Anda di halaman 1dari 36

TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN”

Dibuat oleh :

Andika Wiranata. EAA 118 054


Dolie Martin EAA 118 024
Filippo Juan Cornalio EAA 118 028
Fernando Marselino EAA 118 033
Reyson Exaudi Gultom EAA 118 035

DOSEN PENGAJAR : Yuyuk Tardimanto

JURUSAN ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PALANGKARAYA

TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan makalah tentang pendidikan kewarganegaraan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan

dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk

itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah tentang pendidikan kewarganegaraan.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena

itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca

agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang pendidikan

kewarganegaraan ini dapat memberikan manfaat, pengetahuan maupun inspirasi

terhadap pembaca.

                                                                         Palangkaraya,  Oktober 2019

                                                                                       Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................i

Daftar isi.......................................................................................................1

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang......................................................................................2


1.2 Masalah.................................................................................................3
1.3 Tujuan...................................................................................................3
1.4 Manfaat.................................................................................................3

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewarganegaraan.................................................................4

2.2 Tujuan Kewarganegaraan......................................................................9

2.3 Undang-undang dan Peraturan Kewarganegaraan.................................13

2.4 Kewarganegaraan Indonesia..................................................................14

2.5 Asas-asas Kewarganegaraan..................................................................18

2.6 Peran Warga Negara..............................................................................22

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan............................................................................................27

3.2 Saran.......................................................................................................28

Daftar Pustaka

Lampiran

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu mata pelajaran yang

diturunkan dari tingkat Sekolah Dasar, menengah, hingga Perguruan

Tinggi. Hal ini membuat agar dapat memupuk karakter siswa untuk memiliki

rasa nasionalisme, juga membentuk karakter sosial dan karakter bangsa sejak

dini. Karakter Bangsa adalah harapan yang diharapkan oleh warga Negara

sebagai cerminan dari Pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan juga merupakan pondasi atau modal

utama bagi seluruh bangsa Indonesia untuk dapat mendukung,

mempertimbangkan, dan menghargai setiap aspek dari Indonesia sendiri.

Mahasiswa sebagai bagian dari Pendidikan Tingkat Tinggi di

Indonesia turut berpartisipasi dalam pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, karena mahasiswa merupakan bibit untuk mempertanggung

jawaban kedepannya. Karena pendidikan moral dan akademis yang akan

menunjang sosok pribadi mahasiswa. Kepribadian mahasiswa akan tumbuh

seiring dengan waktu dan proses pembenahan yang semakin meningkat,

pembekalan, keputusan dan akhirnya pemutusan prinsip diri. 

2
1.2 MASALAH

1. Pengertian pendidikan kewarganegaraan dan tujuan

2. Undangan-undang mengenai pendidikan kewarganegaran

3. Asas-asas dan peran pendidikan kewarganegaraan

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui hal-hal yang mendasari pentingnya Pendidikan

kewarganegaraan

2. Mengetahui peran warga negara

3. untuk membangun kesiapan seluruh warga negara agar menjadi warga

dunia (global society) yang cerdas.

1.4 MANFAAT

1. Mahasiswa Menjadi Pribadi yang Mengetahui Hak dan Kewajibannya

sebagai Warga Negara Indonesia

2. Mahasiswa Menjadi Pribadi yang Berpikir Kritis

3. Mahasiswa Menjadi Pribadi yang Bertoleransi Tinggi

4. Mahasiswa Menjadi Pribadi yang Cinta Damai

5. Mahasiswa Menjadi Sosok yang Mengenal dan Berpartisipasi dalam

Kehidupan Politik Lokal, Nasional, dan Internasional.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kewarganegaraan 

Istilah kewarganegaraan memiliki arti keanggotaan yang menunjukkan

hubungan atau ikatan antara Negara dan kewarganegaraan. Kewarganegaraan

diartikan segala jenis hubungan dengan suatu  Negara yang mengakibatkan

adanya kewajiban Negara itu untuk melindungi orang yang bersangkutan. Adapun

menurut undang-undang Kewarganegaraan Republik Indonesia. Kewarganegaraan

adalah segala Ikhwal yang berhubungan dengan Negara. Pengertian

kewarganegaraan dibedakan menjadi dua, yaitu sebagai berikut:

1. Kewarganegaraan dalam arti yuridis dan sosiologis

 Kewarganegaraan dalam arti yuridis ditandai dengan adanya ikatan

hukum antara orang-orang  dengan Negara.

 Kewarganegaraan dalam arti sosiologis, tidak ditandai dengan

ikatan hukum, tetapi ikatan emosional, seperti ikatan perasaan,

ikatan keturunan, ikatan nasib, ikatan sejarah, dan ikatan tanah air.

2. Kewarganegaraan dalam arti formil dan materil

 Kewarganegaraan dalam arti formil menunjukan pada tempat

kewarganegaraan. Dalam arti sistematika hukum, masalah

kewarganegaraan berada pada hukum publik.

4
 Kewarganegaraan dalam arti materil menunjukan pada akibat

hukum dari status kewarganegaraan, yaitu adanya hak dan

kewajiban warga Negara. 

a) Kewarganegaraan secara hukum (yuridis)

Kewarganegaraan dalam hak hukum (Yuridis), memiliki pengertian

sebagai tanda adanya sebuah hubungan atau ikatan secara yuridis antara

seorang warga negara dengan negara terkait status seseorang tersebut

sebagai warga negara. Yang dengan adanya hubungan tersebut memiliki

maka seorang warga negara memiliki kewajiban untuk tunduk dan patuh

terhadap hukum, undang-undang maupun peraturan yang berlaku di negara

tersebut terkait status seseorang tersebut sebagai warga negara. Dengan

adanya sebuah kartu tanda penduduk, surat pernyataan atau bukti

kewarganegaraan seseorang, merupakan tanda dari ikatan hukum tersebut.

b) Kewarganegaraan secara sosiologis

Hak secara sosiologis, kewarganegaraan memiliki definisi berbeda dengan

ikatan atau hubungan secara hukum. Ikatan tersebut memiliki makna lebih

mendalam dalam pengertian ikatan secara sosial, yang didapat karena

timbulnya satu ikatan atau hubungan darah, setanah air, senasib

sepenanggungan dan juga ikatan budaya dan sejarah yang sama. Dalam

arti kata memiliki ikatan secara lahir dan batin dalam hubungannya

sebagai warga negara.

Dengan kata lain dalam artian kewarganegaraan secara sosiologis

seseorang tersebut dapat disebut sebagai warga negara karena melihat dari

5
tingkah laku, penghayatan hidup serta ikatan emosional seseorang tersebut

pada negara. Akan tetapi menurut hukum seseorang tersebut tidak

memiliki bukti secara sah menurut hukum yang berlaku sebagai seorang

warga negara. 

c) Kewarganegaraan secara formal

Kewarganegaraan dalam arti secara formal, secara teori hukum merujuk

pada tempat kewarganegaraan. Segala hal mengenai kewarganegaraan

maupun warga negara berada pada konteks hukum publik, sebab segala

ketentuan-ketentuan mengenai hal tersebut bersifat publik(umum).

d) Kewarganegaraan secara materiil

Kewarganegaraan dalam arti secara materiil, merujuk pada akibat yang

ditimbulkan karena status kewarganegaraan seseorang tersebut dalam hal

hukum yang dengannya timbul hak maupun kewajiban dalam konteks

bagian dari suatu negara tersebut. Dengan seseorang memiliki status

kewarganegaraan, bersamaan dengan hal tersebut maka timbul sebuah

ikatan hukum yang mewajibkannya patuh serta tunduk dalam hukum di

negara terkait, dan seseorang tersebut tidak memiliki keterikatan maupun

berada dibawah kuasa atau kendali negara lain secara yuridis. Dengan

begitu negara menjamin warga negara dibawah kekuasaan hukumnya.

Pengertian kewarganegaraan menurut Para Ahli

Kewarganegaraan merupakan bagian dari suatu konsep kewargaan (citizen). Yang

di dalamnya terdiri dari bagian-bagian dalam sebuah wilayah, sebagaimana warga

sebuah kota atau kabupaten dinamakan sebagai warga kota atau warga kabupaten

6
karena dialamnya merupakan satu kesatuan politik dalam satu otonomi daerah

tertentu. Sebab dalam konsep kewargaan ini setiap wilayah dari satuan politik

tersebut memberikan hak dan kewajiban yang berbeda pada warganya antara satu

wilayah dengan yang lainnya.

Ada beberapa pengertian kewarganegaraan, seperti berikut diantaranya beberapa

ahli  mengemukakan pendapatnya tentang kewarganegaraan.

 Menurut Ko Swaw Sik, kewarganegaraan ialah ikatan hukum diantara

negara beserta seseorang yang disebut warga negara. Ikatan atau hubungan

tersebut menjadi suatu “kontrak politik”, yang mana sebuah negara

tersebut memiliki hukum tata negara dan kedaulatan yang diakui

masyarakat dunia. kewarganegaraan disini merupakan bagian dalam

konsep kewargaan (citizenship). 

 Menurut Graham Murdock (1994), kewarganegaraan merupakan suatu hak

agar dapat ikut serta maupun berpartisipasi secara utuh didalam berbagai 

pola stuktur sosial, politik dan juga kehidupan kultural agar dapat

menciptakan seseuatu hal yang baru selanjutnya karena dengan begitu

akan membentuk ide-ide yang besar.

 Menurut Soemantri, kewarganegaraan ialah sesuatu yang memiliki

keterkaitan atau hubungan antara manusia sebagai individu didalam suatu

perkumpulan yang tertata dan terorganisir dalam hubungannya dengan

negara.

7
 Menurut Stanley E Ptnord dan Etner F peliger, Kewarganegaraan

merupakan sebuah ilmu atau studi mengenai tugas dan kewajiban

pemerintahan serta hak dan kewajiban seorang warga negara.

 Menurut mr. Wiyanto Dwijo Hardjono, S.Pd, Kewarganegaraan ialah

keanggotaan seseorang dalam satuan politik tertentu ( secara khusus

negara) yang dengannya membawa hak untuk dapat berprestasi dalam

suatu kegiatan politik di negara tersebut.

 Menurut Wolhoff, Kewarganegaraan ialah keanggotaan suatu bangsa

tertentu, yakni sejumlah manusia yang terikat dengan yang lainnya

dikarenakan suatu sebab yaitu kesamaan bahasa, kehidupan dalam sosial

dan berbudaya serta kesadaran nasionalnya. Maka dari itu

kewarganegaraan memiliki suatu kesamaan dengan hal kebangsaan,

perbedaannya terletak pada hak-hak yang dimiliki seseorang tersebut

untuk berperan aktif dalam hal perpolitikan di dalam negara tersebut.

 Menurut Daryono, kewarganegaraan merupakan pokok-pokok yang

mencakup isi tentang hak dan kewajiban warga negara. Sebab

kewargangaraan merupakan keanggotaan seseorang didalam satuan politik

tertentu (dalam hal ini negara) yang berkenaan dengan hal tersebut maka

timbulah suatu hak untuk berpartisipasi di dalam kehidupan politik di

negara tersebut. Dan seseorang tersebut dinamakan warga negara.

8
2.2 Tujuan Kewarganegaraan

Tujuan kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

a. Mewujudkan warga Negara sadar bela Negara berlandaskan

pemahaman politik kebangsaan.

b. Kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam

perikehidupan bangsa.

c. Memiliki sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

kejuangan, cinta tanah air, serta rela berkorban bagi nusa dan

bangsa.

d. Memiliki keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi

secara demokratis dan bertanggung jawab

Sebagai warga Negara Indonesia kita wajib mempelajari pendidikan

kewarganegaraan dan berdasarkan kesamaan nilai-nilai perjuangan bangsa yang

senantiasa tumbuh dan berkembang. Kesamaan nilai-nilai tersebut dilandasi oleh

jiwa, tekad, dan semangat kebangsaan. Dan hal ini memerlukan sarana pendidikan

bagi setiap warga Negara Indonesia dan mahasiswa sebagai calon cendekiawan

pada khususnya, yaitu melalui pendidikan kewarganegaraan. Dan adapun tujuan

dari pendidikan kewarganegaraan yaitu.

1. Tujuan Umum. Memberikan pengetahuan dan kemampuan dasar kepada

mahasiswa mengenai hubungan antara warganegara dengan negara,

hubungan antara warganegara dengan warganegara, dan Pendidikan

9
Pendahuluan Bela Negara agar menjadi warganegara yang dapat

diandalkan oleh bangsa dan negara.

2. Tujuan Khusus.

a) Agar mahasiswa memahami dan melaksanakan hak dan kewajiban secara

santun, jujur dan demokratis serta ikhlas sebagai Warganegara Republik

Indonesia yang terdidik dan bertanggung jawab.

b) AgarAgar mahasiswa menguasai dan memahami berbagai masalah dasar

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta dapat

mengatasi dengan pemikiran kritis dan bertanggung jawab yang

berlandaskan Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional.

c) Agar mahasiswa memiliki sikap perilaku sesuai nilai-nilai kejuangan, cinta

tanah air, rela berkorban bagi nusa dan bangsa.

Adapun pendapat para pakar . yaitu :

1) Aristoteles

Mengenai tujuan negara oleh Aristoteles dijelaskan, bahwa berhubung

dengan pahamnya bersifat universal, maka lebih diutamakan adalah

negara. Oleh karena itu pemerintah sebaik-baiknya ditujukan kepada

kepentingan umum, berlandaskan keadilan yang merupakan keseimbangan

kepentingan di atas daun neraca Themis (Dewi keadilan didalam mitologi

Yunani).

Oleh karena itu, tujuan dari negara adalah kesempurnaan warganya yan

berdasarkan atas keadilan, keadilan memerintah dan harus menjelma di

10
dalam negara, dan hukum berfungsi memberi kepada setiap manusia apa

sebenarnya yang berhak ia terima.

2) Plato

Plato mengatakan bahwa tujuan negara yang sebenarnya adalah untuk

mengetahui atau mencapai atau mengenal idea yang sesungguhnya, sedang

yang dapat mengetahui atau mencapai idea yang sesungguhnya itu

hanyalah ahli-ahli filsafat saja, maka dari itu pimpinan negara atau

pemerintahan negara. Sebaiknya harus dipegang oleh ahli-ahli filsafat saja.

3) Socrates

Menurut Socrates negara bukanlah semata-mata merupakan suatu

keharusan yang brsifat objektif, yang asal mulanya berpangkal pada

pekerti manusia. Sedang tugas negara adalah untuk menciptakan hukum,

yang harus dilakukan oleh para pemimpin, atau para penguasa yang

dipilah secara saksama oleh rakyat. Disinilah tersimpul pikiran demokratis

dari pada Socrates. Ia selaku menolak dan menentang keras apa yang

dianggapnya bertentangan dengan ajarannya, yaitu menaati undang-

undang.

4) John Locke

Tujuan negara menurut John Locke adalah untuk memelihara dan

menjamin terlaksananya hak-hak asasi manusia.yang tertuang dalam

perjanjian masyarakat. tiap-tiap manusia menyerahkan hak-hak

alamiahnya pada masyarakat, tetapi tidak semua., hanya yang tidak

diserahkan adalah hak-hak asasi tersebut. Karena hak-hak asasi ini

11
menurut john locke tidak dapat dilepaskan dari individu. tetapi Justru

jaminan terhadap hak-hak asasi inilah yang menjadi tujuan negara. bahkan

kekuasaan penguasa pun dibatasi oleh hak-hak asasinya. Jadi hal inilah

yang tidak memungkinkan kekuasaan penguasa itu bersifat mutlak.

5) Niccollo Machiavelli

Tujuan negara menurut Niccollo Machiavelli adalah untuk mengusahakan

terselenggaranya ketertiban, keamanan dan ketentraman. Dan hanya dapat

dicapai oleh pemerintah seorang raja yang mempunyai kekuasaan absolut.

Jadi usahanya itu menuju kearah mendapatkan serta menghimpun

kekuasaan yang sebesar-besarnya pada tangan raja.

6) Thomas Aquinas

Menurut Thomas Aquinas, untuk mengetahui tujuan negara, maka terlebih

dahulu mengetahui tujuan manusia, yaitu kemuliaan yang abadi. Oleh

karena itu negara mempunyai tujuan yang luas, yaitu memberikan dan

menyelenggarakan kebahagiaan manusia untuk memberikan

kemungkinan, agar dapat mencapai hidup tersusila dan kemuliaan yang

abadi, yang harus di sesuaikan dengan syarat-syarat keagamaan.

Pada hakekatnya pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dari suatu

masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan

kehidupan generasi penerusnya. Selaku warga masyarakat, warga bangsa dan

negara, secara berguna dan bermakna serta mampu mengantisipasi hari depan

mereka yang selalu berunah dan selalu terkait dengan konteks dinamika

budaya,bangsa,negara dan hubungan international,maka pendidikan tinggi tidak

12
dapat mengabaikan realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai

perubahan kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak kuterdugaan.

2.3 Undang-undang dan Peraturan Kewarganegaraan  

Pada tanggal 1 Agustus 2006, undang-undang No 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia telah diundangkan dan diberlakukan

sebagai pengganti Undang-undang No 62 Tahun 1958.

Hal-hal yang menonjol dari undang-undang diatas adalah:

1. Sifat non-discriminatif  yaitu status kewarganegaraan seseorang tidak

lagi ditentukan berdasarkan ras, keturunan, suku bangsa, agama dsb,

tetapi ditentukan berdasarkan aturan hukum.

2. Memberi kewarganegaraan terbatas kepada:

 Anak WNI yang lahir dan suatu perkawinan campuran.

 AnakAnak WNI yang berusia 5 (lima) tahun diangkat secara sah

oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan.

 Anak dari pasangan WNI yang lahir di Negara yang menganut asas

ius soli. 

 Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah diakui oleh

ayahnya yang WNA.

3. Memberi kesempatan memperoleh kewarganegaraan Republik

Indonesia kepada anak-anak yang lahir dari suatu perkawinan

campuran yang lahir sebelum berlakunya undang-undang No 12 tahun

13
2006 tentang kewarganegaraan RI yang belum berusia 18 tahun dan

belum kawin.

4. Persamaan di depan hukum bagi perempuan dan laki-laki untuk

mengajukan pewarganegaraan.

5. KehilanganKehilangan kewarganegaraan bagi suami atau istri yang

terikat perkawinan yang sah tidak menyebabkan hilangnya status

kewarganegaraan dari istri atau suami.

6. KehilanganKehilangan kewarganegaraan Indonesia bagi seorang ayah

atau ibu tidak dengan sendirinya berlaku terhadap anaknya.

2.4 Kewarganegaraan Indonesia

1. Peraturan yang mengatur perihal kewarganegaraan di Indonesia

adalah UU No 12 th 2006 tentang kewarganegaraan Republik

Indonesia.

2. Hal-hal yang diatur dalam undang-undang ini adalah perihal; siapa

yang menjadi warga Negara Indonesia; syarat dan tata cara

memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia dan syarat dan

tata cara memperoleh kembali kewarganegaraan Republik

Indonesia.

3. Asas-asas yang dipakai dalam UU ini adalah asas isu sanguinis,

asas ius soli terbatas, asas kewarganegaraan tunggal dan asas

kewarganegaraan ganda terbatas.

14
4. Undang-undang ini tidak mengatur perihal isi kewarganegaraan

(hak dan kewajiban warga negara).

Seorang Warga Negara Indonesia (WNI) adalah orang yang diakui oleh UU

sebagai warga negara Republik Indonesia. Kepada orang ini akan diberikan Kartu

Tanda Penduduk, berdasarkan Kabupaten atau (khusus DKI Jakarta) Provinsi,

tempat ia terdaftar sebagai penduduk/warga. Kepada orang ini akan diberikan

nomor identitas yang unik (Nomor Induk Kependudukan, NIK) apabila ia telah

berusia 17 tahun dan mencatatkan diri di kantor pemerintahan. Paspor diberikan

oleh negara kepada warga negaranya sebagai bukti identitas yang bersangkutan

dalam tata hukum internasional.

Kewarganegaraan Republik Indonesia diatur dalam UU no. 12 tahun 2006 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia. Menurut UU ini, orang yang menjadi

Warga Negara Indonesia (WNI) adalah :

 setiap orang yang sebelum berlakunya UU tersebut telah menjadi WNI

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari ayah dan ibu WNI

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ayah WNI dan ibu

warga negara asing (WNA), atau sebaliknya

 anak yang lahir dari perkawinan yang sah dari seorang ibu WNI dan ayah

yang tidak memiliki kewarganegaraan atau hukum negara asal sang ayah

tidak memberikan kewarganegaraan kepada anak tersebut

 anak yang lahir dalam tenggang waktu 300 hari setelah ayahnya

meninggal dunia dari perkawinan yang sah, dan ayahnya itu seorang WNI

15
 anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNI

 anak yang lahir di luar perkawinan yang sah dari ibu WNA yang diakui

oleh seorang ayah WNI sebagai anaknya dan pengakuan itu dilakukan

sebelum anak tersebut berusia 18 tahun atau belum kawin

 anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia yang pada waktu

lahir tidak jelas status kewarganegaraan ayah dan ibunya.

 anakanak yang baru lahir yang ditemukan di wilayah negara Republik

Indonesia selama ayah dan ibunya tidak diketahui

 anak yang lahir di wilayah negara Republik Indonesia apabila ayah dan

ibunya tidak memiliki kewarganegaraan atau tidak diketahui

keberadaannya

 anak yang dilahirkan di luar wilayah Republik Indonesia dari ayah dan ibu

WNI, yang karena ketentuan dari negara tempat anak tersebut dilahirkan

memberikan kewarganegaraan kepada anak yang bersangkutan

 anak dari seorang ayah atau ibu yang telah dikabulkan permohonan

kewarganegaraannya, kemudian ayah atau ibunya meninggal dunia

sebelum mengucapkan sumpah atau menyatakan janji setia.

Selain itu, diakui pula sebagai WNI bagi :

 anak WNI yang lahir di luar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun

dan belum kawin, diakui secara sah oleh ayahnya yang

berkewarganegaraan asing

16
 anak WNI yang belum berusia lima tahun, yang diangkat secara sah

sebagai anak oleh WNA berdasarkan penetapan pengadilan

 anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah RI, yang ayah atau ibunya memperoleh

kewarganegaraan Indonesia

 anak WNA yang belum berusia lima tahun yang diangkat anak secara sah

menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh WNI.

Kewarganegaraan Indonesia juga diperoleh bagi seseorang yang termasuk dalam

situasi sebagai berikut:

 Anak yang belum berusia 18 tahun atau belum kawin, berada dan

bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia, yang ayah atau ibunya

memperoleh kewarganegaraan Indonesia

 Anak warga negara asing yang belum berusia lima tahun yang diangkat

anak secara sah menurut penetapan pengadilan sebagai anak oleh warga

negara Indonesia

Di samping perolehan status kewarganegaraan seperti tersebut di atas,

dimungkinkan pula perolehan kewarganegaraan Republik Indonesia melalui

proses pewarganegaraan. Warga negara asing yang kawin secara sah dengan

warga negara Indonesia dan telah tinggal di wilayah negara Republik Indonesia

sedikitnya lima tahun berturut-turut atau sepuluh tahun tidak berturut-turut dapat

menyampaikan pernyataan menjadi warga negara di hadapan pejabat yang

berwenang, asalkan tidak mengakibatkan kewarganegaraan ganda.

17
Berbeda dari UU Kewarganegaraan terdahulu, UU Kewarganegaraan tahun 2006

ini memperbolehkan dwikewarganegaraan secara terbatas, yaitu untuk anak yang

berusia sampai 18 tahun dan belum kawin sampai usia tersebut. Pengaturan lebih

lanjut mengenai hal ini dicantumkan pada Peraturan Pemerintah no. 2 tahun 2007.

2.5 Asas-asas Kewarganegaraan

Asas Penyusunan UU Kewarganegaraan Indonesia

Undang-undang kewarganegaraan yang telah disebutkan di atas dibuat

mengingat perkembangan zaman. Di mana kemungkinan pernikahan atau

perkawinan campur, tinggalnya warga negara asing, dan kebutuhan-

kebutuhan lain. Dibuat agar setiap warga negara atau masyarakat yang ada

dan tinggal di Indonesia khususnya mempunyai kedudukan yang jelas.

Asas penyusunan UU Nomor 12 Tahun 2996 Tentang Kewarganegaraan,

yaitu :

1. Asas Kepentingan Nasional

Undang-undang dibuat pemerintah Indonesia atau lembaga

infrastruktur politik, tentunya karena kepentingan nasional. Begitu

pula dengan UU kewarganegaraan. Kepentingan yang paling

mendasari adalah upaya menjaga keutuhan NKRI dan sumber daya

alam yang berada di dalamnya. Karena dengan melihat

kewarganegaraan seseorang, berlaku hak dan kewajibannya sesuai

UUD 1945. Selanjutnya menjaga pemanfaatan sumber daya alam

18
milik Indonesia yang seharusnya digunakan sebesar-besarnya

untuk kesejahteraan rakyat Indonesia. Untuk mencapai tujuan

pembangunan nasional.

2. Asas Perlindungan

Pokok pikiran dalam pembukaan UUD 1945 menyebutkan bahwa

negara melindungi segenap Bangsa Indonesia. Artinya, seharusnya

negara melindungi rakyat di dalam maupun di luar negeri. Dengan

kejelasan kewarganegaraan, maka dengan mudah negara melihat

mana warga negara yang mempunyai hak tersebut.

3. Asas Persamaan dalam Hukum

Undang-undang kewarganegaraan disusun berdasarkan asas

persamaan dalam hukum. Setelah melindungi segenap Bangsa,

semua warga negara Indonesia juga sama hak dan kewajibannya

dalam hukum. Sama kedudukannya dalam hukum. Jika jelas

kewarganegaraannya, maka akan mudah penyampaiannya.

Khususnya bagi warga negara yang berada di luar wilayah hukum

Indonesia.

4. Asas Kebenaran

Asas kebenaran berdasarkan subtansinya bukan hanya

administratif. Jadi, tidak hanya syarat administrasi yang membuat

seseorang diakui kewarganegaraannya. Namun, berlaku hal lain

seperti pernah tinggal di Indonesia dan mempunyai semangat

nasionalisme tinggi.

19
5. Asas Non Diskriminatif

Kewarganegaraan di Indonesia menganut asas bin diskriminatif.

Siapa saja bisa menjadi warga negara atau hilang

kewarganegaraannya sesuai dengan hukum atau perundang-

undangan yang berlaku. Tidak ada perbedaan dalam hal ini. Tidak

dipandang ras, suku, budaya, agama, dan warna kulitnya.

6. Asas Pengakuan dan Penghormatan atas HAM

Indonesia mengatur dan membuat aturan tentang kewarganegaraan

dalam rangka menghormati dan mengakui sifat-sifat hak asasi

manusia. Karena di dalam undang-undang sudah mencakup semua,

diatur dengan tidak diskriminatif, dan dengan tujuan persamaan

hukum dan perlindungan pada semua warga negara.

7. Asas Keterbukaan

Asas keterbukaan yang dianut dalam undang-undang menjamin

bahwa semua orang yang berhak untuk diterima permohonannya

menjadi warga negara jelas. Aturannya juga jelas. Dengan

berlakunya hal tersebut, tidak akan ada kesan manipulatif di

dalamnya. Selain itu, menghindari oknum yang memanfaatkan

kondisi.

8. Asas Publisitas

Asas publusitas, berarti bahwa undang-undang berlaku transparan.

Semua orang dapat mengetahui isi dan peraturannya. Dan semua

20
warga negara juga berhak memberi saran dan koreksi untuk

pelaksanaan undang-undang menjadi lebih baik.

Asas Kewarganegaraan di Indonesia

Undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan disusun

berdasarkan 8 asas. Undang-undang ini memuat asas kewarganegaraan yang

dipakai di Indonesia. Dengan asas yang akan disebutkan di bawah ini, maka orang

bisa mengajukan kewarganegaraan pada negara Indonesia. Atau dapat juga

berlaku sebaliknya. Mengetahuinya, dapat membuat masyarakat memahami warga

negara yang didapatkannya. Asas-asas tersebut, yaitu:

1. Asas Sanguinis (Asas Law Of The Blood)

Asas yang mengakui kewarganegaraan seseorang berdasarkan keturunannya.

Jika salah seorang orang tua seseorang mempunyai kewarganegaraan Indonesia,

menurut pernikahan yang sah, maka orang tersebut kelak bisa mendapatkan

kewarganegaraan Indonesia.  Asas ini memberikan ruang terhadap semua

pernikahan campur antara dua negara, agar anaknya dapat menjadi warga negara

Indonesia. Nantinya, cara mengajukan kewarganegaraan sesuai syarat menjadi

warga negara Indonesia yang berlaku

2. Asas Ius Soli (Asas Law The Soil)

Asas yang mengakui kewarganegaraan berdasarkan tempat kelahiran dan

berlaku terbatas pada kewarganegaraan anak-anak. Jika ada seseorang dilahirkan

di Indonesia, maka orang tersebut dapat menjadi warganegara Indonesia suatu saat

sesuai keinginan. Begitu pula dengan pasangan warga negara Indonesia yang

21
melahirkan anak di luar negeri, maka berdasarkan kelahiran, anaknya dapat

disebut sebagai warga negara asing.

3. Asas Tunggal

Asas yang memastikan bahwa setiap warga negara Indonesia tidak boleh

mempunyai dua kewarganegaraan. Jika seorang lahir di luar negeri dari pasangan

Indonesia, maka dia hanya boleh memilih satu kewarganegaraan. Setelah dewasa,

harus memilih warga negara mana yang diinginkan. Jadi, dalam undang-undang

tidak mengenal kewarganegaraan ganda atau bipatride. Karena bagi Indonesia,

nasionalisme seseorang harus ditunjukkan dengan kewarganegaraannya. Jangan

sampai suatu saat ada konflik kepentingan karena dua kewarganegaraan yang

dimiliki. Perbedaan asas kewarganegaraan tunggal dan asas kewarganegaraan 

ganda akan terlihat dari sisi nasionalisme warga negara.

4. Asas Kewarganegaraan Ganda Terbatas

Asas yang menentukan kewarganegaraan ganda hanya bagi anak-anak sesuai

Undang-Undang yang berlaku. Setelah dewasa, maka anak akan menentukan.

Kewarganegaraan yang dipilihnya. Ini terkait dengan kesetiaan terhadap Pancasila

sebagai ideologi negara dan nasionalisme yang telah diuraikan di sebelumnya.

2.6 Peran Warga Negara

Adapun warga Negara di dalam kewarganegaraan adalah sebagai berikut:

 Peran pasif adalah kepatuhan warga Negara terhadap peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

22
 PeranPeran aktif merupakan aktifitas warganegara untuk terlibat

(berpatisipasi) serta ambil bagian dalam kehidupan bernegara, terutama

dalam mempengaruhi keputusan publik.

 Peran positif merupakan aktivitas warganegara untuk meminta pelayanan

dari Negara untuk memenuhi kebutuhan hidup.

 PeranPeran negatif merupakan aktivitas warga Negara untuk menolak

campur tangan Negara dalam persoalan pribadi.

Peran Warga Negara Dalam Kehidupan Politik, Hukum, Ekonomi, Sosial, Budaya dan

Hankam

Dengan memiliki status sebagai warga negara , maka orang memiliki hubungan hukum

dengan negara. Hubungan itu berwujud status, peran, hak dan kewajiban secara timbal

balik. Sebagai warga negara maka ia memiliki hubungan timbal balik yang sederajat

dengan negaranya. Secara teori, status warga negara meliputi status pasif, aktif, negatif

dan positif. Peran (role) warga negara juga meliputi peran yang pasif, aktif, negatif dan

positif (Cholisin, 2000).

a) Peran Warga Negara dalam Kehidupan Politik

Peran warga negara dalam kehidupan berpolitik pada dasarnya dapat

dinyatakan berupa hak warga negara untuk berpartisipasi dan mempengaruhi

setiap proses pembuatan dan pelaksanaan kebijakan publik oleh para pejabat

atau lembaga-lembaga negara/pemerintah. Peran warga negara di bidang politik

sangat penting, karena dapat untuk mewujudkan kebebasan mengeluarkan

pikiran dan pendapat, serta kebebasan berserikat. Kebebasan tersebut

merupakan faktor penentu untuk menumbuhkan kehidupan politik yang

23
demokratis. Peran warga negara di bidang politik dijamin dalam pasal 28 UUD

1945.

b) Peran Warga Negara dalam Kehidupan Hukum

Peran serta bila ditinjau dari segi hukum merupakan bagian dari partisipasi

masyarakat, bentuk-bentuk peran sertanya antara lain pengajuan keberatan

terhadap rancangan keputusan atau rancangan rencana. Bentuk-bentuk lain

seperti dengar pendapat, angket lisan maupun tertulis, pertimbangan melalui

lembaga masyarakat, hak bicara dari komisi pertimbangan, dan sebagainya.

Peran warga negara di bidang hukum dapat dipahami dari ketentuan pasal 27

ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi: Segala warga negara bersamaan

kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan wajib menjunjung tinggi

hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.

c) Peran Warga Negara dalam Kehidupan Ekonomi

Dimensi peran warga negara dalam kehidupan ekonomi, secara garis besar akan

mencangkup segi perencanaan dan pelaksanaan terutama akan berkaitan

dengan pembuatan keputusan atau kebijakan pembangunan ekonomi yang

merupakan politik ekonomi. Wujud peran warga negara dalam hal ini dapat

berupa memberikan masukan (peran aktif) agar politik ekonomi mampu

mewujudkan demokrasi ekonomi, sehingga kesejahteraan seluruh rakyat dapat

diwujudkan. ContohContoh peran warga negara dalam bidang ekonomi adalah

sebagai berikut:

 Memberikan masukan agar politik ekonomi mampu mewujudkan

demokrasi ekonomi, sehingga rakyat dapat mencapai kesejahteraan.

24
 Memberikan masukan untuk mengatasi sentralistis ekonomi,

terwujudnya monopoli dan oligopoli yang dapat menyebabkan semakin

banyaknya pengangguran.

d) Peran Warga Negara dalam Kehidupan Sosial Budaya

Sosial budaya dapat meliputi bidang-bidang sebagai berikut: kesejahteraan

sosial, kesehatan, agama, pendidikan, dan kebudayaan (ilmu pengetahuan dan

teknologi masuk unsur kebudayaan). Peran warga negara dalam kehidupan

sosial budaya adalah ikut berpartisipasi dalam pengembangan dan pelestarian

ilmu serta budaya yang ada di negaranya.

e) Peran Warga Negara dalam Kehidupan Hankam

 Konsep Wujud dan Alasan Pembelaan terhadap Negara

Peran warga negara di bidang hankam pada dasarnya merupakan

pembelaan terhadap negara. Konsep pembelaan terhadap negara

adalah keikutsertaan dalam upaya pertahanan negara. Upaya

pertahanan Negara meliputi: 1) mempertahankan kemerdekaan dan

kedaulatan negara, 2) keutuhan wilayah, 3) keselamatan bangsa dari

segala macam ancaman.

Sedangkan wujud pembelaan terhadap negara berupa hak-kewajiban

melalui: 1) PKN, 2) pelatihan dasar kemiliteran wajib, 3) pengabdian

sebagai prajurit TNI, 4) pengabdian sesuai profesi. Sedangkan alasan

mengapa negara perlu dibela oleh warganya dapat dijelaskan dari

berbagai pandangan atau perspektif.

 Sistem Pertahanan Negara

25
Sistem pertahanan negara adalah system pertahanan yang bersifat

semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber

daya nasional secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk

menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan

bangsa dan negara. Ada dua sistem pertahanan yang dianut yakni: 1)

menghadapi ancaman militer maka TNI sebagai komponen utama. 2)

menghadapi ancaman non-militer.

Pada intinya rakyat secara tidak langsung sudah berkontribusi dalam

bidang pertahanan dan keamanan dengan mengerjakan profesinya

masing-masing secara profesional. Pertahanan itu tidak berarti harus

menjaga garis perbatasan. Tapi pertahanan dimulai dari diri sendiri. Jika

kita cukup berpegang teguh dan memiliki rasa nasionalisme dalam

pribadi masing-masing, negara kita sudah cukup aman dengan

pertahanan yang kuat. seperti macan yang sedang tertidur, tapi

bagaimanapun macan tetaplah macan. 

26
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk

mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar

pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam

bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu,

anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia, ideologi Negara

Indonesia, sekaligus menjadi pandangan hidup bangsa. Pancasila juga

merupakan sumber kejiwaan masyarakat dan negara Republik Indonesia.

“Makalah PKn Pancasila” Maka manusia Indonesia menjadikan

pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam kehidupan

kemasyarakatan dan kehidupan kengaraan. Oleh karena itu

pengalamannya harus dimulai dari setiap warga negara Indonesia, setiap

penyelenggara negara yang secara meluas akan berkembang menjadi

pengalaman Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga

kemasyarakatan, baik dipusat maupun di daerah.

Filsafat adalah ratu ilmu pengetahuan (Queen of  Knowledge) karena

filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau yang melahirkan

illmu pengetahuan. Artinya sebelum ada ilmu pengetahuan, filsafat

merupakan lapangan utama pemikiran dan penyelidikan manusia.

27
Tujuan diadakannya pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ini tidak

lain karena ingin menciptakan generasi yang berkarakter dan memiliki

rasa nasionalisme yang tinggi. Hal ini jelas seperti yang disetujui dalam

landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Kita tentu tidak ingin masalah-

masalah di Indonesia yang berkaitan dengan Pendidikan

Kewarganegaraan ini kembali terjadi di masa depan. Pastinya kita

berharap Indonesia menjadi lebih baik dikunjungi. Tidak ada lagi masalah

sosial seperti kemiskinan dan kualitas pendidikan yang rendah, banyaknya

kasus sara, korupsi yang merajalela, dan daerah-daerah yang semakin

tertinggal dan diabaikan oleh pemerintah pusat. Jadi, butuh partisipasi dari

masyarakat khusus siswa sebagai bagian dari pendidikan tinggi negeri ini

untuk dapat mengamalkan pembelajaran yang dipelajari dari Pendidikan

Kewarganegaraan.

3.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas penulis mengajak warga Negara

Indonesia terutama mahasiswa harus menjaga nilai luhur dan moral

diantara sesama suku bangsa yang berlandaskan agama, social, budaya,

bahasa dan usia. Penelitian ini jauh dari kata sempurna. Namun, penulis

berharap pembaca dapat mengimplementasikan kedalam kehidupan

seharihari dan dapat memberikan saran atau kritikan yang membangun

agar penulisan ini dapat  lebih baik lagi.

program yang disponsori pemerintah dirancang untuk meningkatkan

efisiensi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraaan ini. Pendidikan

28
Kewarganegaraan belajar masih kurang, dengan pembelajaran yang hanya

diadakan satu kali dalam seminggu. Sebaiknya pembelajaran ebih

diefektifkan lagi. Masyarakat juga harus lebih memahami dalam

pelaksanaan Pendidikan Kewarganegaraan, harus dapat

mempertimbangkan dan mempraktekan dalam kehidupan sehari-hari

bukan hanya menjadi sebatas teori di dalam kelas saja. Kita sebagai

masyarakat juga harus mendukung setiap upaya dari pemerintah dalam

mengatasi setiap masalah di negara ini. Lebih dapat dicipta Indonesia

yang lebih baik kedepannya.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/agusprasetyo/landasan-tujuan-visi-misi-

dan-kompetensi-penyelenggaraan-pendidikan-kewarganegaraan-di-

perguruan-tinggi_550ad6e4813311490eb1e69a

http://hanifanrazikah.blogspot.co.id/2016/05/pancasila-solusi-dari-10-

permasalahan.html

http://anisandriyani.blogspot.co.id/2015/03/makalahpendidikan-

kewarganegaraan.html

http://veraryanty.blogspot.co.id/2015/04/landasan-hukum-dan-tujuan-

pendidikan.html

http://www.gudangmateri.com/2011/05/tujuan-pendidikan-

kewarganegaraan.html

http://kumpulanblogmahasiswa.blogspot.co.id/2014/11/tugas-makalah-

pendidikan-kewarganegaraan.html

https://irfanramadhan4.wordpress.com/2011/03/01/pengertian-dan-

tujuan-pendidikan-kewarganegaraan-pegertian/

30
LAMPIRAN

31
32
33
34

Anda mungkin juga menyukai