Anda di halaman 1dari 15

Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.

1 Tahun 2019

ANALISIS PROSES MUTASI PROMOSI JABATAN PEGAWAI


NEGERI SIPIL DI KANTOR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH
KABUPATEN GOWA
*Edyanto1)

1) Progam studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Muhammadyah Sorong, Indonesia

*Email Korespondensi : edypapua10@gmail.com

Abstrak

Aktivitas mutasi kepegawaian yang paling menonjol di Kabupaten Gowa adalah dalam rangka
promosi jabatan dan pemindahan dalam rangka distribusi pegawai secara merata di jajaran Dinas,
Badan dan Kantor di Kabupaten Gowa. Jenis penelitian yang dianggap tepat dalam penelitian ini
adalah metode deskriptif dengan pendekatan secara kualitatif. Pengumpulan data penelitian ini
dilakukan dengan berpedoman pada observasi, interview dan dokumen. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini teknik analisis taksonomis (taxonomis analysis), yaitu membentuk
analisis secara rinci dan mendalam dalam membahas suatu tema atau pokok permasalahan.
Analisis taksonomi ini digunakan untuk menjabarkan secara rinci proses mutasi promosi jabatan
pegawai negeri sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gowa. Berdasarkan hasil
penelitian, dalam hal mutasi pegawai negeri sipil, maka kewenangan yang ada pada pemerintah
sangat luas. Hanya pengangkatan eselon II yang perlu mendapatkan persetujuan dari pemerintah
tingkat atasnya, dan pengangkatan Sekwilda yang mendapatkan persetujuan dari DPRD setempat.
Prosedur untuk mutasi pegawai, berbeda sesuai dengan kedudukan dari mutasi tersebut. Untuk
mutasi karena promosi, maka telah ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku.

Kata Kunci: Mutasi; Promosi Jabatan; Pegawai Negeri Sipil

Abstract
The most prominent employee transfer activity in Gowa Regency is in the context of promotion
and transfer to distribute employees evenly in the ranks of Offices, Agencies and Offices in Gowa
Regency. The type of research that is considered appropriate in this research is descriptive method
with a qualitative approach. The research data collection was carried out based on observations,
interviews and documents. The data analysis technique used in this study is a taxonomic analysis
technique, which is to form a detailed and in-depth analysis in discussing a theme or subject
matter. This taxonomic analysis is used to describe in detail the process of transferring a
promotion to a civil servant position at the Regional Civil Service Agency Office of Gowa Regency.
Based on the research results, in terms of the transfer of civil servants, the government has very
broad authority. Only echelon II appointments need to get approval from the top-level
government, and Sekwilda appointments that get approval from the local DPRD. The procedures

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 65


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

for transferring employees differ according to the position of the transfer. For transfer due to
promotion, it has been determined based on the applicable laws.
Keywords: Movements; Promotion of Position; Civil Servants

PENDAHULUAN
Sejak berlakunya Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah, yang kemudian menjadi Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagian
kewenangan diberikan kepada pemerintah daerah kabupaten/ kota. Kemandirian daerah
untuk kegiatan mutasi kepegawaian, terletak pada kewenangan daerah sebagaimana diatur
dalam pasal 130 ayat 2 Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004, di mana dikatakan
bahwa pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II
pada pemerintah daerah kabupaten / kota ditetapkan oleh Bupati / wali kota setelah
berkonsultasi kepada gubernur dan mendapat persetujuan dari gubernur (Bratakusumah,
2001). Oleh sebab itu dalam kegiatan mutasi kepegawaian, maka pembinaan kepegawaian
harus tetap dipandang sebagai satu kesatuan pembinaan kepegawaian secara nasional.
Hal ini juga berkaitan dengan pendapatan atau gaji yang diterima oleh pegawai
negeri sipil, yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dan dibayar melalui APBD yang
sumbernya berasal Dana Alokasi Umum (DAU)(Sarwono, 2011) . Saat terjadi mutase
kepegawaian yang disebabkan oleh perpindahan karena kenaikan jabatan maka harus
diikuti dengan kenaikan tunjangan jabatan atau kenaikan pendapatan dan tentu tetap harus
melibatkan pemerintah tingkat atasnya (Fanhar, 2016). Oleh sebab itu dalam mutasi atau
perpindahan pegawai di jajaran pemerintahan daerah Kabupaten / Kota prinsip koordinasi
dengan Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dalam hal ini Badan Kepegawaian
Negara (BKN) tetap harus berjalan sebagaimana mestinya.
Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah yang memberikan kewenangan
yang luas kepada Pemerintah Daerah termasuk bidang kepegawaian itu sendiri (Sani,
2016). Meskipun harus diakui bahwa kemandirian kewenangan daerah dalam mengurus
kepegawaian di daerah masih sangat terbatas, bahkan saat ini sistem pembinaan
kepegawaian kembali bersifat sentralistik setelah sebelumnya pernah berlaku sistem
desentralistik saat berlakunya Undang - Undang Nomor 22 Tahun 1999 hingga keluarnya
Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2004. Kemandirian daerah dapat diartikan bahwa

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 66


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

adanya kemampuan dan kewenangan daerah yang dapat dilakukan tanpa intervensi dari
pihak lain baik pemerintah atasnya, maupun oleh kekuatan politik.
Oleh sebab itu, kemandirian daerah dalam melakukan mutase seharusnya
merupakan kewenangan pemerintah daerah, berdasarkan kebutuhan-kebutuhan yang
diperlukan dimasing-masing daerah (Putro & Sugiyarti, 2012). Sedangkan pemerintah
tingkat atasnya baik pusat maupun Gubernur hanya bersifat koordinasi, terutama untuk
eselon II sebagaimana diatur dalam pasal 130 ayat 2 Undang - Undang Nomor 32 Tahun
2004, dimana dikatakan bahwa pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam
jabatan eselon II pada pemerintah daerah kabupaten / kota ditetapkan oleh Bupati /
Walikota setelah berkonsultasi kepada Gubernur dan mendapat persetujuan dari
Gubernur. Sedangkan untuk perpindahan dan pengangkatan pegawai dalam jabatan
dibawahnya merupakan kewenangan Bupati Kepala Daerah, yang dilaksanakan oleh
Badan Kepegawaian Daerah (Fanhar, 2016). Oleh sebab itu Badan Kepegawaian Daerah
dalam melaksanakan tugas bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah
Kabupaten.
Berdasarkan data penempatan dan mutasi pegawai di lingkup Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Gowa Tahun 2013/2014, maka terlihat adanya beberapa pegawai yang
memperoleh mutasi karena alasan promosi, namun terkesan kurang sesuai dengan latar
belakang kompetensinya, terutama dilihat latar belakang pendidikan pegawai tersebut.
Seperti adanya pegawai yang ditempatkan pada suatu jabatan namun latar belakang
pendidikannya yang berbeda. Kondisi ini tentu memberikan kesan bahwa proses mutasi
pegawai yang dilaksanakan mengikuti keinginan masing-masing individu, tanpa
memperhitungkan tujuan organisasi secara keseluruhan, seharusnya ada keselarasan
dalam tujuan individu pegawai dan tujuan organisasi.
Administrasi sebagai usaha kerjasama manusia muncul bersama dengan
timbulnya peradaban manusia melalui kemampuannya untuk menggunakan
pikirannya sehingga melahirkan cipta, karsa dan rasa (Rahman, 2017). Pengembangan
cipta dan karsa serta rasa memungkinkan manusia dapat bekerja sama yang merupakan
unsur utama dalam administrasi. Mengenai istilah administrasi di Indonesia terdapat dua
macam, yaitu ditinjau dari segi asal usulnya yakni dari Bahasa Belanda dan Inggris. Istilah

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 67


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

administrasi yang ditulis oleh orang Belanda adalah administratie pada umumnya berarti
tata usaha, yaitu urusan pencatatan mengisi formulir, membaca informasi, menerima atau
mengisi informasi, menyimpan catatan (Rahman, 2017)
(Karyana, 2014) mengemukakan bahwa Administrasi adalah suatu proses yang
biasanya terdapat pada semua usaha kelompok baik usaha pemerintah atau swasta, sipil
atau militer baik secara besar-besaran ataupun secara kecil - kecilan. Sedangkan menurut
(Rahman, 2017) mengemukakan bahwa: Administrasi adalah keseluruhan kerjasama
sekelompok manusia, dua orang atau lebih yang didasarkan pada rasionalitas tertentu
untuk mencapai tujuan tertentu yang telah ditentukan. Berdasarkan pengertian diatas
maka, administrasi adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas manusia yang
dilakukan suatu usaha kerjasama / kelompok untuk mencapai tujuan tertentu sesuai yang
telah ditentukan sebelumnya.
Istilah kepegawaian dalam bahasa asing sering disebut sebagai personnel, labour
and worker man, sedangkan di Indonesia sering diterjemahkan dengan istilah pegawai,
pekerja, buruh dan sebagainya. (Satoto, 2004) mengemukakan bahwa: “Kepegawaian
adalah segenap aktivitas yang bersangkut paut dengan masalah penggunaan tenaga kerja
manusia untuk mendapatkan sesuatu / mencapai tujuan tertentu. Masalah pokoknya
berkisar pada penerimaan, pengangkatan, pengembangan pemberian balas jasa dan
sampai pensiunnya”. Permasalahan dalam pelaksanaan mutasi pegawai negeri sipil di
lingkup tugas Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gowa adalah; Pelaksanaan mutasi
pegawai, terutama yang berkaitan dengan promosi belum sepenuhnya dilakukan secara
obyektif dan transparans yang berpedoman pada masa kerja (karier) dan prestasi kerja,
yang diindikasikan pada adanya pegawai yang menduduki jabatan belum memenuhi
persyaratan jabatan, banyak pegawai yang memiliki keinginan untuk ditempatkan pada
tempat yang diinginkan sesuai pilihan mereka sehingga menimbulkan dinamika mutasi
kepegawaian yang berjalan di luar prosedur dan mekanisme yang tidak wajar. Dalam
proses mutasi pegawai, masih kadang adanya intervensi dari elit-elit politik atau elit lokal
setempat, terutama dalam hal penempatan dalam jabatan-jabatan yang dianggap strategis.
Berdasarkan dari asumsi-asumsi tersebut maka penelulis tertarik untuk mengadakan

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 68


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

penelitian tentang proses mutase promosi jabatan Pegawai Negeri Sipil di Kantor Badan
Kepegawaian Daerah Kabupaten Gowa.

TINJAUAN PUSTAKA
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Judas, 2013) dengan judul penelitian
Motasi Dan Promosi Jabatan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Pada kawil
Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo Dan Maluku Utara Di Madano. Dengan
menggunakan sebanyak 48 pegawai sebagai sempel dengan menggunakan metode
analisis regresi linear berganda. Tujuan dari adanya penelitian ini adalah mengetahui
pengaruh mutase dan promosi jabatan dari adanya prestasi kerja pegawai pada Kanwil
Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo dan Maluku Utara di Manado. Adanya penelitian
ini dilatar belakangi oleh sebagai tindak lanjut yang telah dilakukan dari hasil penilaian
prestasi kerja pegawai adalah terjadinya mutase dan promosi jabatan. Dengan adanya
penilaian prestasi pegawai maka akan diketahui kecakapan pegawai dalam menyelesaikan
uraian pekerjaan yang di amanahkan. Pada penelitian ini menunjukan hasil bahwa mutase
tidak berpengaruh terhadap prestasi kinerja pegawai sedangkan promosi jabatan
berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Hingga dapat disimpulkan bahwa mutase dan
promosi jabatan sangat berpengaruh terhadap prestasi kinerja pegawai, sehingga perlu
memberikan motivasi kepada para pegawai untuk meningkatkan prestasi kerja pegawai.
Karena hal tersebut merupakan kegiatan penting dalam pengembangan pegawai.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gowa.
Tipe penelitian ini adalah deskriptif dengan analisa kualitatif yang bertujuan untuk
memberikan gambaran secara jelas proses mutasi promosi jabatan pegawai negeri sipil di
Kantor Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gowa (Miles & Huberman, 1994).
Informan pada penelitian ini merupakan pegawai yang sementara dalam proses mutasi
promosi. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian lapangan, yaitu penelitian yang
menekankan penggunaan data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan
informan (Krippendorf, 2004). Peneliti melakukan observasi secara langsung kelapangan

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 69


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

untuk melakukan pengamatan mengenai proses mutase promosi jabatan dengan cara
melakukan telaah dokumentasi dan wawancara secara langsung oleh informan yang
berada di Kantor Kepegawaian Daerah Kabupaten Gowa. Sedangkan teknik analisis yang
digunakan pada penelitian ini merupakan teknik analisis taksonomis yaitu membentuk
analisis yang lebih rinci dan mendalam dalam membahas suatu tema atau pokok
permasalahan. Analisis taksonomi ini digunakan untuk menjabarkan secara rinci proses
mutasi promosi jabatan pegawai negeri sipil di Kantor Badan Kepegawaian Daerah
Kabupaten Gowa.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Proses Mutasi Berdasarkan Kewenangan Daerah
Pelaksanaan mutasi pegawai negeri sipil sejauh ini didasarkan pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang wewenang pengangkatan,
pemindahan dan pemberhentian pegawai negeri sipil serta Peraturan Pemerintah Nomor
100 tentang pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural. Peraturan
perundang–undangan tersebut disetujui oleh lembaga pembinaan dan pengembangan
kepegawaian dimana mengacu pada prinsip system karier dan prestasi kerja. Dimana
hanya orang yang berpengalaman dan memiliki prestasi kerja yang tinggi untuk
diprioritaskan menduduki jabatan-jabatan yang telah disediakan. Khususnya jabatan yang
tinggi memerlukan kemampuan teknis administratif, profesional dan memiliki loyalitas,
impersonality serta integritas pribadi terhadap seluruh aspek tugas-tugasnya.
Aktivitas mutasi kepegawaian yang paling menonjol di Kabupaten Gowa adalah
dalam rangka promosi jabatan dan pemindahan dalam rangka distribusi pegawai secara
merata di jajaran Dinas, Badan dan Kantor di Kabupaten Gowa. Sejak berlakunya
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang kemudian
diubah menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka pelaksanaan pembinaan
kepegawaian daerah sebagian kewenangan diberikan kepada pemerintah daerah
Kabupaten/ Kota. Kemandirian daerah untuk kegiatan mutasi kepegawaian terletak pada
kewenangan daerah sebagaimana diatur dalam pasal 130 ayat 2 Undang-Undang Nomor

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 70


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

32 Tahun 2004, di mana disebutkan bahwa pengangkatan, pemindahan dan


pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada pemerintah daerah kabupaten/kota
ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah berkonsultasi kepada Gubernur. Oleh sebab itu
dalam kegiatan mutasi kepegawaian maka pembinaan kepegawaian harus tetap dipandang
sebagai satu kesatuan pembinaan kepegawaian secara nasional. Hal ini juga berkaitan
dengan pendapatan atau gaji yang diterima oleh pegawai negeri sipil yang ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan dibayar melalui APBD yang sumbernya berasal dari Dana Alokasi
Umum (DAU). Dalam hal mutasi pegawai dalam bentuk perpindahan karena kenaikan
jabatan jelas juga harus diikuti dengan kenaikan tunjangan atau kenaikan pendapatan dan
tentu tetap harus melibatkan pemerintah tingkat atasnya. Adapun mutasi atau perpindahan
pegawai di jajaran pemerintahan daerah Kabupaten/Kota prinsip koordinasi dengan
pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat dalam hal ini Badan Kepegawaian Nasional
(BKN) tetap harus berjalan sebagaimana mestinya.
Pada prakteknya hal ini dapat ditunjukan dengan keikutsertaan pegawai negeri
sipil dalam pendidikan dan latihan, pembinaan pegawai, serta mutasi baik mutasi dalam
jabatan (promosi dan demosi) maupun mutasi tidak dalam jabatan (rotasi) antar unit
ataupun wilayah kerja. Hal menarik dari isyu strategis pada pelaksanaan otonomi daerah,
yang menyangkut sumber daya manusia adalah mengenai mobilitas sumber daya manusia.
Mobilitas sumber daya manusia dimaksudkan agar terjadi penyebaran sumber daya
manusia dalam bidang keahlian teknis tertentu agar tidak menumpuk pada satu tempat
saja. Bentuk mobilitas sumber daya manusia dalam administrasi kepegawaian adalah
mutasi pegawai negeri sipil baik dalam jabatan maupun tidak dalam jabatan. Terlepas dari
alasan mutase pegawai negeri sipil tersebut yaitu karena alasan kedinasan maupun alasan
pribadi, keduanya dapat mengambarkan upaya mobilitas distribution of resourses.
Kenyataan menunjukkan bahwa di Kabupaten Gowa sampai saat ini belum sepenuhnya
terjadi distribusi pegawai negeri sipil yang memadai, masih terdapat SKPD (Satuan Kerja
Pemerintah Daerah) di jajaran Kabupaten Gowa mempunyai potensi sumber daya
manusia secara kualitas kurang memadai dan handal untuk melaksanakan tugasnya dalam
bidang keahlian tertentu yang diperlukan. Oleh sebab itu mutasi pegawai negeri sipil

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 71


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

menjadi sangat penting dalam optimalisasi perputaran dalam memperbaiki formasi


kepegawaian yang ada dalam pelaksanaan otonomi daerah di Kabupaten Gowa.
Pelaksanaan mutasi Pegawai Negeri Sipil dalam suatu daerah sudah sering
dilaksanakan dan tidak terlalu memunculkan polemik, karena merupakan tuntutan
pengembangan organisasi. Disamping itu alasan manajerial yang lebih rasional yaitu
mengenai formasi, analisa jabatan, penataan organisasi dan Daftar Susunan Pegawai
(DSP), selalu menjadi pertimbangan utama, meskipun juga harus diakui bahwa
pertimbangan-pertimbangan dari sisi politis, menyangkut loyalitas bawahan juga menjadi
isyu yang sering diketengahkan dalam pelaksanaan mutasi pegawai. Meskipun demikian
dalam rangka penelitian mengenai pengembangan mutasi pegawai negeri sipil di
Kabupaten Gowa, maka penulis menyoroti tiga aspek yang menyangkut mutasi pegawai
negeri sipil, yaitu mutasi karena promosi, mutasi karena perpindahan biasa dan mutasi
karena hukuman.
Mutasi Promosi
Mutasi karena promosi dalam tubuh pegawai negeri sipil berarti adanya
pengembangan karier dalam bentuk bertambahnya kewenangan, tanggungjawab serta
hak-hak yang dapat diperoleh pegawai negeri sipil yang bersangkutan. Promosi berarti
ada kenaikan peran dari sebelumnya seperti kenaikan pangkat atau jabatan dalam
organisasi ataupun karena adanya nilai tanggungjawab terhadap pemanfaatan potensi
dirinya, seperti untuk jabatan fungsional. Promosi adalah proses kenaikan jabatan yang
berarti bahwa adanya perubahan kedudukan seorang pegawai dari jabatan yang rendah ke
jabatan yang lebih tinggi dengan tugas dan tanggung jawab yang lebih besar. Dengan
adanya promosi jabatan memberikan kesempatan kepada aparatur untuk menduduki suatu
jabatan yang lebih tinggi. Promosi jabatan sebagai salah satu upaya pengembangan
sumber daya aparatur haruslah dilakukan dengan memenuhi beberapa persyaratan sesuai
dengan aturan yang telah ditentukan antara lain; kepangkatan, latar belakang pendidikan
dan kinerja aparatur selama melaksanakan tugas pokoknya sebagai pegawai negeri sipil.
Pelaksanaan promosi jabatan merupakan klimaks dari pengembangan karier
seorang pegawai, sebab justru individu-individu pegawai berkepentingan melanjutkan
pendidikan dan mengikuti diklat, bahkan berprestasi karena dimotivasi oleh keinginan

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 72


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

untuk mendapat posisi yang lebih baik dalam kariernya. Bahkan terjadinya geliat yang
tinggi dalam tubuh administrasi kepegawaian umumnya dipicu oleh motivasi yang
berlebihan dalam mendapatkan promosi jabatan yang baik, bahkan ada segelintir pegawai
yang menggunakan cara-cara di luar peraturan perundang-undangan dalam mendapatkan
jabatan tersebut seperti sistem nepotisme, kolusi ataupun cara-cara lain yang tidak lazim.
Promosi biasanya dilakukan atau diberikan kepada pegawai yang membuktikan
kesanggupan dan loyalitas kepada organisasi. Dengan adanya promosi berarti kenaikan
jabatan yakni menerima keluasan dan tanggung jawab lebih besar dari sebelumnya.
Pemberian promosi kepada seseorang pegawai berarti bahwa pegawai tersebut naik
keposisi yang lebih tinggi dalam suatu struktur organisasi. Promosi tidak selalu diikuti
oleh kenaikan gaji. Gaji bisa tetap, tetapi pada umumnya bertambah besar kekuasaan dan
tanggug jawab seeorang bertambah juga balas jasanya dalam bentuk uang yang diterima.
Dalam hal ini kenaikan upah tidak selalu dapat diartikan merupakan promosi. Pelaksanaan
mutasi promosi pegawai, dalam arti pengangkatan dan pemindahan pegawai dalam suatu
jabatan maka terdapat kewenangan yang cukup luas bagi pemerintah daerah Kabupaten
Gowa di mana bahwa untuk pengangkatan dalam jabatan untuk eselon III ke bawah adalah
merupakan kewenangan pemerintah daerah itu sendiri. Sedangkan untuk jabatan eselon
II, maka Bupati kepala Daerah perlu berkonsultasi dengan Gubernur, hal ini sesuai dengan
pasal 130 ayat 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang mengatakan bahwa
pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dari dan dalam jabatan eselon II pada
pemerintah daerah kabupaten/kota ditetapkan oleh Bupati/Walikota setelah berkonsultasi
kepada Gubernur.
Dengan demikian bahwa untuk pimpinan SKPD (Satuan Kerja Pemerintah
Daerah) seperti Dinas dan Badan yang berkedudukan sebagai eselon II b, maka dalam hal
pengangkatannya perlu berkoordinasi dengan Gubernur dalam arti bahwa calon-calon
pimpinan dinas dan badan yang dianggap memenuhi syarat dapat diajukan ke Gubernur
untuk dikonsultasikan. Meskipun demikian dalam prakteknya bahwa umumnya pejabat
yang diajukan untuk dikonsultasikan ke Gubernur adalah mereka telah masuk target
pimpinan daerah, dalam hal ini oleh Bupati, dalam arti tentu ada muatan politik dalam arti
ada alasan asas kepatutan dan azas kepatuhan di dalamnya. Hal ini berkaitan dengan

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 73


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

loyalitasnya kepada Bupati selaku Kepala Daerah. Oleh sebab itu meskipun terdapat
aturan dalam pemindahan dan pengangkatan pejabat eselon II, namun tentu pejabat
Pembina kepegawaian di daerah sangat berwewenang untuk mendapatkan pejabat sesuai
dengan harapan organisasinya.
Dengan adanya kewenangan yang cukup luas tersebut maka memungkinkan
pemerintah Kabupaten Gowa untuk melakukan penyegaran struktur organisasi
berdasarkan kebutuhan-kebutuhan organisasinya. Meskipun demikian, dalam hal
pengangkatan dalam suatu jabatan, maka pemerintah daerah melalui Badan Kepegawaian
dan Diklat Daerah tentu saja melakukan suatu analisis kompetensi jabatan untuk
pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan dimana hanya pegawai yang benar-benar
memenuhi persyaratan yang dapat di angkat, dalam arti memenuhi syarat prestasi dan
memenuhi syarat karier. Dari wawancara yang dilakukan dengan Kepala Bidang
Perencanaan dan Mutasi PNS BKDD Kabupaten Gowa mengungkapkan bahwa penilaian
pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan eselon, maka seharusnya yang menjadi
pertimbangan utama adalah kompetensi dan profesionalisme pegawai, namun tentu tidak
bisa juga dilepaskan dengan faktor loyalitas berdasarkan penilaian dari pejabat yang akan
menggunakan pegawai tersebut, sebab seluruh pelaksanaan tugas-tugas SKPD yang ada
di Kabupaten Gowa tentu harus bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekwilda
sebagaimana dalam tupoksi yang ada, sehingga meskipun ada pegawai yang secara
kompetensi lebih bagus tapi belum tentu dapat diangkat sesuai harapan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan promosi
jabatan dan kepangkatan di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa pada tahun
2012- 2013 telah dilaksanakan terhadap promosi untuk kenaikan pangkat / golongan yang
berpengaruh kepada pegawai negeri sipil dalam rangka mutasi promosi jabatan. Di
Kabupaten Gowa saat ini terdapat pegawai negeri sipil yang pada umumnya berada pada
golongan III, sehingga dapat dipastikan bahwa cukup banyak pegawai negeri sipil yang
bersedia untuk siap diangkat dalam suatu jabatan khususnya untuk eselon IV dan III,
kondisi ini tentu membuat persaingan sumber daya aparatur yang cukup ketat dalam
menempati posisi jabatan struktural. Dari wawancara yang dilakukan dengan Sub Bidang
Mutasi Pegawai Negeri Sipil BKDD Kabupaten Gowa menyatakan banyaknya pegawai

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 74


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

yang memperoleh golongan III dan IV di Kabupaten Gowa, merupakan bagian dari
banyaknya pegawai pada antara 2008 – 2009 yang memperoleh kenaikan pangkat setiap
tahun, bahkan ada pegawai yang naik pangkat pilihan; satu tahun dalam pangkat dan satu
tahun dalam jabatan bagi pegawai negeri sipil yang memangku jabatan satu tingkat
dibawa pangkat dasar sehingga ketersediaan pegawai untuk golongan III memang cukup
banyak di Kabupaten Gowa.
Bahkan dari penelitian yang dilakukan maka ada beberapa pegawai yang
menyatakan bahwa masa kerja mereka selaku pegawai negeri sipil baru 10 tahun dan
diangkat pada golongan III a, namun saat ini telah berpangkat golongan IV a, dalam arti
bahwa bila dihitung dari ketentuan perundang-undangan yang berlaku bahwa kenaikan
pangkat regular pegawai adalah 4 tahun dan 2 tahun jabatan struktural, maka pegawai
yang bersangkutan sejak dari awal hanya membutuhkan waktu setiap 2,5 tahun untuk
masing-masing jenjang kepangkatan. Dalam hal pengangkatan jabatan struktural pegawai
dalam suatu instansi pada dasarnya terjadi kewenangan secara berjenjang, di mana bahwa
untuk level internal SKPD pihak yang berwewenang menilai pegawai yang akan
dipromosikan adalah atasan langsung dari pegawai yang bersangkutan. Pegawai eselon
IV akan dinilai dalam rapat yang melibatkan pegawai eselon III, sedangkan pegawai
eselon III dinilai oleh Kepala Dinas atau Kepala Badan. Sedangkan pihak yang
berwewenang untuk mempertimbangkan siapa yang akan dipromosikan adalah tim
Baperjakat yang bersidang rata-rata dua kali dalam setahun. Berita acara dari sidang
Baperjakat merupakan dokumen rahasia. Pegawai yang akan dipromosikan oleh
Baperjakat tidak dilibatkan dalam sidang dan segera setelah keputusan dikeluarkan oleh
Bupati, maka pegawai yang bersangkutan tidak mempunyai pilihan selain menerima surat
keputusan tersebut.
Sistem dan Prosedur Mutasi PNS Di Kabupatn Gowa
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa kewenangan pemerintah daerah
dalam hal pengangkatan dan pemindahan pegawai di era otonomi daerah sangat luas
sehingga dalam dalam hal mutasi pegawai negeri sipil umumnya sangat bergantung pada
kemampuan dari pembina kepegawaian daerah itu sendiri meskipun demikian bukan
tanpa batasan sebab pemerintah daerah tetap berpedoman pada sistem dan prosedur yang

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 75


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

ada. Dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan pegawai pada umumnya dan
promosi jabatan pegawai yang pada dasarnya selalu berpedoman pada sistem pembinaan
dan pengembangan yang ada dan sistem pembinaannya selalu didasarkan pada sistem
prestai kerja dan sistem karier (Agustina et al., 2013). Di jajaran Pemerintah Daerah
Kabupaten Gowa, pelaksanaan promosi jabatan baik jabatan struktural maupun jabatan
fungsional selalu didasarkan pada sistem karier dan prestasi kerja. Sistem karier yaitu
didasarkan pada pertimbangan masa kerja dari pegawai yang bersangkutan dalam jabatan-
jabatan tertentu serta pengalaman-pengalamanya selama memangku jabatan selaku
pegawai negeri sipil. Dimana promosi dilakukan dengan mempertimbangkan pada tingkat
prestasi, kecakapan dan keterampilan dalam menjalankan tugas-tugasnya yang
dicerminkan pada Daftar Penilaian Prestasi Pegawai (DP3) (Wahyudi, 2014).
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural, maka pemerintah daerah
diberi kewenangan untuk membentu Baperjakat (Badan Pertimbangan Jabatan dan
Kepangkatan). Struktur Baperjakat ini juga mencerminkan kekuatan kewenangan yang
ada di daerah, di mana Ketua Baperjakat adalah Sekretaris Daerah dan Sekretaris
Baperjakat adalah Kepala BKDD, hasil kerja Baperjakat berujung pada keputusan Bupati
(Pratamaputra et al., 2010). Oleh sebab itu, kewenangan-kewenangan dalam penilaian
pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa
kecuali jabatan eselon II yang harus berkonsultasi dengan Gubernur, maka seluruh
kewenangan pembinaan kepegawaian berada pada Kepala Pembina Kepegawaian Daerah
dalam hal ini adalah Bupati Kepala Daerah.
Dalam hal sistem dan prosedur sebagaimana diketahui bahwa dalam pembinaan
kepegawaian tentu masih dilakukan secara nasional, sehingga untuk prosedur ditetapkan
berdasarkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaannya yang ditetapkan dengan
Keputusan pemerintah. Jadi standar sistem prosedur pengangkatan pegawai dalam suatu
jabatan adalah merupakan petunjuk yang diberikan oleh pemerintah pusat yang
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 Tentang
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural. Ketentuan mengenai sistem
prosedur tersebut tetap mengacu pada Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yang

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 76


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

menyebutkan bahwa pembinaan karier pegawai negeri sipil di dasarkan pada sistem karier
dan sistem prestasi kerja.
Oleh sebab itu bahwa pertimbangan utama untuk menduduki jabatan-jabatan
struktural dalam lingkup Pemkab Gowa adalah didasarkan pada prestasi kerja dan masa
kerja pegawai dalam arti bahwa pembinaan dan pengembangan pegawai lebih diarahkan
pada kemampuan, keterampilan serta kecakapan pegawai itu sebagaimana yang tertuang
dalam syarat-syarat khusus dalam promosi jabatan berupa kompetensi manajerial dan
kompetensi substantif. Dalam pelaksanaan promosi jabatan, maka harus tunduk pada
Peraturan perundang-undangan yang ada termasuk kepada prosedur-prosedur kerja dari
Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan (BAPERJAKAT) yang merupakan suatu
badan yang membantu Bupati dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian
pegawai negeri sipil dari dan dalam jabatan struktural.

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Dalam hal mutasi pegawai negeri sipil, maka kewenangan yang ada pada pemerintah
sangat luas. Hanya pengangkatan eselon II yang perlu mendapatkan persetujuan dari
pemerintah tingkat atasnya, dan pengangkatan Sekwilda yang mendapatkan persetujuan
dari DPRD setempat. Semua pegawai negeri sipil yang akan diangkat dalam jabatan
eselon III ke bawah dalam lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa menjadi
kewenangan pemerintah daerah. Oleh sebab itu dalam hal mutasi daerah Kabupaten
Gowa, dapat dikatakan cukup mandiri dalam arti seluruh keputusan-keputusan mengenai
pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan berdasarkan kebutuhan ditetapkan sendiri
oleh pemerintah daerah tanpa intervensi dari pemerintah tingkat atasnya. Prosedur untuk
mutasi pegawai, berbeda sesuai dengan kedudukan dari mutasi tersebut. Untuk mutasi
karena promosi, maka telah ditetapkan berdasarkan perundang-undangan yang berlaku,
di mana terdapat persyaratan yang harus dipenuhi oleh pegawai yang akan di mutasi
promosi sesuai dengan pertimbangan prestasi kerja dan karier yang dimiliki, dan
mendapat proses dari BAPERJAKAT (Badan Pertimbangan Jabatan dan Pangkat) yang
terdiri dari Sekretaris Daerah, Asisten Tata Praja, Asisten Administrasi, Kepala

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 77


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

Inspektorat, Kepala Badan Kepegawaian dan Diklat Daerah dan Kepala Bidang
Perencanaan dan Mutasi pegawai negeri sipil, jadi pelaksanaan mutasi di Kabupaten
Gowa khususnya mutasi jabatan promosi di proses oleh BAPERJAKAT berdasarkan
usulan dari Kepala SKPD masing-masing. Keluasan kewenangan daerah dalam
melakukan mutasi terutama untuk promosi pegawai di lingkungan internalnya, maka
disarankan perlu kinerja yang lebih tinggi dari Baperjakat melalui kewenagan pengawasan
pembinaan kepegawaian oleh pemerintah. Agar kewenangan dan pengembangan
kemandirian daerah dalam pengangkatan pegawai dalam jabatan sesuai dengan proses dan
prosedur maka perlu di bentuk dewan etik kepegawaian, dengan kewenangan melakukan
verifikasi kelayakan pengangkatan pegawai dalam suatu jabatan oleh pemerintah.

REFERENSI
Agustina, D. M., Sunarto, M. J. D., & Jatmiko, K. 2013. Sistem Informasi Penilaian
Kinerja Pegawai pada Badan Kepegawaian dan Diklat Surabaya. Jurnal Sistem
Informasi Dan Komputer Akuntansi, 2(2), 1–6.

Bratakusumah, D. S. 2001. Otonomi penyelenggaraaan pemerintahan daerah: Deddy


Supriady Bratakusumah, Dadang Solihin. Gramedia Pustaka Utama.

Fanhar, F. T. M. 2016. Kewenangan Penjabat Kepala Daerah Dalam Melaksanakan


Mutasi Kepegawaian Dikota Bandar Lampung.

Judas, A. 2013. Mutasi Dan Promosi Jabatan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Kerja
Pegawai Pada Kanwil Ditjen Kekayaan Negara Suluttenggo Dan Maluku Utara Di
Manado. Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 1(4), 1219–
1228. https://doi.org/10.35794/emba.v1i4.2895

Karyana, A. 2014. Pengantar Ilmu Administrasi.

Krippendorf, K. 2004. Content Analysis : An Introduction To Its Methodology. Sage


Publication.

Miles, M. B., & Huberman, A. M. 1994. Qualitative data analysis: An expanded


sourcebook. sage.

Pratamaputra, N. A. A., Hidayah, N. A., & Waspodo, B. 2010. Sistem pendukung


keputusan kenaikan jabatan dengan model ahp pada biro kepegawaian di sekretariat
Negara Republik Indonesia. Studia Informatika: Jurnal Sistem Informasi, 3(1).

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 78


Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Administrasi Negara Vol.3 No.1 Tahun 2019

Putro, B. S., & Sugiyarti, S. R. 2012. Kemandirian Pengelolaan Mutasi Pns Antar Daerah
Dalam Era Otonomi Daerah. Transformasi, 14(22).

Rahman, M. 2017. Ilmu Administrasi (Vol. 1). Sah Media.

Sani, S. 2016. Sejarah Perkembangan Otonomi Daerah Di Indonesia. Jurnal Criksetra,


5(9), 79–83. http://jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/dih/article/view/278

Sarwono, E. 2011. Dan Dana Alokasi Umum ( Dau ) Terhadap Belanja Daerah Pada
Kabupaten / Kota Se Indonesia Tahun Anggaran 2010-2011.

Satoto, S. 2004. Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara.


Universitas Airlangga.

Wahyudi, J. 2014. Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil (Kajian Pra Implementasi
Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011 Tentang Penilaian Prestasi Kerja PNS
Di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Barito Timur). Jurnal Administrasi Publik
Dan Birokrasi, 1(3), 72259.

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004

Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002

Copyright@2020; JurnalMediasosian - pISSN: 2579-342X, eISSN: 2620-5149| 79

Anda mungkin juga menyukai