Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya
Henderson” atau yang lebih khususnya membahas model keperawatan Virginia Henderson,
serta konsep utama teori Henderson. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang definisi keperawatan menurut Virginia Henderson.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.
Tim Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
LATAR BELAKANG
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
a. Pengertian hakikat
b. Pengertian manusia
c. Proses penciptaan manusia
d. Tujuan penciptaan manusia
e. Fungsi dan peran manusia
f. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hamba allah
g. Hakikat Manusia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Hakikat
Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (mengenai Tuhan), maka hakikat ini
pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan
diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan Allah. (Abdurrahman
Siddik Al Banjari ,1857 kitab Amal Ma`rifat).
2. Pengertian manusia
Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut
kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa
Allah
menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.
Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah,
kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk
Allah
SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.
Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan
menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan
mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.
Dalam tulisan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaiman Islam
memandang Manusia baik dari sisi dari apa manusia diciptakan, bagaiman proses
penciptaanya? bagaiman tugas manusia diciptakan kemudian bagaimana kedudukan
manusia
di hadapan Allah SWT.
Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan
dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun
(tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al
An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar
Rahman (55):4).
Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah
melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini,
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang
tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah
beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke
dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan
40 hari mudghah.
Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa
di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.
A. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada
satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-
sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur
karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai
dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga
gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu
sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil
darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik
mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).
Fungsi dan peranan manusia berpedoman kepada QS Al Baqarah ayat 30-36, maka
peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah.Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah
SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini.
Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena
itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi
sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar
maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia,
yaitu :
1. Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu
dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun
perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan
pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan
tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
2. Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir
nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya
yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum
dalam QS Al A’raf : 17 “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
3. Manusia sebagai khalifah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di
hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan,
yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara
alam.Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi.Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya m,engolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah.
Pertama, Tuhan memilih manusia sebagai wakil-Nya (khalifah) di bumi, yang berarti
bahwa Dia memberi manusia kekuatan untuk menguasai bumi, tetapi dengan syarat
bahwa mereka tetap taat pada Tuhan, menjadi hamba Tuhan (‘abd Allah).
Kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama
hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan perwujudan dari
pelaksanaan pengabdian kepadaNya (’abdullah).
Kedua, sebagai hamba dan khalifah-Nya, manusia menjadi pasif, tunduk pada
kehendak Tuhan, di satu sisi, dan aktif sebagai agen Tuhan serta melakukan kehendak
Tuhan di dunia, di sisi lain. Amanah hamba terhadap Tuhannya, yakni sesuatu yang
harus dipelihara dan dijaga oleh manusia, yang berupa mengikuti segala perintahNya
dan menjauhi segala laranganNya, serta menggunakan alat-alat potensialnya dan
anggota badannya dalam berbagai aktivitas yang bisa menimbulkan kemanfaatan
baginya dan dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga bila manusia
melanggarnya, maka berarti dia berkhianat kepada Tuhannya
7. Hakikat Manusia
Dalam konsepsi islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu
dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur
jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali
pada hari kiamat (QS. Yasin, 36 : 78-79). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih
mulia dari malaikat (QS. Al-Hiijr, 15 : 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya makhluk
yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat Al-
Qur’an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspeknya, termasuk pula
dengan nama-nama yang diberikan Al-Qur’an untuk mnyebut manusia, setidakya terdapat
lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan
atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.
Banyak orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang
memandang dari sudut pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada yang memandang
dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Hakikat manusia sebagai makhluk yang
mulia ciptaan Allah SWT memberikan makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu
dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna
penciptaannya. Manusia tidak mempunyai peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia.
Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa
dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan-ketentuan yang telah
diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa
hal diantaranya:
a) Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.
b) Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia
ada untuk mengadakan sesuatau yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul
segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika didalam kehidupannya.
c) Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan dari
kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan
d) Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya.
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi
Kesimpulannya bahwa hakikat manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar
belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Sedangkan dalam islam sendiri hakikat manusia didasari pada apa yang diterangkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu
sendiri. Hakikat manusia dalam islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk
mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.
Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
BAB III
1. Kesimpulan
Setelah memaparkan dan menganalisis tentang penafsiran ayat-ayat
penciptaan manusia dalam al-Qur’an menurut pandangan Nasr Hamid Abu
Zayd, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Hakikat penciptaan manusia menurut al-Qur’an ialah sebagai khalifah,
yakni sebagai pengganti Allah di muka bumi ini. Menurut Ahmad Musthafa al-
Maraghi, penciptaan manusia pada surat al-‘Alaq, bahwa Allah menciptakan manusia
dari segumpal darah (‘alaq), kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam.
Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan menguasai
apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Menurut Ibnu Katsir
penciptaan manusia merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah kepada para
hambanya dan nikmat pertama
yang diberikan Allah kepada mereka. Kemudian Allah mengajarkan mereka sesuatu
yang tadinya tidak di ketahui, menjadi tahu. Maka Allah mengangkat dan memuliakan
mereka dengan ilmu pengetahuan. Menurut Abudin Nata proses penciptaan manusia
bertujuan untuk member kesadaran kepada manusia bahwa dirinya adalah makhluk
yang diciptakan oleh Allah, dan selanjutnya ia harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat
menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya, rendah hati, beribadah dan
beramal shalih.
Daftar Pustaka
.
.
.
.
.
.
.