KELOMPOK
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam bentuk sederhana. Atas bantuan dan
bimbingan semua pihak maka makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kami
memohon maaf jika ada kata-kata yang tidak berkenaan dihati pembaca. Serta masukan berupa
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
BAB 2. Pembahasan
……………………………………………………………………
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal
setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran, sekitar 99% dari
seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang, sekitar 80% kematian maternal
merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan dan setelah
persalinan (WHO, 2014).
Kegawatdaruratan obstetri dan neonatal merupakan suatu kondisi yang dapat
mengancam jiwa seseorang, hal ini dapat terjadi selama kehamilan, ketika kelahiran
bahkan saat hamil. Sangat banyak sekali penyakit serta gangguan selama kehamilan yang
bisa mengancam keselamatan ibu maupun bayi yang akan dilahirkan. Kegawatan tersebut
harus segera ditangani, karena jika lambat dalam menangani akan menyebabkan
kematian pada ibu dan bayi baru lahir (Walyani & Purwoastuti, 2015)
Tingginya AKI selama tahun 2010-2013 disebabkan oleh perdarahan saat
bersalin, selain itu juga ada 4 penyebab utama dari kematian ibu, janin, dan bayi baru
lahir (BBL) yaitu dapat disebabkan oleh adanya perdarahan saat bersalin, infeksi sepsis,
hipertensi dan preeklampsia atau eklampsia, dan persalinan macet atau distosia (Walyani
& Purwoastuti, 2015). Berdasarkan Data yang telah disampaikan oleh Profil Kesehatan
Indonesia tahun 2016, bahwa di Indonesia AKI pada tahun 1991 sampai dengan 2007
mengalami penurunan dari 390 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup, sejak tahun
2012 menunjukkan peningkatan yang signifikan dengan jumlah 359 kematian ibu per
100.000 kelahiran hidup, namun pada tahun 2015 jumlah AKI menunjukkan penurunan
dari 359 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2016). AKI ini belum
memenuhi target Millinium Development Goals (MDGs). Target Millinium Development
Goals (MDGs) tahun 2015 menurunkan angka kematian ibu dengan jumlah 102 per
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2017).
Berdasarkan hasil riset Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) pada
tahun 2012, kejadian meninggalnya ibu sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup, hal ini
memberikan kontribusi sebesar 59% dari kematian bayi. Hasil survei penduduk antar
sensus (SUPAS) tahun 2015, bahwa jumlah AKB sebanyak 22,23 per 1.000 jumlah
kelahiran hidup, hal ini sudah sesuai dengan target Millinium Development Goals
(MDGs) yaitu sebesar 23 per kelahiran hidup AKB merupakan jumlah kematian bayi
dalam rentang usia 0 – 11 bulan pertama kehidupan (Kemenkes, 2017).
Kejadian kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah kesehatan yang
sangat penting yang dihadapi di Negara-negara berkembang. Berdasarkan riset World
Health Organization (WHO) pada tahun 2017 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia masih
tinggi dengan jumlah 289.000 jiwa. Beberapa Negara berkembang AKI yang cukup
tinggi seperti di Afrika Sub-Saharan sebanyak 179.000 jiwa, Asia Selatan sebanyak
69.000 jiwa, dan di Asia Tenggara sebanyak 16.000 jiwa. AKI di Negara – Negara Asia
Tenggara salah satunya di Indonesia sebanyak 190 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam
sebanyak 49 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand sebanyak 26 per 100.000 kelahiran
hidup, Brunei sebanyak 27 per 100.000 kelahiran hidup, dan Malaysia sebanyak 29 per
100.000 kelahiran hidup (WHO, 2017).
Burger dkk, 1993 dalam Astri Y menyebutkan bahwa seorang ibu hamil yang
mengalami gangguan Kesehatan selama kehamilan, tentunya akan mengalami kecemasan
dalam menghadapi persalinan. Bagi ibu hamil yang memiliki janin dengan resiko tinggi
untuk kelainan bawaan, kecemasan makin meningkat, sedangkan ibu hamil dengan
komplikasi kehamilan adalah dua kali cenderung memiliki ketakutan terhadap kelemahan
bayinya atau menjadi depresi.Ibu hamil dengan tingkat kecemasan yang tinggi memiliki
resiko melahirkan bayi prematur bahkan keguguran (Astri Y, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Menjelaskan kegawatdaruratan neurologis pada kehamilan dan persalinan
2. Menjelaskan kegawatdaruratan psikiatri pada kehamilan
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kegawatdaruratan neurologis pada kehamilan dan persalinan
2. Menjelaskan kegawatdaruratan psikiatri pada kehamilan
BAB II
PEMBAHASAN
1. Faktor pranatal
Termasuk dalam golongan ini adalah faktor genetik yaitu defek gen atau defek
kromosom, misalnya trisomi 21 pada sindrom Down. Banyak sekali defek kromosom
yang dapat menyebabkan gangguan perkembangan neurologis. Penyimpangan ini sudah
ada sejak dini dan dalam bermacam-macam fase menyebabkan malformasi serebral,
tergantung gen yang bersangkutan1. Kesehatan ibu selama hamil, keadaan gizi dan emosi
yang baik ikut mempengaruhi keadaan bayi sebelum lahir. Faktor pranatal lain yang
dapat mempengaruhi terjadinya gangguan perkembangan neurologis adalah penyakit
menahun pada ibu hamil seperti: tuberkulosis, hipertensi, diabetes mellitus, anemia,
penggunaan narkotik, alkohol serta rokok yang berlebihan. Usaha untuk menggugurkan
kandungan sering pula berakibat cacatnya bayi yang lahir yang seringkali dapat disertai
gangguan perkembangan neurologis. Infeksi virus pada ibu hamil seperti rubella,
citomegalovirus (CMV) dan toksoplasmosis dapat mengakibatkan kerusakan otak yang
potensial sehingga otak berkembang secara abnormal. Anoksia dalam kandungan, terkena
radiasi sinar-X dalam kehamilan, abruptio placenta, plasenta previa juga dapat
mempengaruhi timbulnya gangguan perkembangan neurologis.
2. Faktor perinatal
mmol/L). Keadaan ini bila tidak ditanggulangi dengan segera dapat menyebabkan
perkembangan neurologis pada bayi kecil masa kehamilan (KMK) lebih kurang
baik daripada bayi prematur, karena pada KMK telah terjadi retardasi pertumbuhan
sejak didalam kandungan, lebih-lebih jika tidak mendapat nutrisi yang baik sejak
lahir.
e. Infeksi. Infeksi berat dapat memberi dampak gejala sisa neurologis yang jelas
seperti : hidrosefalus, buta, tuli, cara bicara yang tidak jelas dan retardasi mental.
Gejala sisa yang ringan seperti gangguan penglihatan, kesukaran belajar dan
indirek telah melalui sawar otak, sehingga terjadi ensefalopati biliaris (Kern
dikemudian hari.
3. Faktor Pascanatal
Banyak sekali faktor pasca-natal yang dapat menimbulkan kerusakan otak dan
adalah infeksi intra kranial, trauma kapitis, tumor otak, gangguan pembuluh darah
metabolik, keracunan otak, malnutrisi. Otak anak dengan malnutrisi lebih kecil
daripada otak normal seumurnya, jumlah sel neuron dan jumlah lemak otak juga
berkurang.
B. Neupsikiatri dalam Kehamilan
Gangguan depresi yang dialami saat hamil juga dapat berpengaruh pada
kondisi kesehatan bayi. Pada penelitian yang dilakukan pada ibu yang memiliki
gejala depresi, didapatkan berat badan bayi ketika lahir menjadi rendah. Gejala
depresi lebih banyak terjadi pada kelompok ibu yang melahirkan Berat Bayi Lahir
Rendah (BBLR) dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan Berat
Badan Lahir Normal (BBLN) (Hapisah, Dasuki, Probandari, 2010).
Kondisi-kondisi yang dialami ibu hamil risti dan ancaman kematian yang
membayangi, berdampak pada kualitas hidup selama proses kehamilan yang
disertai risiko (Akhyar, 2010). Dalam hal fisik, kehamilan risti memiliki penyulit
pada masa kehamilan sehingga kesehatan ibu dan janin menjadi terancam. Begitu
pula dengan kondisi psikologis, ibu hamil risti memiliki tingkat kekhawatiran
yang lebih tinggi dikarenakan kondisi penyulit yang dialami.
Hasil serupa ditemukan dalam banyak survei dan studi di berbagai negara,
yaitu sekitar 23%-50% ibu hamil berisiko mengalami gangguan psikologis,
diantaranya adalah gangguan depresi. Hal tersebut dikarenakan perasaan yang
didominasi oleh rasa cemas, resah dan takut terhadap kehamilan yang berisiko
(Hawari, 2006). Hal yang menyebabkan ibu hamil berisiko tinggi mengalami
depresi karena mereka memiliki karakteristik tersendiri yang dianggap berbahaya
sehingga mereka memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi terhadap
keselamatan janin yang dikandung (Brandon & Hymen, 2008).
When : 2018
Why : Stroke merupakan gangguan neurologis yang terjadi secara tiba-tiba dan semata-
mata disebabkan oleh gangguan aliran darah ke otak. Stroke masih merupakan
“pembunuh” dan penyebab kecacatan yang besar
How : Kondisi kehamilan merupakan faktor risiko yang lebih besar untuk terjadinya
stroke dibandingkan dengan wanita pada umumnya yang mengalami kondisi faktor
risiko stroke. Kondisi yang sama juga terjadi sesudah melahirkan. Penting untuk
mengetahui kondisi-kondisi yang dapat mengarah ke stroke pada wanita hamil
sebagai salah satu langkah untuk pencegahannya.
ii. Jurnal tentang hubungan antara depresi dengan kualitas hidup pada ibu hamil
berisiko tinggi
Review jurnal
What : Hubungan antara Depresi dengan Kualitas Hidup pada Ibu Hamil Berisiko
Tinggi
Jl. Letjen Suprapto Kav 13, Menara YARSI Lantai 6, Cempaka Putih, Jakarta
Pusat
Why : Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan depresi dengan kualitas hidup
pada ibu hamil berisiko tinggi
How : Uji hipotesis menunjukkan bahwa depresi berhubungan secara signifikan pada
setiap dimensi kualitas hidup.
iii. Jurnal tentang infeksi HIV dalam kehamilan
Review jurnal
When : 2019
How : Pemilihan jenis persalinan pada wanita hamil dengan HIV sangat bergantung
pada viral load pada saat usia kehamilan sudah aterm. Tatalaksana ARV pada ibu
hamil tetap dilakukan demi menekan risiko transmisi. Pemberian ASI pada
dasarnya dikontraindikasikan. Profilaksis ARV diberikan kepada bayi.
BAB III
PENUTUP
Akhyar, Y. (2010). Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi (Bumil Risti) Di Posyandu. Diperolehi
pada 1 September 2014 dari pada http://yayanakhyar.wordpress.com/201
0/05/11/deteksi-ibu-hamil-resiko- tinggi-bumil-risti-di-posyandu/.
Brandon, A. R. & Hymen, L. S. (2008). Depression is More Common in Women With High Risk
Pregnancies. Prenatal Depression in Women Hospitaliazed for Obstetric Risk.
Jclin Psychiatry. (27).
Hapisah., Dasuki, D., & Probandari, Y, S. (2010). Depressive Symptom pada Ibu Hamil dan
Bayi Berat Lair Rendah. Berita Kedokteran Masyarakat. 26, (2).