kalangan petani yang dieksploitasi oleh pemerintah
Belanda. Walaupun pemberontakan-pemberontakan
tersebut dapat dipadamkan, namun benih ketidakpuasan
terus tumbuh dan mempengaruhi rakyat pedesaan pada
umumnya. Akibatnya, rasa ketidakpuasan berubah
menjadi sikap anti pemerintah asing yang “kair” setelah

2 Tauiq Abdullah, Islam di Indonesia, (Jakarta : Tintamas, 1974), h. 3


3 Ibid

2 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


mereka memperoleh legitimasi kepemimpinan dari para
ulama.
Seiring dengan gerakan perlawanan yang menyertai
keresahan sosial dibanyak tempat, bermunculan gerakan
kebangkitan kembali agama yang menampakkan diri
dalam bentuk sekolah-sekolah dan perkumpulan tarekat
diseluruh jawa dan luar jawa44. Kombinasi kekuatan
inilah yang menjadikan pemerintah Belanda mengubah
kebijakan politiknya.
Dari sini nampak, bahwa keberadaan organisasi-
organisasi keagamaan (Islam) menjadi kekuatan tersendiri
dalam menentang kolonialisme Belanda. Karenanya
tidak mengherankan jika Fred R Vonden Mehden,
sebagaimana dikutif Bahtiar Efendi, menyatakan:

Islam merupakan sarana paling jelas, baik untuk


membangun rasa persatuan nasional maupun untuk
membedakan masyarakat Indonesia dari kaum penjajah
Belanda. Pulau-pulau Hindia Belanda tidak pernah
tunduk sepenuhnya hingga awal abad ke-20. oleh
sebab itu, karena terdiri dari tradisi histories, linguistik,
kultural, dan bentuk geogerais yang berbeda maka
satu-satunya ikatan universal yang tersedia di luar
kekuasaan kolonial, adalah Islam.5
Diantara organisasi keagamaan yang muncul
sebagai kekuatan perlawanan terhadap pemerintah

4 Sartono kartodirjo, Pemberontakan Petani Banten, 1888,


(Jakarta:Pustaka Jawa, 1984), h.207-242.
5 Bahtiar efendi, Islam dan Negara, (Jakarta : Paramadina, 1998), cet.
ke-1, h.63

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 3
Belanda adalah Nahdlatul Wathan yang didirikan oleh
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (Maulana
Syeikh).
Maulana syaikh selain menjadi pendidik,
ulama, juga sebagai pejuang bangsa dengan semangat
nasionalisme terutama dalam membebaskan Negara,
khususnya Pulau Lombok dari penjajah Jepang maupun
Belanda. Karena itu dapat dikatakan bahwa Maulana
Syeikh merupakan seorang proil kyai pejuang dan
pejuang yang kyai. Disamping itu Beliau adalah politikus
yang memiliki pemikiran dan tindakan politik yang
khas.

4 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


B a b D u a

latar sosiologis dan Biografi


TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Majid

A. Pulau Lombok dan Kelahiran

P ulau Lombok sudah lama dikenal dalam


sejarah berabad-abad yang silam. Di dalam
kitab “ Negara kertagama” karya pujangga
jawa yang dikenal pada abad ke-14. Empu prapanca
(1365). Nama pulau Lombok sudah disebutnya di
dalam pupuh XIV, bait tiga dan empat sebagai Lombok
Mirah. Maklum pada waktu itu Lombok termasuk
wilayah kekuasaan Kerajaan Majapahit (1293-1478) yang
merupakan sebuah kerajaan yang besar di nusantara
ini, sesudah Kerajaan Sriwijaya yang berdiri sejak 683
masehi di Sumatera hingga beberapa abad, kemudian
diserang dengan dahsyat oleh kerajaan colomandala
(india selatan) pada tahun 1023 masehi.6
6 Salam, Sulichin. 1992. Lombok pulau perawan, dan masa depannya
Jakarta : kuning mas. H.5

Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 5
Pada masa pemulaan sejarah masyarakat Lombok,
terdapat kerajaan kecil dari bangsa sasak. Mereka terdiri
dari para petani dan animis, yang mempercayai roh nenek
moyang dan lain sebagainya. Bangsa sasak konon datang
dari sebelah barat india dan birma dalam gelombang
kepindahan mereka ke Indonesia. Tidak begitu banyak
diketahui mengenai Lombok sebelum abad ke-17.
Pada awal tahun 1600-an, orang- orang bali dari
kerajaan karang asem sebelah timur mendirikan koloni
dan menguasai Lombok barat. Dan setelah mereka
melalui peperangan dengan orang-orang makasar7 dan
orang sasak, akhirnya mereka berhasil menguasaiseluruh
lombok sejak tahun 1740-1894. Akibat ketidak puasan
masyarakat lombok terutama yang beragama islam
atas penguasaan bali, maka timbullah berbagai
pemberontakan yaitu pada tahun 1871, 1891, dan 1955.
Pada tanggal 19 desember 1891, tokoh-tokoh masyarakat
di lombok yang terdiri dari jero mustiaji dari kopang,
mamiq bangkol dari praya, mamiq nursasi dari sakra,
ginawang dari batukeliang, raden ratmawa dari raring,
raden wiranom dari peringga baya, dan raden Malaya
dari kususma masbagik, mereka berkirim surat kepada
gubernur jendral hindia belanda di Batavia ( Jakarta).8
7 Ketika orang-orang dari karang asem-bali sebelah timur mendirikan
koloni dan menguasai lombok barat. Pada waktu bersamaan orang-orang
Makassar menyebrangi selat dari koloni mereka di Sumbawa barat dan
menguasai lombok timur. Dalam konlik kepentingan yang berakhir dengan
timbulnya perang pada tahun 1677-1678, dimana orang-orang Makassar
kemudian meninggalkan pulau ini, dan untuk sementara diperintah oleh
pangeran-pangeran sasak.
8 Surat tersebut berisi pengaduan atas penderitaan yang dialami
rakyat dari perlakuan pra-kolonial belanda di masa itu di daerah tersebut. Dan
didalamnya dinyatakan, bahwa semula kerajaan selaparang itu adalah milik

6 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Setelah pemerintah belanda menerima pengaduan
tersebut kemudian dikirimkan surat teguran kepada
pemerintah kerajaan karang asem- bali, tetapi teguran
tersebut di abaikan, akhirnya pemerintah hindia belanda
mengirim ekspedisi militer dan sejak akhir tahun 1894
lombok dikuasai belanda.
Dengan terbentuknya Negara Indonesia Timur
(NIT), maka lombok temasuk di dalamnya saamapai
pada masa pemerintah republic Indonesia serikat (RIS).
Pada waktu RIS bubar dan terbentuk Negara kesatuan
republic Indonesia pada tanggal 17 agustus 1945 maka
dengan resmi lombok termasuk wilayah Republik
Indonesia. Sejak tahun 1958, Lombok terbagi menjadi 3
Kabupaten. Kabupaten-kabupaten tersebut yaitu :
1. Kabupaten lombok barat dengan mataram sebagai
ibu kotanya.
2. Kabupaten lombok tengah dengan praya sebagai
ibu kotanya.
3. Kabupaten lombok timur dengan selong sebagai
ibu kotanya.
Kabupaten yang nomor urut terakhir inilah
merupakan tempat kelahiran maulana syaikh TGKH.
Zainuddin Abdul Madjid yang penulis akan bahas dalam
tulisan ini.

orang islam, secara turun temurun nenek moyang mereka memiliki negeri
ini. Akan tetapi di kemudian hari, dengan jalan kekerasan selaparang tersebut
jatuh ketangan kerajaan bali, karang asem, dan mereka berhasil menguasai
seluruh negeri lombok sejak 1740-1894. Oleh karena itu mereka meminta
kepada pemerintah hindia belanda, agar mengirimkan ekspedisi ke lombok.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 7
Tepatnya kelurahan Pancor Kecamatan Selong
Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat,
dimana TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
dilahirkan dan dibesarkan serta tempat tinggal semasa
hidupnya, sekaligus berkiprah sebagai seorang pemikir
agama, pendidik masyarakat dan sebagai tokoh politik
di Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.
Kabupaten Lombok Timur, secara geograis
terletak di bagian timur pulau Lombok. Di sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah Selatan
Samudera Hindia, di sebelah Timur Selat Alas, dan
disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Lombok
Barat dan Lombok Tengah.
Secara juridis formal, kabupaten Lombok Timur
terbentuk berdasarkan Undang-Undang No. 64 tahun
1958 JO Undang-Undang No. 69 Tahun 1958 tanggal 14
Agustus 1958 dengan nama Daerah Tingkat II Lombok
Timur dengan ibu kota Selong. Adapun nama – nama
Bupati Lombok Timur sejak tahun 1960 adalah sebagai
berikut :
1. Lalu Muslihun (1960-1966)
2. Rahadi Tjipto Wardoyo (1966-1967)
3. R. Roesdi (1967-1979)
4. Saparwadi (1979-1987)
5. H.L. Djafar Surayad (1987-1988)
6. H. Abdul Kadir (1988-1993)
7. H. Moch. Sadir (1993-1998)

8 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


8. H. Sahdan (1999-2003)
9. H. Ali Bin Dachlan (2003-2008)
10. H.M Sukiman Azmy (2008-2013)
11. H. Ali Bin Dachlan (2013-2018)
12. H.M Sukiman Azmy (2018-2023)
(Sumber : http://id.m.wikipedia.org)
Kabupaten daerah tingkat II Lombok Timur terdiri
dari sepuluh kecamatan, empat kelurahan, 96 desa,
59 kelurahan dan 830 dusun. Jumlah kelurahan, desa,
lingkungan, dan dusun pada tiap keamatan secara jelas
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 1
Kelurahan, Desa, Lingkungan, dan Dusun
Di Kabupaten Lombok Timur 1996

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah


No. Kecamatan
Desa Kelurahan Lingkungan Dusun
1 Keruak 8 131
2 Sakra 15 110
3 Terara 10 80
4 Sikur 7 83
5 Masbagik 11 98
6 Sukamulia 10 71
7 Selong 5 4 59 45
8 Aikmel 13 124
9 Pringgabaya 13 89
10 Sambalia 4 29
Lombok Timur 96 4 59 830
Sumber “ Buku Data Pokok Pembangunan Lombok Timur” tahun 1996. (

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 9
Pemerintah Daerah Dati Ii Lombok Timur, Badan Perencana Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) 1997/1998): h.14.
Tabel 1 tersebut menunjukkan bahwa kelurahan
hanya terdapat di kecamatan selong (empat kelurahan),
Pancor merupakan salah satu dari kelurahan selong.
Wilayah kabupaten daerah tingkat II Lombok Timur
berbatasan dengan :
Sebelah Utara : Laut Jawa
Sebelah Selatan : Lautan samudera Indonesia
Sebelah Barat : kabupten lombok tengah
dan lombok barat
Sebelah timur : selat alas
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan lokasi
penelitian ini maka akan disajikan keadaan geograis
dan monograis desa atau kelurahan pancor, kecamatan
selong lombok timur.
1. Sejarah Singkat Desa Pancor Lombok Timur
Nusa Tenggara Barat
Desa Pancor berdiri pada tahun 1744 M (1164 H),
pada tahun 1981 sesuai dengan undang-undang No. 5
tahun 1979 Desa Pancor diubah menjadi Kelurahan
Pancor Kecamatan Selong Kabupaten Lombok Timur.
Konon nama Pancor dijadikan nama desa karena
terinspirasi dengan kondisi alam ditempat ini yang
kaya akan mata air yang memancar berupa pancuran
-pancuran.
Secara geograis, kelurahan Pancor terletak di
bagian timur pulau Lombok dengan ketinggian 50 km

10 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


dari permukaan laut dan merupakan pintu gerbang dari
ibu kota kabupaten Lombok Timur yang luas wilayahnya
1742, 870 ha.9
Dalam sejarah ringkas berdirinya Desa Pancor
dijelaskan jumlah wilayah kelurahan Pancor 818,082 ha,
dengan ketinggian rata-rata 130 m dari permukaan laut
dengan batasan batasan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Suka Mulia
Sebelah Selatan : Desa Songak dan
Desa Denggen Kec. Sakra
Sebelah Timur : Kelurahan Selong dan Kelayu
Sebelah Barat : Desa Dasan Lekong,
Kec. Sukamulia
Adapun jarak kelurahan pancor dari dari tempat-
tempat penting adalah :
1. Jarak dari ibukota kecamatan selong 2 kilometer
2. Jarak dari ibukota kabupaten lombok timur 2
kilometer
3. Jarak dari mataram, ibukota provinsi nusa tenggara
barat 47 kilometer
4. Jarak dari pantai timur pulau lombok 8 kilometer
5. Jarak dari samudera Indonesia 30 kilometer
Letak geograis pulau lombok 116,7 derajat bujur
timur dan 8,6 lintang selatan. Sedangkan iklim kelurahan
9 Departemen Agama RI. 1995/1996. Biograi Ulama Nusa Tenggara
Barat, Jakarta : Litbang. Hal.12.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 11
pancor adalah sub tropis dengan rata-rata turun hujan
tiap tahun 42,92 mm.
2. Keadaan Penduduk Lombok Timur dan
Kecamatan Selong Kelurahan Pancor
Keadaan penduduk kabupaten lombok timur,
kecamatan selong dan kelurahan pancor dapat dilihat
dengan jelas pada tabel berikut ini :
Tabel II
Jumlah penduduk Lombok Timur 1996 Masehi

Penduduk (Jiwa)
No. Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah Total
1 Keruak 38.505 40.300 78.805
2 Sakra 59.585 62.681 122.203
3 Terara 45.596 48.160 93.756
4 Sikur 27.541 32.144 59.685
5 Masbagik 60.333 65.039 125.372
6 Sukamulia 35.430 37.315 72.845
7 Selong 54.817 56.947 111.764
8 Aikmel 53.303 57.278 110.581
9 Pringgabaya 68.773 74.979 143.752
10 Sambalia 12.745 12.899 25.644
Lombok Timur 456.628 487.742 944.644
Sumber : kantor cabang perwakilan BPS, Kabupaten Lombok timur.
Bila dilihat dari tabel tersebut, maka jumlah
penduduk yang paling banayk adalah kecamatan
pringgabaya sebanyak 143.752 Jiwa, dan kecamatan yang
jumlah penduduknya paling sedikit adalah kecamatan
sambelia, yaitu sebanyak 25.644 jiwa atau 2,27% dari

12 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


keseluruhan penduduk kabupaten daerah tingkat II
Lombok Timur.
Dan jumlah penduduk kecamatan selong, lombok
timur sebagai lokasi penelitian adalah sebanyak 111.764
jiwa. Dengan rincian laki-laki sebanyak 56.947. jiwa.
Dan dari jumlah 111. 764 jiwa tersebut, untuk kelurahan
pancor sebanyak 12.613 jiwa adalah laki-laki dan 13.426
Jiwa adalah perempuan dan jumlah kepala keluarga
sebanyak 5525 kepala keluarga.10
3. Struktur Pemerintahan
Adapun struktur pemerintahan sesuai dengan
Undang-undang No. 5 Tahun 1974 yang menerangkan
tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, maka
kecamatan selong, lombok timur nusa tenggara barat
dikepalai oleh seorang camat, kemudian berdasarkan
surat keputusan menteri dalam negeri No. 82 tahun 1984,
Kecamatan selong dibagi menjadi empat kelurahan.
Selanjutnya camat sebagai kepala wilayah
kecamatan bertugas mengendalikan pemerintahan
sekaligus merupakan coordinator dalam bidang
pemerintahan kecamatan. Dengan kata lain, semua
aparat pemerintahan dalam melaksanakan tugas sehari-
hari mempunyai hubungan koordinasi dengan kepala
wilayah kecamatan. Hal ini berarti bahwa kecamatan
adalah penguasa daerah yang mengatur kehidupan
warga masyarakat, termasuk hal-hal yang menyangkut
masalah-masalah yang dihadapi oleh warganya.

10 Lurah Pancor. 1997. Ringkasan sejarah berdirinya Kelurahan Pancor


Lombok Timur. Lombok : 15.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 13
4. Agama dan Pendidikan
a. Agama
Agama merupakan undang-undang dan pedoman
hidup ummat manusia.11 Masalah kehidupan beragama
di kecamatan selong, Lombok timur tidaklah menjadi
masalah, hanya pergeseran nilai yang agak menjolok,
akibat terjadinya kemajuan zaman yang kian hari
semakinberkembang dan sulit dikendalikan. Khususnya
di masyarakat lombok timur pengaruh agama agak
berbeda dengan aslinya, yaitu banyaknya amalan-amalan
diluar ajaran agama islam. Seperti terjadinya khurafat
dan bid’ah-bid’ah.12
Mayoritas penduduk kabupaten lombok timur
pada tahun 1995 yang memeluk agama islam sebesar
943.529 atau 99,9 % dari jumlah penduduk di kabupaten
lombok timur. Hal ini bisa lebih jelas dilihat dalam tabel
berikut ini :
Tabel III
Data Penduduk Berdasarkan Agama yang Dianut Daerah
Tingkat II Lombok Timur

No. Kecamatan Islam Kristen Hindu Budha Jml


1 Keruak 78.786 9 10 - 78.805
2 Sakra 122.173 8 18 4 122.203

11 Agama yang dimaksud adalah agama islam, nasution dalam tradisi


baru penelitian agama islam tinjauan antara disiplin ilmu, 1998 : 12. Menjelaskan
bahwa dalam islam terdapat dua ajaran dan inilah sebenarnya yang menjadi
watak islam, keduanya adalah: 1) ajaran dasar sebagaimana terdapat dalam al-
qur’an dan hadis mutawatir, dan 2) ajaran bukan dasar yang timbul sebagai
penjelasan dari ajaran dasasr tersebut.
12 Wawancara dengan TGH. Mahmud Yasin, QH tanggal 10 Juli 2002.

14 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


3 Terara 59.652 9 24 - 59.685
4 Sikur 93.746 - 7 3 93.756
5 Masbagik 125.349 5 16 2 125.572
6 Sukamulia 72.720 16 9 - 72.745
7 Selong 111.327 115 282 - 111.764
8 Aikmel 110.485 51 45 - 110.581
9 Pringgabaya 143.729 9 14 - 143.752
10 Sambalia 25.654 12 60 10 25.644
Jumlah 943.619 234 485 19 944.507
Sumber, kantor departemen agama kabupaten Lombok timur 1996.

Sedangkan sarana tempat ibadah yang ada di


kabupaten Lombok timur sebanyak 1006 masjid, 642
musolla, 1632 Langgar, satu buah pura, dan satu buah
gereja. Dan di kecamatan selong sendiri terdapat 78
masjid, 120 mushalla, 199 Langgar, Satu buah Pure dan
satu buah gereja. Lebih jelasnya tergambar pada tabel
berikut ini :
Tabel IV
Sarana peribadatan di kabupaten Lombok timur

No. Kecamatan Masjid Mushalla Langgar Pure Gereja Jmlh


1 Keruak 120 22 63 - - 205
2 Sakra 169 73 99 341
3 Terara 66 31 190 287
4 Sikur 127 35 147 309
5 Masbagik 109 16 97 222
6 Sukamulia 66 94 77 227
7 Selong 78 120 199 1 1 399

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 15
8 Aikmel 93 98 167 358
9 Pringgabaya 136 138 536 810
10 Sambalia 42 12 57 124
Jumlah 106 629 1632 1 1 3282
Sumber : kantor departemen agamakabupaten Lombok timur 1996.

b. Pendidikan
Telah diketahui bahwa pendidikan merupakan
salah satu faktor penting dalam saran pembangunan,
karena faktor tersebut turut menjadi ukuran bagi maju
mundurnya suatu masyarakat, dengan kata lain sangat
mempengaruhi kesadaran sosial masyarakat itu sendiri.
Dari data yang penulis peroleh menunjukkan bahwa
kecamatan selong telah memiliki lembaga-lembaga
pendidikan yang memadai, baik negeri maupun swasta.
Untuk lebih jelasnya secara rinci dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Tabel V
Jumlah Sekolah Negeri Maupun Swasta
Kecamatan Selong Lombok Timur

Jumlah
No Pendidikan Negeri Swasta
1 Taman Kanak-kanak
2 SD/MI
3 SLTP/SMP
4 SLTA/MA
4 Perguruan Tinggi
Sumber : Kandep. DIKBUD Kabupaten Lombok Timur 1996

16 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


B. Biograi TGKH. Muhammad Zainuddin ABDUL
Madjid
Tuan guru kyai haji Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid (Maulana Syeikh) dilahirkan di kampung Bermi,
Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada
tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1324 H.13 bertepatan dengan
tahun 1906 M.
Muhammad Asyaggaf ( berarti tersayang )
merupakan nama kecilnya, kemudian berganti nama
menjadi Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
setelah menunaikan ibadah haji bersama keluarganya
pada tahun 1340 H.14 Nama ini diberikan oleh ayahnya–
Tuan Guru Abdul Madjid – diambil dari seorang ulama’
besar yang selalu aktif mengajar dan mempunyai
kepribadian yang sangat baik ( akhlaqul karimah ),
dengan harapan bahwa muhammad zainuddin kelak
mempunyai akhlaq dan kepribadian yang baik pula.15
Zainuddin adalah anak bungsu dari enam
bersaudara hasil perkawinan Tuan Guru Abdul Madjid
dengan Hj. Halimatus Sa’diyah, saudara-saudaranya
adalah Siti Cilah, Siti Sarbini, Hj. Saudah, H. M. Shabur,

13 Bulan Rabi’ul Awwal bagi orang islam di Lombok merupakan bulan


kegembiraan, karena bulan tersebut bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Oleh karena itu di berbagai tempat dilaksanakan acara yang dikenal dengan
nama “ Maulid Nabi Besar Muhammad SAW”, dengan selama satu bulan penuh.
Namun bagi keluarga H. Abdul Madjid dan Hj. Halimatus Sa’diyah mempunyai
arti lebih dari itu.
14 Hayyi Nu’man, 1998, Nahdlatul Wathan Organisassi Pendidikan, Sosial
dan Dakwah Islamiyah, Penerbit Daerah Nahdlatul Wathan Lombok Timur, Hal
: 148.
15 Litbang Departemen Agama RI, 1985/1986 Biograi Ulama Nusa
Tenggara Barat.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 17
dan Masyithah. Dan beberapa orang saudaranya lain ibu
yaitu : Tuan Guru Haji Ahmad Rifa’I, dan Tuan Guru H.
Ahmad Faesal Abdul Madjid.16
Secara lengkap silsilah lengkap TGKH. Muhammad
Zainuddin abdul madjid dapat digambarkan sebagai
berikut :
Tuan Guru Haji Abdul Madjid
Hj. Halimatussa’diyah Istri Lainnya
1. Siti sarbini 1. Abdillah (Badil)
2. H.M. Shabur 2. Haji Mas’ud
3. Inaq Jemu’ 3. H. Muhammad Faisal
4. Hj. Masyithah 4. Haji Rifa’i
5. Siti Saudah 5. Haji Mahsun
6. M. Syaggaf (H. Muhammad Zainuddin)
Sejak kecil Maulana Syeikh terkenal jujur dan
cerdas, karena itulah tidak mengherankan kalau ayahnya
memberikan perhatian khusus dan menumpahkan
kasih sayangnya demikian besar, sehingga ketika (

16 Situasi ketika beliau lahir- Litbang Depag RI, 1985/1986 : 5.6-


menjelaskan bahwa kelahiran TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
bertepatan dengan selesainya perjuangan orang-orang sasak yang beragama
Islam melawan kerajaan Karang Asem-Bali yang beragama Hindu dalam perang
Sasak – Bali tahun 1889-1895.
Guru mukminah (H. Abdul Madjid) merupakan salh seorang pepadu
peperangan (jendral/ patih perang) atau yang menjadi kkepal pepadu perang
dari raden raring yang pernah menembus dan menghancurkan I. Gusti Komang
Pengsong di Punia saba’ ( salah satu dari tiga pepadu bali yang terkuat). H. Abdul
madjid sebelum pergi ke mekkah selain dikenal sebagai orang yang pemurah
juaga saudagar kaya, guru serta pejuang islam yang ingin menegakkan kembali
kejayaan islam sebagaimana pada masa kerajaan selaparang.

18 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


maulana syeikh ) pergi ke mekkah untuk melanjutkan
studinya, orang tuanya ikut serta dan sang ayahlah yang
mencarikan guru dimana ia belajar ilmu pengetahuan
untuk pertama kali, bahkan ibunya tinggal bersamanya.
Sekitar tiga setengah tahun berada di mekkah dalam
menemani permata hatinya, ibunya tercinta pulang ke
rahmatullah. Namun hal itu tidak membuat beliau patah
semangat dalam menuntut ilmu pengetahuan.17
Tentang silsilah keluarganya tidak dapat dijelaskan
secara lengkap, karena dokumen silsilahnya terbakar
ketika terjadi musibah kebakaran. Namun dari beberapa
sumber yang dapat dipercaya, dapat diperoleh dugaan
yang kuat maulana syeikh termasuk keturunan dari
kerajaan selaparang.18
Maulana syeikh dalam perkawinannya agak sulit
mendapatkan keturunan, sehingga dianggap mandul
( tidak mempunyai keturunan ). Padahal beliau sangat
menginginkan keturunan yang akan meneruskan
perjuangannya, namun pada usia 40 lebuh baru
dikaruniai dua orang putri, yaitu Hj. Siti Rauhun dan
Hj. Siti Raehanun. Dengan nama kedua putrinya
inilah beliau dikenal dengan sebutan “ Abu Rauhun
waraehanun ” bahkan beliau mengabadikan dirinya
17 Safari menganal pribadi TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,
Gema Nahdlatul Wathan, Pancor 5 juli 1986.
18 Kerajaan Selaparang merupakan kerajaan pertama di Lombok,
kemudian datang kerajaan karang asem bali yang mengahancurkannya. Hal
ini dinyatakan oleh salam bahwa semula kerajaan selaparang adalah milik
kerajaan islam, secara turun temurun nenek moyang mereka memiliki negeri
ini. Akan tetapi dikemudian hari, dengan jalan kekerasan kerajaan selapang
tersebut jatuh ketangan karang asem, dan mereka berhasil menguasai seluruh
negeri Lombok ( tahun 1870-8194) (lihat salam, 1992 : 6).

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 19
dengan nama tersebut dalam beberapa karangannya
seperti Hizib nahdlatul wathan. Di samping itu juga
beliau dikenal dengan nama “ Hamzanwadi ” , singkatan
dari TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Diniah Islamiyah.
C. Pendidikan dan Aktivitasnya
1. Pendidikan
Sebagaimana diketahui bahwa ayahnya Maulana
Syeikh selain sebagai seorang pejuang, pedagang
kaya, dermawan pemurah juga sebagai seorang Tuan
Guru bagi masyarakat Lombok, maka Maulana syeikh
dalam mengawali pendidikannya dengan membaca Al-
Qur’an di rumahnya sendiri di bawah bimbingan sang
ayah. Selain itu juga tercatat beberapa orang guru yang
pernah mengajar beliau sebelum berangkat ke tanah
suci mekkah, diantaranya adalah TGH. Abdullah bin
Amaq Dulaji dari Kelayu, dari Lombok Timur. Selain itu
juga beliau menamatkan sekolahnya di Sekolah Rakyat
( Volkschool ) selama empat tahun dari tahun 1915-1919
di Selong Lombok Timur Nusa Tenggara Barat.
Pada tahun 1923 M, ketika beliau berusia 17 tahun,
bersama dengan ayah bundanya dan bersama dengan
beberapa orang saudaranya berangkat ke mekkah
untuk melanjutkan studinya. Dan untuk pertama kali
maulana syeikh belajar di masjidil haram dibawah
bimbingan beberapa orang tokoh ulama’ terkenal
pada masa itu.19 Selanjutnya TGH. L Anas Hasyri

19 . wawancara dengan TGH. L. Anas Hasyri di Praya Lombok Tengah


tanggal 6 juli 2002.

20 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


mengatakan: ketika beliau sampai kemekkah lansung
orang tuanya mencarikan guru yang sesuai dan cocok
menurutnya, diantara mereka itu adalah Al-Syeikh
Marzuki Palembang, kemudian Al-Syeikh Ali Maliki, Al-
Syeikh Umar Bajunaid, dan Syeikh Umar Hamdan. (lihat
LitbangRI, 1985 : 14 ). Disinilah pertama kali beliau
menuntut ilmu dan mengaji beberapa kitab kuning dari
Nahwu, Sharaf, Aqidah, Tafsir, dan lain sebagainya.
Pada tahun 1928 M, Maulana Syeikh Melanjutkan
studinya, ke madrasah Al- Shalatiyah20yang terkenal pada
saat itu. Madrasah itu telah banyak menghasilkan ulam-
ulama besar yang berasal dari Indonesia, antara lain :
1. Al-syeikh Abd. Al-halim kepala madrasah
almustafaeiyah tapanuli, Sumatra utara).
2. Al-syeikh utsman dari aceh
3. Almarhum Adnan Lubis (salah seorang pimpina
jam’iyatul wasyiliyah di medan)
4. Al-syeikh Abd. Al-Rahman ( salah seorang tokoh
nahdlatul Ulama di medan)
5. Maulana syeikh – syeikh ma’sum jambi.

20 . Madrasah Al-Shalatiyah merupakan madrasah pertama di mekkah


Al mukarromah. Madrasah ini didirakan oleh seorang ulama’ besar yang
berasal dari india, yaitu Syeikh Rahmatullah Ibnu Khalil Al-Hindi Ad-Dahlawi,
pada tahun 1292. Dan beliau wafat pada tahun 1308. Pada waktu maulana
syeikh masuk, madrsah ini dipimpin oleh syeikh salim Rahmatullah, putra dari
Syeikh Rahmatullah, pendiri madrasah tersebut. (lihat hayyi nu’man, 1993.
Biograi maulana syeikh hasan Muhammad Al-masysyath, hal : 2.) lebuh lanjut
dikatajkan bahwa madrasah tersebut hasan Muhammad almasysyath dan lain
sebagainya. 9(lihat, nzham batu ngompal, tt. 11 TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul madjidal-fansyur).

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 21
6. Al-syeikh-hasbiyalloh (pendiri madrasah
wathaniyah di Jakarta)
7. Maulana Syeikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid pancor, Lombok timur, (Pendiri
NWDI dan NBDI).21
8. Syeikh haji abdul haiz sulaiman (anggota dewan
musytasyar nahdlatul wathan dan pendiri pondok
pesantren selaparang nahdlatul wathan Kediri,
Lombok Barat).
9. TGH. Faisal abdul manan (salah seorang ketua
suriyah NU propinsi nusa tenggara barat ), dan
lain-lain. (lihat, al-masysyath . al jaawahir. Ed. Abd.
Al-wahhab 1987 :39).
Di madrasah shaulatiyah ini Maulana Syeikh
belajar dan memperdalam berbagai ilmu disiplin ilmu
agama islam dengan sangat tekun di bawah asuhan dan
bimbingan para ulam terkemuka.
Ketekuanan dan keulatan serta kecerdasan beliau
mengundang berbagai komentar dan saanjungan dari
teman-temannya maupun dari guru-gurunya.
Syeikh zakaria Abdullah bila, seorang teman sekelas
maulana syeikh dan sebagai ulama terkemuka di tanah suci
mekkah, dia (syeikh Abdullah zakria billa) menceritakan

21 Seorang teman maulana syeikh “syeikh Abdullah zakria billa, seorang


ulama besar kota suci mekkah , mengatakan : “ saya teman seangkatan syeikh
zainuddin, saya bergaul dekat dengan nya beberapa tahun. Saya sangat kagum
kepadanya, dia sangat cerdas, akhlaqnya mulia. Dia sangat tekun belajar
sampai-sampai jam keluar mainpun diisinya dengan menekuni kitab pelajaran
dan berdiskusi dengan kawan-kawannya ( lihat TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid, Tajwid Batu ngompal, tt : 11)

22 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


pengalamannya ketika bersama-sama dengan maulan
syeikh saat belajar maupun di luar, ia berkata : ………”
saya teman seangkatan syeikh zainuddin. Saya bergaul dekat
dengannya bebrapa tahun, saya sangat kagum kepadanya,
dia sangat cerdas, aklaqnya mulia, dia sangat tekun belajar,
sampai-sampai jam keluar mainpun diisinya dengan menekuni
kitab-kitab pelajaran dan berdiskusi dengan teman-temannya.
Saya belum pernah mampu diukirnya banyak ulama yang
telah dihasilkannya, ketekuanannya membuat orang kagum
dan menghormatinya.22
Dan karena kecerdasan beliau yang begitu tinggi
dan wawasan keilmuannya yang begitu luas menjadikan
guru-gurunya sangat sayang kepadanya. Dan salah
seorang guru beliau berkata : “………… aku sangat cinta
kepada zainuddin dan orang-orang yang mencintainya, dan
aku sangat benci kepada orang-orang yang membencinya
……………..”
Mudir ( direktur ) madrasah shaulatiyah syeikh
salim Rahmatullah mengatakan : “ …………… madrasah
shaulatiyah tak perlu memiliki murid muri banyak, cukup satu
saja asalkan sama kwalitasnya seperti zainuddin…..”.23
Komentar serta berbagai pujian yang diberikan
kepada maulana syeikh cukup beralasan, terbukti
dengan prestasi yang diraihnya, rata-rata sepuluh plus
bintang sebagai penghargaan atas prestasi-prestasinya

22 Lihat batu ngompal, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul madjid, tt


: 11.
23 wawancara dengan TGH. Mahmud Yasin, QH, Lombok timur tanggal
10 juli 2002, beliau adalah salah satu kader dari TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 23
yang ditunjukkan dan sulit ditandingi, baik oleh teman-
temanya maupun generasi berikutnya.
Diantara berbagai pujian dan komentar tersebut,
salah seorang guru beliau Al-Allamah Al-adib Al-Syeikh
Al-Sayyid Amin Al-Kutbi, dalam kata pengantar kitab “
syarah mi’raj Al-Shibyan Ila Sama’ ilm bayan.” Karangan
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid beliau
berkata “…… setelah saya baca dan telaah kitab syarah mi’raj
Al-Shibyan Ila Sama’ ilm Al-bayan karangan Al-Ustadz yang
mulia Syeikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid pendiri
Nahdlatul Wathan diniyah Islamiyah di pancor- ampenan-
indonesia, saya bersyukur dan mencintainya denga bait-bait
syair sebagai berikut :
Demi allah, saya kagum pada zainuddin
Kagum pada kelebihannya atas orang lain
Pada kebesarannya yang tinggi
Dan kecerdasannya yang tiada tertandingi
Jasa semerbak dimana-mana
Menunjukkan satu-satunya permata
Yang tersimpan pada moyangnya
Buah tangannya indah lagi menawan
Penaka bunga-bungaan
Yang tumbuh teratur di lereng-lereng pegunungan.
Komentar dan berbagai pujian yang dilontarkan
teman serta guru-gurunya itu diterimanya dengan
rendah hati, dan beliau menjadikannya sebagai motifasi
dan dorongan baginya dalam melanjutkan perjuangan
serta aktifvitasnya dan sebagai stimulus yang cukup
berarti bagi murid dan kaderisasinya.

24 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Prestasi yang begitu gemilang diakuai oleh maulana
syeikh, hanya berkat bimbingan dari masyaikh ( guru-
guru ) nya dengan ikhlas membimbingnya, demikian
kenangnya.24
Tercatat beberapa guru yang pernah mengajar
dan membimbingnya di madrasah Shaulatiyah dalam
berbagai disiplin ilmu keagamaan (keislaman), antara
lain :
1. Al-Allamah Syeikh hasan Muhammad Al-
Masysyath Al-Maliki
2. Al-Allamah Al-Syeikh Al-Sayyid Amin Al-Kutbi
3. Al-Allamah Al-Syeikh Al-Sayyid Muhsin Al-
Musawa
4. Al-Allamah Al-Syeikh Umar Bajuned Al-Syai’i
5. Al-Allamah Muhammad Sa’id Al-Yamani Al-
Syai’i
6. Al-Allamah Syeikh Abd. Al-Qadir Al-Mandii Al-
Syai’i
7. Al-Allamah Al-Syeikh Abd. Al-Hamid Abd. Al-
Rabb Al-Yamani Al-Syai’i
8. Al-Allamah Syeikh Umar Hamdan Al-Syai’i
9. Al-Allamah Syeikh Salim Rahmatullah
10. Al-Allamah Al-Syeikh Abdullah Al-Bukhan Al-
Syai’i

24. Maulana Syeikh, Pendiri NWDI, NBDI, dan NW. Wawancara 25 januari
1991, oleh Drs. M. Natsir Abdullah, M.Ag. ( Lihat Tesis, 1992 : 30-31. Teologi
Nahdlatul Wathan)

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 25
11. Al-Allamah Al-Syeikh Salim Cianjur, Jawa Brat
12. Al-Allamah Al-Syeikh Ahmad Dahlan Shidqah Al-
Syai’i
13. Al-Allamah kiyai Falak Bogor, Jawa Barat, dan
lain-lain.25
Diantara sekian banyak guru-guru beliau, yang
paling sering beliau sebut adalah syeikh Muhammad
hasan Al-Masysyath, dan Sayyid Amin Al-Qutbi.
Karena keduanyalah yang banyak memperhatikan
dan memberi bimbingannya, hal tersebut terbukti
dengan beberapa pernyataan akan keistimewaan
beliau dihadapan para guru beliau diantaranya,
sebagai berikut:
1. Maulan Syeikh Muhammad Hasan Al-Masysyath
berkata :

……. “ saya tidak akan berdoa kepada Allah SWT kecuali


kalau Zainuddin telah nampak jelas di depanku dan
bersamaku. Dan saya sangat cinta kepada zainuddin dan
orang-orang yang mencintainya….”26
2. Syeikh Sayyid amin Al-Qutbi, juga tak mau
ketinggalan dalam memberikan komentarnya
tentang murid kesayangannya, Beliau berkata :
……….. “ Demi Allah aku kagum pada Zainuddin
kagum pada kelebihannya, pada kebesarannya yang
tinggi dan kecerdasannya yang tiada tertandingi…..27
25 Maulana Syeikh. Litbang Depag RI Tanggal 24 April 1985 Di Pancor,
Lombok Timurnusa Tenggara Barat, hal : 22-23.
26 . Maulana Syeikh, Tajwid Batu Ngompal, tt. 13
27 Lihat, Hayyi Nu’man, Opcit, h. 151. Dan Hasan al-Masysyath, Jawahir

26 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Untuk itu, maulana Syeikh dalam kesempatannya
selalu menekankan kepada santri-santrinya agar
senantiasa selektif dalam memilih guru, beliau berkata
……. “ Pandai-paidailah kalian memilih guru, karena guru
ibarat pipa air yang mengalirkan airnya, dan kalau air yang
disalurkannya keru, maka keruhlah air yang kalian terima,
dan begitu juga sebaliknya……….”
2. Aktivitas-aktivitasnya
Maulana Syeikh, selain menjadi pendidik, ulama,
ia juga sebagai pejuang bangsa dengan semangat
nasionalisme, yang tidak pernah pudar, terutama dalam
membebaskan Negara khususnya pulau Lombok dari
penjajah Jepang maupun Belanda, oleh karena itu bisa
dikatakan bahwa Maulana Syeikh merupakan proil
kiyai pejuang, dan pejuang yang kiyai.
Dalam perjuangannya membebaskan Indonesia
dari kekejaman pemerintah Belanda dan Jepang,
Maulana Syeikh selalu mengobarkan jiwa patriotism
dan nasionalisme dikalangan santri-santrinya. Dengan
demikian tidaklah mengherankan apabila Belanda dan
Jepang selalu mengancam Madrasah NWDI dan NBDI,
karena menurut mereka Madrasah ini menjadi markas
atau pusat pergerakan pemberontakan.
Akan tetapi ancaman para kolonialis tersebut selalu
digagalkan dengan diplomasi yang yang mantap oleh
sang kyai dengan pejabat kolonial, beliau mengatakan
bahwa, “Madrasah ini merupakan wadah atau tempat

Al-Tsaminah, Op Cit, h. 40

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 27
mencetak iman dan penghulu, bukan tempat mencetak
kader politik dan para pemberontak.
Dengan ucapan tersebut pejabat colonial belanda
mengijinkan Madrasah ini beroperasi lagi.28 Setelah
beberapa bulan kemerdekaan republik Indonesia
diproklamasikan, tentara colonial belanda dan pejabat
NICA ( Netherlands Indies Civil Administration ) di
beberapa tempat utamanya di pulau-pulau sunda kecil
untuk menerima penyerahan kekuasaan dari pihak
tentara penduduk Jepang.29
Di wilayah Nusa Tenggara Barat sendiri gejolak
perjuangan menegakkan dan mempertahankan
kemerdekaan semakin menggelora.
Tokoh-tokoh perjuangan dan pemuda setempat
tidak dapat menahan diri itu, lebih-lebih setelah ada berita
di beberapa daerah tentara sekutu yang diboncengi oleh
pejabat-pejabat kolonial sudah menerima penyerahan
kekuasaan dari tangan Jepang.
Diantara para tokoh pergerakan dan perjuangan
dalam membebaskan dan mempertahankan
kemerdekaan republik Indonesia, adalah TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid beserta para
guru NWDI dan NBDI dan segenap santrinya dengan
membentuk suatu gerakan yang diberi nama “ Gerakan
Al-Mujahidin” 30 , kemudian bergabung dengan gerakan-

28 wawancara dengan TG. Drs. H. Mustamiuddin Ibrahim, SH., Mataram


15 Juli 2002 Di Mataram.
29 Proil Propinsi RI, Nusa Tenggara Barat, 1992. 3.
30 Al-Syeikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, Hizib Nahdlatul
Wathan Wa Nahdlatul Banat, (Surabaya, Penerbit Maulana Syeikh-Syaggaf,

28 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


gerakan perlawanan rakyat lainnya, seperti gerakan
benteng hitam, BKR. Bahkan setelah ada instruksi dari
gubernur propinsi sunda kecil yang berkedudukan di
Singaraja – Bali untuk membentuk Komite Nasional
Indonesia (KNI), di daerah-daerah segera mendapat
sambutan.
Setelah peristiwa tersebut, madrasah NWDI
dan NBDI di blacklist dan dinyatakan sebagai markas
terselubung, dengan itu penangkapan beberapa guru
madrasahpun tak terelakkan lagi. TGKH. Ahmad Rifa’I
Abdul Madjid (Adik Kandung Maulana Syeikh) dibuang
dan dipenjarakan di Maluku. TGKH. Muhammad Yusi
Muhsin dipenjarakan di Praya Lombok Tengah. Dan
beberapa orang lagi dipenjarakan di Bali. Puncak dari
perlawanan Al-Mujahidin, terjadi penyerbuan lansung
terhadap tangsi militer NICA di Selong, pada tanggal
8 Juni 1946, dibawah pimpinan TGKH. Muhammad
Faisal Abdul Madjid (adik Mualana Syeikh) bersama dua
orang santri yaitu Sayyid Saleh dan Abdullah, yang pada
akhirnya Ketiganya gugur sebagai syuhada’ dan menjadi
dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Rinjani,
Selong Nusa Tenggara Barat.31
Para tokoh militer Jepang menyadari arti dan
semangt menggelora ini. Karena itulah pada tanggal
15 Oktober 1945, di Gedung Mardi Bekso Mataram,
pemerintah Jepang secara resmi menyerahkan

1987) Cet. Ke-12. h. 5.


31 Wawancara dengan TG. Drs. H. Mustamiuddin Ibrahim, SH., Mataram
15 Juli 2002, beliau adalah salah seorang kader yang aktif mendukung dan
berjuang bersama Maulan Syeikh.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 29
kekuasaannya kepada para pejuang Indonesia.32 Dengan
demikian, maka selamatlah madrasah NWDI dan NBDI
dari aksi penutupan yang direncanakan Jepang. Meski
sudah menyerahkan kekuasaan, akan tetapi ancaman
dan intimidasi dari pihak NICA semakin gencar,
bahkan lansung ditujukan kepada pribadi Tuan Guru,
namun berkat perlindungan dan penjagaan dari Allah
SWT. semua rencana makar tersebut gagal total. Dan
beliau masih tetap eksis dalam melanjutkan tugas dan
kewajibannya sebagai seorang ulama pejuang.
Dalam bidang politik, beliau pernah menjadi
konsulat NU Sunda Kecil tahun 1950, ketua Penasehat
Badan Penasehat Partai Masyumi untuk Lombok pada
tahun 1952, pada tahun 1955 terpilih sebagai anggota
Konstitusnte dari partai Masyumi. Pada tahun 1971-1982
diangkat menjadi anggota MPR dari Fraksi Golongan
Karya, Pada tahun 1947-1948 menjadi Amirul Hajj ke
mekkah dari NIT ( Negara Indonesia Timur ), pada
tahun 1948-1949 anggota delegasi NIT ke Saudi Arabia,
pada tahun 1971-1982 anggota penasehat Majelis Ulama
Indonesia.32
3. Kepemimpinannya
Semangat dan motivasi perjuangan seorang
tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola
kepemimpinannya. Kearifan seorang pemimpin dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan akan menentukan
keberhasilan perjuangannya.

32 Maulana Syeikh, tt. Tajwid Batu Ngompal, Lombok : Al-Syaggaf. H.


27-28.

30 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Perjuangan dan kepemimpinan merupakan dua
hal yang saling terkait, karena perjuangan itu akan
berhasil, apabila pola pendekatan digunakan dalam
kepemimpinan itu baik. Di samping itu kepemimpinan
yang arif dan bijaksana akan menghasilkan buah
perjuangan yang manis.
Maulana Syeikh TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid dikenal sebagai ulama besar di Indonesia
karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam.
Demikian juga dengan kharisma beliau sebagai sosok
pigur ulama demikian besar. Beliau adalah tokoh
panutan yang sangat berpengaruh karena sikapnya
yang arif dan bijaksana. Perjuangan dan kepemimpinan
beliau senantiasa diarahkan untuk kepentingan ummat.
Penghormatan dan penghargaan yang diberikan kepada
seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama guru-
guru beliau diwujudkan dalam bentuk yang dapat
memberikan manfaat kepada ummat.
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa apresiasi
beliau kepada mahagurunya yang paling dicintai dan
disayanginya, yakni Maulana Syeikh Hasan Muhammad
Al-Masysyath, dimana beliau mengabadikan nama
gurunya itu menjadi sebuah nama Pondok Pesantren
yang didirikan di Desa Jenggik, yakni Pondok Pesantren
Al-Hasaniyah NW di Jenggik Lombok Timur. Begitu
pula apresiasi beliau kepada maha gurunya Maulana
Syeikh Sayyid Muhammad Amin Al-Qutbi, namanya
diabadikan menjadi nama Pondok Pesantren Al-
Aminiyah NW Bonjeruk, Lombok Tengah. Demikian
pula, penghargaan kepada maha gurunya Maulana

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 31
Syeikh Salim Rahmatullah, beliau mendirikan sebuah
pondok pesantren di Lombok Barat dengan nama
Pondok Pesantren Syaikh Salim Rahmatullah.
Pola kepemimpinan yang beliau contohkan, hanya
dapat di ditiru dan diikuti oleh mereka yang memiliki
wawasan ilmu yang luas, serta memiliki sikap yang arif
dan bijaksana.
Demikian pula tentang pendekatan yang
beliau lakukan selalu bernilai paedagogik, dalam arti
mengandung nilai-nilai pendidikan. Beliau memiliki
sikap rendah hati, tidak pernah merasa dirinya sebagai
tokoh besar dan disegani, beliau selalu bertindak sebagai
pengayom yang berada di tengah- tengah jamaah dan
senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan
dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya dikala
beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan
jangkauan alam ikiran murid dan santrinya.
Sikap keseharian beliau selalu menunjukkan
kesederhanaan. Inilah yang membuat beliau selalu dekat
dengan warganya dan murid muridnya dengan tidak
mengurangi kewibawaan dan kharisma yang beliau
miliki. Keluhan dan problem yang disampaikan warga
dan muridnya ditampung, didengar dan dicarikan jalan
penyelesaiannya terbaik, disertai sikap arif dan bijaksana
dan tentu tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
Untuk melanjutkan dan mengembangkan
perjuangan Nahdlatul Wathan dimasa datang, beliau
sangat mendambakan munculnya kader- kader yang
memiliki potensi dan militansi serta loyalitas yang

32 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot
keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering
menyampaikan keinginannya agar murid dan santri
beliau memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan
seratus kali lipat.
Lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang
beliau miliki. Demikian motivasi yang selalu beliau
kumandangkan supaya murid dan santri beliau tekun
dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik
di dalam maupun di luar negeri.
Dalam menerima dan menanghadapi para murid
dan santri serta warga Nahdlatul Wathan beliau tidak
pernah membedakan antara yang satu dengan yang
lain. Semua murid dan santri serta warga Nahdlatul
Wathan diberikan perhatian dan kasih sayang yang sama
besarnya bagaikan cinta dan kasih sayang seoranb bapak
kepada anak-anaknya.
Yang membedakan murid dan santri di hadapan
beliau adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya
kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk memmbina
dan mengevaluasi kualitas kader Nahdlatul Wathan,
beliau mengeluarkan wasiat dalam bahasa arab sebagai
berikut:

‫بسم اه وبحمده‬
‫السام عليكم ورمةاه وبركاته ومغفرته ورضوانه‬
‫اوادي ااوفياء‬ ‫وتامذ ي العقاء‬

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 33
‫ان أكرمكم عندي‬ ‫أنفعكم لنهضة الوطن‬
‫وركم عندي‬ ‫أركم بنهضة الوطن‬
‫فصابروا ورابطوا وجاهدوا ثم جاهدو ي سبيل هضة‬
‫ تكونوا بحول اه تعاى‬,‫الوطن اعاء كلمة الدين والوطن‬
.‫من امجاهدين لدينه والبارين امخلصن ي الر والعلن‬
Artinya:

Dengan menyebut nama Allah dan memuji-Nya


Semoga keselamatan tetap tercurahkan kepada-Mu,
demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan
ridho-Nya.

Anak-anakku yang setia dan murid-muridku yang berakal.

“Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisiku ialah yang


paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul
Wathan, dan sejahat-jahat kamu ialah yang paling banyak
merugikan Nahdlatul Wathan”.

Karena itu kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap-siaga,


berjuanglah/kemudian berjuanglah di jalan Nahdlatul
Wathan untuk mempertinggi citra agama dan negara.
Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah SWT. tergolong
pejuang agama, orang saleh dan mukhlis baik pada waktu
sendirian maupun bersama orang lain.
Semoga Allah membukakan pintu rahmat untuk
kami dan kamu semoga Ia menganugerahi kami dan

34 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


kamu serta para simpatisan Nahdlatul Wathan masuk
surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya yaitu
melihat dzat-Nya dari surga. Demikianlah wasiat ini
dikularkan telah terlihat bebarapa kader dari kalangan
alumni madrasah NWDI dan mereka yang sudah dibiayai
beliau untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi
keluar dari garis perjuangan organisasi. Tidak taat pada
kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh beliau memag
dalan rangka kaderisasi beliau banyak bantuan kepada
alumni NWDI dan orang lain untuk melanjutkan ke
sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan
perjanjian khusus pula, yaitu untuk setia membela
dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI dan NW.
alhamdulillah banyaklah di antara mereka yang benar-
benar setia menepati janjinya dengan tulus. Sebaliknya
ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-
robek nawaitu pengirimnya. Eksistensi dan aplikasi dari
wasiat ini menjadi tolak ukur kualitas dan kadar ketaatan
serta keikhlasan kader-kader Nahdlatul Wathan.
Di samping itu untuk mempertegas wasiat
tersebut, beliau mencetuskan wasiat renungan masa I
dan II berbahasa Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat
renungan masa ini berisikan nasehat, fatwa dan pedoman
bagi warga Nahdlatul Wathan dalam berjuang.
Lahirnya wasiat-wasiat tersebut merupakan
konsekwensi logis dan pola kempemimpinan beliau
yang selalu menekankan hubungan guru dengan murid.
Beliau adalah igur pemimpin yang selalu menekankan
agar tetap terjalin dan terpelihara hunbungan antara
guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 35
guru yang membuang murid akan tetapi banyak murid
yang membuang guru.
Penekanan pada jalinan hubungan guru dengan
murid adalah pola kepemimpinan beliau. Hal ini
menyebabkan tidak terdapatnya kesenjangan antara
beliau sebagai guru dan pemimpin dengan warga dan
para murid. Dan antara murid dengan murid.
Demikian pula dalam setiap gerak dan langkah
beliau selalu memberikan contoh dan suritauladan yang
baik dan selalu memberikan keyakinan akan kebenaran
perjuangan Nahdlatul Wathan dengan memberikan
contoh yang jelas untuk diikuti dan dilaksanakan oleh
seluruh murid dan santrinya. Sikap kasih sayang terhadap
para murid dan santri utamanya yang menunjukkan
nilai positif untuk perjuangan Nahdlatul Wathan tetap
terlihat dalam sikap dan perilaku beliau dan tetap
terdengar dari ucapan-ucapan beliau. Semua murid dan
santri mendapat cinta dan kasih sayang serta perilaku
yang sama selama mereka tidak merusak hubungan
baiknya dengan beliau sebagai guru dan juga terhadap
perjuangan Nahdlatul Wathan.
Pola pendekatan dan bentuk kepemimpinannya
yang diterapkan menyebabkan karisma yang dimiliki
dan kecintaan murid terhadap beliau tidak pernah pudar
beliau tetap mendo’akan para murid dan santrinya agar
menjadi murid yang taat kepada Allah dan rasul-Nya,
berbuat baik kepada ibu bapak dan guru.
Beliau senantiasa menanamkan keyakinan dan
kesetiaan murid kepada gurunya. Menurut beliau

36 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


keberkatan ilmu sangat tergantung pada kesetiaan dan
hubungan baik murid dan gurunya dan kerugian yang
sangat besar bagi seorang murid apabila hubungan baik
dengan gurunya.
Di samping itu beliau juga mengajarkan kepada
para santri dan murid-muridnya untuk selalu berbaik
sangka kepada semua orang dan berbuat baik kepada
orang yang pernah berbuat baik kepada Nahdlatul
Wathan. Ajaran beliau, apabila seseorang berbuat
baik satu kali maka harus dibalas sepuluh kali, bahkan
seratus kali kebaikan. Kebaikan seseorang selalu diingat
dan dikenang. Akan tetapi kebaikan diri kepada seorang
hendaknya dilupakan. Dan, apabila sesorang berbuat
jahat kepada kita, hendaknya dibalas dengan sabar,
kalau tidak tahan balaslah dengan seimbang, tidak boleh
lebih.
Sebagai pemimpin ummat, beliau mempunyai
pendirian sikap tegas, sportif, dan konsekwen terhadap
apa yang beliau putuskan. Dalam menetapkan suatu
keputusan utamanya yang menyangkut masalah
prinsipal beliau selalu mengkajinya secara mendalam
tidak hanya melalui akal pikiran pribadi, akan tetapi
dengan musyawarah, dan setelah dipertimbangkan
dengan matang berdasarkan dalil-dalil naqli dan aqlinya,
mantiq dan mafhumnya, untung dan ruginya maslahat
dan mafsadatnya, barulah beliau menempuh jalan
yang terakhir yaitu melalui shalat istikharah sampai
memperoleh keputusan yang meyakinkan. Keputusan
tersebut beliau laksanakan dan terapkan dengan penuh
keyakinan dan sportivitas tinggi serta diupayakan untuk

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 37
menjadi suatu garis atau ketetapan yang harus dilakukan
oleh seluruh murid secara konsekwen.
Dalam melaksanakan misi dan tugas organisasi,
beliau senantiasa memberikan petunjuk dan
masukkan-masukkan kepada semua kader dan selalu
membersarkan jiwa dan semangat pengabdian kepada
para murid dan santrinya dengan jiwa iman dan taqwa
ikhlas dan istiqomah, jujur dan memiliki sifat syaja’ah
serta memiliki jiwa rela berkorban untuk kepentingan
ummat. Sedangkan yang paling tidak dibenarkan dan
tidak berkenan di hati beliau adalah sikap pesimistis,
apatis dan pengecut, cari muka dan ingkar janji.
Titik tekan dari perjuangan dan kepemimpinan
beliau selalu bertujuan untuk kepentingan ummat dalam
upaya mendapatkan kebahagiaan dan keselamatan
duniawi dan ukhrawi. Beliaun sebagai pejuang dan
pemimpin yang tangguh dari semua ucapan, pengarahan
dan prilaku beliau selalu terdengar dan terlihat sikap
untuk maju dan terus maju. Misalnya dari gubahan lagu
atau nasyid yang beliau ciptakan selalu memancarkan
jiwa jihad yang tinggi dan bermakna baik dalam upaya
memerangi kebodohan, keterbelakangan, maupun
dalam memerangi dan membasmi segala macam
khurafat yang berbahaya bagi umat Islam. Dalam lagu
atau nasyid tersebut tercermin sifat dan sikap mental
yang beliau miliki dan perlu diwariskan kepada para
murid dan santri beliau sebagai generasi dan kader
penerus perjuangan Nahdlatul Wathan. Beliau selalu
menekankan bahwa dalam perjuangan itu hendaknya
dilandasi dengan “Tiga I”, yaitu Iman, Islam dan Ihsan,

38 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


dan jangan berjuang karena mengharapkan “Tiga SI”,
yaitu kaki kursi, nasi basi, dan sambal terasi.
Kegairahan dalam berjuang dan menuntut
ketinggian ilmu pengetahuan dan ktinggian martabat
hidup, baik sebagai warga Nahdlatul Wathan maupun
sebagai umat Islam untuk kepentingan duniawi dan
ukhrawi tetap terdengar dari fatwa-fatwa yang beliau
sampaikan. Hal ini juga terkristal dalam karangan beliau,
baik yang berbaha Arab maupun berbahasa Indonesia
dan berbahasa Sasak.
4. Karya-karyanya
TGKH. Zainuddin Abdul Majid selain tergolong
sebagai tokoh ulama dengan kualitas ilmu yang sangat
tinggi, beliau juga sebagai penulis dan pengarang yang
produktif. Bakat dan kemampuannya sebagai pengarang
tumbuh dan berkembang sejak ia masih belajar di Tanah
Suci Mekah pada madrasah al-Shaulatiyah. Tapi karena
kesibukannya dalam mengembangkan dakwah Islamiyah
dan mencetak kader-kader penerus perjuangan, ia
tinggalkan semua keahliannya.
Sebagai manusia biasa ia sering berkata di depan
para santrinya saat teringat kawan-kawan sekelasnya
yang sudah memiliki banyak karya-karya ilmiah seperti
Maulana Syeikh Zakariya Abdullah Bila, Maulana Syeikh
Yasin al-Padangi dan lain-lainnya, katanya “……mereka
sekarang telah banyak menghasilkan karya-karya ilmiah dan
dalm bidang tulis-menulis”33.

33 Ibid. h.14

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 39
Akan tetapi beliau tidak pernah berkecil hati dan
dalam hal ini, ia juga sangat menyadari akan kondisi
mereka yang sangat berbeda, yaitu masyarakat Mekah di
satu pihak dan masyarakat Indonesia di lain pihak. Pada
suatu kesempatan beliau pernah berkata “….seandainya
aku mempunyai waktu dan kesempatan yang cukup
untuk menulis dan tulisan-tulisan yang lebih banyak,
seperti yang telah dimiliki Syaikh Zakaria Abdullah Billa,
Syeikh Yasin al-Padangi, Syeikh Ismail dan Ulama-ulama
lain tamatan Madrasah Asy-Shaulatiyah”.34
Kendatipun demikian, di tengah-tengah
kesibukannya ia masih menyempatkan diri untuk
mengembangkan bakat menulis dan mengarangnya.
Karya tulisannya yang menyangkut masalah keagamaan,
serta Fiqih, Tauhid, Faraid, Ilmu Bayan, Tajwid,
Himpunan Doa-Doa sampai lagu-lagu perjuangan. Akan
tetapi dari sekian banyak karya-karyanya tidak semua
dipublikasikan, karena ada yang terbakar dan ada juga
yang hilang ketika akan dicetak, seperti Sullamul Hija’,
kitab tersebut hilang di Makkah.35
Adapun karya tulis yang telah dipublikasikan
diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Al-Fawakihat Al-Nahdiyah Filstishad Al-Tauhid al-
Tsoniyah bi nashamika al-Nahdlat al-Zainiyyah,36
sebuah kitab dalam bahasa Arab dan berbentuk
Nadham yang ditulisnya di Pancor Lombok Timur

34 Wawancara dengan TGH. Mahmud Yasin, QH. Anjani Lombok Timur,


10 Juli 2002
35 Selanjutnya dalam tulisan ini disebutkan Nahdlat Al-Zainiyah
36 Selanjutnya dalam tulisan ini disebutkan Nahdlat Al-Zainiyah

40 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


pada tahun 1358 H/1938 M. isi kitab ini mengenai
ilmu Faraid (Mubtadi) yang ingin mendalami ilmu
Faraid.37
2. Al-Tuhfat al-Anfananiyah Syarh al-Nahdlat al-
Zainiyah-selanjutnya al-Tuhfat- sebuah kitab dalam
bahasa arab yang ditulis di Pancor Lombok Timur
tahu 1416 H/1996 M. Kitab ini merupakan syarh
dari Nahdlat al-Zainiyah tentang ilmu Faraid.
3. Syarh Mi’raj asy-Syibyan ila sama’ ilm al-Bayan ala
Risalat al-Allamah al-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan –
selanjutnya Mi’raj al-Shibyan – sebuah kitab dalam
bahasa Arab yang ditulisnya di Pancor Lombok
Timur tahun 1916/1996. Kitab ini merupakan
syarh dari Risalah al-Bayan yang dikarang oleh
Sayyid Ahmad Zaini Dahlan, tentang ilmu
Balagoh.38
4. Al-Nafahat ‘ala Thoriqat al-Saniyah, sebuah kitab
dalam bahasa Arab tentang ilmu Mustholah al-
Hadits.
5. Nail al-Anfal, Batu Ngompal (Batu Apung), sebuah
kitab dalam bahasa Arab-Melayu yang ditulisnya
di Pancor, Lombok Timur tahun 1363/1943.
Tentang ilmu tajwid, dengan bentuk Nadham
(syair).

37 Lihat, Al-Syeikh Muhammad Zainuddin Abdul Madjid,1358/1939


dalam Nahdlat al-Zainiyah, Pancor: Toko Kita : 1
38 Kitab al-Tuhfat diselesaikan pada hari sabtu tanggal 9 Dzulhijjah
1416 H/27 April 1996 M. dan Kitab Mi’raj al-Shibyan selesai pada hari Selasa, 26
Dzulhijjah 1416 H/14 Mei 1996 M.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 41
6. Risalah al-Tauhid, sebuah kitab dalam bahasa Arab
tentang ilmu tauhid dalam bentuk soal jawab.
7. Wasiat Renungan Masa Pengalaman Lama dan
Pengalaman Baru, (I dan II), sebuah kitab
momumental yang dikarang menurut pengalaman
masa sebelum dan sesudah merdeka. Kitab ini
menjadi pegangan utama bagi anggota Nahdlatul
Wathan.39
Selain dari karya tulis tersebut, Maulana Syeikh
juga menulis beberapa kumpulan doa sebagai amalan
bagi harian anggota Nahdlatul Wathan, seperti Hizib
Nahdlatul Wathan, sebuah kumpulan doa dalam bahasa
Arab yang terdiri dari ayat-ayat al-Qur’an, Shalawat wirid
serta zikir40 yang ditulisnya di Pancor, Lombok Timur,
1383/1962. Susunan Hizib tersebut sebagai berikut:
1. Sholawat Nahdlatul Wathan
2. Surat Yasin
3. Surat al-Waqi’ah
4. Surat al-Mulk
5. Miftah Hizib Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul
Banat, bacaan surat al-Fatihah
6. Shalawat enam
7. Hizib Nahdlatul Wathan
39 Wasiat ini merupakan sebuah nasehat atau mauizah terhadap
semua anggota dan simpatisan Organisasi Nahdlatul Wathan, lebih jelasnya
baca, Wasiat Renungan masa Pengalaman Baru oleh Maulana Syeikh Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid, cet. Ke-v 1399 H 1409 H/1979-1981 M
40 Di dalamnya termuat Sholawat Nahdlatul Wathan yang ditulisnya di
atas Makam Rasulullah.

42 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


8. Ikhtisar
9. Hizib Nahdlatul
10. Qasidah al-Minfarijah41.
11. Qosidah, oleh Abi al-Qosim al-Sahail Raud al-Urif
12. Qosidah doa oleh Allamah al-Muhaddits Syeikh
habib Allah al-Syauqawi Zaan al-Muslim.
13. Qosidah do’a, oleh sebagian Auliya dan pada
bagian akhir ditambahkan oleh Maulana Syeikh
Zainuddin Abdul Madjid.
14. Do’a kebebasan oleh Siti ‘Aisyah Ummul
Mukminin.
15. Ayat al-Hifz
16. Al-Asma’ al-Husna
17. Shalawat Ism al-‘azham oleh al-Arif billah
Muhammad Taqiyuddin al-Dimasyqi al-Hambali
18. Shalawat Bardan wa Salaman oleh Maulana Syeikh
Zainuddin Abdul Madjid
19. Shalawat Sepuluh
20. Al-Qosidah al-Muhammadiyah oleh Imam al-
Busyairi dan bagian akhir ditambah oleh penulis
21. Ayat al-Sholihat
22. Shalawat Rahmatan lil alamin, al-Mukhsinin al-
Maqbulin, Shalawat al-Qadr dan ditutup dengan

41 Qasidah ini ditulis Imam al-Arif Abi al-Fadl Yusuf Muhammad al-
Ma’ruf bin Nahwy

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 43
sholawat taisir, oleh maulana Syeikh Zainuddin
Abdul Madjid.42
D. Organisasi Nahdlatul Wathan dan
Perkembangannya
1. Cikal Bakal Nahdlatul Wathan
Nahdlatul Wathan (disingkat NW), merupakan
organisasi massa Islam terbesar di pulai Lombok, Nusa
Tenggara Barat.
Kehadiran NW sebagai organisasi yang bergerak di
bidang pendidikan, sosial dan dakwah Islamiyah berasal
dari dua Madrasah Induk, yaitu Madrasah Nahdlatul
Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) dan Madrasah
Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) nama NW
diambil dari nama-nama awal madrasah tersebut.43
Menguraikan dan menjelaskan latar belakang
lahirnya NW berikut perkembangannya tidak terlepas
dari perkembangan awal kedua Madrasah tersebut.
Untuk itulah dalam uraian ini penulis terlebih dahulu
akan menguraikan secara ringkas perkembangan
Madrasah tersebut sampai lahirnya Organisasi Nahdlatul
Wathan (NW).
2. Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah
(NWDI)
Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah
(NWDI) didirikan oleh TGKH. Muhammad Zainuddin
42 Lihat, al-Syeikh al-hajj Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam
Hizib Nahdlatul Wathan dan Nahdlatul Banat, (Pancor: Penerbit Toko Kita, tth).
43 Hayyi Nu’man dan Safari, Nahdlatul Wathan ; Organisasi Pendidikan,
Sosial dan Dakwah, 1988: 91

44 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Abdul Madjid pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356
H, bertepatan dengan tanggal 22 Agustus 1936 M. di
Pancor, Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Sebelum
lahirnya NWDI ini, TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid mendirikan Pesantren al-Mujahidin pada
tahun 1934 M. setahun setelah Maulana Syeikh kembali
dari tanah suci Mekah. Pesantren Al-Mujahidin didirikan
karena didorong oleh kondisi umum umat islam di Pulai
Lombok yang masih sangat terbelakang akibat tekanan
dari pemerintah kolonial belanda.44
Pesantren al-Mujahidin pada awalnya dimaksudkan
sebagai pilot proyek dengan menggunakan sistem
halaqoh, di sampin itu dimaksudkan untuk mengantisipasi
masyarakat terhadap kebutuhan mereka dalam bidang
pendidikan. Kemudian sitem halaqoh ini dianggap
kurang efektif dan efesien, sistem tersebut telah lama
diprektekkan oleh beberapa ulama sebelumnya, karena
itu beliau menerapkan sitem semi klasik. Dan ternyata
sytem tersebut mampu menarik perhatian dan respon
positif dari berbagai kalangan, terutama kalangan
masyarakat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya
santri-santri yang terdaftar kira-kira 200 orang .
Kemajuan Pesantren ini di samping mengundang
respon positif juga memacu beberapa tanggapan negatif
dari beberapa tokoh masyarakat yang merasa khawatir
kehilangan pengaruhnya serta wibawa-wibawa mereka
di tengah-tengah umat. Termotivasi dengan hal tersebut

44 Wawancara dilakukan oleh Drs. M. Natsir Abdullah, MA. Dalam


Tesisnya dengan judul Teologi nahdlatul wathan, tanggal 8 Januari 1991 H. 13-
14. Dan lihat Maulana Syeikh dalam buku Tajwid Batu Ngompal, tt:20,

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 45
mereka melancarkan serangan-serangannya dengan
berbagai macam tuduhan dan itnah yang dilontarkan
pada Maulana Syeikh. Di antara itnah-itnah dan
tuduhan yang dilontarkan mereka adalah, Maulana
Syeikh dituduh sebagai pengikut Khawarij, Mu’tazilah,
tidak bermazhab dan menyebarkan ajaran sesat serta
digembar-gemborkan sebagai pengikut Wahabi.45
Dengan merebak dan meluasnya itnah dan
tuduhan-tuduhan yang dilontarkan para hasidin (orang-
orang hasad) tersebut, maka sebagian besar orang tua
santri yang menyerahkan anak-anaknya untuk belajar,
menarik kembali hingga tinggal lima puluh orang dari
200 santri. Demikian juga orang yang telah mewakafkan
tanahnya ditariknya kembali tanpa ada alasan yang
jelas. Selain itu rintangan juga datang dari pemerintah
Kolonial Belanda. Lebih jauh lagi TGH. L. Anas Hasyri
menegaskan tuduhan yang dilontarkan mereka adalah
Maulana Syeikh menjual agama dengan dikenakannya
uang iuran (i’anah) setiap bulan.46
Dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan itu
Maulan Syaikh tidak mundur walau setapak dari medan
juang, dan inilah yang menginspirasikan beliau dalam
menulis lagu-lagu perjuangan, seperti Mars Nahdlatul
Wathan. Reaksi dan tantangan itu ibarat pupuk baginya,
semakin gencar reaksi semakin berkobar semangat
juangnya. Mereka berkomplot untuk menghentikan
kegiatan Maulana Syeikh dalam bidang pendidikan.

45 Wawancara dengan TGH. L. Anas Hasyri dan Ust H. Zainal Masyhudi


tanggal 6 Juli 2002 di Praya Lombok Tengah
46 Wawancara dengan TGH. L. Anas Hasyri tanggal 6 Juli 2002

46 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Dan kali ini beliau dihadapkan pada dua pilihan, yaitu
menjadi imam dan khatib atau melanjutkan niatnya
dalam membangun dan mendirikan Madrasah dengan
Konsekwensi berhenti menjadi imam dan khatib,
karena menurut beliau menjadi imam dan khatib
hukumnya fardhu kifayah, karena masih banyak yang
bisa melakukannya, sedangkan mendirikan Madrasah
Fardhu ‘Ain, karena tidak ada yang mau dan bisa
melakukannya.
Ternyata dengan keteguhan dan kesabaran beliau,
segala rintangan dan halangan tersebut bisa diatasi
dan terwujudlah cita-cita beliau dengan berdirinya
Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI)
dan Madrasah ini berdiri di atas sebidang tanah yang
diwakafkan oleh H. Muhammad Syazali47. Dan menjadi
embrio dari seluruh Madrasah dan sekolah Nahdlatul
Wathan.
Dan segera setelah mendapat pengakuan resmi dari
pemerintah Hindia Belanda dengan diterbitkannya akte
berdirinya tertanggal 17 Agustus 1936 maka pada tanggal
15 Jumadil Akhir 1356 H, bertepatan dengan tanggal 22
Agustus 1936 M. Maulana Syeikh meresmikan madrasah
tersebut, dan momen tersebut dijadikan sebagai tonggak
kemenangan moral sehingga sejak saat itu dan setiap
tahun diperingati sebagai hari Ulang Tahun (Hultah)
NWDI.

47 Wawancara dengan TGH. L. Anas Hasyri tanggal 6 Juli 2002, dan lihat
Hayyi Nu’man dalam Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan dan Dakwah
Islamiyahn1998, hal.91

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 47
Di balik keberhasilan tersebut, di samping
kesungguhan dan kesabaran beliau tercatat beberapa
nama yang sangat berperan aktif dalam memberikan
motivasi dan dukungan moral maupun materil,
diantaranya Tuan Guru Abdul Madjid (Ayahanda),
TGKH. Ahmad Rifa’i Abdul Madjid (saudara kandung),
TGKH. Muhammad Faisal Abdul Madjid dan Hajjah
Fatimah (Istri pertama) Maulana Syeikh. Dalam
pengolahan Madrasah tersebut beliau dibantu oleh
beberapa orang saudaranya dan beberapa orang guru,
antara lain Haji Syahabuddin Pancor dan Haji Abdul
Rahim Kelayu.
Seperti halnya madrasah al-Mujahidin, juga
madrasah NWDI dengan sistem kalsiknya dan masuknya
beberapa ilmu untuk tidak luput dari gunjingan
dan itnah dari orang-orang yang memang tidak
menghendaki berdirinya madrasah tersebut, mereka
menilai keberadaan madrasah NWDI dengan sitem
yang sudah diterapkannya sudah jauh menyimpang
dari ajaran Islam sebenarnya dan sistem ini merupakan
produk Eropa. 48
Sistem klasikal yang diterapkan di madrasah
tersebut dibagi menjadi tiga tingkatan, masing-masing
tingkat Ilzamiyah,Tahdiriyah, dan Ibtidaiyah pada tingkat
Ilzamiyah merupakan tahap persiapan dengan lama
belajar satu tahun, dan siswa-siswanya rediri dari anak-
anak yang belum mengenal huruf Arab dan Latin.

48 Eropa menurut kesan ulama lombok merupakan negara kair, oleh


karena itu produk yang diadopsi merupakan produk kair, dan tidak boleh
dikembangkan masyarakat Lombok, Nusa Tenggara Barat.

48 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


lanjutannya tingkat Tahdiriyah dengan lama belajar tiga
tahun. Kemudian setelah dari tingkat tersebut dilanjutkan
ke tingkat Ibtidaiyah denga lama belajar empat tahun.
Tapi dahulu, lama belajarnya empat tahun.49
Dan untuk dapat diterima di tingkat Ibtidaiyah,
disyaratkan telah selesai di tingkat Tahdiriyah atau lulus
sekolah Rakyat (Volkschol) yang telah mendapatkan
pelajaran agama dan mampu tulis baca Arab. Karena
ditingkat itu materi yang diajarkan dominan pelajaran
agama yang berbahasa Arab, kecuali materi berhitung
(al-Hisab) dan menulis huruf latin. Kegiatan belajar
mengajar diselenggarakan mulai pagi hari pukul 7.30 –
13.00 siang hari.50
3. Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah
(NBDI)
Sebagai seorang ulama dan pemimping umat,
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sangat
produktif dan selalu mempunyai kreasi dari ide serta
pemikiran baru (hadits), baru dalam pengertian
sebenarnya dan baru dalam arti di masyarakat Nusa
Tenggara Barat (NTB) pada masanya. Diantara ide
dan pemikiran baru tersebut adalah membuka atau
mendirikan madrasah khusus putri (Lil banat), tepatnya
setelah lima tahun Madrasah NWDI beroperasi dengan
berhasil menamatkan tamatan pertamanya pada tahun
1941. dan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah

49 Wawancara dengan TGH. L. Anas Hasyri tanggal 6 Juli 2002, di Praya


Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat.
50 Hayyi Nu’man Nahdlatul Wathan Organisasi Pendidikan, Sosial dan
Dakwah Islamiyah, 1998, h. 95

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 49
didirikan pada tanggal 15 Rabi’ul Akhir 1364 H, dan
bertepatan dengan 21 April 1943 Masehi.51
Seperti halnya pesantren al-Mujahidin dan NWDI,
berdirinya NBDI juga mendapat reaksi dari masyarakat.
Banayak kalangan menilai bahwa perbuatan ini tidak
wajar, karena sebelumnya mendidik wanita berarti
membentuk dan menciptakan wanita-wanita karier yang
akan meninggalkan kewajiban-kewajibannya sebagai ibu
rumah tangga dan akan sama dengan kaum laki-laki.
Hal tersebut merupakan aib dan perbuatan mengingkari
kodratnya sebagai wanita.52
Sedangkan menurut pandangan pendiri NWDI
dan NBDI memberikan pendidikan pada wanita juga
termasuk melaksanakan dan menerapkan ajaran serta
syari’at agama seperti yang telah dilakukan Rasulullah
SAW, bahkan dipertegas dalam Hadits beliau. Selanjutnya
pendiri NWDI dan NBDI menegaskan bahwa tegaknya
suatu negara dengan baiknya para wanita dan rusaknya
suatu negara, jika wanitanya pun rusak dalam pengertian
tidak mendapat pendidikan yang layak.53
Sejarah telah banyak mencatat beberapa wanita
Islam yang terdidik, seperti Siti ‘Aisyah Binti Abi Bakar,
ia merupakan perempuan yang terbanyak menghafal

51 Tanggal 21 April 1943, ditetapkan sebagai tahun kelahiran Madrasah


NBDI ternyata tidak disangka-sangka menjadi momen sangat bersejarah
bagi bangsa Indonesia, yaitu dengan menetapkan hari tersebut sebagai hari
Kartini.
52 Ibid
53 Bandingkan dengan Qasim Amin dalam Prof. DR. Harun Nasution,
Pembaharuan Dalam Islam, sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta, Bulan
Bintang, 1991, cet. Ke-8, h.70.

50 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Hadits dan menjadi rujukan para wanita pada zamannya
bahkan sampai saat ini.54
Dalam al-Qur’an terdapat statemen-statemen
yang menganjurkan kaum wanita untuk berkarer dan
mengingatkan dirinya, (lihat, Al-Qur’an Surat al-Nahl:
97, Al-Mukmin: 40, al-Nisa’: 124, Ali Imran : 195, Al-
Taubah: 72, Al-Ahzab : 35, dan lain-lain).
Melihat beberapa nash al-Qur’an dan Hadits serta
fakta sejarah tersebut Maulana Syeikh memperjuangkan
dengan gigih, dan penuh kesabaran dalam menghadapi
beberapa isu dan ujian untuk berdirinya madrasah
khususnya kaum wanita.
Tantangan dan reaksi cukup keras datang dari
kalangan masyarakat saat itu, karena adat istiadat
masyarakat Lombok saat itu sangat kuat dan keras,
dimana wanita tidak diperbolehkan keluar rumah, tugas
mereka hanya di dapur dan mengurus rumah tangga
serta membesarkan anak. Namun dengan kegigihan
dan kesabarannya semua itu dapat terwujud. Pada
periode awal perkembangan madrasah ini telah mampu
menamatkan santrinya.
Sejak zaman penjajahan sampai dengan zaman
kemerdekaan mengalami perubahan dan perkembangan
secara bertahap. Perubahan tersebut dapat dilihat dalam
bidang kurikulum, jenjang atau tingkatan serta jenis dan
nama-nama madrasah sesuai dengan tuntutan zaman.

54 Ibid. h. 81

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 51
Awalnya kurikulum yang dipakai pada madrasah-
madrash tersebut sama dengan kurikulum yang dipakai
di madrasah al-Shaulatiyah sebagai almamater pendiri
madrasah NWDI dan NBDI, yaitu TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid. Pada awal tahun 1951 tingkat
Tahdiriyah ala Makkah diintegrasikan ke Ibtidaiyah seperti
Indonesia, yaitu dengan dijadikan Ibtidaiyah enam tahun
dengan 40% pengetahuan umum dan 60% pengetahuan
agama. Kemudian pada tanggal 2 November1952 dibuka
Sekolah Menengah Islam (SMI) dengan lama tiga tahun
dan berhasil meluluskan alumni 2 kali.55
Melihat perkembangan dan peningkatan dari
madrasah-madrasah yang ada, maka perlu dibentuk
suatu organisasi untuk menangani berbagai kebutuhan
dan keperluan peningkatan dalam pengelolaan
lembaga-lembaga yang ada di tingkat yang lebih baik
dan profesional. Oleh karena itu, Maulan Syeikh sebagai
pendiri dan penggagas NWDI dan NBDI mengadakan
rapat dalam rangka merealisasikan niat tersebut,
yaitu pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 Hijriyah,
bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953 Masehi dan ide
tersebut disepakati, maka lahirlah organisasi Nahdlatul
Wathan (NW), dan Maulana Syeikh dinyatakan sebagai
pendirinya. Dengan demikian momentum yang sangat
bersejarah itu ditetapkan sebagai hari lahirnya Organisasi
Nahdlatul Wathan (NW).

55 Abdul Hayyi Nu’man, Nahdlatul Wathan, Op. Cit. hal. 148

52 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


4. Perkembangan Organisasi Nahdlatul Wathan
(NW).
Seperti dijelaskan di atas bahwa organisasi
Nahdlatul Wathan lahir pada tanggal 15 Jumadil Akhir
1376 H, yang bertepatan dengan tanggal 1 Maret 1953
M di desa Pancor Lombok Timur dimana pendirinya
bermukim.
Nahdlatul Wathan sebagai organisasi Islam yang
mengemban tugas keagamaan, yang bergerak di bidang
pendidikan. Sejak berdirinya telah mulai berbenah
diri untuk menyusun konsep dan rumusan organisasi,
termasuk di dalamnya Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga, serta program-program kerja agar
mendapat pengakuan resmi dari kegiatan sentral, yaitu
kegiatan pendidikan di lingkungan madrasah.
Pada tahun 1957, Nahdlatul Wathan diakui secara
resmi dengan akte No. 48 tahun 1957 yang dibuat dan
disahkan oleh notaris pembantu Hendrik Alexander di
Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tetapi dengan akte
tersebut, organisasi ini belum mampu mengembangkan
sayapnya keluar daerah Lombok, oleh karenanyan untuk
kedua kalinya, dibuatlah akte baru dengan Nomor 50
tanggal 21 Juli 1960, yang dibuat dan disahkan oleh
notaris pengganti, yaitu Sie Lk Tiong di Jakarta dengan
pengukuhan dari Menteri Kehakiman pada tanggal 17
Oktober 1960 dengan Nomor J.A.51055 dan dimuat
dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia
nomor 90 tanggal 8 November 1960. 56

56 Drs. H. Hayyi Nu’man dan Sahafari, Nahdlatul Wathan, Organisasi

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 53
Setelah terbit akte yang kedua, maka Nahdlatul
Wathan berusaha mengembangkan dirinya ke daerah-
daerah yang berada di luar Lombok. Oleh karena itu
dari tahun 1960 sampai saat ini terbentuklah pengurus-
pengurus Nahdlatul Wathan di seluruh Kabupaten di
Propinsi Nusa Tenggara Barat, bahkan sampai ke luar
pulau Lombok, seperti Sulawesi, Kalimantan, Bali, dan
DKI Jakarta dengan status perwakilan.57
Sejalan dengan proses perubahan yang terjadi,
Nahdlatul Wathan sebagai organisasi Islam dihadapkan
dengan sejumlah tuntutan, yaitu bagaimana Nahdlatul
Wathan mengembangkan kondisi pendidikannya sesuai
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan
bagaimana peran Nahdlatul Wathan dalam merumuskan
langkah-langkah stretegisnya dalam rangka
menyelesaikan problem-problem yang dihadapinya,
seperti masalah-masalah sosial kemasyarakatan, serta
bagaiman cara mengaktifkan dakwah Amar Ma’ruf
Nahi Mungkar.
Dalam menjawab beberapa persoalan tersebut,
Nahdlatul Wathan dihadapkan pada persoalan, pertama
perluasan kemampuan dan intelektualitas dalam
mengatasi problematika yang ada, kedua pengembangan
dirinya, baik secara kelembagaan maupun perseorangan,
agar tetap akses dan segala program-programnya
relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan
identitas dan kepribadiannya.

Pendidikan dan Sosial dan Dakwah Islamiyah (Selong, 1988,.157)


57 Drs. H. Lalu Gede Wiresentane (Ketua Umum PBNW), dalam Natsir,
MA., (Tesis, Teologi Nahdlatul Wathan), 1992:36.

54 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Dan sebagai dasar konstitusional dalam merealisir
semua program-programnya, maka pada tanggal 12
Agustus 1963, dalam Mu’tamar ke-4 Nahdlatul Wathan
berhasil menyempurnakan Anggaran Dasarnya, dalam
bab I ayat 3 ditetapkan bahwa Nahdlatul Wathan
merupakan organisasi yang bergerak di bidang
pendidikan, sosial dakwah Islamiyah.58
5. Nahdlatul Wathan Sebagai Organisasi
Pendidikan dan Dakwah Islamiyah
Perkembangan lembaga di lingkungan Nahdlatul
Wathan dari tahun ke tahun menunjukkan graik yang
naik, pada tahun 1957 dibuka Madrasah Muallimin dan
Muallimat enam tahun. Kemudian pada tahun 1959
diresmikan berdirinya Madrasah Tsanawiyah 3 tahun,
Madrasah Menengah Atas (MMA), dan pendidikan Guru
Agama Lanjutan (PGAL). Dan kemudian pada tahun
1964 didirikan Akademi Paedagogik Nahdlatul Wathan
(APNW).59
Dalam rangka melestarikan sistem pengajaran di
Madrasah Al-Shaulatiyah (almamater pendiri NWDI,
NBDI, dan NW), maka beliau mendirikan “Ma’had Darul
Qur’an wal Hadits al-Majidiyah al-Syai’iyah Nahdlatul
Wathan” pada tahun 1965 Masehi dan menyusul Ma’had
Lil Banat tahun 1974 khusus bagi wannita. Ma’had
ini setingkat dengan Akademi, dengan menerapkan
kurikulum Madrasah Shaulatiyah.

58 Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul Wathan,


(Selong, Pengurus Nahdlatul Wathan, 1963. 5)
59 Hayyi Nu’man. OP Cit. h. 117.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 55
Dan untuk mengantisipasi perkembangan zaman,
maka didikan pula sekolah-sekolah umum seperti
SMPNW, SMANW, SPGNW yang kemudian menyusul
di kota-kota dan daerah-daerah lainnya seperti Mataram,
Kediri, Narmada dan lain-lainnya.60
Untuk menindak lanjuti para alumnus dari tingkat
SLTA, maka Nahdlatul Wathan pusat (Pancor) mendirikan
Perguruan Tinggi berupa Universitas Hamzanwadi,
singkatan dari Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah pada tahun 1977,
kemudian STKIP dan pada tahun 1981 dibuka Sekolah
Tinggi Ilmu Syari’ah (STIS), dan pada tahun 1989 dibuka
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID) HAMZANWADI.
Perkembangan pendidikan Nahdlatul Wathan ini
didukung oleh peran organisasi ini sebagai Organisasi
dakwah Islamiyah. Oleh karena itu kegiatan pendidikan
dan dakwah tidak dapat dipisahkan, dakwah dilakukan
untuk mengajak umat melakukan yang baik dan
mencegah yang mungkar (Amar Ma’ruf Nahyi
Mungkar), kemudian pendidikan dilaksanakan untuk
meningkatkan kualitas umat menjadi “Khaira Ummatin”
(sebaik-baik umat).
Untuk itulah organisasi Nahdlatul Wathan
sebagai organisasi dakwah telah menampilkan diri
iktu serta dalam pelaksanaan dakwah (Amar Ma’ruf
Nahyi Mungkar). Hal tersebut terealisasi dalam bentuk
berdirinya Majelis-Majelis Taklim dan Majelis-Majelis

60 Laporan Pertanggung Jawaban PBNW, Muktamar NW ke-IX Pancor


Lombok Timur, 3-5 Juli 1991. h. 17

56 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Dakwah Nahdlatul Wathan di seluruh kecamatan pulau
Lombok serta ke daerah-daerah di Pulau Sumbawa.
Melalui dakwah tersebut Maulana Syeikh dan para
alumninya menyampaikan ilmu-ilmu agama serta ayat-
ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW.61
6. Nahdlatul Wathan Sebagai Organisasi Sosial
Peran sosial Nahdlatul Wathan sebagai organisasi
kemasyarakatan pada dasarnya merupakan tugas rutin
dan senantiasa dilakukan, karena Nahdlatul Wathan
sudah mengakar di hati masyarakat Lombok Nusa
Tenggara Barat.
Potensi Nahdlatul Wathan telah mendapat
pengakuan yang sangat mendalam di lingkungan
masyarakat dengan berbagai program dan aktivitas
langsung ke masyarakat dalam membuat berbagai
kepentingan masyarakat tersebut.
Pola pengembangan telah dirintis sejak tahun 70-
an dengan melakukan berbagai modal kegiatan sosial,
seperti menggalakkan amal jariyah, gotong royong,
61 Kegiatan dakwah yang dilakukan Nahdlatul Wathan melalui
tiga periode, periode awal dakwah bi al-lisan (Ceramah), dan ini dominan
pada masyarakat-masyarakat di pulau Lombok. Kemudian periode kedua
dilakukan dengan mengajak mereka melakukan sesuatu secara bersama-
sama seperti gotong royong untuk membangun masjid dan lain sebagainya.
Kemudian periode ketiga melalui tulisan, hal tersebut diaktualisasikan dengan
terbentuknya suatu media cetak yang berbentuk tabloid sejak tahun 1986.
Terbitan perdananya mencapai 5000 eksemplar, sekarang (1991) mencapai
6000 eksemplar setiap bulan. (Wawancara dengan Safari tanggal 5 April 1991,
oleh Drs. Natsir Abdullah MA.) dan tahun 1998 terbit majalah sinar lima yang
diprakarsai oleh Perwakilan Nahdlatul Wathan. Sedangkan terobosan lain
dalam menyebarkan da’i-da’I, yaitu dengan mengadakan kerja sama antara
Nahdlatul Wathan dengan Pemerintah (Departemen Transmigrasi). (Lihat
Pertanggungjawaban PBNW, Op Cit H. 30).

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 57
pemberian santunan kepad fakir miskin, pelayanan
kesehatan dan lain sebagainya.62
Peran sosial Nahdlatul Wathan ini diwujudkan
dengan mendirikan panti asuhan untuk menyantuni
fakir miskin, yatim piatu pada tempat-tempat yang
kondisi ekonomi masyarakatnya memungkinkan,
diantaranya mengadakan kerja sama denga BKKBN
Propinsi Nusa Tenggara Barat, maupun BKKBN Pusat
untuk mengadakan penyuluhan-penyuluhan kepada
masyarakat pedesaan yang masih jauh tertinggal. Hal
tersebut telah dibina kerjasama dengan Pathinder Fund
Boston USA untuk Klinik Sejahtera Nahdlatul Wathan.
Kerjasama ini dalam bentuk alat-alat kontrasepsi,
penerangan dan motivasi, latihan tenaga home visiter
dan supervisor.63
Dalam kaitan tersebut Nahdlatul Wathan juga
membentuk suatu Badan Pengkajian Penerangan
dan Pengembangan Masyarakat Nahdlatul Wathan
(BP3 MNW), kemudian BP3 MNW ini ditunjuk oleh
pemerintah (Departemen Agama RI) sebagai pelaksana
salah satu program kelangsungan hidup anak, yang
merupakan kerjasama pemerintah Republik Indonesia
dengan UNICEF, yaitu salah badan organisasi dunia
(PBB) untuk anak-anak.
Melihat beberapa peristiwa dan momen yang telah
dilakukan oleh Nahdlatul Wathan, dapat disimpulkan
bahwa peran sosial yang dilakukan tidak bisa dipandang

62 Lihat al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat-2.


63 Ibid

58 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


sebelah mata, karena dari beberapa data tersebut terlihat
bahwa Nahdlatul Wathan bukan hanya pelanjut namun
juga sebagai perintis dari program-programnya.
Tokoh penting di balik keberhasilan tersebut tidak
terlepas dari peran aktif pendiri Nahdlatul Wathan,
yakni “TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid”
didukung oleh ulama-ulama yang lain.
Begitu besar peran ulama (Tuan Guru) sehingga
masyarakat sangat menghormati beliau. Kesan tersebut
terambil dari masyarakat Lombok, dalam hasil penelitian
yang dilakukan oleh peneliti sweda “Endak Mungkin Tuan
Guru Jauk Ite Aning Nerake”.64
Adapun gambaran umum kepengurusan Organisasi
Nahdlatul Wathan terlihat sebagia berikut:
1. Muktamar pertama Nahdlatul Wathan di Pancor,
lombok Timur 22-24 Agustus 1954, susunan
pengurus yang dihasilkan adalah TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Madjid. Sebagai
Ketua Umum
2. Muktamar Nahdlatul Wathan kedua di Pancor,
23-26 Maret 1957. Dan Ketua Umum yang terpilih
adalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid.
3. Muktamar ketiga di Pancor, 25-27 Januari 1960. Dan
sebagai ketua umum terpilih TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid.
64 Artinya, Tidak mungkin Tuan Guru mengajak Kita ke Neraka,
lihat sven Cederroth the spell of the Ancestor and Power of Makkah, a Sasak
Community in Lombok, (otebory, Vasastadent, 1981), hal. 85

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 59
4. Muktamar Nahdlatul Wathan keempat di Pancor,
10-14 Agustus 1963 dan ketua umum yang terpilih
adalah H. M. Yusi Muhsin (Kelayu), dan Maulana
Syeikh Sebagai Penasihat.
5. Muktamar kelima di Pancor, 29 Juli – 1 Agustus
1966 dan yang terpilih sebagai ketua umum adalah
H.M. Djalaluddin, SH. (Mataram)65. Dan Maulana
Syeikh menjabat sebagai Ro’is ‘Am.
6. Muktamar ke enam di Mataram, 24-27 September
1969.
Dan yang menjabat sebagai ketua umum yaitu H.M.
Djalaluddin, SH. Sedangkan Maulana Syeikh menjabat
sebagai Ro’is ‘Am, dan anggota dari Dewan Mustasyar
antara lain, Ustad H. Zainal Abidin Ali (Sakra), Ustad H.
Najmuddin (Praya), Ustad H.M Yusi Muhsin (Kelayu),
dan Ustad H. Zainuddin Mansur, MA. (Sakra).66
Berhubung dengan keluarnya keputusan Dewan
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Wathan tanggal 6
Agustus 1976 M. bertepatan dengan 10 Sya’ban 1396 H.
tentang pembubaran dan ambil alih pimpinan Pengurus
Besar dan Pengurus Wilayah NW Nusa Tenggara Barat
maka kepemimpinan Organisasi sejak itu diambil alih
oleh Pendirinya, yaitu TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid sampai diadakannya Muktamar Nahdlatul

65 H.M. Jalaluddin, SH., adalah mantan Pengurus Besar Nahdlatul


Wathan periode 1966-1972 (dua periode) yaitu 1966-1969, dan 1969-1972 dia
adalah mantan menantu TGKH. M. Zainuddin Abdul Madjid. (Mantan Suami Hj.
Siti Rauhun).
66 Lihat kumpulan hasil muktamar Nahdlatul Wathan dari masa ke
masa, oleh Khairil Anwar, Pancor Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.

60 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Wathan yang ke delapan di Pancor Lombok Timur Nusa
Tenggara Barat. Dan pada Muktamar tersebut terpilih
sebagai Ketua Umumnya adalah Drs. H. Lalu Gede
Wiresentane.67 Ia menjabat sebagai ketua umum selama
dua periode, kemudian setelah pengurus besarnya
wafat, diadakan Muktamar ke sepuluh di Praya Lombok
Tengah Nusa Tenggara Barat, 25 s/d 26 Juli 1998. dan
terpilih sebagai Ketua Umumnya adalah putri Pendiri
NWDI, NBDI dan NW Hj. Siti Raihanun Zainuddin
Abdul Madjid.68

67 Drs. H. Lalu Gede Wiresentane adalah Ketua Umum Pengurus Besar


NW Periode ke delapan dan ke sembilan. Dan beliau adalah menantu dari
TGKH. M. Zainuddin Abdul Amdjid. (Suami dari Hj. Siti Raihanun Zainuddin
Abdul Madjid).
68 Hj. Siti Raihanun Zainuddin Abdul Madjid adalah putri TGKH.
Zainuddin Abdul Madjid dari perkawinan belaiau dengan Hj. Rahmatullah
Jenggik.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 61
B a b Tig a

TEORI POLITIK ISLAM

A. Deinisi Politik Islam

S inonim kata ” politik” dalam bahasa arab


adalah siyasah,69 yang artinya : “Membuat
kemashalatan manusia dengan membimbing
mereka ke jalan yang menyelamatkan baik untuk masa
sekarang atau masssa yang akan mendatang;ilmu
pemerintah dan pengendalian tugas Negara baik didalam
ataupun luar negeri”70.’ mengatur atau memimpin
sesuatu dengan cara yang membawa kemashalatan71,
“Undang – undang yang diletakan untuk memelihara
ketertiban dan kemashalatan serta mengatur keadaan;72
69 Kata siyasah menurut kamus bahasa arab, berasal dari akar kata
sasa-yasusu, yang arti pokoknya adalah memelihara, mengajar (kuda) dan
mengatur pemerintah (kaum). Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia, (Jakarta
: PT Hida Karya Agung, 1990), Hal. 184.
70 Louis Ma’luf, Al-Munjid Fi Al-Lughoh Wa Al-A’lam, (Beirut : Dar Masyiq,
1975) hal. 362.
71 Abu Fadh, al-Din Muhammad Ibnu Mukram Ibnu Manzur, Lisan Al-
Arab, (Beirut : Dar al-Sahadar, 1968),hal.522
72 Abd. al-Wahab Al-Khallaf, Al-Siyasat Al-Syari’ah, (Kairo : Dar Al-Ansor
1977), hal. 4

Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 63
Dari beberapa pengertian diatas, Nampak politik di
satu sisi dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan atau
teori tentang kepemerintahan atau ketatanegaraan, dan
sisi lain politik adalah tindakan yang digunakan dalam
suatu pemerintahan. Yang pertama adalah pengertian
politik dalam tatanan nilai, dan yang kedua adalah
pengertian politik dalam tatanan praktis (Prilaku).
Politik islam atau politik dalam terminology islam
disebut dengan iqh al-siyasah dan al-sar’iyah, yang
memiliki makna deinisi beragam sesuai dengan konteks
dan perkembangan historis politik islam itu sendiri.
Pengertian etimologis dari kata siyasah sebagai
sinonim dari politik telah penulis uraikan pada sub
bab terdahulu, sedangkan makna terminologid dari
kata siyasah mengalami dinamika pada setiap fase
perkembangan sejarah islam Bernard lewis mencatat
bahwa pada masa islam klasik, kata siyasah yang sering
diterjemahkan politik, nampaknya lebih tepat jika
diartikan sebagai suatu keterampilan atau keahlian
memerintah atau mengatur manusia dalam sebuah
pemerintahan. Sementara pada abad pertengahan,
yaitu semasa pemerintahan dinasti abbasiyah hingga
runtuhnya, kata ini meski pada mulanya diartikan
dalam pengertian diatas, namun akibat pengaruh
pemikiran helenis (Yunani), siyasah mengalami
pergesaran arti kepada makana yang lebih teoritis dan
ilosoi,. Sedangkan pada masa modern (akhir abad ke
-19) Siyasah dalam bingkai bahasa arab modern, secara
khusus berate polotik, kebijakan, bersifat politisi dalam

64 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


pengertian yang kurang lebih sama dengan pengertian
di eropa.73
Sedangkan terminology siyasay dalam konotasi
keislaman diartikan oleh ibnu qayyim al-jauziyah
sebagai perbuatan yang membawa manusia dekat
kepada kemashalatan dan menghindarikan mereka dari
kerusakan, walaupun rasul tidak memetapkannya dan
allah tidak mewahyukannya. Dalam pengertian serupa
bahantsi ahmad fathi menyatakan bahawa siyasah dalam
pengurusan kepentingan- kepentingan 9masalih) umat
manusia sesuai dengan syara;74
Implikasi dari dinamika pengertian siyasah
tersebut, kemudian terminology politik Islam (iqh al-
siyasah/siyasah al-syarariyah) pun mengalami dinamika
yang sama. Istilah al-siyasah ketika dihubungkan
dengan system khilafah akan cendrung di konotasikan
dengan keberadaan khilafah sebagai sebuah intitusi
negara, yaitu negara Islam. Hal ini pun mempengaruhi
konsep politik Islam yang diungkapkan oleh para
pemikir pundementalis, seperti Rasyid Ridha, yang
memandang khilafah sebagai sistem bernegara dalam
Islam, demikian pula halnya jika al-siyasah al-syar-
iyah dikonotasikan dalam sistem pemerintahan negara

73 Analisa tentang makna siyasah yang dikemukan Bernad Lewis ini,


berdasarkan kajian terhadap transkip-transkip dan hadits-hadits yang adapada
setiap fase perkembangan sejarah islam, baik pada rasullah, Khulafa’urosidiun,
bani ummayah, bani abbasiyah. Untuk lebih jelasnyanya tentang uraian ini
dapat dilihat pada apedix berjudul Siyasah dalam buku Bahasa Politik Islam,
terj. Ihsan Ali Fauzi, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), hal. 177-
193.
74 J. Pulungan, Fiqih Siyasah Ajaran Sejarah Dan Pemikiran, ( Jakarta : PT.
Raja Graindo Persada, 1999) Cet. Ke-4, hal. 21.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 65
modern atau kontemporer. Meski demikian secara
umum al- siyasayah atau iqih siyasah diartikan sebagai
siyasah (politik Islam) yang dihasilkan oleh pemikiran
manusia yang berlandaskan etika agama dan moral
dengan memperhatikan prinsip-prinsip umum sya’riat
dalam mengatur manusia hidup bermasyrakat dan
bernegara.75 Hal inilah yang membedakan pengertian
siyasah dengan politik. Berikut beberapa deinisi politik
Islam yang dikemukan oleh beberapa cenndekiawan
muslim.
Abdul wwahab khalaf menyatakan iqih al-siyasah
atau al-siyasah adalah “ pengelolan masalah umum bagi
Negara bernuansa islam yang menjamin kemaslahatan
dan terhindar dari kemudhaaratan dengan tidak
melanggar ketentuan syari’iat dan prinsip yang umum
meskipun tidak sesuai dengan pendapat-pendapat para
imam mujtahid.76
Dalam pengertian serupa, Abd al-rahman
taj menyatakan “ siyasah syar’iyah adalah hokum-
hukum yang mengatur kepentingan Negara dan
mengorganisasikan urusan ummat yang sejalan dengan
jiwa syari’at dan sesuai dengan dasar-dasarnya yang
universsal (kulli) untuk meralisasikan tujuan-tujuannya
yang bersifat kemasyarakatan, sekalipun hal itu tidak
ditunjukan oleh nash-nash tafshili yang juz’I dalam al-
qur’an dan sunnah.77

75 Ibid, hal.24-25
76 Abd al-Wahab Khalaf,.op.cit.hal.15
77 J. Sayuti Pulungan, op.cit, hal 25

66 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Dalam kedua difenisi tersebut terdapat persamaan
dan perbedaan. Persamaan dari kedua deinisi adalah
bahwa politik (siyasyah) dikaitkan dengan tata cara
penyelenggaraan negara, baik dalam menetapkan
kebijaksnaan ataupun dalam pelaksanaannya. Perbedaan
atara kedua adalah pada pengertian pertama pengaturan
baik mengenai penetapan undang-undang, kebijakan
dalam pelaksanaannya, sesuai dengan kemaslahatan
umat, meski penetapan-penatapan tersebut tidak
termaktub secara eksplisit dalam al-qur’an dan sunnah
dan meskipun bertentangan dengan ijtihad para ulma’,
ditetapkan dalam sebuah negara Islam, sedangkan
pada pengertian kedua hal-hal itu tidak dikonotasikan
dalam bentuk negara yang mengatur serta menetapkan
pelaksanaan kebijakan-kebijakan tersebut.
Secara luas Yusuf al-Qardawi menjelaskan
deinisi politik Islam sebagai pengatur masyarakat
atau menangani urusan mereka dan mendatangkan
kemaslahatan bagi mereka yang berlandaskan syariat
Islam yaitu dengan menjadikan syari’at sebagai pangkal
tolak, tempat kembali dan bersandarnya tujuan dan
sasarannya serta mengaplikasikannya di mukabumi
dengan menancapkan ajaran – ajaran dan prinsip-
prinsipnya ditengah-tengah manusia.78
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa politik islam
adalaLebih lanjut, ia menjelaskan bahwa politik islam
adalah sesuatu yang integral dangan syari’at, maka
baginya tidak jika politik Islam adalah sesuatu yang

78 Yusuf al-Qardawi, Pedoman Bernegara dalam Perspektif Islam,


(Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1999), Cet. Ke-1 hal. 33

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 67
integral dengan syari’at, agama dan daulah, kebenaran
dan kekuatan, ibadah dan kepemimpinan, mushaf dan
pedang.79
Selain itu, Yusuf Al-Qardawai juga menjabarkan
maksud dari keterikatan politik dengan syariat yang
sering disalah artikan dan dianggap bahwa politik Islam
bersifat skriptualis. Dimana dalam tatanan aplikatifnya
hanya terbatas pada apa yang ditegaskan oleh teks-teks
suci secara eksplisit. Padahal menurutnya, politik Islam
di tetapkan berdasarkan dua metodologi ilmiah yang
valid, yaitu:
1. Melakukan pengembalian hokum dari al-qur’an
dan as-sunnah serta memanfatkan pendapat-
pendapat ulama iqih dari berbagai madzhab, para
sahib, serta para tabi’in
2. Berinteraksi dengan realitas kehidupan konteporer,
berbuat untuk memecahkan problem dengan
merujuk kepada syariat yang sudah pasti tidak
menutup mata terhadap realitas realitas tersebut
akan tetapi dengan cara melakukan pemahaman
yang benar dan mendalam terhadap nash yang
bersifat vparsial dalam wilayah tujuan yang
universal serta dengan memilih antara hokum
–hukum yang monumental dan hokum –hukum
incidental dan atara hokum-hukum tyang
ditetapkan oleh rasululah SAW. dalam kapasitasnya
sebagai pemimpin politik yang bersifat kondisional
hingga memungkinkan penyesuaian terhadap

79 Ibid, hal 34

68 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


dinamika kehidupan dan hokum-hukum yang
beliau tetapkan dalam kapasitasnya sebagai rasul
yang menghasilkan hokum-hukum monumental
yang berlaku hingga akhir zaman.80
Dari pemafaran Yusuf al-Qardawi di atas, nampak
jelas, bahwa beliau memposisikan pendapatnya diantara dua
pengertian sebelumnya, dimana dalam bukunya “Pedoman
Bernegara dalam Persefektif Islam”, ia menggagas sebuah
system politik Islam yang beradaptasi dengan system politik
modern yang tetap berorientasi pada pelaksanaan syaria’at.81
Memang tidak disebutkan dalam buku tersebut bentuk
negara ideal” yang menjalankan peran politiknya sesuai
dengan tuntunan syariat, akan tetapi uraiannya tentang
metode penerapan syariat dalam konteks politik Islam,
sebagaimana telah penulis uraikan di atas memiliki dua
bentuk interperestasi : pertama, ide tersebut secara implicit
adalah konsep “ malu-malu” Dr. Yusuf al-Qardawai tentang
sistem negara islam, Kedua, ide tersebut merupakan
ketegasan prinsip bahwa yang terpenting dalam
penetapan syariat, bukanlah bentuk negaranya, tapi
aplikasi syariat itu sendiri dalam sebuah Negara. Dalam
hal ini penulis tidak mau bersekulasi untuk menyatakan
apa maksud sebenarnya dari penjelasan Dr. Yusuf al-
Qardawi tersebut, karena yang terpenting dalam uraian
ini adalah formulasinya tentang politik islam.
80 Ibid, hal.32.
81 Hal serupa juga dijalaskan oleh Yusuf al-Qardawai dalam Fiqih
Daulah dalam Perspektif al-Qur’an dan al-Sunnah,(Jakarta: Pustaka al-Kautsar,
1997), Cet. Ke-1, dimana secara panjang lebar dijelaskan sikap sebagai muslim
yang jumud dalam melakukan teroritasi sistem politik Islam dan sikap orang-
orang sekuler dan phobia terhadap Islam yang menjadikan Islam sebagai
agama “sudut-sudut masjid:.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 69
Perbedaan terminologis politik islam di atas,
sebagaimana telah penulis nyatakan sekilas di atas,
adalah buah dari dinamika sejarah perkembangan politik
dalam islam yang membentuk aliran – aliran tersendiri
berdasarkan metodologi penalaran yang berbeda.
Politik islam tidak bisa dilepaskan dari sejarah
islam yang multiinter-preatif semacam ini. Pada sisi lain,
hamper setiap muslim percaya akan pentingnya prinsip-
prinsip islam dalam kehidupan politik pada saat yang
sama, karena sifat islam yang multiinterpreatif ini, tidak
pernah ada pandangan tunggal mengenai bagaimana
seharunya islam dan politk dikaitkan secara pas. Bahklan
sejauh yang bisa diungkapkan dari perjalanan diskursus
intelektual dan histories pemikiran dan praktik politik
islam, ada banyak pendapat yang berbeda –beda beberapa
bahkan saling bertentangan mengenai hubungan yang
sesuai antara islam dari politik.82
Sebagai penutup dari sub bahasan ini, penulis
menegaskan bahwa meskipun akal mendapat tempat
dalam sisitem pembentukan hokum dalam ajaran islam
, yang artinya ia juga mendapatkatkan tempat untuk
menformulasikan sitem politik, tapi bukanlah berarti
akal dapat terlepas bagitu saja dari ketetapan-ketetapan
syariat yang tertuang dalam al-qur’an dan as-sunnah baik
secara eksplisit maupun implicit. Untuk memperjelas
ungkapan ini, penulis uraikan dalam sub bab berikut.

82 Bahtiar Efendy, Islam dan Negara Transformasi Pemikiran dan Praktik


Islam di Indonesia, (Jakarta : Paramadina, 1998), Cet. Ke-1 hal 11

70 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


B. Landasan Dan Tujuan Politik Islam
Selain ”bercermin” kepada sejarah ilmu politik
juga bersandar pada pemikiran-pemikiran ilsafat
bangsa Yunani, yang mana sejak tahun 450 sebelum
masehi pemikiran-pemikrannya tentang negara adalah
tertuang dalam karya-karya ilosoi Yunani, seperti Plato,
Aristoteles dan tokoh lainnya.
Pemikiran politik dan kenegaran dan kenegaran
tersebut kemudian beradaptasi dengan peradaban
masyrakat dibelahan dunia lain, dan melahirkan
perpaduan antara peradaban-peradaban tersebut
sehingga melahirkan pemikiran politik yang adapusionis,
dan salah satunya adalah pemikiran politik islam.
Sejarah umat islam merupakan bagian yang dinamis
dari pengalaman historis islam. Keberhasilan islam pada
masa-masa awal dan selanjutnya memberikan penegasan
kepada umat islam akan misi wahyu, dan titik permulaan
untuk memahami islam dalam dunia modern harus
dilihat dari pengalaman historis umat islam, termasuk
didalamnya pemahaman terhadap pemikiran politik
islam. Interaksi yang panjang selama kurun waktu yang
berubah-ubah dengan pesan al-Quran yang bersifat
permanen telah memberikan pola-pola dan ideal serta
pengaruh yang berkelnajutan, dan interaksi itu telah
pula memberikan dasar bagi pemikiran politik islam.
Muhammad secara pribadi telah memainkan
peran kunci dalam perkembangan komunitas muslim.
Selain menjadi pemimpin agama, beliau juga sebagai
koordinator utama persoalan politik dan administrative

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 71
sekaligus sebagai komando militer. Semua aspek
kehidupan komonitas tersebut merupakan subjek dari
pesan wahyu Allah. Muhammad telah menunjukan
ketundundukan yang begitu kuat kepada wahyu Allah,
tetapi pada saat yang sama sangat leksibel dalam
menghadapi dinamika sosial yang ada. Kemampuan
untuk beradaptasi secara tepat merupakan faktor
pemersatu yang sangat penting bagi komonitas muslim.
Konservatismenya di contohkan dengan keinginan
untuk tetap menerima symbol-symbol dan adat-adat
kebiasan yang ada, ketika hal tersebut harus ditafsirkan
kembali dalam kerangka wahyu.83
Ini awal kehidupan berpolitik umat islam yang
landasan utamanya adalah ajaran-ajaran islam itu
sendiri.
Pada fase selanjutnya politik umat islam menjadi
begitu dinamis dan responsive terhadap pemikiran-
pemikiran, symbol, dan adat istiadat yang ada di sekitar
mereka, “karena pada hakekanya islam adalah agama
inklusif, bersikap trbuka dan toleran terhadap berbagai
pengaruh peradaban “asing” sejauh tidak bertentangan
dengan prinsip ketuhanan (Tauhid) dan mampu
memperkaya tradisi keilmuan islam.84 Sikap inilah yang
membuka bagi masuknya pemikiran-pemikran ilsafat
Yunani, dan system politik bangsa ini yang tertuang
dalam karya-karya para ilosoinya.

83 Jhon Obert Voll


84 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat, (Jakarta: Darul Falah, 1999),
Cet. Ke-1, 14

72 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Uraian diatas, penulis maksudkan untuk
memberikan gambaran yang jelas tentang dinamika
berpolitikan umat Islam, yang mana politik dalam
pandangan umat Islam bukan sekedar dilatar belakangi
dorongan alamiah untuk memenuhi kebutuhan hidup
sebagai mahluk sosial. Akan tetapi lebih dari itu, politik
adalah sesuatu yang inheren dalam syariat dengan
kata lain berpolitik indentik dengan penunaian syariat.
Karena syariat atau jalan hidup Umat Islam, meliputi
perundang- undangan hukum, politik, ritual, dan moral.
Hukum Islam atau iqih tidak terbatas hanya pada
masalah-masalah sipil dan criminal, ia juga mengatur
berbagai urusan politik, ekonomi, social, nasional dan
internasional.
Menurut A. Ezzati landasan politik terbagi dalam
dua kelompok : Landasan utama politik islam, yaitu al-
Qur’an, al-Sunnah, Ij,a’, dan Qiyas}. Landasan politik
tambahan85
Landasan politik islam yang disepakati:
1. Al-Qur’an 86

85 A. Ezzati, Gerakan Islam Sebuah Analisis (Jakarta: Pustaka Hidayah,


1990). cet. Ke-1, Hal. 26-27
86 Al-Qur’an dideiniskan oleh Abdul Wahab Khalaf sebagai irman Allah
yang diturunkan kepada hati Rasullulah, Muhammad ibnu Abdullah Melalui
Ruh al-Amin. Dengan lafal-lafal yang berbahasa arab dan maknanya yang
benar, agar menjadi hujjah bagi rasul bahwa ia adalah rasulluh, dan sebagai
undang-undang bagi manusia dan member petunjuk kepada mereka , serta
menjadi sarana pendekatan dan ibadah kepada allah dengan membacanya dan
terhimpun dalam sebuah Mushaf dan ia diawali dengan surat al-fatihah dan
diakhiri dengan surat annas, yang disampaikan kepad kita secara mutawatir
baik secara lisan maupun tulisan dari generasi, dan ia terpelihara dari berbagai
perubahan atau pergantian. Lihat Abdul Wahab Khalaf, Ilm Usul al-Fiqih, (Kairo:
Dar al-Qalam, 1978), hal, 23.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 73
Al-qur’an adalah sumber hokum pertama dalam
islam yang berfungsi diantaranya sebagai undang-undang
dan petunjuk bagi manusia. Sehubungan dengan hal ini,
M.Quraish Shihab mencatat ada tiga tujuan pokok al-
quraan bagi manusia :
• Petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus
di anut oleh manusia yang tersimpul dalam
keimanan akan ke-Esa-an tuhan dan kepercayaan
akan kepastian adanya hari pembalasan.
• Petunjuk mengenai akhlaq yang murni dengan
cara menrangkan norma-norma keagamaan dan
susila yang harus di ikuti oleh manusia dalam
kehidupan secara individual atau kolektif.
• Petunjuk mengenai syari’at dalam hukum dengan
cara menerangkan dasar-dasar hukum yang harus
di ikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan
tuhan dan sesama.87
Dalam pemahaman terhadap makana yang
terkandung dalam a-qur’an para ulama berpendapat
sebagai berikut :
1. Abd Wahab khalaf dalam tinjauan ini menyatakan
bahwa ayat-ayat al-qu’an ditinjau dari kandungan
makna yang ada dalamayat-ayatnya sebagai
pijakan hukum (dalil) terbagi dalam dua
kemungkinan yaitu absolute (qat’i) jika ayat

87 M.Quraishi Sihab, Membumikan al-Qur’an (Bandung: Mizan 1992),


hal. 40. Hal serupa juga di uraikan oleh Abd Wahab Khalaf dalam kitab Usnul
al-Fiqh dengan membagi hukum syari’at kepada hukum-hukum ibadah dan
hukum-hukum mu’ammalah.

74 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


tersebut mengandung makna atau pemahaman
tertentu dan menutup kemungkinan untuk
melakukan takwil di dalamnya serta pemahaman
makna selain makna tertentu tersebut dalam
relative (zanniy), jika ayat tersebut mengandung
makna yang tidak menutup kemungkinn di
lakukan ta’wil di dalamnya serta dimungkinkan
munculnya pemahaman makna lain selain makna
yang telah di tetapkan, lebih lanjut ia menyatakan
, bahwa hukum-hukum yang ada dalam al-qur’an
merupaka undang-undang yang wajib di taati
oleh setiap manusia, karna ia datang dari ALLAH
SWT.88 Hal senada juga di ungkapkan oleh syaeikh
adu al-‘ainain badran abu al-sanain bahwayang di
maksud dengan qat’iy suatu yang menunjuk pada
hukum dan tidak mengandung kemungkinan
makna selainnya.89
2. Muhammad akrom memiliki pandangan yang
berbeda tentang hal ini, ia menyatakan :
Kitab suci itu (ayat-ayat al-qur’an ) mengandug
kemungkinan makna yang tak terbatas. Ia mengahdirkan
berbagai pemikiran dan penjelasan pada tingkat yang
dasyariah, eksestensi yang absolute, ia,dengan demikian
selalu terbuka dan tidak pernah tetap dan tertutup hanya
pada satu penapsiran makna 90

88 Addul Wahab Khalaf ,op.cti., hal 35


89 M. Quraishi Shihab, op,cit., hal. 139
90 Ibid, hal. 138

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 75
Dalam pandangan yang sama al-syathibi menilai :

Tidak atau jarang sekali ada sesuatau yang pasti dalam


dalil-dalil syara’ (jika berdiri sendiri) ini, menurut
al-syathibi, karna apabila dalil-dalil syara’ tersebut
bersipat ahad, maka jelas ia tidak dapat memberi
kepastian. Bukankah ahad sifatnya hnniy ? sedangkan
apabila dalil tersebut bersifat mutawatir lafalnya , maka
untuk menarik makna yang pasti di butuhkan peremis-
peremis (muqaddimah) yang tentunya harus bersifat
qat’iy (pasti) pula. Dalam hal ini, peremis-peremis
tersebut harus bersifat mutawatir. Ini tidak mudah di
temuakan, karna kenyataan nya membuktukan bahwa
peremis-peremis tersebut kesemuanya atau sebagaian
besarnya bersifa ahad dalam arti zanniy (tidak pasti)
sesuatu yang bersandar pada zanniy, tentu tidak
menghasilkan sesuatu kecuali yang zanniy pula.91
Dari dua bentuk pendapat yang berbeda di atas,
penulis menilai bahwa makna yang terkadang dalam
ayat-ayat al-qur’an pada dasarnya bersifat relatif, karna
makna yang terbersit dalam benak seseorang yang
membaca suatau ayat tidak lah sama dengan apa yang
tersirat dalam benak orang lain.
Akan tetapi ayat –ayat tersebut akan menjadi
absolute jika ada indicator-indikator tertentu ysang
membawa pepbacanya kepada satu makna tertentu .
umpamanya saja , kata perintah yang terkandung dalam
ayat-ayat al-qur’an tidak selalu di indikasikan sebagai

91 Abu Ishaq al-Syathibi, Al-Muwafaqat i Usnul al-Syar’iyah (Mesir : Al-


Maktabah al-Tijariyah al-Kubra , t,th.) hal. 35

76 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


suatu kewajiban, tetapi bias saja suatu kebolehan,
sehingga makna yang tersebut di tetapkan sesuai indicator
yang menguatkannya, kama kata akimu dalam perintah
Shalat di nayatakn bermakna wajib karna banyak ayat-
ayat lain dalam al-qur’an serta hadist-hadist rosul yang
dapat menjadi indicator kewajiban nya.
Meski demikian, perbedaan pandangan tentang
ayat kat’iy atau zanniy makna yang terkandung dalam
ayat-ayat al-qaur’an tidak lah mengindikasikan bahwa
ketetapan-ketetapan hukum yang terkandung di dalam
nya bisa di naikan, karena ketetapan hukum yang
terkandung dalam ayat-ayat tersebut wajib di jadikan
undang-undang oleh setiap muslim.
2. Al-Sunnah 92
Al-sunnah merupakan sumber hukum dalam
islam sesudah al-qur’an yang bersifat zanniy dalam
periwaratannya hingga sampai kepada kita. Berbeda
dengan al-qur’an yang tidak perlu lagi di buktikan
orisinalitasnya, al-sunnah terutama yang di riwayatkan
secara ahad, perlu di lakukan pengujian orisinalitasnya.
Meski al-sunnah bersifat al-zanniy dalam
periwayatannya tapi pentaatan terhadap al-sunnah yang
telah di uji keabsahannya adlah wajib, karna allah swt .
kerap menyandingkan kewajiban untuk taat kepadanya
dengan kewajiban taat kepada rasul-nya 93

92 Kata al-sunnah , dideinisikan oleh ulama usul iqh sebagai sesuatu


yang berasal dari Nabi SAW. Selain al-qur’an , baik ucapan, perbuatan, maupun
taqrir , yang layak di jadikan dalil hukum syara’ . lihat Abudin Nata, Al-Qur’an
dan Hadist (Dirasyah Islamiyah I) , (Jakarta: Rajawali Press, 1996), hal. 156
93 Di antara ayat-ayat yag mengungkapakan hal ini, QS : 3 :32, QS : 4 ;

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 77
Oleh sebab itu, ulama usul iqh menyatakan “umat
muslim sudah bersepakat bahwa sesungguhnya apa yang
bersumber dari rasulallah SAW. Baik berupa perkataan,
perbuatan atau pun ketetapan yang ditunjukkan sebagai
ketetapan hukum syari’at dan kewajiban untuk diikuti,
serta sampai kepada kita dengan sanad yang sahih, maka
ia bersifat absolute atau relative yang cenderung kepada
absolute. Dengan demikian kebenarannya menjadi
landasan bagi umat Islam dan menjadi sumber hukum
syari’at dimana para mujtahid berupaya melakukan
penarikan kesimpulan hukum (istinbath) sebagai
ketetapan hukum bagi para mukalaf, atau dengan
kata lain hukum-hukum yang lahir dari al- sunnah
bersama hukum yang lahir dari al-qur’an haruslah di
laksanakan.94
3. Ijma’
Ijma adalah “kesepakatan seluruh mujtahid umat
Islam tentang hukum syara’ dari peristiwa yang terjadi
setelah rasulallah SAW meninggal.95Pengertian ini
secara eksplisit menetapkan bahwa sesuatu dapat di
katakan sebagai ijma’, jika dilakukan oleh para mujtahid,
merupakan kesepakatan seluruh ulama’ dan bukan
sebagian dari mereka. Kesepakatan tersebut sebagai hasil
pemikiran para mujtahid dan bukan keterpaksaan yang
di sebabkan tekanan-tekanan tertentu, dan kesepakatan
tersebut harus benar-benar disepakati oleh seluruh
mujtahid tanpa ada pertentangan di dalam nya .

80, QS : 4 :39 dan lain sebagainya.


94 Abdul Wahab Khalaf, op.cit., hal 37
95 Ibid, hal 45

78 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Makna yang muncul dari deinisi ijma’ di atas,
nampaknya sulit untuk di terapkan oleh para ulama saat
ini . di mana umat islam telah tersebar luas di berbagai
penjuru dunia , sehingga bias di katakana mustahil bagi
para ulama untuk dapat berkumpul di suatu tempat
untuk menetapkan suatau hukum tertentu. Karna itu
ijam’ dapatlah di artiksn sebagai “keputusan hukum yang
di ambil oleh wakil-wakil ummat atau para mujtahid
yang mewakili sgala lapisan masyarakat umat islam.96
Ijma’ jika telah terpenuhi unsur-unsur atau syarat-
syarat nya maka dapat di jadikan sebagai landasan hukum
bagi umat islam, terlebih dengan adanya legitimasi nash,
baik al-qur’an atau pun hadist yang mengabsahakan
ijma’ sebagai sumber hukum.97
4. Qiyas
Sebagian besar ulama usul iqh dan pengikut
mazhab yang empat sependapat bahwa qiyas dapat di
jadikan sebagai salah satu dalil atau dasar alasan dalam
menetapkan hukum dalam ajaran islam. Mereka hanya
berbeda pendapat tentang kadar penggunaan qiyas atau
macam-macam Qiyas yang boleh di gunakan dalam
mengambil kesimpulan hukum ada yang membatasinya
dan ada yang tidak membatasinya. Akan tetapi , mereka

96 Kamal muchtar, et Al., op. cit., Hal 105


97 Di antara nas al-Qur’an yang memperkenankan ijma’ sebagai sumber
hukum adalah irman Allah “Hai orang-orang yang beriman taatilah allah dan
rasulnya dan ulil amri diantara kamu” (QS : 4 :79). Kata ulil amri dalam ayat ini
mencangkup ulil amri dalam hal duniawi (pemimpin) dan ulil amri dalam hal
agama (ulama). Sedangkan hadis yang memperkenakakana di berlakukannya
ijma’ adalah sabda rasul “Umatku tidak akan bersepakat untuk melkukan
kesalahan” (HR.abu daud dan tirmizi).

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 79
semua akan melakukan qiyas jika ada kejadian atau
peristiwa yang tidak satu nash pun yang dapat di jadikan
dasar hukum atas peristiwa itu.98 Dan apabila suatu
peristiwa atau kejadian telah di tetapkan hukumnya
berdasarkan qiyas, maka hukum yang telah di tetapkan
itu menjadi hukum syar’at yang wajib di laksanakan dan
di ikuti.99
2. Landasan tambahan dan pembantu dari politik
dan sepekulasi konstitusi
1. Prakti yang telah di curahkan oleh para kahlifah
dan penguasa musim
2. Karya-karya tentang politik dan kontitusi yang
dapat di jadikan sebagai landasan.
3. Pemakaian, praktik dan adat –istiadat yang di
lakukan masyarakat muslim.
4. Karya-karya tentang politik, kontitusi ilmu
pengetahuan sosial dan berbagai disiplin yang
relevan.

98 Kamal Muchtar, et, Al-OP. cit., hal. 110-111


99 Ada beberapa pengertian qiyas yang uraikan oleh ulama, antara
lain: al- Gazali mendeinisikan qiyas sebagai pengertian sesuatu hal yang
di ketahui pula dalam menetapkan hukum bagi keduanya atau menaikan
hukum bagi keduanya dengan suatu hal yang menyatakan ketetapan bagi
keduanya atau menaikan bagi keduanya. Al-baidhawi mendeinisikan qiyas
sebagai penetapan kesamaan hukum yang di ketahui dalam suatu hal lain
yang di ketahui, karna persekutuan keduannya dalam ‘illat hukum yang telah di
tetapkan oleh yang melakukan qiyas tersebut. Shadru syari’ah mendeinisikan
qiyas sebagai penyampaian hukum dari ashl ke far’ dengan ‘illat yang bersatu
dan tidak bias di ketahui dengan bahasa semata-mata. Ibn hajib mendeinisikan
qiyas sebagai persamaan cabang dengan ashlnya dalam ‘illat hukumnya. Ibn
hummam dalam ‘illat hukumnya yang syari’ dan tidak bias di pahami dengan
hanya memahami bahasanya. Lihat Syaikh Muhammad al-khudri Biek, Usul
Fiqh (Pekalongan: Raja murah, 1982), hal. 137-138.

80 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


5. Karaya-karaya tentang bidang-bidang
administarasi, isical, militer, dan subyek-subyek
yang tergabung.
6. Karya-karya tentang hukum internasional yang
umum dan perseorangan.
7. Literatur mengenai politik dan topic-topik yang
leleven.
8. Karya-karya tentang hukum islam (iqh) pada
umumnya
9. Karya-karaya tentang agama islam, terutama
karya-karaya mengenai nilai-nilai teopolitik.
10. Karya-karaya mengenai sejarah islam dan
ilsafat.100
Berdasarkan landasan-landasan politik tersebut,
umat Islam memainkan peranannya dalam mewarnai
wajah perpolitikan di berbagai negara. Dengan ciri khas
ajaran Islam, maka politik yang di perankan jauh berbeda
dengan apa yang di lakukan oleh kaum komunias.
Kalaupun terkadang nampak terdapat kesamaan, namun
hal itu hanya sebatas simbol-simbol politik dan tidak pada
nilai dan makna. Pada taraf simbolik, umpamanya dalam
masalah demokrasi, Identik dengan syara’, akan tetapi
tidak sedikit cendikiawan muslim yang menegaskan
perbedaan antar keduanya.101
100 A. Ezzati,loc, cit.
101 Perbedaan interpetasi tentang demokrasi pada dasarnya bermuara
pada eksistensi kedaulatan dalam sebuah system politik. Berdasarkan teori
demokrasi barat, kedaulatan berada di tangan rakyat. Sedangkan demokrasi
dalam persefektif islam tidak meletak kan kedaulatan sepenuhnya pada rakyat,
karnaa kedaulatan yang hakiki adalah hak allah SWT. Untuk leih jelasnya tentang

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 81
Perbedaan-perbedaan persepsi tentang beberapa
hal dalam sistem politik, tentunya berdampak pada
perbedaan prinsip dan tujuan dalam politik yang di
yakini dan di cita-citakan. Politik, oleh umat Islam, di
antaranya di lakukan sebagai sarana untuk penunaian
kewajiban syar’i yang telah di bedakan mereka. Ada
sejumlah “fardu kifayah” bagi kaum muslimin, di
mana yang terpenting di antaranya adalah “amar
ma’ruf nahyi mungkar” dan mempertahankan wilayah
Islam (dar islam), di samping hanya bisa dilakukan di
dalam suatu negara yang sepenuhnya terikat dengan
Islam, paling tidak bersimpati terhadap tujuan-tujuan
Islam.102maka politik adalah hal yang wajib dilakukan
untuk memanifestasikan amar ma’ruf nahi mungkar
dan mempertahankan wilayah Islam.
Islam di pandang oleh sebagian penganutnya,
sebagai sebuah system yang sempurna bagi kehidupan,
yang meletakkan prinsp-prinsip, merancang kaidah,
membuat ketetapan-ketetapan hukum, menjelaskan
tuntunan, baik mengenai kehidupan individu, keluarga,
masyarakat. Untuk dapat menjamin efektiitas
pelaksanaan ajaran-ajaran tersebut di butuhkan
instrument yang memiliki otoritas mengatur dan

perbedaan pandangan tentang demokrasi ini, dapat di lihat pada : Masykuri


Abdillah, Demokrasi di Persimpangan Makna, (Yogyakarta: Tiara wacana,
1999, hal. 71-93 ; Munawir Sadzali, Islam Dan Tata Negara Ajaran Sejarah Dan
Pemikiran, (Jakarta :UI press, 1993), hal 171; Abu A’la al-Maududi, Sistem Politik
Islam (Bandung: Mizan, 1993), hal. 236-242 ; Muhammad Abdul Qadir Abu
Fariz, Sistem Politik Islam, (Jakarta: Robbani Press, 2000), hal. 9-20 ; Muhammad
‘Immarah, Perang Terminologi Islam Versus Barat, (Jakarata ; Robbani press,
1998), hal. 178-183.
102 Hamid Enayat, op.cit., hal 3

82 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


menata secara intensif, oleh karenanya politik bagian
dari instrument tersebut.103
Politik islam , meskipun mencakup pembahasan
tentang kekuasaan, tetapi tidak memusatkan tujuannay
pada kekuasaan, karena “pemikiran politik yang hanay
memusatkan pada hubungan kekuasaan dan kepentingan-
kepentingan jelas tidak akan mengindahkan hubungan
kerjasama antar individu di dalam masyarakat dan antar
masyarakat, yang di dasarkan pada sesuatu yang mereka
anggap benar, dalil atau yang di tasbihkan oleh agama”.104
Karna dalam politik islam interaksi yang baik dalam
bentuk kerja sama antar anggota masyarakat atau antar
masyarakat yang satu dengan yang lain dalah tujuan dari
politik, atau dengan kata lain pembentukan masyarakat
“sempurna” sebagaimana kayaknaya model masyarakat
pada masa Rasulullah adalah cita-cita ideal yang harus
di wujudkan melalui politik islam. Dengan demikian
politik dalam prespektif islam tidak “power oriented”.
Di bawah ini , penulis uraikan beberapa kesimpulan
tentang tujuan dalam politik bagi sebagian umat islam.
Terutama yang meyakini adanya hubungan antar agama
dan Negara, yang di kutip dari sumber lain, sebagai
berikut :
1. Untuk melaksanakan perintah syari’at islam yang
berkenan dengan upaya memerintah kan kepada
kebajikan dan mencegah kemungkaran serta

103 Yusuf Al-Qadhawi , Fiqih Daualah dalam Persepektif Al-qur’an dan


Sunnah, op. cit., hal 123
104 Date F. Eickelman dan James Piscatori, Ekspresi Politik Muslim, terj.
Roiq suhud, (Bandung: Mizan, 1998), Cet ke-1, hal.20

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 83
mempertahankan hak hidup umat islam. Plotik
dengan sifatnya yang mengatur dan membentuk
sisitem kemasyarakatan merupakan sarana untuk
dapat melaksanakan ketetapan syari’at tersebut.
2. Untuk menunjang efektiitas pelaksanaan syari’at
islam yang tertuang dalam bentuk hukum,
perinsip-perinsip, dan tatanana kehidupan individu
dan social dalam al-qur’an dan al-sunnah.
3. Untuk menjaga kemaslahatan umat islam
dengan terpeliharanya tujuan-tujuan syari’at
(akal,jiwa,agama,kehormatan, dan harta).
4. Secara umumtujuan politik islam adlah untuk
menciptakan kemasahatan hakiki umat islam
seca menyeluruh, sedangkan segala hal yang
berhubungan dengan politik seperti kekuasaan,
pemiempin, dan cara mengelola sebuah
kekuasaan hanaya merupakan teknis oprasional
dari kelambagaan politik tersebut.105
C. Apresiasi Politik Umat Islam Indonesia
Tidak dapat di pungkiri bahwa Indonesia
merupakan sebuah Negara yang mayoritas penduduknay
memeluk agama islam. Dalam koteks politik . seperti
halnya Negara-negara lain yang mayoritas penduduknay
beragama islam, indonesia mengalami kesulitan serius,
bagaimana membangun hubungan politik antar agama
(islam) dan Negara. Setidaknya ada tiga bentuk pemikiran
yang mewaliki politiknya masing-masing ; tradisionalis,
105 Jeje Adbul Rozak, Politik Kenegaraan: Pemikiran-Pemikiran al-
Ghazali dan Ibnu Taiymiyah, (Surabaya : PT. Bina ilmu ,1999), Cet, ke -1 Hal. 69.

84 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


modernis, dan secural. Walau pun terkadang batasan
antar tiga bentuk pemikiran ini menjadi tidak jelas,
yang di sebabkan adanya kepentingan-kepentingan yang
harus di kompromikan.
Lebih dari itu, pada saat ini sedang terjadi proses
perubahan wajah politik Islam di Indonesia, dari
formalistic-legalistik menuju substansialistik. Dalam
konteks ini Islam tidak lagi dipandang dalam struktur
simboliknya, tetapi lebih ditangkap semangat nilai-
nilai yang dibawanya dan dikembangkannya dalam tata
kehidupan kenegaraan, apa yang ingin di wujudkan
bukanlah idealisme tentang berdirinya negara Islam,
atau tegaknaya idiologi Islam, tetapi terbentuknya
masyarakat yag adil dan makmur.
Pergeseran ideology dan ekspresi politik
Islam Indonesia ini dalam perkembangannya akan
mempegaruhi cara-cara yang di gunakan para
aktiis politik Islam. Cita-cita politik Islam tidak lagi
harus melalui instrument-instrumen politik formal,
dengan menggunakan partai politik, parlemen atau
birokrasi sebagai ajang permainan politik, namun
cara lain bisa ditempuh dengan melibatkan lembaga
swadaya masyarakat, atau organisasi keagamaan dan
kemasyarakatan (ormas), sehingga mememungkinkan
proses deversiikasi makna politik terjadi.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 85
B a b E m p at
PEMIKIRAN POLITIK ISLAM
TGKH. MUHAMMAD ZAINUDDIN
ABDUL MAJID

Dalam pembahasan ini, data yang penulis paparkan


sehubungan dengan kajian terhadap pimikiran politik
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid (Maulana
syaikh) penulis peroleh melalui hasil wawancara dengan
sejumlah tokoh dan murid beliau yang saat ini memegang
tongkat estapet perjuangan pendidikan, sosial dan politik
melalui organisasi yang beliau dirikan, yakni Nahdlatul
Wathan Diniah Islamiah.
Yang menjadi nara sumber data penulis adalah:
TGH. Mahmud Yasin, TGH. L. Anas Hasyri, TGH.
Nursaid, TGH. Mustamiuddin,S.H, Drs. H. Muhtar
dan Ustaz.H. Ayatuddin,BA. Pengumpulan data penulis
lakukan dengan cara interview dari tanggal 06 Juli 2002
sampai dengan 06 Agustus 2002, di tempat tempat
yang berbeda sesuai dengan domisili masing masing
narasumber.

Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 87
Berdasarkan data yang penulis peroleh, dapatlah
penulis uraikan pemikiran politik Islam TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid, yang penulis
kelompokkan dalam tiga pembahasan, yaitu konsep
hukum Islam, Politik kepartaian, serta hubungan Islam
dengan negara. Berikut penulis paparkan pemikiran-
pemikiran politik maulana syaikh.
A. Konsep politik islam
Politik atau yang dalam terminology Maulana
syaikh di istilahkan dengan Hikmah haruslah
berlandaskan pada dua pedoman hidup ummat islam,
yaitu Al-qur’an dan Alhadis sehingga segala tin dakan
tindakan politik yang menyimpang dari petunjuk Al-
quran dan Al-sunnah tidak boleh diikuti.
Meskipun demikian, dalam menerapkan politik
islam yang berdasarkan Al quran dan Al hadis ini,
ummat Islam harus pleksible dan elastis sehingga tidak
terjebak dalam pertikaian internal. Bebrbeda pendapat
bagi beliau dalam memahami nas adalah suatu hal yang
wajar tapi tidak boleh diarahkan pada pertikaian.
Pada pandangannya, para ulama harus berpolitik
sebab rasulullah SAW. Dan para sahabat telah terlibat
dalam urusan politik hanya saja kriminologi politik yang
di maksud oleh beliau bukanlah politik kekuasaaan,
yaitu politik yang hanya bertujuan untuk mendapatkan
kekuasaan dalam pemerintah. Sebab makna (shiashah)
adalah shiashah aldunya walakhirat. Bahkan, Maulana
syaikh telah mengaplikasikan konsep politiknya ini,
dengan menjaga jarak dengan para penguasa untuk

88 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


meninggikan derajat para ulama dan menghindari sikaf
“ menengadahkan”tangan kepada penguasa .
Secara mendasar, Maulanasyaikh menekankan
agar murid-muridnya dan warga Nahdlatul Wathan tidak
mendukung kekuatan politik manapun yang menyimpang
dari ajaran Islam. Oleh karenanya dalam konsep beliau,
pemimpin yang ideal bagi negara adalah pemimpin yang
adil dan benar. Adil dalam arti memberikan apa yang
menjadi hak rakyat dan menunaikan tugas sesuai dengan
apa yang telah di tetapkan undang-undang. Benar dalam
arti tidak memusuhi Islam dan umat Islam, khususnya
yang mendukung bidang pendidikan Islam.
Berdasarkan uraian diatas, dapat penulis uraikan
konsep politik Islam yang prinsipil dalam pemikiran
Islam TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid;
1. Politik islam adalah konsep untuk mengatur rakyat
atau menangani urusan mereka dan mendatangkan
kemaslahatan bagi mereka yang berlandaskan
syariat, yaitu dengan menjadikan alquran dan
alhadis sebagai pangkal tolak, tempat kembali
dan bersandarnya, tujuan dan sasarannya, serta
mengaplikasikannya melaksanakan ajaran ajaran
dan prinsip prinsipnya di tengah masyarakat
2. Politik islam suatu yang integral dengan syariat,
maka baginya tidak benar jika politik islam
dianggap sebagai mencampur adukkan antara
agama dan politik karena islam adalah aqidah dan
syariat, agama dan da’wah seperti yang pernah
dilakukan oleh Rasulullah SAW

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 89
3. Keterikatan politik dan syariat dalam politik
islam bukan bersipat skriptualis, dimana dalam
tatanan aplikatifnya hanya terbatas pada apa
yang di tegaskan oleh tes secara exclusive. Tapi
dilaksanakan dengan dua cara
• Melakukan pengambilan hokum dari alquran dal
alsunnah serta memampaatkan pendapat pendapat
ulama iqih dari berbagai mazhab, khususnya
mazhab syai’I para sahabat, serta para tabi’in
• Berinteraksi dengan realitas kehidupan
kontemporer, berbuat untuk memecahkan
problem dengan merujuk kepada syariat yang
sudah pasti tidak menutup mata terhadap realitas-
realitas. Interaksi ini bukanlah dengan jalan
membelokkan islam agar bisa sejalan denga
realitas realitas tersebut, akan tetapi dengan
melakukan pemahaman yang mendalam terhadap
nas yang bersifat parsial dalam wilayah tujuan
yang universal serta dengan memilah antara
hokum hokum monumental dan hukum hukum
incidental dan hukum hukum yang di tetapkan
oleh Rasulullah SAW. Hingga memungkinkan
penyesuaian terhadap dinamika kehidupan dan
hukum hukum yang beliau tetapkan dalam
kapasitasnya sebagai rosul yang menghasilkan
hukum hukum monumental yang berlaku hingga
akhir zaman.

90 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


B. Politik kepartaian
Ada dua prinsip dalam pemikiran politik kepartain
Maulana Syaikh Yaitu :
1. Partai yng harus di dukung oleh ummat islam
adlah partai islam, atau setidaknya partai yang
membela kepentingan ummat islam
2. Nahdlatul Wathan, tidak menjadi Underbow
partai manapun, tapi ia akan mendukung satu
partai yang di tetapkan oleh Maulana Syaikh,
dengan berpedoman kepada kemampaatan yang
di berikan oleh suatu partai kepada Nahdlatu
Wathan.
Dua prinsip ini tidak hanya ada dalam tatanan
konsep tapi benar benar di buktikan oleh Maulana
Syaikh dalam aktivitas kepartaiannya, baik secara pribadi
maupun Nahdlatul wathan.
• Pada pemilu 1955 Mailan Syaikh berada partai
Masyumi dan setelah pemilu beliau menjadi
anggota konstituante .
• Setelah masyumi bubar, Maulana Syaikh atas
sasaran Jendaral A.H Nasution Bergabung dalam
Sekretariat Bersama (Sekber) Golongan Karya
(embrio partai Golkar) yang di bentuk dalam
gagasan Jenderal A.H. Nasution.
• Pada masa orde baru Maulana Syaikh mengarahkan
warga Nahdlatul Wathan untuk mendukung
Golkar, meski Nahdlatul Wathan bukan “bidak”
Golkar. Alasan utama dalam kebijakan beliau

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 91
adalah bahwa orde baru telah berbuat sesuatu
bagi kemaslahatan ummat Islam yaitu menumpas
komunisme, maka Golkar sebagai partainya orde
baru layak didukung;
• Ketika Maulana Syaikh melihat golkar hanya
mempermainkan beliau dan NW, maka secara
diam diam beliau mengalihkan dukungan kepada
PPP.
Dari paparan diatas, nampak jelas bahwa
petualangan politik Maulana Syaikh menunjukkan
suatu kesimpulan, bahwa Maulana Syaikh benar benar
konsisten dengan konsep politik Islam yang ia gagas,
bahwa partai Islam dan yang mendukung kemaslahatan
Islam yang harus didukung. Bahkan prinsip beliau ini
pernah dilontarkan secara terbuka dalam Muktamar
Masyumi di Palembang. Dalam politik kepartaian ini
Maulana Syaikh bisa menerima system multi partai
Islam. Jika terjadi ada lebih dari satu partai Islam, maka
Maulana Syaikh tidak akan memilih satupun dari partai
partai tersebut, karena menurutnya partai partai tersebut
mengabaikan maslahat terpenting bagi ummat yaitu,
persatuan dan kesatuan ummat Islam. Adanya banyak
partai Islam, hanya memperuncing keadaan. Oleh sebab
itu seyogyanya partai Islam hanya satu sehingga ummat
dapat dengan jelas menentukan pilihan padanya.
C. Pemikiran Politik TGKH. Zainuddin Abdul
Madjid
Maulana Syaikh memiliki prinsip yang tegas bahwa
negara harus terintegrasi dengan agama. Maka dengan

92 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


prinsip ini beliau menghendaki berdirinya negara Islam.
Akan tetapi, jika negara Islam tidak bisa diwujudkan
maka beliau akan ikut dalam upaya menjadikan syariat
Islam dilaksanakan dalam negara. Dengan kata lain,
fokus Maulana Syaikh adalah dilaksanakannya syariat
Islam di Indonesia, perihal pelaksanaannya secara formal
yaitu dengan didirikannya negara Islam ataupun secara
tidak formal yakni dengan menjamin pelaksanaan syariat
bagi setiap pemeluknya. Diantara syariat Islam yang
diterapkan kepada masyarakat adalah menyebarluaskan
kebenaran dan keadilan di tengah tengah masyarakat.
Dari formulasi pemikiran seperti ini, nampak
pleksibelitas Maulana Syaikh dalam menerapkan konsep
politiknya, bahkan beliau sama sekali tidak menunjukkan
sikap komprontatif terhadap negara, ketika keinginannya
agar Indonesia menjadi negara Islam tidak terwujud,
bahkan ia mendukung pemerintah, sepanjang negara
mau menjamin syariat Islam di Indonesia.
Hal menarik yang muncul dalam pembahasan
Islam dan negara ini adalah, sikap Maulana Syaikh yang
tidak hanya membolehkan wanita menjadi presiden,
tapi menjuga mendukung kepemimpinan wanita,
asalkan wanita tersebut memiliki kualitas yang baik
untuk dapat menjadi seorang pemimpin. Hal tersebut
bukan hanya bersifat konsep dan teoritis, tapi sudah
buktikannya dengan mendukung kepemimpinan salah
seorang kepala desa dari kaum wanita di Lombok Barat,
setelah beliau melihat bahwa wanita tersebut memang
memiliki kemampuan yang memadai untuk menjadi
pemimpin. Beliau sama sekali tidak melihat adanya

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 93
nas yang secara tegas menolak kepemimpinan wanita.
Dalam pandangan beliau hadis yang mengindikasikan
tidak bolehnya wanita menjadi pemimpin tidak ada,
maka ia boleh jadi pemimpin.
Dari uraian tentang pemikiran politik TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid ada sesuatu hal yang
dapat dikatakan sebagai karakteristik pemikiran beliau
dalam bidang politik, yaitu leksibelitas pelaksanaan
terhadap prinsip prinsip politiknya yang tegas. Hal
ini dapat dilihat pada setiap sub pemikiran politik
yang beliau gagas. Dalam konsep politik Islam yang
beliau formulasikan, beliau dengan tegas menyatakan
bahwa Al Quran dan al Hadis adalah landasan utama
bagi aktivitas politik ummat Islam, namun ketika
impelementasinya berbenturan dengan realitas sosial
masyarakat yang ada, maka politik harus mampu
merespon dan mengakomodasi realitas sosial tersebut,
dengan menginterprestasikan nas guna mendapatkan
solusi yang tepat. Demikian juga halnya dalam konsep
politik kepartaiannya. Fleksibelitas beliau tidak hanya
sebatas konsep atau teori tapi realitas gerakan politik
beliau dalam partai menunjukkan leksibelitas tersebut.
Secara mendasar, beliau mengharuskan ummat Islam
untuk memilih partai Islam, tapi jika tidak ada maka
pilihan partai yang memeperjuangkan maslahat ummat
Islam, maka, dalam konsep kepartaian beliau partai yang
lebih bisa menjamin maslahat ummat terutama maslahat
Nahdlatul Wathan sebagai wadah yang ia dirikan adalah
partai yang akan ia arahkan untuk di pilih oleh warganya.
Pada pandangannya tentang hubungan antara islam dan

94 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Negara beliau secara tegas menyatakan menhgendaki
berdirinya Negara islam namun bila Negara tidak bisa
Negara tidak bisa memenuhinya, maka cukup baginya
Negara menjamin bagi terlaksananya syariat (keadilan
dan kebenaran) di Indonesia.
Fleksibelitas pergerakan politik maulana syaikh
menurut pengamatan penulis tidak lepas dari dua sosok
pigur yang ia kagumi, M. Natsir dan KH. Wahid Hasyim,
di mana M. Natsir merupakan igure ketegasan dan KH.
Wahid Hasim merupakan igure keluwesan. Jadi jelas
pemikiran politik TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Majid Adalah formalistic pada tatanan konsep dan
transpormatif pada tatanan aplikasi.
D. Kiprah Politik TGKH. Zainuddin Abdul Madjid
TGKH. Zainuddin Abdul Madjid (Maulana
Syaikh), bukan hanya sebagai ulama dan tokoh umat,
namun beliau juga sebagai tokoh politik Muslim, hal ini
dapat dilihat dari keterliban dan kontribusi beliau dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pergulatan Maulana
Syaikh dibidang politik sesungguhnya telah dimulai sejak
masa pra kemerdekaan, hal ini terbukti dari keterlibatan
beliau dalam merebut kemerdekaan Indonesia dari
tangan penjajah, khususnya di pulau Lombok ketika
itu. Bahkan ketika masa revolusi, beliau terlibat secara
langsung memimpin pertempuran melawan penjajah,
puncak pertempuran heroik dan patriotik pada tanggal
7 Juni 1946, Gerakan Al-Mujahidin yang beliau pimpin
bergabung dengan Laskar BASMI dan Laskar Banteng
Hitam melakukan penyerangan terhadap pasukan
NICA di Selong, yang mangkibat 8 orang tentara NICA
Pemikiran & Kiprah Politik
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 95
tewas, sementara dari pasukan para mujahid, TGH. M.
Faisal (saudara kandung Maulana syaikh) dan Sayyid
Muhammad Saleh (murid Maulana syaikh) dan Abdullah
gugur sebagai syuhada’. Batu nisan ketiga syuhada’ ini
menjadi saksi bisu di Taman Makam Pahlawan Selong,
bahwa betapa berkobarnya api semangat juang para
keluarga dan murid maulanasyaikh. Ada beberapa catatan
yang dapat dipetik terkait keterlibatan maulananya pada
masa revolusi, diantara :
1. Mailana Syaikh, selain menjadi pendidik, ulama,
ia juga sebagai pejuang bangsa dengan semangat
nasionalisme yang tidak pernah pudar, terutama
dalam membebaskan Negara khususnya pulau
Lombok dari penjajahan jepang maupun belanda
2. Dlama perjuangannya memebebaskan bangsa
Indonesia dari kekejaman pemerintahan belanda
dan jepang Maulana Syaikh selalau mengobarkan
jiwa patriotisme dan nasionalisme dikalangan
santri santrinya
3. Tokoh [pergerakan dan perjuangan dalam
membebaskan dan mempertahankan
kemerdekaan republic Indonesia adalah TGKH.
Muhammad Zainuddin Abdul Majid beserta para
guru NWDI dan NBDI dan segenap santrinya
dengan membentuk suatu gerakan yang diberi
nama “gerakan Almujahidin” kemudian bergabung
dengan gerakan perlawanan rakyat lainnya seperti
gerakan benteng hitam, BKR. Bahkan setelah ada
instruksi dari gubernur Provinsi sunda kecil yang
berkedudukan di singaraja bali untuk membentuk

96 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


komite nasional Indonesia (KNI) di daerah daerah
segera mendapat sambutan.
Lebih dari itu, pergumulan maulana syaikh dibidang
politik pasca kemerdekaan, dapat dilihat dari beberapa
jabatan politis yang sempat beliau emban, diantaranya :
a. Konsulat NU Sunda Kecil (1950);
b. Ketua Badan Penasehat Partai Masyumi di Lombok
(1952);
c. Merestui berdirinya Partai NU, Perti, PSII di
Lombok (1953 dan 1954);
d. Mendukung terbentuknya Partai Parmusi di
Lombok;
e. Anggota Konstituante (Hasil Pemilu 1955);
f. Anggota Fraksi Alim Ulama di DPRGR
g. Anggota MPR RI dari partai Golkar (Hasil Pemilu
1971 dan 1977);
h. Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah (hasil
Pemilu 1982);
i. Amirul Hajj ke Makkah dari NIT (Negara Indonesia
Timur) (1947-1984);
j. Anggota Delegasi NIT ke Saudi Arabia (1948-
1949);
k. Anggota Penasehat MUI (1971 – 1982).

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 97
B a b L i m a

PENUTUP

S etelah penulis menguraikan seluruh


permasalahan yang ada dalam tulisan
ini secara komprehensif, maka untuk
mendapatkan gambaran inti dari permasalahan yang
dibahas, penulis menyimpulkan hasil penelitian dalam
tulisan ini sebagai berikut:
1. Pemikiran politik TGKH. Muhammad Zainuddin
Abdul Madjid terkesan formalistik pada tatanan
konsep dan transformatif pada tatanan aplikasi.
Inilah corak yang ia warnai dalam setiap konsep-
konsep pemikiran politik yang digagasnya. Dalam
konsep politik Islam yang beliau formulasikan,
beliau dengan tegas menyatakan bahwa al-Qur’an
dan Hadits adalah landasan utama bagi akitivitas
politik umat Islam. Akan tetapi manakala aplikasi
dari konsep tersebut berbenturan dengan realitas
sosial masyarakat yang ada, maka politik harus
bisa merespon dan mengakomodasikan realitas

Pemikiran dan Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 99
sosial tersebut, dengan menginterpretasikan nash
guna mendapatkan solusi yang tepat.
Demikian juga halnya dalam konsep politik
kepartaian, leksilitas beliau tidak hanya sebatas
konsep/teoritis tapi realitas gerakan politik beliau
dalam partai menujukkan kearah leksisbilitas
tersebut. Secara mendasar beliau mengharuskan
umat Islam untuk memilih partai Islam, akan
tetapi jika tidak ada maka hendaknya memilih
partai yang memperjuangkan kemaslahatan umat
Islam. Maka, dalam konsep politik kepartaian
beliau memilih partai yang lebih bisa menjamin
kemaslahatan umat Islam, terutama kemaslahatan
Nahdlatul Wathan sebagai organisasi massa yang
beliau dirikan, adalah yang akan beliau arahkan
untuk dipilih warganya.
Terkait pandangan beliau terhadap hubungan
antara Islam dan negara, beliau secara tegas
menghendaki berdirinya negara Islam, namun bila
terwujudnya negara Islam tidak terpenuhi, maka
cukup baginya negara menjamin terlaksananya
syariat (kebenaran dan keadilan) dalam sebuah
negara.
2. Kiprah politik TGKH. Zainuddin Abdul Madjid telah
lama berkecimpung sejak masa pra kemerdekaan.
Komitmennya untuk menentang segala bentuk
penjajahan dan penindasan dibuktikannya dengan
mengangkat senjata melawan penjajah. Pasca
kemerdekaan ia turut berpartisipasi membangun
negeri yang baru merdeka melalui keikutsertaannya

100 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


dalam partai politik Masyumi. Setelah sekian lama
ia berkecimpung di partai Masyumi iapun harus
keluar dari partai tersebut karena dibubarkan oleh
Presiden Soekarno seiring dengan diberlakukannya
politik Nasakom oleh Soekarno.
Pada masa orde baru menyalurkan aspirasi
politiknya dan didukung oleh seluruh warga
Nahdlatul Wathan ke Partai Golkar sebagai partai
penguasa kala itu. Salah satu alasan mendasar atas
dukungan ini adalah karena realitas sejarah bahwa
Soeharto sebagai icon dalam partai Golkar telah
berjasa besar menumpas Gerakan 30/S PKI yang
membawa dampak begitu buruk bagi kehidupan
umat Islam Indonesia.
Dalam perkembangan selanjutnya, partai Golkar
sebagai partai penguasa di zaman orde baru,
tidak lagi mengakomodir kepentingan Islam
sebagai warga negara mayoritas di Indonesia.
Maka TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid bersama seluruh warga Nahdlatul Wathan
menyalurkan aspirasi politiknya ke Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Demikianlah kiprah politik
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid,
suatu hal yang menarik dari praktik tersebut
adalah bahwa partai boleh partai apa saja tapi yang
terpenting adalah bagaimana pelaksanaan syariat
dapat dijamin kelangsungannya, oleh karena itu
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
menghendaki tidak ada hubungan yang mengikat

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 101
diantara partai politik dan masyarakat khususnya
organisasi Nahdlatul Wathan.{}

102 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri, Dr., 2000, “Gagasan dan Tradisi


Bernegara dalam Islam : Sebuah Persfektif
sejarah dan demokrasi Modern”, Tashwirul
Afkar, Lakpesdam, Edisi ke-7.
Abdullah, Tauik, Islam di Indonesia, Jakarta : Tintamas,
1974.
Alhumami, amich, 2000, “Demokrasi Berbasis Agama
dan demokrasi sekuler”, dalam Negara Sekuler:
Sebuah Polemik, Saripuddin HA. (ed.) Jakarta:
Putra Berdikari Bangsa, Cet. Ke-1.
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Nahdlatul
Wathan, Selong. Pengurus Nahdlatul Wathan,
1963.
Bahsanawi, Salim Ali, A, 1996, Wawasan Sistem Politik
Islam, Jakarta : Pustaka Alkautsar.
Batu Ngompal, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, tt.
Budiarjo, Miriam, Prof. Dr., 1998, Dasar-Dasar Ilmu
Politik, Jakarta : Gramedia, Cet. Ke-19.
Departemen agama RI, 1995/1996. Biograi Ulama Nusa
Tenggara barat, Jakarta : Litbang.
Effendi, Bahtiar, Islam dan Negara, Jakarta : Paramadina,
1998., Cet. Ke-1.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 103
Enayat Hamid, 1998, Reaksi Politik sunni dan Syi’ah
Pemikiran Politik Islam Modern Menghadapi
Abad ke-20, Bandung., Penerbit Pustaka,. Cet.
Ke-1.
Fariz, Muhammad Abdul Qadir, Dr., 2000, Sistem Politik
Islam, Jakarta : Robbani Press. Cet. Ke-1.
EZzati, A., 1990, Gerakan Islam Sebuah Analisis, Jakarta
: Pustaka Hidayah. Cet. Ke-1.
Gani, Soelistiyati Ismail, 1987, Pengantar Ilmu Politik,.
Jakarta : Ghalia Indonesia. Cet. Ke-.
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam, Sejarah
Pemikiran dan Gerakan,. Jakarta : Bulan
Bintang, 991,. Cet. Ke-8.
Kartodirjo, Sartono, Pemberontakan Petani banten
1888, ( Jakarta : Pustaka Jaya, 1984, h. 207-242).
Khallaf, abd. Al-Wahab, 1977, Al-Siyasat Al-Syari’iyat,
Kairo : Dar al-Anshar.
Khan, Qomaruddin, 1082, Political Concept in The
qur’an, Lahore : Islamic Book Foundation.
Lewis, Bernard, 1994, bahasa Politik Islam, terj. Ihsan Ali
fauzi, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Ma’luf, Lois, Al-Munjid i al-Lughoh wa al-‘A’lam, Beirut
: Dar al-Mayriq, 1975, hal. 362.
Madjid, Al-Syeikh Muhammad Zainuddin Abdul,
Hizb Nahdlatul wathan wa Nahdlatul Banat,
Surabaya, Penerbit maulana Syeikh, syagaf,
1987,. Cet. Ke-12.

104 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Madjid, Nurcholish, Dr., 1970, Pembaharuan Pemikiran
Islam, Jakarta ; Islamic Research Center.
Nazham Batu Ngompal, tt, TGKH. Muhammad
Zainuddin Abdul Madjid al Fansyur.
Noer, Deliar, 1996, gerakan Modern Islam di Indonesia,
(1900-1942), Jakarta : LP3S,. cet. Ke-8.
Nu’man Hayyi, nahdlatul wathan, Organisasi Pendidikan,
social dan Dakwah Islamiyah, Penerbit Daerah
Nahdlatul Wathan Lombok Timur, 1988.
Pulungan J., Sayuti, 1999, Fiqih Siyasah Ajaran Sejarah
dan Pemikiran, Jakarta : PT. Raja Graindo
Persada.
Qardhawi, Yusuf, Al, Dr., 1999, Pedoman Bernegara
Dalam Persfektif Islam, Jakarta : Pustaka
Alkautsar,. Cet. Ke-1.
Rakhmat, Jalaluddin, 1993, Islam Alternatif. Bandung :
Mizan.
Rojak, Jeje Abdul. Politik Kenegaraan Pemikiran-
Pemikiran Al-Ghazali dan Ibnu Taimiyah,
Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1999,. Cet. Ke-
Safari, Mengenal TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul
Madjid, Gema Nahdlatul Wathan, Pancor, 5 Juli
986.
Salam, Sulichin, 1992, Lombok Pulau Perawan dan Masa
Depannya, Jakarta : Kuning Mas.

Pemikiran & Kiprah Politik


TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 105
Sadzali, Munawir, Prof., dr., 1993, Islam dan Tantangan
Ajaran, Sejarah dan Pemikiran, Jakarta : UI
Press.
Surbakti, Ramlan, 1999., Memahami Ilmu Politik, Jakarta
: PT. Gramedia Wicaksarana Indonesia,. Cet.
Ke-4.

106 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.


Mengenai Penulis

Dr. H. Zainal Ariin Munir, Lc.,


M.Ag, lahir di Praya tanggal 31
Desember 1961. Lahir, dan dibesarkan
dari keluarga yang sederhana, namun
taat dalam beragama. Karir Pendidikan
Dasar dan Menegah diselesaikan
di Madrasah AS-SAULATIYYAH
MAKKAH. Pendidikan S-1 diselesaikan di jurusan syariah
AL-AZHAR UNIVERSITY, Mesir pada tahun 1989.
Tahun 2003, beliau menyelesaikan pendidikan program
magister dalam bidang syariah di Institut Agama Islam
Al-Aqidah, Jakarta. Tahun 2017, beliau menyelesaikan
program doktoral dalam bidang ilmu hukum Islam di
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta, dengan
disertasi pemikiran hukum MAULANA SYAIKH tentang
kewarisan Islam.
Selepas dari Mesir, mengkhidmatkan diri di Ma’had
Darul Quran wal Hadits (MDQH) Pancor, di bawah
bimbingan langsung MAULANA SYAIKH TGKH.
MUHAMMAD ZAINUDDIN ABDUL MADJID. Selain
itu beliau mengajar di beberapa madrasah yang ada
di pulau Lombok. Pada tahun 1999, beliau tercatat
sebagai dosen tetap jurusan Syariah STAIN Mataram.
Sejak tahun 2017, beliau dipercaya sebagai dosen tetap
Program Pascasarjana UIN Mataram. Selain sebagai
dosen di lingkup UIN Mataram, amanah akademik yang
Pemikiran & Kiprah Politik
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Majid 107
diembankan kepada beliau adalah sebagai senator UIN
Mataram.
Dalam bidang pengabdian masyarakat beliau
tercatat aktif sebagai Pengurus Besar Nahdlatul Wathan
(PBNW) dengan jabatan Katib Am Dewan Mustasyar.
Beliau juga tercatat sebagai Dewan Penasehat di Ikatan
Cendekiawan Muslim Indonesia Kabupaten Lombok
Tengah dan Ikatan Muballig Indonesia. Selain itu, beliau
aktif memberikan pencerahan dalam bidang agama,
mempelopori kegiatan ekonomi masyarakat, dan
gerakan pemberdayaan masyarakat.
Yang monumental dari beliau ini adalah Pondok
Pesantren Munirul Ariin (YANMU NW) Praya. Desain
sekolah tradisional dengan sentuhan pemikiran modern,
yang dirintis sejak tahun 1999 dan berkembang hingga
hari ini. Sudah ribuan alumni, dengan beragam profesi
telah dihasilkan oleh YANMU NW Praya.
Penulis ini dapat dihubungi pada alamat berikut.
Alamat kantor: Jln. Pendidikan No. 35 Mataram gedung
Universitas Negeri Mataram atau Alamat Rumah
Jln. Basuki Rahmat Kampung Rabitah Praya Pondok
Pesantren Munirul Ariin Nahdlatul Wathan (YANMU
NW) Praya , Kode pos 83511, Email: zainyanmu@gmail.
com. zainyanmu@uinmataram.ac.id.

108 Dr. H. Zainal Ariin Munir , Lc., M.Ag.

Anda mungkin juga menyukai