Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam melaksanakan perintah agama, umat Islam tentu harus berlandaskan pada
aturan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Ada begitu banyak ibadah, dan tata caranya, yang
mendasari lahirnya ilmu fiqih, yaitu ilmu tentang hukum dan tata cara melakukan ibadah
yang bersumber dari Al-Qur’an dan Hadis. Hukum mengatur halal dan haram, sunat dan
makruh, tata cara sholat, cara bersuci dan sebagainya. Dalam agama Islam terutama
dalam hal fiqih mengenal adanya Mazhab. Mazhab yaitu sesuatu yang menjadi pendapat
imam atau ahli agama tentang hukum suatu perkara baik dalam urusan agama, masalah
ibadah ataupun permasalahan lainnya. Ada banyak Mazhab dalam perkembangannya,
namun ada empat Mazhab yang paling masyhur, yaitu Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i,
dan Hambali. Mayoritas umat Islam Indonesia menganut Mazhab Syafi'i, hal tersebut
tidak lepas dari peran penyebar Islam pertama kali ke Indonesia yang juga menganut
Mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi’i memiliki pengaruh besar dalam tradisi hukum Islam di
Indonesia.
Mazhab Syafi'i didirikan oleh Imam Syafi’i. Nama Syafi’i dinisbatkan kepada
kakeknya yang ketiga, yaitu Syafi’i bin As-Saaib, yang kemudian dikenal di masyarakat
dengan nama Imam Syafi’i. Imam Syafi’i memiliki nama lengkap Muhammad bin Idris
As-Syafi'i. Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H di Gaza, Palestina., Ibunya bernama
Fathimah Al-Azdiyyah berasal dari suku Azdiyah dan Ayahnya bernama Idris bin
Al-'Abbas berasal dari suku Qurasyi dan keturunan Muthalib. Imam Syafi’i dikenal
sebagai Ulama yang cerdas. Kecerdasan Imam Syafi’i terlihat sejak kecil. Imam Syafi’i
sanggup menghafal Al-Quran ketika masih diusia tujuh tahun, serta sanggup menghafal
kitab Al-Muwatta’ karya Imam Malik pada usia sepuluh tahun

B. RUMUSAN MASALAH
1. Sejarah Dan Perkembangan Mazhab Syafi’i
2. Biografi Imam Syafi’i Imam
3. Guru-Guru dan Murid-murid Imam Syafi’i
4. Karya-Karya Imam Syafi’i dan Mazhabnya

BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN MAZHAB SYAFI’I


Mazhab Syafi‟i (bahasa Arab: ‫ شافعية‬,Syaf'iyah) adalah mazhab fiqih yang dicetuskan
oleh Muhammad bin Idris al-Syafi‟i atau yang lebih dikenal dengan nama Imam Syafi‟i.
1 Ia hidup di zaman pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada
teks hadist) dan Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Imam
Syafi‟i belajar kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad
bin Hasan al-Syaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah.
Imam Syafi‟i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat
dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi‟i terkenal sebagai
perumus pertama metodologi hukum Islam. Ushul fiqh (atau metodologi hukum Islam),
yang tidak dikenal pada masa Nabi dan sahabat, baru lahir setelah Imam Syafi‟i menulis
Ar-Risalah. Mazhab Syafi‟i umumnya dianggap sebagai mazhab yang paling konservatif
di antara mazhab-mazhab fiqh Sunni lainnya. Dari mazhab ini berbagai ilmu keislaman
telah bersemi berkat dorongan metodologi hukum Islam yang dikembangkan para
pendukungnya. Imam Syafi‟i menolak Istihsan dari Imam Abu Hanifah maupun
Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun demikian Mazhab Syafi‟i menerima
penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun berbeda dari
kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi‟i sebagai ulama fiqh, ushul fiqh,
dan hadits pada zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak pengikut; dan
kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya.
Karena metodologinya yang sistematis dan tingginya tingkat ketelitian yang dituntut
oleh Mazhab Syafi‟i, terdapat banyak sekali ulama dan penguasa di dunia Islam yang
menjadi pendukung setia mazhab ini. Di antara mereka bahkan ada pula yang menjadi
pakar terhadap keseluruhan mazhab-mazhab Sunni di bidang mereka masing-masing.
Saat ini, Mazhab Syafi‟i diperkirakan diikuti oleh 28% umat Islam sedunia, dan
merupakan mazhab terbesar kedua dalam hal jumlah pengikut setelah Mazhab Hanafi.
Mazhab ini kebanyakan dianut para penduduk Mesir bawah, Arab Saudi bagian barat,
Suriah, Indonesia, Malaysia, Brunei, pantai Koromandel, Malabar, Hadramaut, dan
Bahrain. Menurut Ibn Al-Subki bahawa Mazhab Al-Shafi‟i telah berkembang dan
menjalar pengaruhnya di merata-rata tempat, di kota dan di desa, di seluruh rantau negara
Islam. Pengikut-pengikutnya terdapat di Iraq dan kawasan-kawasan sekitarnya, di
Naisabur, Khurasan, Muru, Syria, Mesir, Yaman, Hijaz, Iran dan di negara-negara timur
lainnya hingga ke India dan sempadan negara China. Penyebaran yang sebegini meluas
setidak-tidaknya membayangkan kepada kita sejauh mana kewibawaan peribadi Imam
Al-Shafi‟i sebagai seorang tokoh ulama dan keunggulan Mazhabnya sebagai satu-
satunya aliran fiqah yang mencabar aliran zamannya.

B. BIOGRAFI IMAM SYAFI’I IMAM


Syafi‟i adalah imam yang ketiga menurut susunan tarikh kelahiran pengasaspengasas
mazhab yang empat. Beliau adalah pendukung terhadap ilmu hadits dan pembaharu
dalam agama (mujaddid) pada abad kedua hijriah. Imam Syafi‟i di lahirkan di kota
Gazzah dalam Palestina pada tahun 150 H, beliau lahir pada zaman Dinasti Bani Abbas,
tepatnya pada zaman kekuasaan Abu Ja‟far al-Mansur (137-150 H / 754-774 M. Nama
lengkap Imam Syafi‟i adalah Muhammad ibn Idris al-„Abbas ibn Utsman ibn Syafi‟i ibn
al-Sa‟ib ibn „Ubaid ibn Abd Yazid ibn Hasyim ibn „Abd al-Muthalib ibn „Abd Manaf.
Nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah SAW pada datuknya Abdul Manaf. Imam
Syafi‟i lahir pada bulan Rajab pada tahun 150 H. di Gaza, tidak lama kelahiran beliau,
ayah beliau wafat. Ibu beliau bernama Fatimah al-Azdiyah, salah satu kabilah di Yaman.
Imam Syafi‟i kecil memiliki kecerdasan yang mengagumkan serta kecepatan hapalan
yang luar biasa. Beliau pernah berkata: "Saat aku di kuttab, aku mendengar guruku
mengajar ayat-ayat Alquran, maka aku langsung menghapalkan, apabila dia mendiktekan
sesuatu. Belum selesai guruku membacakannya kepada kami, aku telah menghafal
seluruh apa yang didiktekannya. Maka dia berkata kepadaku suatu hari: Demi allah, aku
tidak pantas mengambil bayaran dari kamu sesen pun". Imam Syafi‟i amat gemar
mengembara, khususnya bertujuan menuntut ilmu.
Pengembaraan Imam Syafi‟i dalam menuntut ilmu kebeberapa daerah, seperti di
Mekah beliau belajar hadits dan fiqh. Kemudian ketika umur beliau tiga belas tahun
beliau mengembara ke Madinah. Di Madinah beliau belajar dengan imam Malik hingga
meninggal dunia. Setelah itu beliau melanjutkan pengembaraan ilmunya ke Irak beliau
belajar fiqh dengan Muhammad ibn al-Hasan beraliran hanafi (murid Imam Abu
Hanifah). Setelah selesai menuntut ilmu dari beberapa daerah tersebut “Imam Syafi‟i
kembali ke Mekah dengan membawa pengetahuan tentang fiqh Irak. Kemudian beliau
mengajar di Masjidil Haram, ia mengajarkan fiqh dalam dua corak, yaitu corak madinah
dan corak Irak, dengan membawa ilmu ahl ra'yu, yang dia peroleh dari Muhammad bin
al-Hasan al-Syaibani, yang bersinergi dengan ilmu ahl Hijaz, yang diperoleh dari Imam
Malik. beliau mengajar di Masjidil Haram selama 9 tahun”.
Pada tahun 195 H, beliau kembali ke Baghdad yang bertujuan untuk berdiskusi
tentang fikih. Tidak lama di Baghdad, beliau melanjutkan perjalanan ke Mesir dan tiba di
Mesir pada bulan Syawal tahun 199 H. Tidak lama setelah tinggal di Mesir, tepatnya
tahun 204 H, beliau menghembuskan nafas terakhirnya. Sebelum wafat beliau menderita
penyakit buasir yang parah, hingga terkadang jika naik kuda, darahnya mengalir
mengenai celananya bahkan mengenai pelana dan kaos kakinya. Beliau rela menanggung
sakit demi ijtihadnya yang baru di Mesir. Selain itu, beliau terus mengajar, meneliti,
dialog serta mengkaji baik siang maupun malam.

C. GURU-GURU DAN MURID-MURID IMAM SYAFI’I


1. Guru-Guru Imam Syafi’i
Imam Syafi‟i merupakan ulama sintesis yang beraliran antara ahl ra'yu dan ahl
hadis (Kufah dan Madinah), di Kufah Imam Syafi‟i menimba ilmu kepada
Muhammad Ibn al-Hasan al Syaibani yang merupakan murid sekaligus sahabat dari
Imam Hanafi. Sedangkan di Madinah, beliau belajar kepada Imam Malik, beliau
(Imam Malik) dikenal dengan sebutan ahl Hadis. Selain itu, beliau juga berguru
kepada ulamaulama di Yaman, Mekah dan Madinah. Adapun ulama Yaman yang
menjadi guru Imam Syafi‟i yaitu:
1. Mutharaf Ibn Mazim
2. Hisyam Ibn Yusuf
3. 'Umar Ibn Abi Salamah
4. Yahya Ibn Hasan
Adapun selama tinggal di Mekkah, Imam Syafi‟i belajar kepada beberapa ulama
antara lain:
1. Sufyan Ibn 'Uyainah
2. Muslim Ibn Khalid al-Zauji
3. Sa'id Ibn Salim al-Kaddah
4. Daud Ibn 'Abdurrahman al-'Aththar
5. 'Abdul Hamid 'Abdul aziz Ibn Muhammad ad-Dahrawardi
6. Ibrahim Ibn Abi Sa'id Ibn Abi Fudaik
7. 'Abdullah Ibn Nafi'
2. Murid-Murid Imam Syafi’i
Imam Syafi‟i mempunyai banyak murid alam meneruskan kajian fikih dalam
alirannya. Yang paling berperan dalam pengembangan aliran fikih Imam Syafi‟i ini
antara lain :
1. Al-Muzani
Nama asli beliau Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya al-Muzani al-Misri yang lahir
pada tahun 185 H serta menjadi besar dalam menuntut ilmu dan periwayatan hadis.
Saat Imam Syafi‟i datang ke Mesir pada tahun 1994, al-Muzani menemuinya dan
belajar fikih kepadanya. Al-Muzani dianggap orang yang paling pandai, serdas
serta yang paling banyak menyusun kitab untuk mazhabnya. Beliau meninggal pada
tahun 264 H. Adapun kitab karangan beliau antara lain al-Jami' al-Kabīr, al-Jami'
aş-Şagir, serta yang terkenal al-Mukhtaşar aş-Şagir.
2. Al-Buwaiti
Nama beliau adalah Abu Ya'qub Yusuf Ibn Yahya al-Buwaiti, yang berasal
dari Bani Buwait kampung di Tanah Tinggi Mesir. Beliau adalah murid sekaligus
sahabat Imam Syafi‟i yang tertua bekebangsaan Mesir dan pengganti atau penerus
Imam Syafi‟i, sepeninggalnya.beliau belajar fikih dari Imam Syafi‟i dan
mengambil hadis darinya pula serta dari Abdullah bin Wahab dan dari yang
lainnya. Imam Syafi‟i merupakan sandarannya dalam berfatwa serta pengaduannya
apabila diberikan satu masalah padanya. Beliau selalu menghidupkan malam
dengan membaca Alquran dan shalat serta selalu menggerakkan kedua bibirnya
dengan berdzikir kepada Allah. Beliau wafat pada tahun 231 H. di dalam penjara
Baghdad, karena tidak menyetujui paham Mu'tajilah yang merupakan paham resmi
negara saat itu, tentang kemakhlukan Alquran. Beliau menghimpun kitab al-fiqh,
al-Mukhtaşar al-Kabīr, al-Mukhtaşar aşŞagir dan al-Fara'id dalam aliran Imam
Syafi‟i menjadi satu.
Selain mereka berdua, murid-murid Imam Syafi‟i yang lain, yaitu ar-Rabi' Ibn
Sulaiman al-Marawi, 'Abdullah Ibn Zubair al-Hamidi. Abu Ibrahim, Yunus Ibn Abdul
a'la as-Sadafi, Ahmad Ibn Sibti, Yahyah Obn Wazir al-Misri, Harmalah Ibn Yahya
Abdullah at-Tujaidi, Ahmad Ibn Hanbal, Hasan Ibn 'Ali al-Karabisi, Abu Saur
Ibrahim Ibn Khalid Yamani al-Kalbi serta Hasan Ibn Ibrahim Ibn Muhammad
asSahab az-Za'farani.

D. KARYA-KARYA IMAM SYAFI’I DAN MAZHABNYA


Adapun beberapa kitab fikih karangan Imam Syafi‟i, seperti kitab al-Umm dan ar-
Risalah yang merupakan rujukan utama para ulama mazhab Syafi‟i dalam fikih dan ushul
fikih. Selama itu, kitab lain karangan Imam Syafi‟i seperti al-Musnad yang merupakan
kitab hadis Nabi SAW yang dihimpun dari al-Umm,serta ikhtilaf al-Hadis, yaitu kitab
yang menguraikan pendapat Imam Syafi‟i mengenai perbedaanperbedaan yang terdapat
dalam hadis.
Beberapa kitab kaidah fikih Imam Syafi‟i yang dikarang oleh ulamaulama
bermazhab Syafi‟i antara lain :
1) Qawā'id al-ahkam fī Maşālih al-Anam karya Ibnu 'Abdul Salam (wafat 660 H)
2) Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Ibnu Wakil (wafat 716 H)
3) Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Taj al-Din al-Subki (wafat 771 H)
4) Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Ibnu al-Mulaqqin (wafat 804 H)
5) Al-Asybah wa al-Nazā'ir karya Jalaluddin as-Suyuthi (wafat 911 H).
Berdasarkan huraian singkat ini, maka penulis menyimpulkan bahwa mazhab Syafi‟i
telah di asaskan oleh Imam Syafi‟i iaitu Abu Abdillah Muhammad bin Idris bin alAbbas
bin Utsman bin Syafi‟i, nasab beliau bertemu dengan nasab Rasulullah SAW pada
datuknya Abdul Manaf. Di lahir pada bulan Rajab pada tahun 150 H. di Gaza. Tahun
kelahiran beliau tepat dengan tahun wafatnya imam Hanafi. Beliau berguru fikih pada
beberapa ulama di Jazirah Arab, baik di Baghdad, Mesir, Kufah, dan Madinah. Beliau
banyak melahirkan murid-murid yang secara langsung menyebarkan mazhab Syafi‟i di
dunia ini seperti ar-Rabi' Ibn Sulaiman al-Marawi, 'Abdullah Ibn Zubair al-Hamidi. Abu
Ibrahim, Yunus Ibn Abdul a'la as-Sadafi, Ahmad Ibn Sibti, Yahyah Ibn Wazir al-Misri,
Harmalah Ibn Yahya Abdullah at-Tujaidi, Ahmad Ibn Hanbal, Hasan Ibn 'Ali al-Karabisi,
Abu Saur Ibrahim Ibn Khalid Yamani al-Kalbi serta Hasan Ibn Ibrahim Ibn Muhammad
as-Sahab az-Za'farani, Abu Ibrahim Ismail Ibn Yahya al-Muzani al-Misri atau dikenal
dengan nama al-Muzani, dan Abu Ya'qub Yusuf Ibn Yahya al-Buwaiti.

Anda mungkin juga menyukai