2. Operasi Non-Isothermal
Untuk mengkarakterisasi kinerja PFR yang tunduk pada gradien aksial dalam suhu, keseimbangan
material dan energi harus diselesaikan secara bersamaan. Ini mungkin memerlukan integrasi
numerik menggunakan paket perangkat lunak seperti E-Z Solve. Contoh 15-4 mengilustrasikan
pengembangan persamaan dan profil yang dihasilkan untuk fA, sehubungan dengan posisi (x) untuk
reaksi densitas konstan.
Contoh soal:
Reaksi fase cair A+ B → 2C dilakukan dalam PFR multi-tubulus non isotermal. Tabung reaktor
(panjang 7 m, diameter 2 cm) dikelilingi oleh pendingin yang mempertahankan suhu dinding
konstan. Reaksinya semu -orde pertama terhadap A, dengan kA = 4,03 X 10s e -5624/T, s-1. Laju aliran
massa konstan pada 0,06 kg s-1, densitas konstan pada 1,025 g cm dan suhu pada saluran masuk
reaktor (T adalah 350 K.)
(a) Kembangkan ekspresi untuk dfA/dx dan dT/dx.
(b) Plot profil fA(x) untuk temperatur dinding (Ts) berikut : 350 K, 365 K, 400 K, dan 425 K.
Data: CA0 = 0,50 mol L-1; cp = 4,2 J g-1 K·1;
∆HRA = -210 kJ mol'": U = 1,59 kW m·2 K-1.
Penyelesaian:
Pertimbangkan dekomposisi fase gas etana (A) menjadi etilen pada 750 °C dan 101 kPa (anggap
keduanya konstan) dalam PFR. Jika reaksi orde satu dengan kA = 0,534 s -1 (Froment dan
Bischoff, 1990, hlm. 351), dan τ adalah 1 s, hitunglah fA. Sebagai perbandingan, ulangi
perhitungan dengan asumsi densitas konstan. (Dalam kedua kasus, asumsikan reaksinya
ireversibel.)
Penyelesaian
Integral dalam ekspresi ini dapat dievaluasi secara analitis dengan substitusi z = 1 - fA. Hasilnya
adalah:
-fA – 2 ln(1 – fA) = kAτ = 0,534 (C)
Penyelesaian persamaan (C) menghasilkan fA = 0.361
Jika perubahan densitas diabaikan, integrasi persamaan 15.2-17, dengan (-rA) = kACA = kACAo(1
- fA), menghasilkan :
ln(1-fA) = -kAτ darimana, fA = 0,414
Reaksi fase gas antara butadiena (A) dan etena (B) dilakukan dalam PFR, menghasilkan
sikloheksena (C). Umpan mengandung jumlah equimolar dari masing-masing reaktan pada 525
°C (T0) dan tekanan total 101 kPa. Entalpi reaksi adalah - 115 k.I (mol A)- 1 dan reaksi adalah orde
satu terhadap masing-masing reaktan, dengan kA = 32.000 e -13,850/T m mol-1 s-1 Dengan asumsi
proses adiabatik dan isobarik, tentukan ruang waktu yang diperlukan untuk 25% konversi
butadiena. Data: CPA= 150 J mol-1 K-1 CPB = 80 J mol-1 K-1 CPC = 250 J mol-1 K-1
Penyelesaian:
Reaksinya adalah C4H6(A) + C2H4(B) → C6H10 (C). Karena rasio molar A terhadap B dalam umpan
adalah 1:1, dan rasio koefisien stoikiometrik juga 1:1, CA= CB selama reaksi. Menggabungkan
persamaan keseimbangan material (15.2-2) dengan hukum laju, kita peroleh:
df A df A df A
V =F A 0 ∫ =F A 0∫ =¿ F A 0∫ ¿
(−rA ) kA . cA . cB kA .c ² A
fA
df A 1 q ² dfA
¿ F A 0∫ = ∫ (A)
kA ( FA /q)² F A 0 0 kA (1−fA )²
Karena kA bergantung pada T, ia tetap berada di dalam integral, dan kita harus
menghubungkan T dengan fA. Karena densitas (dan karenanya q) berubah selama reaksi
(karena perubahan suhu dan mol total), kita menghubungkan q dengan IA dan T dengan
bantuan tabel stoikiometri dan persamaan keadaan gas ideal.
Karena pada sembarang titik dalam reaktor, q = F tRT/P, dan prosesnya isobarik, A
dihubungkan dengan laju aliran masuk q0 dengan:
q F A 0 (2−fA )T
=
q0 2 F A0T 0
q=q 0 (1−0,5 fA) T /T 0
Substitusi persamaan (E) ke (D), dan integrasikan dengan asumsi (-∆HRA) konstan, kita
peroleh :
fA
dfA
T =T 0+(−∆ H RA )∫
0 (C pA +C pB)+(C pC−C pA−C pB)fA
fA
dfA
T =798+115,000 ∫
0 230+20 fA
115,000
¿ 798+ ¿
20
¿ 798+5,750 ¿
¿