Anda di halaman 1dari 19

MATA KULIAH

FARMAKOLOGI DAN HERBAL MEDIK DALAM KEBIDANAN

( CARA PENYIMPANAN OBAT )


Oleh : Prof. Dr. Herry S.S, dr., Sp.FK(K)

Kelompok 1 di susun oleh:

1. YULIDA ANGGRAINI (4007200011)


2. ASIMA LAMTIAR H PAKPAHAN (4007200019)
3. BINTARI DWI RAHAYU P ASTUTI (4007200016)
4. NU RAHMA (4007200013)

PROGRAM MAGISTER TERAPAN KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU

KESEHATAN DHARMA HUSADA BANDUNG

2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. Alhamdulillahi Rabbil

’Aalamin, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan

makalah ini. Shalawat dan salam dengan ucapan Allahumma sholli ’ala Muhammad wa ’ala

ali Muhammad penulis sampaikan untuk junjungan kita Nabi besar Muhammad Saw.

Makalah ini disusun untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa S2 Kebidanan Stikes Dharma

Husada Bandung dalam menempuh mata kuliah Farmakologi Dan Herbal Medik Dalam

Kebidanan. Makalah ini disusun dengan kualifikasi merangkum semua materi teoritis. Teknik

penyajiannya dilakukan secara pertopik pertemuan sebanyak 2 sks.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tentu punya banyak kekurangan.

Untuk itu penulis dengan berlapang dada menerima masukan dan kritikan konstruktif dari

berbagai pihak demi kesempurnaannya di masa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah

jugalah penulis bermohon semoga semua ini menjadi amal saleh bagi penulis dan bermanfaat

bagi pembaca.

Bandung, November 2021

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ………………………………………………………………………… 2

Daftar Isi………………………………………………………………………………. 3

BAB I. Pendahuluan

1.1 Latar Belakang…………………………………………………........... 4

1.2 Rumusan Masalah……………………………………………………. 9

1.3 Tujuan ……………………………………………………………….. 9

BAB II. Pembahasan…………………………………..……………………… 10

A. Pengertian Gudang Farmasi..................................................................

10

B. Fungsi Gudang Farmasi........................................................................

10

C. Syarat – Syarat Gudang........................................................................

10

D. Sistem Penyimpanan Obat....................................................................

11

E. Cara Penyimpanan Obat.......................................................................

13

F. Pencatatan Kartu Stok...........................................................................

14

G. Pengamatan Mutu Obat.........................................................................

15

BAB III. Penutup…………………………………………………………………... 17

Daftar Pustaka

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelayanan kesehatan adalah sesuatu yang mutlak yang harus di dapatkan

oleh masyarakat meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakatdan mencegah penyakit yang terjadi di masyarakat. Pemerintah harus

mengupayakan pelayanan kesehatan yang diterima oleh masyarakat semakin

baik. Upaya kesehatan yang di maksud adalah serangkaian kegiatan yang

dilakukan secara terpaduuntuk memelihara dan meningkatkan kesehatan

masyarakat dengan mewujudkan kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah

satu upaya kesehatan yang dilakukan pemerintah adalah memperhatikan

pelayanan kefarmasian (Depkes RI, 2009).

Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung

jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud

mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.

Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

dilakukan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku meliputi

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pemusnahan serta

pengendalian, pencatatan dan pelaporan (Permenkes, 2016).Obat yang di terima

4
di cek kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga

yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang di

terima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik.

5
Setelah barang di terima di gudang farmasi perlu di lakukan penyimpanan

sebelum di lakukan pendistribusian.

Penyimpanan adalah suatu kegiatan memelihara dan menyimpan perbekalan

farmasi yang diterima pada tempat yang di nilai aman. Tujuan penyimpanan

adalah memelihara mutu sediaan obat, menghindari penggunaan yang tidak

bertanggungjawab, menjaga ketersediaan, memudahkan pencarian dan

pengawasan. Metode penyimpanan dapat di lakukan berdasarkan kelas terapi,

menurut bentuk sediaan dan alfabetis dengan menerapkan prinsip FEFO dan

FIFO (Depkes, 2010). Penyimpanan adalah proses jeda sementara antara

penerimaan dan distribusi berikutnya, dimana penyimpanan sebenarnya adalah

pengaman kebutuhan distribusi, dalam proses penyimpanan harus dipastikan

dulu keberadaan tempat penyimpanan, setelah ada tempat penyimpanan barulah

kemudian tempat itu dibuat sedemikian rupa sehingga tempat itu dapat

menjamin kualitas, mutu dan keamanan perbekalan farmasi sesuai dengan syarat

farmasi maupun masing-masing perbekalan farmasi Menjamin mutu berarti ada

syarat yang diberlakukan untuk mempertahankan mutu tersebut, dimana tempat

penyimpanan harus mempunyai persyaratan stabilitas, seperti terhindar dari

cahaya matahari, cahaya lampu, kelembapan, suhu, dan jenis perbekalan farmasi,

dan persyaratan keamanan adalah bebas dari binatang pengerat, resiko

kehilangan dan kesurasakan Dalam penyimpanan harus diperhatikan antara lain :

a) Perbekalan farmasi diberi label penanda khususnya obat, bahan obat dan

bahan kimia obat, secara jelas terbaca, dan ada tanggal kemasan awal dibuka

dan kapan masa berakhir aktifitasnya (beyond use date)

6
b) Elektrolit konsetrasi tinggi disimpan difarmasi dan ruang perawatan khusus

saja dengan disertai catatan atau peringatan khusus.

c) Elektrolit konsetrasi tinggi yang disimpan di ruang perawatan selain diberi

label diberi tanda dan pengaman khusus serta diawasi dan dibatasi (restriced)

baik akses maupun pengambilan, disini dimaksudkan untuk mencegah

peñatalaksanaan yang kurang hati-hati

d) Perbekalan farmasi yang dibawa oleh pasien dari lingkungan luar rumah

sakit harus diidentifikasi, dicatat, dan dikonsultasikan dengan dokter

penanggung jawab pasien, bila perlu dan demi keamanan perbekalan farmasi

yang dibawa pasien dan rumah sakit punya persediaannya, maka diganti

dengan perbekalan farmasi dari rumah sakit, tetapi itu perlu kebijakan

tersendiri

e) Tempat penyimpanan obat tidak dipergunakan menyimpan sesuatu yang lain

selain perbekalan farmasi, bila perlu pisahkan antara obat, bahan obat, alat

kesehatan, dan jangan simpan bersamaan dengan sesuatu yang mudah atau

dapat saling mengkontaminasi. 

Obat merupakan komoditi utama yang digunakan manusia untuk

menunjang kesehatannya. Begitu pentingnya obat dalam hidup manusia

sehingga dalam pembuatannya pun obat harus memenuhi kriteria efficacy,

safety dan quality. Kriteria tersebut harus terpenuhi mulai dari pembuatan,

penyimpanan dan pendistribusian hingga penyerahan obat ke konsumen harus

diperhatikan, agar kualitas obat tersebut tetap terjaga sampai obat tersebut

dikonsumsi oleh pasien (Hartini, 2014).

7
Tahap penyimpanan merupakan bagian dari pengelolaan obat yang sangat

penting dalam memelihara mutu obat-obatan, menjaga kelangsungan persediaan,

memudahkan pencarian dan pengawasan, mengoptimalkan persediaan,

memberikan informasi kebutuhan obat yang akan datang, serta mengurangi

resiko kerusakan dan kehilangan. Akibat penyimpanan yang tidak efesien dapat

membuat obat kadaluwarsa/tidak terdeteksi sehingga dapat membuat kerugian

bagi perusahaan, fasilitas pelayanan kesehatan dan tentunya bagi pasien yang

akan mengkonsumsi obat tersebut. Oleh karena itu dalam pemilihan sistem

penyimpanan harus disesuaikan dengan peraturan yang sudah ditentukan

sehingga pelayanan obat dapat dilaksanakan secara tepat dan hasil yang sesuai

(Somantri, 2013). Salah satu penyaluran dalam farmasi adalah Pedagang Besar

Faramasi (PBF). PBF merupakan perusahaan berbentuk badan hukum yang

memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat sesuai

ketentuan peraturan perundang-undangan. PBF bertugas untuk menyalurkan

obat kepada PBF lain, apotek, puskesmas hingga rumah sakit. setiap PBF harus

memiliki apoteker penanggung jawab yang bertanggung jawab terhaadap

pelaksanaan ketentuan pengadaan, penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau

bahan obat. Apoteker penanggung jawab harus memiliki izin sesuai ketentuan

peraturan perundang-undangan (Kemenkes, 2009).

Penyimpanan sediaan farmasi harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan

untuk menjaga mutu dan terhindar dari kerusakan kimia maupun fisik. Beberapa

prosedur sistem penyimpanan sediaan farmasi yaitu disimpan berdasarkan

bentuk dan jenis sediaan, stabilitas, mudah atau tidaknya meledak/terbakar serta

narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus (Permenkes, 2014).

8
Tujuan utama penyimpanan obat adalah mempertahankan mutu obat dari

kerusakan akibat penyimpanan yang tidak baik serta untuk memudahkan

pencarian dan pengawasan obat-obatan (Fatimawali, 2017). Kerusakan obat

tidak hanya memberikan dampak negatif pada pasien melainkan bagi PBF itu

sendiri. Obat kadaluarsa dan obat rusak beresiko menyebabkan perputaran obat

tidak berjalan secara maksimal. Hal ini dapat diminimalisir salah satunya

melalui perbaikan pengeolaan sediaan farmasi dalam tahap penyimpanan

(Permenkes, 2014).

Pada proses penyimpanan ada juga penyimpanan perbekalan emergency di

ruang perawatan maupun di unit penunjang, dimana perbekalan emergency

ditetapkan dengan cara diidentifikasi tentang kedaruratan di suatu unit tertentu,

karena emergency di suatu unit belum tentu sama dengan kedaruratan di unit

lain, setelah itu disepakati apa saja perbekalannya barulah ditetapkan oleh

manajemen dan bila perlu dengan surat keputusan direktur untuk masing-masing

unit, sosialisasikan dan perbekalan emergency ditempatkan di tempat yang

mudah diakses akan tetapi terjamin keamanannya dengan cara diberi kunci sagel

pengaman yang diberi nomor seri untuk kemudian bila sewaktuwaktu digunakan

(misal bila ada kode biru atau code blue) maka mudah diakses dengan

memotong kunci segelnya. Pengelolaan penyimpanan perbekalan emergency

harus menjamin :

a) Jumlah dan jenis obat, sesuai dengan daftar obat emergency yang disepakati

dan telah ditetapkan oleh manajemen

b) Tidak boleh bercampur antara obat emergency dengan persediaan obat

lainnya, misal obat rutin pasien, obat persediaan ruangan (bila ada), dan

9
sebagainya

c) Bila sudah dilakukan untuk keperluan tindakan emergency maka segera

dilakukan mekanisme penggantian, contoh mekanisme penggantian adalah,

petugas farmasi unit atau perawat setelah menggunakan obat emergency

maka lapor ke farmasi pusat atau farmasi depo atau farmasi inti, untuk

kemudian oleh farmasi pusat maka disiapkan perbekalan sesuai laporan,

dibawa ke unit yang menggunakan proses ganti perbekalan dilakukan, dan

semua dilakukan dengan dicatat atau didokumentasikan

d) Dilakukan pengecekan secara berkala dengan kurun waktu yang telah

ditentukan, misalnya bila dilakukan pengecekan bersamaan dengan stok

opname, atau dilakukan sebulan sekali, dan sebagainya

e) Tidak berlaku untuk saling dipinjamkan antara satu unit dengan unit lain, atau

untuk kebutuhan diluar emergency.

Gudang farmasi merupakan tempat penerimaan sampai dengan

pendistribusian Obat, perbekalan kesehatan, Alat Kesehatan,sebelum

didistribusikan ke Puskesmas. Faktor-faktor yang perlu di pertimbangkan dalam

merancang gudang adalah kemudahan bergerak, sirkulasi udara yang baik, rak

dan palet, kondisi penyimpanan khusus, pencegahan kebakaran. Selain itu obat

disusun berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis (Depkes, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana sistem penyimpanan obat di Gudang Farmasi ?

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui sistem penyimpanan obat di Gudang Farmasi.

1
0
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gudang Farmasi

1. Pengertian

Gudang adalah tempat pemberhentian sementara barang sebelum dialirkan

dan berfungsi menjamin kelancaran, ketersediaan permintaan dan distribusi

barang ke konsumen (Depkes, 2003).

2. Fungsi gudang farmasi

a. Tempat perencanaan dan pengadaan obat sesuai dengan pola penyakit di

daerah tersebut

b. Penyaluran ke Rumah Sakit, Puskesmas, Pustu sesuai dengan kebutuhan

masyarakat

c. Mutu obat harus sesuai dengan standar yang di tetapkan oleh BPOM

(Depkes, 2001).

3. Syarat – syarat gudang

Syarat gudang yang baik adalah :

a. Cukup luas minimal 3 x 4 m2

b. Ruangan kering dan tidak lembab

c. Ada ventilasi

d. Memiliki cahaya yang cukup, namun jendela harus mempunyai pelindung

untuk menghindarkan adanya cahaya langsung

e. Hindari pembuatan sudut lantai dan dinding yang tajam


f. Gudang di gunakan khusus untuk penyimpanan obat

g. Mempunyai pintu yang dilengkapi kunci ganda

h. Tersedia lemari khusus untuk narkotika dan psikotropika dan pintu selalu

terkunci

i. Harus ada pengukur suhu dan hygrometer ruangan (Depkes, 2003).

B. Sistem Penyimpanan Obat

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara obat

dengan cara menempatkan obat-obatan yang diterima pada tempat yang dinilai

aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat (Depkes,

2006).

Tujuan penyimpanan obat – obatan adalah untuk :

 Memelihara mutu obat

 Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab -      

 Menjaga kelangsungan persediaan

 Memudahkan pencarian dan pengawasan Kegiatan penyimpanan obat meliputi :

a. Pengaturan tata ruang

b. Penyusunan stok obat

c. Pencatatan stok obat

d. Pengamatan mutu obat

Kegiatan penyimpanan obat meliputi :

1. Pengaturan tata ruang

Untuk memperoleh kemudahan dalam penyimpanan, penyusunan, pencarian,

dan pengawasan obat, diperlukan pengaturan tata ruang yang baik. Faktor-
12
faktor yang perlu dipertimbangkan dalam merancang gudang adalah sebagai

berikut :

a. Kemudahan bergerak

Untuk memudahkan bergerak, maka gudang ditata sebagai berikut:

1) Gudang menggunakan sistem satu lantai, jangan menggunakan sekat-

sekat. Jika menggunakan sekat-sekat perhatikan posisi dinding dan

pintu untuk mempermudah gerakkan.

2) Berdasarkan arus penerimaan dan pengeluaran obat, lorong ruang

gudang dapat di tata berdasarkan sistem : arus garis lurus, arus huruf

U, arus garis L.

b. Sirkulasi udara yang baik

Salah satu faktor yang penting dalam merancang gudang adalah

adanya sirkulasi udara yang cukupdidalam ruangan termasuk pengaturan

kelembaban udara dan pengaturan pencahayaan.

c. Rak dan pallet

Penempatan rak yang tepat dan penggunaan pallet yang benar dapat

meningkatkan sirkulasi udara.

d. Penyimpanan khusus

1) Obat, vaksin dan serum di simpandi lemari pendingin khusus

(coldchain) dan di lindungi dari kemungkinan putusnya arus listrik.

2) Bahan kimia disimpan dalam bangunan khusus yang terpisah dari

gudang khusus.

3) Peralatan besar / alat besar memerlukan tempat khusus untuk

penyimpanannya dan pemeliharaannya.

13
e. Pencegahan kebakaraan

Alat pemadam kebakaran harus diletakkan pada tempat yang mudah

dijangkau dan dalam jumlah yang cukup (Depkes, 2009).

C. Cara penyimpanan obat

a. Pengaturan penyimpanan obat

Pengaturan obat di kelompokkan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun

secara alfabetis berdasarkan nama generiknya. Contoh kelompok sediaan

tablet, kelompok sediaan sirup dan lain-lain.

b. Penyusunan berdasarkan FEFO

Penyusunan berdasarkan sistem First Expired First Out (FEFO) adalah

penyimpanan obat yang berdasarkan obat yang memiliki tanggal

kadaluarsa lebih cepat maka dikeluarkan lebih dulu.

c. Penyusunan berdasarkan FIFO

Penyusunan berdasarkan sistem First In First Out (FIFO) adalah

penyimpanan obat berdasarkan obat yang datang lebih dulu dan

dikeluarkan lebih dulu.

d. Susun obat dalam kemasan besar diatas pallet secara rapi dan teratur.

e. Gunakan lemari khusus untuk penyimpanan narkotika.

f. Golongan antibiotik harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar

dari cahaya matahari, di simpan ditempat yang kering.

g. Simpan obat dalam rak dan cantumkan nama masing-masing obat pada rak

dengan rapi.

h. Pisahkan perbekalan farmasi dalam dengan perbekalan farmasi untuk

penggunaan luar dan di berikan nomor kode.

14
i. Simpan perbekalan farmasi yang dapat dipengaruhi oleh temperatur, udara,

cahaya dan kontaminasi bakteri pada tempat yang sesuai.

j. Perbekalan farmasi yang mempunyai batas waktu penggunaan perlu

dilakukan rotasi stok agar perbekalan farmasi tersebut tidak selalu berada

di belakang sehingga dapat dimanfaatkan sebelum masa kadaluwarsa habis

(Depkes, 2010).

D. Pencatatan kartu stok

Suatu kegiatan untuk memeriksa kesesuaian antara catatan dengan keadaan

fisik obat.

a. Fungsi kartu stok :

1) Untuk mencatat penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak dan kadaluarsa

obat.

2) Tiap kartu stok di peruntukkan hanya untuk satu jenis obat yang berasal

dari satu sumber anggaran.

3) Untuk mengetahui jumlah obat yang tersedia, obat yang masuk, obat

yang keluar, obat yang rusak/ kadaluarsa, obat yang hilang dan jangka

waktu kekosongan obat.

4) Untuk pertanggungjawaban bagi kepala sub penyimpanan dan

penyaluran.

b. Cara pengisian kartu stok

Kartu stok memuat nama obat, satuan, asal (sumber), dan di letakkan

bersama obat pada lokasi penyimpanan.

15
Kolom – kolom pada kartu stok di isi sebagai berikut :

1) Tanggal penerima atau pengeluaran

2) Nomor dokumen penerima atau pengeluaran

3) Sumber asal obat atau kepada siapa obat dikirim

4) No. Batch / No. lot

5) Tanggal kadaluarsa

6) Jumlah penerimaan
7) Jumlah pengeluaran

8) Sisa stok

9) Paraf petugas yang mengerjakan

E. Pengamatan mutu obat

Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami perubahan baik faktor

fisik maupun kimiawi. Secara teknis kriteria mutu obat mencakup identitas,

kemurnian, potensi, keseragaman, dan ketersediaan hayatinya (Depkes,

2007).

a. Adapun tanda – tanda perubahan mutu obat yaitu :

1) Tablet

Kerusakkan fisik seperti adanya noda, berbintik-bintik, sumbing,

perubahan warna, bau dan rasa, pecah, retak busuk dan lembab ,

Kaleng atau botol rusak, sehingga dapat mempengaruhi mutu obat.

Untuk tablet salut, di samping informasi diatas, juga cangkang basah

atau lengket satu dengan yang lainnya.

2) Kapsul

Cangkang kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu dengan

yang lainnya; terjadi perubahan warna isi kapsul dan cangkang


16
kapsul.

3) Cairan

Cairan jernih menjadi keruh atau timbul endapan, warna atau rasa

berubah dan botol- botol plastik rusak atau bocor.

4) Salep

Konsistensi warna dan bau berubah; Pot atau tube rusak atau bocor.

5) Injeksi

Kebocoran wadah (vial, ampul), terdapat partikel asing pada serbuk

injeksi, larutan yang seharusnya jernih tampak keruh atau adanya

endapan, warna larutan berubah (Depkes, 2007).

b. Kondisi penyimpanan dan kestabilan obat

Untuk menjaga kestabilan obat harus dijaga dan dihindari dari

faktor- faktor yang mempengaruhi efektifitas obat seperti :

1) Kelembaban

2) Sinar matahari

3) Temperatur panas

4) Kerusakkan fisik

5) Kontaminasi bakteri dan pengotoran (Depkes, 2006).

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara

menempatkan obat – obatan yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian

serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Untuk mendapatkan kemudahan dalam

penyimpanan, penyusunan, pencarian dan pengawasan obat, maka diperlukan pengaturan tata

ruang gudang dengan baik. Obat disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis. Untuk

memudahkan pengendalian stok. Mutu obat yang disimpan di gudang dapat mengalami

perubahan baik karena faktor fisik maupun kimiawi. Perubahan mutu obat dapat diamati

secara visual. Jika dari pengamatan visual diduga ada kerusakan yang tidak dapat ditetapkan

dengan cara organoleptik, harus dilakukan samping untuk pengujian laboratorium

18
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawasan Obat dan Makanan. (2012), Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat
yang Baik. Jakarta.

Departemen Kesehatan.RI. (2001), Pengelolaan obat kabupaten/ kota, Badan


Pengawasan Obat dan makanan. Kota. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (2002), Daftar Tilik Jaminan Mutu (Quality Assurance)
Pelayanan Kefarmasian Di Pelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta.

Departemen Kesehatan.RI , (2003), Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan


Kesehatan di puskesmas.Jakarta.

Departemen Kesehatan RI. (2006), Kebijakan Obat Nasional. Jakarta

Departemen Kesehatan.RI. (2007), Kompendia Obat Bebas.. Kota. Jakarta

Departemen Kesehatan.RI , 2009, Undang-undang Tentang Kesehatan. Jakarta

Departemen Kesehatan RI. (2010), Pedoman Pengelolaan Sediaan Farmasi.Jakarta.

Departemen Kesehatan RI,. (2009). Pekerjaan Kefarmasian, Jakarta

Departemen Kesehatan.RI. (2014), Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta

Hartini I. S. (2014). Evaluasi Pelaksanaan Cara Distribusi Obat Yang Baik Pada Apotek
Di Kecamatan Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta. Yogyakarta

Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2016). Standar Pelayanan Kefarmasian diRumah


Sakit.  Kota.Jakarta

Somantri A.P., (2013). Evaluasi Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

19

Anda mungkin juga menyukai