Disusun Oleh :
Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Ekonomi Makro Islam Dengan Judul
“Instrumen Moneter Islami”.
Kami selaku penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian, apabila terdapat banyak
kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf sebesar-besarnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I ......................................................................................................................................... 1
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 1
A. Latar belakang ................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah ................................................................................................................. 1
BAB II ....................................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 2
A. Instrumen Moneter Islam .................................................................................................. 2
1. Mazhab Pertama (Iqtishâdunâ) ....................................................................................... 2
2. Mazhab Kedua (Mainstream) ......................................................................................... 3
3. Mazhab Ketiga (Alternatif) ............................................................................................ 4
B. Aplikasi instrumen moneter islam di Indonesia ............................................................. 6
BAB III ...................................................................................................................................... 9
PENUTUP ................................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan ....................................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 10
ii
BAB I
PEMBAHASAN
A. Latar belakang
Dalam setiap penyelenggaraan Negara, pemerintah menetapkan suatu Keputusan
atau kebijakan yang Bertujuan untuk menjaga stabilitas Ekonomi, politik, system budaya,
dan Pertahanan yang di dalamnya tersirat Supaya terwujud kesejahteraan seluruh
Masyrakat. Kebijakan moneter Ditetapkan dalam rencana pembangunan Otoritas moneter
yang dalam hal ini Adalah bank sentral yaitu dengan cara Mengubah besaran moneter dan
suku Bunga serta pelaksanaannya dilakukan Oleh otoritas moneter dan system Keuangan.
Kebijakan moneter berperanSangat penting dalam perekonomian, Kehadirannya
diharapkan dapat Berfokus pada stabilitas harga dan Mendorong pertumbuhan
output.Kebijakan moneter ini merupakan Faktor penting dalam perekonomian. Namun,
perbedaan system ekonomi Yang berlaku, akan memiliki pandangan Yang berbeda
tentang kebijakan Moneter. Sistem ekonomi konvensional Memiliki pandangan yang
berbeda Tentang kebijakan moneter dengan Sistem ekonomi Islam. Sistem moneter Islam
merupakan Sub system dari system ekonomi Islam Yang tujuan yang hendak dicapai
dalam Moneter Islam diantaranya adalah untuk Mewujudkan keadilan dan
Kemashlahatan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mazhab iqtishaduna?
2. Bagaimana mazhab mainstream ?
3. Bagaimana mazhab alternatif?
4. Bagaimana aplikasi instrumen moneter islam di Indonesia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk memahami bagaimana mazhab iqtishaduna
2. Untuk memahami mazhab mainstream
3. Untuk memahami mazhab alternatif
4. Untuk memahami aplikasi instrumen moneter islam di Indonesia
1
BAB II
PEMBAHASAN
Promissory Notes atau Bill of Exchange dapat diterbitkan untuk membeli barang
dan jasa ataupun untuk mendapatkan sejumlah dana segar, namun surat tersebut tidak
dapat dimanfaatkan untuk tujuan kredit. Kreditor dapat menjual surat tersebut akan
tetapi debitur tidak dapat menjual uang ataupun komoditi sebelum ia mene rima surat
tersebut. Karena itulah tidak ada pasar untuk jual-beli negotiable instru ments, spekulasi
dan penggunaan pasar uang menjadi tidak ada. Jadi sistem kredit tidak menciptakan
uang. Aturan-aturan tersebut memengaruhi keseimbangan antara pasar barang dan pasar
uang berdasarkan transaksi tunai. Dalam nasi'a atau aturan transaksi Islami lainnya,
pada saat komoditi dibeli saat ini sedangkan pembayarannya dilakukan kemudian, uang
yang dibayarkan atau diterima untuk mendapatkan komoditas atau jasa. Dengan kata
lain, uang dipertukarkan dengan sesuatu yang benar-benar memberikan nilai tambah
bagi perekonomian. Transaksi lainnya seperti judi, riba, jual-beli superficial promissory
notes dilarang dalam Islam sehingga keseimbangan antara arus uang dan barang/jasa
dapat dipertahankan. Jika diperhatikan dengan seksama, maka tampak bahwa
perputaran uang dalam periode tertentu sama dengan nilai barang dan jasa yang
diproduksi pada rentang waktu yang sama. Instrumen lain yang digunakan pada saat ini
untuk mengatur jumlah peredaran uang serta mengatur tingkat suku bunga jangka
pendek yaitu OMO (melalui jual beli surat berharga pemerintah) jelas belum ada pada
2
masa awal perkembangan Islam. Selain itu, jelas tindakan menaikkan atau menurunkan
tingkat suku bunga tersebut bertentangan dengan ajaran Islam karena adanya larangan
yang berkenaan dengan riba dalam Islam itu sendiri.Sistem yang diterapkan oleh
pemerintah yang berhubungan dengan konsumsi, tabungan, dan investasi, serta
perdagangan telah menciptakan instrumen otomatis untuk pelaksanaan kebijakan
moneter. Pada satu sisi sistem ini menjamin keseimbangan uang dan barang/jasa dan
pada sisi lainnya mencegah penggunaan tabungan untuk tujuan selain menciptakan
kesejahteraan yang lebih nyata di masyarakat. Tambahan pula, adanya imbalan pahala
dari Allah Swt. untuk usaha dan bentuk kegiatan perekonomian lainnya menambahkan
nilai dari kegiatan ini di mata kaum Muslimin. Alquran menggambarkan perhatian
kaum Muslimin untuk penggunaan sumber daya yang telah disediakan oleh Allah Swt.
sehingga memperluas pandangan kaum Muslimin untuk ikut berpartisipasi dalam
kegiatan perekonomian. Hal tersebut lebih memotivasi kaum Muslimin untuk
berpartisipasi dalam kegiatan investasi dan menyalurkan kekayaan yang dimiliki untuk
hal-hal yang tidak mendapatkan hak yang terlalu istimewa melalui qard hasan, infaq,
dan waqaf.
3
of idle fund adalah instrumen kebijakan yang dikenakan pada semua aset produktif
yang idle. Apabila permintaan uang yang ditujukan untuk berjaga-jaga meningkat
(MD1), prec maka usaha yang dilakukan pemerintah untuk mengembalikan permintaan
uang (MP) pada titik keseimbangan (equilibrium) adalah dengan cara meningkatkan
dues of idle fund. Semakin tinggi dues of idle fund yang dikenakan terhadap uang yang
idle akan menyebabkan masyarakat enggan untuk tetap menyimpan uang yang idle
tersebut. Konsekuensinya masyarakat yang mempunyai uang idle akan secara sukarela
mengalokasikan kekayaannya pada investasi yang sifatnya produktif.
4
Bagaimanakah bisa begitu? Jika kita ingat kembali bahwa mazhab ini menga
takan bahwa keseimbangan yang terjadi di sektor moneter adalah derivasi dari
keseimbangan yang terjadi di sektor riil, ditambah pula bahwa kebijakan sektor moneter
adalah harmonisasi dengan kebijakan di sektor riil. Lebih jelasnya, marilah kita
perhatikan ilustrasi grafis sebagai berikut.
5
B. Aplikasi instrumen moneter islam di Indonesia
Peraturan perbankan syariah yang dikeluarkan pada tahun 1998 yang menggan
tikan peraturan perbankan syariah tahun 1992 telah memungkinkan perkembangan
perbankan syariah dengan sangat cepat. Berkembangnya jumlah cabang dari bank syariah
baik dari bank umum yang berdasarkan syariah maupun divisi syariah dari bank umum
konvensional, serta meningkatnya kemampuan dalam menyerap dana masyarakat yang
terlihat dari dana simpanan pihak ketiga yang tertera di neraca bank bank syariah tersebut.
Hal tersebut mengharuskan Bank Indonesia sebagai bank sentral untuk lebih menaruh
perhatian dan lebih hati-hati dalam menjalankan fungsinya pengawasannya sebagai bank
sentral yang bertugas mengawasi bank-bank umum yang ada di bawahnya sekaligus
dengan tidak mengganggu momentum pertumbuhan bank bank syariah tersebut. BI dalam
menjalankan fungsi-fungsi bank sentralnya terhadap bank-bank yang berdasarkan syariah
mempunyai instrumen-instrumen sebagai berikut:
Dalam pelaksanaannya GWM ini besarannya adalah 5% dari dana pihak ketiga
yang berbentuk IDR (Rupiah) dan 3% dari dana pihak ketiga yang berbentuk mata uang
asing. Jumlah tersebut dihitung dari rata-rata harian dalam satu masa laporan untuk
periode dua masa laporan sebelumnya. Sedangkan dana pihak ketiga yang dimaksud di
sini adalah dalam bentuk:
Giro Wadiah;
Tabungan Mudharabah;
Deposito Investasi Mudharabah;
Kewajiban lainnya.
6
Dana pihak ketiga bank dalam IDR ini tidak termasuk dana yang diterima oleh
bank dari Bank Indonesia (BI) dan BPR. Sedangkan dana pihak ketiga dalam mata uang
asing meliputi kewajiban dalam mata uang asing kepada pihak ketiga termasuk bank
dan Bank Indonesia (BI) yang terdiri dari:
a) Giro Wadiah;
b) Deposito Investasi Mudharabah;
c) Kewajiban lainnya. Adapun kesalahan dan keterlambatan dalam penyampaian
laporan mingguan yang digunakan untuk menentukan GWM ini dikenakan denda
oleh Bank Indonesia (BI). Sedangkan untuk bank yang melakukan pelanggaran
GWM ini dikenakan sangsi baik kekurangan dari minimum maupun kekurangan
negatif;
Sertifikat ini berjangka waktu 90 hari, diterbitkan oleh kantor pusat bank syariah
dengan format dan ketentuan standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI).
Pemindahtanganan Sertifikat IMA hanya dapat dilakukan oleh bank penanam dana
pertama saja, sedangkan bank penanam dana kedua tidak diperkenankan
memindahtangankan kepada pihak lain sampai berakhirnya jangka waktu. Pembayaran
akan dilakukan oleh bank syariah penerbit sebesar nilai nominal ditambah imbalan bagi
hasil (yang dibayarkan awal bulan beri kutnya dengan nota kredit melalui kliring, bilyet
giro Bank Indonesia (BI), atau transfer elektronik).
7
Dalam operasionalnya, SWBI ini mempunyai suatu nilai nominal minimum
Rp500 juta dengan jangka waktu yang dinyatakan dalam hari (misalnya: 7 hari, 14 hari,
30 hari). Pembayaran dan pelunasan SWBI adalah melalui debet/kredit rekening giro
bank yang ada di Bank Indonesia (BI). Jika jatuh tempo dana akan dikembalikan
beserta bonus yang ditentukan berdasarkan parameter Sertifikat IMA.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan moneter dalam islam berpijak pada prinsip-prinsip dasar ekonomi islam
sebagai yaitu: Kekuasaan tertinggi adalah milik Allah dan Allah lah pemilik yang absolut,
Manusia merupakan pemimpin (kholifah) di bumi, tetapi bukan pemilik yang sebenarnya,
Semua yang dimiliki dan didapatkan oleh manusia adalah karena seizin Allah, dan oleh
karena itu saudara-saudaranya yang kurang beruntung memiliki hak atas sebagian
kekayaan yang dimiliki saudara-saudaranya yang lebih beruntung, Kekayaan tidak boleh
ditumpuk terus atau ditimbun, Kekayaan harus diputar, Menghilangkan jurang perbedaan
antara individu dalam perekonomian, dapat menghapus konflik antar golongan, dan
Menetapkan kewajiban yang sifatnya wajib dan sukarela bagi semua individu, termasuk
bagi anggota masyarakat yang miskin.
9
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman Azwar. 2017. Ekonomi Makro Islam. Depok: Rajawali Pers
10