Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU

“Rangkuman Anak Berkebutuhan Khusus Intelektual dan


Keterlambatan Perkembangan Anak”

Dosen Pengampu

Drs. Herman Lusa, M.Pd.

Disusun Oleh:

Meitri Nersa Farama Wasa

A1G020041

Semester/kelas: 1/C

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS BENGKULU

2020
A. Anak Berkebutuhan Khusus Intelektual
Anak dengan kebutuhan khusus dapat diartikan secara simpel sebagai anak
yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded) yang tidak akan
pernah berhasil di sekolah sebagaimana anakanak pada umumnya. Banyak
istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti
disability, impairment, dan Handicap.
Keterlambatan kognitif dapat mempengaruhi fungsi intelektual,
mengganggu kesadaran dan menyebabkan kesulitan dalam belajar. Selain itu,
anak juga mengalami kesulitan berkomunikasi dan bermain dengan orang lain.
Keterlambatan kogntif dapat terjadi pada anak yang mengalami cedera otak
karena infeksi, seperti meningitis, yang dapat menyebabkan pembengkakan di
otak yang dikenal sebagai ensefalitis. Di samping itu, down syndrome, juga
dapat meningkatkan risiko terjadinya keterlambatan kognitif.
Anak / individu berkebutuhan khusus intelektual atau dikenal dengan istilah
tunagrahita memiliki intelegensi yang signifikan berada dibawah rata-rata dan
disertai dengan ketidak mampuan dalam adaptasi prilaku yang muncul dalam
perkembangan. Klasifikasi tunagrahita berdasarkan pada tingkatan IQ. 1.)
Tunagrahita ringan (IQ: 51-70), 2.) Tunagrahita sedang (IQ: 36-51), 3.)
Tunagrahita berat (IQ: 20-35), dan 4.) Tunagrahita sangat berat (IQ dibawah
20). Menurut WHO seorang tunagrahita memiliki dua hal yang esensial yaitu
fungsi intelektual secara nyata di bawah rata-rata dan adanya ketidakmampuan
dalam menyesuaikan diri dengan norma dan tututan yang berlaku dalam
masyarakat. Adapun cara mengidentifikasi seorang anak termasuk tunagrahita
yaitu melalui beberapa indikasi sebagai berikut:
1) Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil/besar;
2) Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia;
3) Perkembangan bicara/bahasa terlambat;
4) Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan.
5) Koordinasi gerakan kurang (gerakan sering tidak terkendali);
6) Sering keluar ludah (cairan) dari mulut (ngiler).
B. Keterlambatan Perkembangan Anak
Keterlambatan perkembangan terjadi ketika anak mengalami tumbuh
kembang fisik, emosional, sosial dan kemampuan komunikasi yang lebih
lambat dibanding yang diharapkan. Kondisi ini menyebabkan anak
membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembangkan keterampilan baru
dibanding kebanyakan anak lainnya.
Penyebab keterlambatan perkembangan umum antara lain gangguan
genetik atau kromosom seperti sindrom Down; gangguan atau infeksi susunan
saraf seperti palsi serebral atau CP, spina bifida, sindrom Rubella; riwayat bayi
risiko tinggi seperti bayi prematur atau kurang bulan, bayi berat lahir rendah,
bayi yang mengalami sakit berat pada awal kehidupan sehingga memerlukan
perawatan intensif dan lainnya.
 Tanda bahaya perkembangan motorik kasar
1) Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara
anggota tubuh bagian kiri dan kanan.
2) Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi)
hingga lebih dari usia 6 bulan.
3) Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot.
4) Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh.
5) Adanya gerakan yang tidak terkontrol.
 Tanda bahaya gangguan motorik halus
1) Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan.
2) Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3) Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut)
masih sangat dominan setelah usia 14 bulan.
4) Perhatian penglihatan yang inkonsisten.
5) Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif).
6) Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan
ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.
7) Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24
bulan.
8) Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30
bulan.
 Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)
1) Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau
bunyi, misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons.
2) Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.
3) Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30
bulan.
 Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1) 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain.
2) 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah.
3) 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya.
4) 15 bulan: belum ada kata.
5) 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura.
6) 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti.
7) Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan
bersosialisasi / interaksi.
 Tanda bahaya gangguan kognitif
1) 2 bulan: kurangnya fixation.
2) 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda.
3) 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara.
4) 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba.
5) 24 bulan: belum ada kata berarti.
6) 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata.

Anda mungkin juga menyukai