Anda di halaman 1dari 3

SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB

Mata Kuliah : HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA


Tanggal Ujian : KAMIS, 4 NOVEMBER 2021
Kelas/Semester : REG BJM PAGI / 5A
Dosen : DADIN E. SAPUTRA, S.H., M.HUM
Sifat : Closed Book

1. Hukum Pengadilan Agama merupakan salah satu pelaksana Kekuasaan Kehakiman


sebagaimana yang diamanatkan dalam Ketentuan Pasal 24 UUD NRI Tahun 1945.
PERTANYAAN :
a. Sebutkan kewenangan Pengadilan Agama dalam memeriksa, memutus dan
menyelesaikan perkara di bidang apa saja!
b. Jelaskan tentang perbedaan konseptual Peradilan dan Pengadilan!
2. Dalam menerapkan Hukum Acara dengan baik maka perlu asas-asas.
PERTANYAAN:
Sebutkan asas-asas Hukum Acara Peradilan Agama!
3. Sebutkan pengertian gugatan dan sebutkan syarat-syarat mengajukan gugatan?
4. Sebutkan pengertian Gugatan Voluntair dan Gugatan Kontentius!
5. Kumulasi adalah gabungan beberapa gugatan hak atau gabungan beberapa pihak yang
mempunyai akibat hukum yang sama, dalam satu proses perkara.
PERTANYAAN:
Sebut dan jelaskan tentang macam-macam kumulasi tersebut!

Nama : Muhammad Alfi Firdaus

Npm : 19810049

Kelas : 5A Reguler Pagi Banjarmasin

Jawab :

1.A. Pengadilan Agama Negara merupakan salah satu penyelenggara kekuasaan kehakiman
yang memberikan layanan hukum bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara perdata tertentu yang diatur dalam Undang-undang Nomor 7 tahun 1989
tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan Undang-undang Nomor 3 tahun 2006
dan Undang-undang Nomor 50 Tahun 2009. Kekuasaan kehakiman dilingkungan Peradilan
Agama dilaksanakan oleh Pengadilan Agama dan Pengadilan Tinggi Agama yang berpuncak
pada Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai Pengadilan Negara tertinggi. Seluruh
pembinaan baik pembinaan teknis peradilan maupun pembinaan organisasi, administrasi
dan keuangan dilakukan oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia. Pengadilan Agama
Negara merupakan Pengadilan Tingkat Pertama yang bertugas dan berwenang memeriksa,
mengadili dan memutus perkara-perkara di tingkat pertama di bidang perkawinan,
kewarisan, wasiat dan hibah yang dilakukan berdasarkan hukum islam serta waqaf, zakat,
infaq dan shadaqah serta ekonomi Syari’ah sebagaimana di atur dalam Pasal 49 UU Nomor
50 Tahun 2009.

Menerima, memeriksa, mengadili, menyelesaikan/memutus setiap perkara yang diajukan


kepadanya sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) UU Nomor 14 tahun 1970, Pasal 49 UU Nomor 7
tahun 1989 tentang Peradilan Agama diubah dengan UU Nomor 3 tahun 2006 dan
Perubahan kedua Nomor 50 tahun 2009 yang menyebutkan bahwa Peradilan Agama
bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan Perkara di tingkat
Pertama antara orang-orang yang beragama Islam di bidang Perkawinan, Waris, Wasiat,
Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, dan Ekonomi Syari’ah serta Pengangkatan Anak.

B. pengadilan adalah lembaga tempat subjek hukum mencari keadilan, sedangkan peradilan
adalah sebuah proses dalam rangka menegakkan hukum dan keadilan atau suatu proses
mencari keadilan itu sendiri.

2. Asas personalitas keislaman;

Asas kebebasan;

Asas wajib mendamaikan;

Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan;

Asas persidangan terbuka untuk umum;


Asas legalitas dan equality;

Asas aktif memberi bantuan.

3. Gugatan adalah suatu upaya atau tindakan untuk menuntut hak atau memaksa pihak lain
untuk melaksanakan tugas atau kewajibannya, guna memulihkan kerugian yang di derita
oleh penggugat melalui putusan.
Syarat mengajukan gugatan :

▪ Ada dasar hukumnya


▪ Adanya kepentingan hukum
▪ Ada sengketa
▪ Gugatan dibuat dengan cara cermat, dan terang, gugatan dapat dibuat secara tertulis
ataupun secara lisan
▪ Memahami hukum formal dan hukum materiil

4. Gugatan voluntair (gugatan permohonan) adalah permasalahan perdata yang diajukan


dalam bentuk permohonan yang ditandatangani oleh pemohon atau kuasanya yang
ditujukan kepada ketua pengadilan, permohonan mana merupakan kepentingan sepihak
dari pemohon yang tidak mengandung sengketa dengan pihak lain.
▪ Gugatan contentiosa (gugatan) adalah gugatan perdata yang mengandung sengketa
diantara pihak yang berperkara yang pemeriksaan penyelesaiannya diberikan dan diajukan
kepada pengadilan dimana pihak yang mengajukan gugatan disebut dan bertindak sebagai
penggugat dan pihak yang ditarik dalam gugatan disebut dan bertindak sebagai tergugat,
gugatan mana berdasarkan dalil/alasan hukum yang mengandung sengketa.
5.

- Kumulasi subyektif ialah penggabungan gugatan yang di dalamnya terdiri dari beberapa
orang penggugat atau beberapa orang tergugat.

- Kumulasi obyektif ialah jika penggugat mengajukan beberapa gugatan kepada seorang
tergugat, namun agar penggabungan sah dan memenuhi syarat, maka harus terdapat
hubugan erat.

Anda mungkin juga menyukai