Anda di halaman 1dari 21

TUGAS ISOLASI BAF

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Farmakognosi

Dosen Apt. Yenny., M.Farm

DISUSUN OLEH:

CASNATA

DEVIN SEPTIAN PURBA

EKA RATNA SARI

IQBAL FIKRIANSYAH

JURUSAN S 1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI FARMASI YPIB CIREBON

Jln. Perjuangan – Majasem CIREBON

2021

0
KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan hidayahNya

sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas

mata pelajaran Isolasi BAF. Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan, tetapi keinginan dan motivasi baik, selalu menjadi bekal bagi

kami. Kekurangan, kekhilafan adalah merupakan proses untuk perbaikan dalam pembelajaran.

Kami mengharapkan dari semua pembaca, untuk dapat mengkoreksi, mengkritis dan sekaligus

merevisi sebagai sungbangsih yang berarti dalam penyempurnaan makalah ini. Akhir kata dari

kami diucapkan sekian dulu, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi pembaca,

khususnya bagi penulis yang ingin manambah wawasan ilmu pengetahuan. Serta tak lupa pula

penulis hanturkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya bila dalam isi makalah ini kurang

berkenan dan masih ada kekurangan yang berarti

Penulis

DAFTAR ISI

1
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3

BAB II ISI ......................................................................................................................... 5

BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 21

BAB I

2
PENDAHULUAN

Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber pada

tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan

elektroforesis. Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau

dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya berupa lapisan yang

seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang didukung oleh lempeng kaca, pelat

aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kromatografi planar ini dapat dikatakan

sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom.

Kromatografi digunakan untuk memisahkan substansi campuran menjadi

komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terdapat

pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia anagalis, dan

Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manfaat. Beberapa

kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia, di antaranya adalah

sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol, antivirus, antialergi, dan dapat

mencegah osteoporosis

Fase gerak yang dikenal sebagai pelarut pengembang akan bergerak sepanjang fase

diam karena pengaruh kapiler pada pengembangan secara menaik (ascending) atau karena

pengaruh gravitasi pada pengembangan secara menurun (descending).

Kromatografi lapis tipis dalam pelaksanaannya lebih mudah dan lebih murah

dibandingkan dengan kromatografi kolom. Demikian juga peralatan yang digunakan.

Dalam kromatografi lapis tipis, peralatan yang digunakan lebih sederhana dan dapat

dikatakan hampir semua laboratorium dapat melaksanakan setiap saat secara cepat.

3
Beberapa keuntungan dari kromatografi planar ini :

Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.

Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi

warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.

Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau dengan cara

elusi 2 dimensi.

Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan

merupakan bercak yang tidak bergerak.

BAB II

ISI

4
I. PENGERTIAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT)

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi

senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi

juga merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap

maupun cuplikannya.

Adapun definisi kromatografi lapis tipis menurut para ahli, antara lain:

Keulmans (1959), Kromatografi lapis tipis adalah sebagai teknik pemisahan campuran secara

fisika yang didasarkan pada perbedaan distribusi dari komponen-komponen campuran tersebut

di antara dua fase, fase diam (padat atau cair) dan fase gerak (cair atau gas).

International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC), Pengertian kromatografi lapis tipis

ialah sebagai metode yang digunakan untuk memisahkan komponen dalam sampel, dimana

komponen tersebut didistribusikan diantara dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam

bisa berupa cairan atau padatan yang dilapiskan pada gel atau padatan.

KLT dapat dipakai dengan dua tujuan. Pertama, dipakai selayaknya sebagai metode

untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, atau preparatif. Kedua, dipakai untuk menjajaki

system pelarut dan system penyangga yang akan dipakai dalam kromatografi kolom atau

kromatografi cair kinerja tinggi.

KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya

hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan

kromatografi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi

kolom, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa secara

kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil. Pelarut yang dipilih untuk

pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis

5
seperti silika gel adalah senyawa yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih

reaktif seperti asam sulfat. Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk

identifikasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf

dari senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh oleh senyawa

dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari titik asal. Oleh karena itu

bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.

II. PELAKSANAAN KLT

Fase Diam (1)

Fase diam yang digunakan dalam KLT merupakan penjerap berukuran kecil dengan

diameter partikel antara 10-30 µm. Semakin kecil ukuran rata- rata partikel fase diam dan

semakin sempit kisaran ukuran fase diam, maka semakin baik kinerja KLT dalam hal

efisiensi dan resolusinya. Penjerap yang paling sering digunakan adalah silica dan

serbuk selulosa, sementara mekanisme sorpsi yang utama pada KLT adalah adsorpsi

dan partisi.

Berikut ini adalah beberapa penjerap fase diam yang digunkanan pada KLT :

Penjerap Mekanisme Sorpsi Penggunaan

Silica Gel Adsorpsi Asamamino,hidrokarbon,vitamin,

alkaloid

Silica modifikasi Partisi termodifikasi Senyawa-senyawa non polar

dengan hidrokarbon

Serbuk selulosa Partisi Asam amino, nukleotida,

karbohidrat

Alumina Adsorpsi Hidrokarbon,ion logam,pewana

6
Penjerap Mekanisme Sorpsi Penggunaan

makanan,alkaloid

Kielsgur Partisi Gula,asam-asam lemak

Selulosa pertukaran ion Pertukaran ion Asam Nukleat,Nukleotida,halide

dan ion-ion logam

Gel Sephadex Eksklusi Polimer,protein,kompleks logam

β-siklodekstrin Interaksi adsorpsi Campuran enantiomer

sterospesifik

2. Fase Gerak (1)

Fase gerak pada KLT dapat dipilih dari pustaka, tetapi lebih sering dengan mencoba-

coba karena waktu yang diperlukan hanya sebentar. Sistem yang paling sederhana ialah

campuran 2 pelarut organik karena daya elusi campuran kedua pelarut ini dapat

mudah diatur sedemikian rupa sehingga pemisahan dapat terjadi secara optimal.

Berikut adalah beberapa petunjuk dalam memilih dan mengoptimasi fase gerak :

Fase gerak harus mempunyai kemurnian yang sangat tinggi karena KLT merupakan teknik yang

sensitif.

Daya elusi fase gerak harus diatur sedemikian rupa sehingga harga Rf terletak antara 0,2-

0,8 untuk memaksimalkan pemisahan.

Untuk pemisahan dengan menggunakan fase diam polar seperti silica gel, polaritas fase gerak

akan menentukan kecepatan migrasi solute yang berarti juga menentukan nilai Rf.

7
Penambahan pelarut yang bersifat sedikit polar seperti dietil eter ke dalam pelarut non

polar seperti metil benzene akan meningkatkan harga Rf secara signifikan.

Solut-solut ionik dan solute-solut polar lebih baik digunakan campuran pelarut sebagai

fase geraknya, seperti campuran air dan methanol dengan perbandingan tertentu.

Penambahan sedikit asam etanoat atau ammonia masing-masing akan meningkatkan

solute-solut yang bersifat

3. Aplikasi (Penotolan) Sampel (1)

Untuk memperoleh roprodusibilitas, volume sampel yang ditotolkan paling sedikit

0,5 µl. Jika volume sampel yang ditotolkan lebih besar dari 2-10 µl, maka penotolan harus

dilakukan secara bertahap dengan dilakukan pengeringan antar totolan.

4. Pengembangan (1,4)

Bila sampel telah ditotolkan maka tahap selanjutnya adalah mengembangkan

sampel dalam bejana kromatografi yang sebelumnya telah dijenuhi dengan uap fase gerak.

Tepi bagian bawah lempeng tipis yang telah ditotoli sampel dicelupkan kedalam fase gerak

kurang lebih 0,5-1 cm. Tinggi fase gerak dalam bejana harus dibawah lempeng yang telah

berisi totolan sampel.

Bejana kromatografi harus tertutup rapat dan sedapat mungkin volume fase gerak

sedikit mungkin (akan tetapi harus mampu mengelusi lempeng sampai ketinggian

lempeng yang telah ditentukan. Untuk melakukan penjenuhan fase gerak, biasanya

bejana dilapisi dengan kertas saring . Jika fase gerak telah mencapai ujung dari kertas

saring, maka dapat dikatakan bahwa fase gerak telah jenuh.

8
Gambar berikut ini menunjukkan posisi dari totolan sampel, posisi lempeng dalam bejana serta

ketinggian eluen dalam bejana :

Gambar 1 : Lempeng dalam beaker(chamber) dengan garis pembatas penotolan sampel dan

batas eluen.

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan dan setetes

pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan penandaan pada garis di

lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika ini dilakukan menggunakan tinta,

pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kromatogram dibentuk.

Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam sebuah

gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Perlu diperhatikan

bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi bercak berada. Alasan untuk

menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi dalam gelas kimia terjenuhkan

oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi ini, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan

beberapa kertas saring yang terbasahi oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan

uap mencegah penguapan pelarut. Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan,

9
komponen-komponen yang berbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan

yang berbeda dan akan tampak sebagai perbedaan bercak warna.

Gambar 2 : Lempeng dengan p[enunjukan kenaikan bercak dan batas atas pengelusian.

5. Deteksi Bercak (1,4)

Deteksi bercak pada KLt dapat dilakukan secara kimia dan fisika. Cara kimia yang biasa

digunakan adalah dengan mereaksikan bercak dengan suatu pereaksi melalui cara

penyemprotan sehingga bercak menjadi jelas. Cara fisika yang dapat digunakan untuk

menampakkan bercak adalah dengan cara pencacahan radioaktif dan fluorosensi sinar

ultraviolet. Fluorosensi sinar ultraviolet terutama untuk senyawa yang dapat

berfluorosensi, membuat bercak akan terlihat jelas.

Berikut adalah cara-cara kimiawi untuk mendeteksi bercak :

Menyemprot lempeng KLT dengan reagen kromogenik yang akan bereaksi secara kimia

dengan solute yang mengandung gugus fungsional tertentu sehingga bercak menjadi

berwarna. Kadang-kadang dipanaskan terlebih dahulu untuk mempercepat reaksi

pembentukan warna dan intensitas warna bercak.

Mengamati lempeng dibawah lampu ultraviolet yang dipasang panjang gelombang emisi

254 atau 366 untuk menampakkan solute sebagai bercak yang gelap atau bercak yang

10
berfluorosensi terang pada dasar yang berfluorosensi seragam. Lempeng yag diperdagangkan

dapat dibeli dalam bentuk lempeng yang sudah diberi dengan senyawa fliorosen yang tidak

larut yang dimasukkan ke dalam fase diam untuk memberikan dasar

fluorosensi atau dapat pula dengan menyemprot lempeng dengan reagen fluorosensi

setelah dilakukan pengembangan.

Menyemprot lempeng dengan asam sulfat pekat atau asam nitrat pekat lalu dipanaskan

untuk mengoksidasi solute-solut organic yang akan nampak sebagai bercak hitam sampai

kecoklat-coklatan.

Memaparkan lempeng dengan uap iodium dalam chamber tertutup.

Melakukan scanning pada permukaan lempeng dengan densitometer, suatu instrument

yang dapat mengukur intensitas radiasi yang direfleksikan dari permukaan lempeng

ketika disinari dengan lampu UV atau lampu sinar tampak. Solut-solut yang mampu

menyerap sinar akan dicatat sebagai puncak (peak) dalam pencatatan (recorder)

Berikut ini adalah gambar lempeng dengan menggunakan penampak bercak dengan

pendarfluor dan cara kimia (penyemprotan ) :

11
Gambar 3, 4 : Penampakan bercak dengan penyemprotan

Gambar 5 : Penampakan bercak dengan paparan sinar UV

6. Perhitungan Nilai Rf (4)

12
Gambar 6 : Perbandingan jarak bercak dan jarak tempuh eluen.

Perhitungan nilai Rf didasarkan atas rumus :

Rf=jarak yang ditempuh oleh komponen

jarak yang ditempuh oleh pelarut

Nilai Rf dinyatakan hingga angka 1,0 beberapa pustaka menyatakan nilai Rf yang baik

yang menunjukkan pemisahan yang cukup baik adalah berkisar antara 0,2-0,8.

7. Altertatif Prosedur KLT (1)

Adanya variasi prosedur pengembangan KLT dilakukan untuk meningkatkan

resolusi, sensitifitas, kecepatan, reprosudibilitas dan selektifitas. Beberapa

pengembangan ini meliputi KLT 2 dimensi, Pengembangan kontinyu dan

Pengembangan gradient.

KLT 2 dimensi atau KLT 2 arah ini bertujuan untuk meningkatkan resolusi sampel

ketika komponen-komponen solute mempunyai karakteristik kimia yang hampir sama,

karenanya nilai Rf juga hampir sama sebagaimana dalam asam-asam amino. Selain itu,

system 2 fase gerak yang sangat

berbeda dapat digunakan secara berurutan pada suatu campuran sehingga memungkinkan

untuk melakukan pemisahan analit yang mempunyai tingkat polaritas yang berbeda.

Pengembangan kontinyu dilakukan dengan cara mengalirkan fase gerak secara terus

menerus pada lempeng KLT melalui suatu wadah (biasanya alas tangki) melalui suatu

lapisan dan dibuang dengan cara tertentu pada ujung lapisan.

13
Pengembangan gradient dilakukan dengan menggunakan komposisi fase gerak yang

berbeda-beda. Tujuan utama system ini adalah untuk mengubah polaritas fase gerak.

Meskipun demikian untuk memperoleh komposisi fase gerak yang reprodusibel sangatlah

sulit.

III. PENGGUNAAN KLT

Penggunaan umum KLT adalah untuk menentukan banyaknya komponen dalam

campuran, identifikasi senyawa, memantau berjalannya suatu reaksi, menentukan

efektivitas pemurnian, menentukan kondisi yang sesuai untuk kromatografi kolom, serta

memantau kromatografi kolom, melakukan screening sampel untuk obat.

Analisa kualitatif dengan KLT dapat dilakukan untuk uji identifikasi senyawa baku.

Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Analisis kuantitatif

dilakukan dengan 2 cara, yaitu mengukur bercak langsung pada lengpeng dengan

menggunakan ukuran luas atau dengan teknik densitometry dan cara berikutnya dalaha

dengan mengerok bercak lalu menetapkan kadar senyawa yang terdapat dalam bercak dengan

metode analisis yang lain, misalnya dengan metode spektrofotometri. Dan untuk analisis

preparatif, sampel yang ditotolkan dalam lempeng dengan lapisan yang besar lalu

dikembangkan dan dideteksi dengan cara yang non- dekstruktif. Bercak yang mengandung

analit yang dituju selanjutnya dikerok dan dilakukan analisis lanjutan.

Saat ini metode KLT semakin berkembang dengan hadirnya KLT-KT (Kromatografi Lapis

Tipis Kinerja Tinggi), dimana cara ini lebih efisien dan dengan menghasilkan analisa yang lebih

baik dibandingkan KLT biasa.

Prinsip Kromatografi Lapis Tipis

14
1. Mirip dengan metode kromatografi kolom, dimana kromatografi lapis tipis juga didasarkan

pada prinsip pemisahan. Yaitu;

2. Pemisahan bergantung pada afinitas relatif senyawa terhadap fase diam dan fase gerak.

3. Senyawa di bawah pengaruh fase gerak (didorong oleh aksi kapiler) bergerak di atas

permukaan fase diam. Selama pergerakan ini, senyawa dengan afinitas yang lebih tinggi ke fase

diam bergerak perlahan sementara yang lain bergerak lebih cepat. Dengan demikian,

pemisahan komponen dalam campuran tercapai.

4. Begitu pemisahan terjadi, masing-masing komponen divisualisasikan sebagai bintik-bintik

pada tingkat perjalanan yang berbeda pada pelat. Sifat atau karakter mereka diidentifikasi

dengan menggunakan teknik deteksi yang sesuai.

Prosedur Kromatografi Lapis Tipis

1. Sebelum memulai Eksperimen Kromatografi Lapis Tipis, mari kita memahami berbagai

komponen yang diperlukan untuk melakukan prosedur (KLT) beserta fase yang terlibat.

2. Pelat Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Plates), Pelat siap pakai yang

digunakan secara kimiawi inert dan stabil. Fase diam diaplikasikan pada permukaannya yang

berupa lapisan tipis. Fase diam pada pelat memiliki ukuran partikel yang halus dan juga

memiliki ketebalan yang seragam.

3. Biliki Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Chamber), Bilik digunakan untuk

mengembangkan pelat. Ini bertanggung jawab untuk menjaga lingkungan yang stabil di dalam

yang akan membantu dalam mengembangkan bitnik. Selain itu, ini mencegah penguapan

pelarut dan membuat seluruh proses bebas debu.

15
4. Fase Gerak Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Mobile phase), Fase gerak

adalah fase yang bergerak dan terdiri dari campuran pelarut atau pelarut. Fase ini harus bebas

partikulat. Semakin tinggi kualitas kemurnian perkembangan bintik-bintik semakin baik.

5. Kertas Saring Kromatografi Lapis Tipis (Thin Layer Chromatography Filter Paper),Ini harus

ditempatkan di dalam bilik. Itu dibasahi dalam fase gerak.

Eksperimen Kromatografi Lapis Tipis

1. Fase diam yang diterapkan pada pelat dibuat mengering dan stabil. ini

2. Untuk menerapkan bitnik/titik sampel, tanda tipis dibuat di bagian bawah piring dengan

bantuan pensil.

3. Terapkan larutan sampel ke bitnik/titik yang ditandai.

4. Tuang fase gerak ke dalam bilik KLT dan untuk menjaga kelembapan yang sama, letakkan

kertas saring yang dibasahi di dalam fase gerak.

5. Tempatkan pelat di bilik KLT dan tutup dengan penutup. Itu disimpan sedemikian rupa

sehingga sampel menghadap ke fase gerak.

6. Benamkan piring untuk pengembangan. Ingatlah untuk menjaga bitnik/titik sampel jauh di

atas tingkat fase gerak. Jangan celupkan ke dalam pelarut.

7. Tunggu sampai munculnya bintik-bintik. Setelah bintik-bintik berkembang, keluarkan piring

dan keringkan. Bintik sampel dapat diamati di bawah ruang sinar UV.

Manfaat Kromatografi Lapis Tipis

1. Manfaat kromatografi lapis tipis dalam berbagai aplikasi, diantaranya yaitu:

16
2. Pengujian kualitatif Berbagai obat seperti sedatif, anestesi lokal, obat penenang

antikonvulsan, analgesik, antihistamin, steroid, hipnotik dilakukan dengan KLT.

3. KLT sangat berguna dalam analisis biokimia seperti pemisahan atau isolasi metabolit biokimia

dari plasma darah, urin, cairan tubuh, serum, dan lain-lain.

4. Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk mengidentifikasi produk alami seperti minyak

esensial atau minyak atsiri, minyak tetap, glikosida, lilin, alkaloid, dan lain-lain.

5. Kromatografi lapis tipis banyak digunakan dalam memisahkan formulasi farmasi

multikomponen.

6. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk memurnikan sampel apa pun dan perbandingan

langsung dilakukan antara sampel dan sampel asli

7. Kromatografi lapis tipis digunakan dalam industri makanan, untuk memisahkan dan

mengidentifikasi warna, zat pemanis, dan pengawet

8. Kromatografi lapis tipis digunakan dalam industri kosmetik.

9. Kromatografi lapis tipis digunakan untuk mempelajari apakah suatu reaksi pengendapan

selesai.

10. Kekuarangan Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi lapis tipis juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya yaitu:

1. Pelat kromatografi lapis tipis tidak memiliki fase diam yang lebih lama.

2. Jika dibandingkan dengan teknik kromatografi lainnya, panjang pemisahan dibatasi.

17
3. Hasil yang dihasilkan dari KLT sulit untuk direproduksi.

4. Karena KLT beroperasi sebagai sistem terbuka, beberapa faktor seperti kelembaban dan suhu

dapat mempengaruhi hasil akhir kromatogram.

5. Batas deteksi tinggi dan oleh karena itu jika kita menginginkan batas deteksi yang lebih

rendah, kita tidak dapat menggunakan KLT.

6. Kromatografi lapis tipis hanya teknik analisis kualitatif dan bukan kuantitatif.

18
BAB III

PENUTUP

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi

senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga

merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap

maupun cuplikannya yag dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang

sifatnya hidrofobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan

kromatografi kertas. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan

kromatogram atau perhitungan Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. Pelaksanaan

kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah

campuran dari beberapa zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk

dari campuran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan

identifikasi senyawa-senyawa yang muncul. Identifikasi bercak pada lempeng

kromatogram dapat dilakukan dengan cara kimia dan cara fisika. KLT dapat digunakan untuk

analisa kualitatif, kuantitatif dan analisa preparatif.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ibnu Gholib Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.2.

Kromatografi Lapis Tipis. 2009.http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromatografi-lapis-

tipis.html . diakses 1 Oktober 2009.3.

Roy J. Gritter, James M. Bobbit, Arthur E. S., 1991 Pengantar Kromatografi. Penerbit

ITB.Bandung.4.Kromatografi Lapis Tipis. 2009.

http://www.chem_istry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi1/kromatografi_lapi

s_tipis .Diakses 3Oktober 2009.

Rusdianansari.2011.ModulPraktikumKimiaAnalitikInstrumen. Palembang : Politeknik Negeri

Sriwijaya.

http://www.google.com

20

Anda mungkin juga menyukai