Abstrak
Pengendalian vektor adalah salah satu upaya dalam pengendalian penyakit menular, yaitu dengan
memutuskan rantai penularan penyakit. Faktor yang penting dalam pengendalian vektor adalah
mengetahui bionomik vektor, yaitu tempat perkembangbiakan, tempat istirahat, dan tempat kontak
vektor dengan manusia. Pengendalian vektor dibagi berdasarkan caranya, yang pertama dengan
bahan kimia, misalnya dengan pestisida atau insektisida, lalu pengendalian vektor juga bisa dilakukan
dengan pengubahan lingkungan, yaitu lingkungan fisik,lingkungan sosial, ekonomi, dan budaya.
Pengubahan lingkungan fisik dilakukan agar vektor tidak dapat berkembangbiak, istirahat, ataupun
menggigit. Lalu ada juga pengendalian vektor biologis, yaitu pengendalian vector yang melibatkan
makhluk hidup misalnya predator atau mikroba. Selain itu pengendalian vektor secara terpadu juga
bisa dilakukanyaitu dengan strategi pengendalian secara menyeluruh. Terakhir secara rekayasa,
misalnya pengelolaan sampah.
Abstract
Vector control is one of the efforts in controlling infectious diseases, namely by breaking the chain of
disease transmission. An important factor in vector control is knowing the vector bionomics, ie
breeding sites, resting areas, and vector contact sites with humans. Vector control is divided based on
how, first with chemicals, for example with pesticides or insecticides, then vector control can also be
done by changing the environment, namely the physical environment, social environment, economy,
and culture. Changing the physical environment is done so that the vector can not multiply, rest, or
bite. Then there is also biological vector control, which is vector control involving living things such as
predators or microbes. In addition, integrated vector control can also be carried out with a
comprehensive control strategy. Finally engineering, for example waste management.
b. Pengendalian
secara pendekatan/terpadu
Metodenya dengan alat yg
dapat menghalau, menyisir, dan
mengeluarkan serangga. Contohnya
memakai kawat kasa pada ventilasi,
(kawatnyamuk004)
memakai pakaian pelindung, dan
sebagainya. Kelebihan pengendalian
c. Pengendalian secara biologis
ini yaitu mudah dilakukan dan aman
Pengendalian secara biologis
karena sangat lazim di masyarakat.
contohnya memanfaatkan pemangsa
Kekurangannya mungkin bukan
atau predator. Pengendalian ini terjadi
sesuatu yang preventif karena
secara alamiah oleh makhluk hidup
organisme vektor tetap bisa hidup.
yaitu hewan terhadap hewan, misalnya
cicak yang menempel di dinding
memakan nyamuk di udara, hal ini
tentu dapat mengurangi organisme
vektor. Tetapi kekurangannya ada
pada keterbatasan gerak predator
tersebut.
d. Pengendalian dengan fisik
Bisa disebut pengendalian secara
langsung yaitu pengendalian dgn
membunuh dan menghalau serangga.
Biasanya menggunakan alat fisika utk Kelebihannya dapat dilakukan secara
pemanasan, pembekuan, dan cepat pada daerah yang luas dan
penggunaan sarana alat listrik utk menekan populasi dalam waktu
pengadaan angin. Pengendalian ini singkat. Beberapa cara antara lain
dapat dilakukan secara cepat dan menuangkan minyak atau solar di
efektif tetapi mungkin untuk sebagian permukaan air, pemakaian paris-
orang dapat berbahaya misanya untuk green, temefos dan fention utk
anak di bawah umur. membunuh larva nyamuk, penggunaan
herbisida dan zat kimia pada
tumbuhan untuk membunuh
perindukan dan istirahat nyamuk,
penggunaan insektisida “residual
spray” utk nyamuk .dewasa.
Kekurangan dalam pengendalian
dengan bahan kimia ini adalah
pencemaran, baik melewati udara
maupun cairan.
(flumida.co.id)
e. Pengendalian
dengan menggunakan bahan kimia
Terakhir adalah pengendalian
dengan bahan kimia. Berguna sebagai
pembunuh serangga (insektisida) dan
menghalau serangga (repellent). (mediaindonesia.com)
Pengendalian Vektor adalah usaha untuk
mengurangi, menekan, dan menurunkan
tingkat populasi vektor yang dapat
membawa penyakit menular. Metode
pengendalian vektor terbagi menjadi lima
bagian, yaitu dengan cara fisik, kimia,
biologis, terpadu atau pendekatan, dan
rekayasa. Dengan segala kelebihan dan
kekurangannya, semua metode tersebut
sangat baik jika kita lakukan dengan
mempertimbangkan faktor kemanan dan
kenyamanan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adang Iskandar, Pemberantasan
serangga dan binatang pengganggu,
KESIMPULAN
APKTS Pusdiknakes. Depkes RI. Jakarta
2. Santio Kirniwardoyo
(1992), Pengamatan dan pemberatasan
vektor malaria, sanitas. Puslitbang
Kesehatan Depkes Rl Jakarta