Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AGAMA

Hakikat dan Proses penciptaan manusia

Ahmad Fathur Rahman (2114401044)

Alvina Ariana (2114401048)

Alfina dwi sovia (2114401046)

Dhita Ferdamaiarza (2114401029)

Irma Indri Lestari (2114401032)

Muhammad Ali Mahfudz (2114401034)

Marseli Intan Maharani (2114401035)

KEMENTRIAN KESEHATAN INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN


TANJUNG KARANG PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
TANJUNGBKARANG TANJUNG KARANG TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya

Makalah ini berisikan informasi tentang definisi keperawatan menurut Virginia

Henderson” atau yang lebih khususnya membahas model keperawatan Virginia Henderson,
serta konsep utama teori Henderson. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang definisi keperawatan menurut Virginia Henderson.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Amin.

Tim Penyusun,

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i

DAFTAR ISI ..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................

1.2 Perumusan Masalah........................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian hakikat………………………………………...............

2.2 Pengertian manusia………………………………..........................

2.3 Proses penciptaan manusia………………………………..............

2.4 Tujuan penciptaan manusia…………………………….................

2.5 Fungsi dan peran manusia…………………………………...........

2.6 Tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hamba allah…….

2.7 Hakikat Manusia.............................................................................

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan.....................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

LATAR BELAKANG

1. Latar Belakang

Al-Qur‟an diperuntukan bagi penentu jalannya kehidupan manusia dan


alam semesta. Di dalamnya terkandung makna dan petunjuk kehidupan
menembus dimensi ruang dan waktu, atau dengan kata lain al-Qur‟an merupakan
ensiklopedia kehidupan dalam rangka menunjukan kebahagian dan kesejahteraan
hakiki. Karena al-Qur‟an memiliki lintas dimensi ruang dan waktu, maka wajar
jika al -Qur‟an memuat pesan-pesan Ilahi dalam bentuk global. Oleh karena itu
diperukan penjelasan lebih rinci mengenai maksud yang terkandung di dalam
pesan Ilahiyah tersebut. Dalam proses perjalanan manusia tidak terlepas dengan
dimensi-dimensi
non material. Pengalaman spiritual dan kondisi psikologis adalah bentuk dimensi
lain dalam diri kita yang tidak bisa kita lepaskan. Semuanya mengalami proses
pertumbuhan dengan tujuan yang jelas

2. Rumusan Masalah
a. Pengertian hakikat
b. Pengertian manusia
c. Proses penciptaan manusia
d. Tujuan penciptaan manusia
e. Fungsi dan peran manusia
f. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hamba allah
g. Hakikat Manusia
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hakikat 
Hakikat artinya i`tikad atau kepercayaan sejati (mengenai Tuhan), maka hakikat ini
pekerjaan hati. Sehingga tidak ada yang dilihat didengar selain Allah, atau gerak dan
diam itu diyakini dalam hati pada hakikatnya adalah kekuasaan Allah. (Abdurrahman
Siddik Al Banjari ,1857 kitab Amal Ma`rifat).

~ Hakikat; adalah kebenaran, kenyataan (Poerwadarminta,1984) hakekat menyaring


dan memusatkan aspek-aspek yang lebih rumit menjadi keterangan yang gamblang
dan ringkas, hakikat mengandung pengertian-pengertian kedalam aspek yang penting
dan instrinsik dari benda yang dianalisa (Konsep Dasain Interior II, Olih Solihat
Karso).
~ Hakikat berasal dari kata arab haqqo, yahiqqu, haqiqotan yang berarti kebenaran
sedangkan dalam kamus ilmiah disebutkan bahwa hakikat adalah: Yang sebenarnya;
sesungguhnya; keadaan yang sebenarnya (Partanto, pius A, M. Dahlan al barry,
Kamus Ilmiah Populer, 1994, Arkola, Surabaya).
~ Istilah bahasa hakikat berasal dari kata “Al-Haqq”, yang berarti kebenaran. Kalau
dikatakan Ilmu Hakikat, berarti ilmu yang digunakan untuk mencari suatu kebenaran.
Hakikat yang berarti kebenaran atau benar-benar ada, orang-orang sufi menjadikan
Allah sebagai sumber kebenaran, dan meyakini seyakin-yakinya, tiada yang lebih
indah kecuali mencitai Allah swt dan mentaatinya. Hakekat ini akan di akan dicapai
seseorang setelah mencapai makrifat yang sebenar-benarnya dalam tingatan ini benar-
benar tiada tabir atau hijab dengan Allah artinya sinyal kita benar nyambung kepada
Allah, sehingga ada diantara kita yang memiliki indra ke 6.

2. Pengertian manusia

Manusia, pada hakikatnya sebagai salah satu makhluk ciptaan Allah SWT, menurut
kisah yang diterangkan dalam sumber utama ajaran Islam yaitu Al-Quran, bahwa
Allah
menciptakan manusia berikut dengan tugas-tugas mulia yang diembanya.
Islam menjelaskan bahwa Allah SWT menciptakan manusia berasal dari tanah,
kemudian menjadi nutfah, alaqah, dan mudgah sehingga akhirnya menjadi makhluk
Allah
SWT yang paling sempurna dan memiliki berbagai kemampuan.
Allah SWT sudah menciptakan manusia ahsanu taqwim, yaitu sebaik-baik cipta dan
menundukkan alam beserta isinya bagi manusia agar manusia dapat memelihara dan
mengelola serta melestarikan kelangsungan hidup di alam semesta ini.
Dalam tulisan ini penulis ingin mengkaji lebih dalam tentang bagaiman Islam
memandang Manusia baik dari sisi dari apa manusia diciptakan, bagaiman proses
penciptaanya? bagaiman tugas manusia diciptakan kemudian bagaimana kedudukan
manusia
di hadapan Allah SWT.

3. Proses penciptaan manusia

KH.Mustholimin Al Wiyani dalam tausiyahnya membahas tentang


Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an
Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang
berbeda, yaitu:

Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan
dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun
(tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya,
kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al
An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar
Rahman (55):4).
Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah
melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini,
manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang
tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah
beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian
dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang
belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang
diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke
dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan
40 hari mudghah.

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa
di antaranya sebagai berikut:
1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya
(spermazoa).
2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.
3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.
4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

A. Setetes Mani
Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada
satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-
sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur
karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai
dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga
gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu
sperma saja.
Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil
darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :
“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik
mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

B. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim


Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah
yang disebut ‘alaqah.
“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).
Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel
tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan
membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya
dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.
Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat
pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya.
Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh
sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an
terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah
menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab
adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah
digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap
darah.

C. Pembungkusan Tulang oleh Otot


Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-
tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang
ini.
“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami
jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu
tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia
makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling
Baik” (QS Al Mu’minun:14)
Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk
secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat
ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan
mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah
mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.
Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim
ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama,
jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih
dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.
D. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani
Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di
Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan
bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan
segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat.
Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).
(Tris)
4. Tujuan penciptaan manusia

Tujuan penciptaan manusia adalah untuk penyembahan Allah. Pengertian


penyembahan kepada Allah tidak boleh diartikan secara sempit, dengan hanya
membayangkan aspek ritual yang tercermin salam solat saja. Penyembahan berarti
ketundukan manusia pada hukum Allah dalam menjalankan kehidupan di muka bumi,
baik ibadah ritual yang menyangkut hubungan vertical (manusia dengan Tuhan)
maupun ibadah sosial yang menyangkut horizontal ( manusia dengan alam semesta
dan manusia).
Allah menciptakan manusia untuk mengenal-Nya. Jika kita mengenal Allah kita akan
ikhas beribadah kepada-Nya, karena Allah tidak membutuhkan sedikitpun pada
manusia termasuk pada ritual-ritual penyembahannya,Keberadaan manusia di muka
bumi ini bukanlah untuk main-main, senda gurau, hidup tanpa arah atau tidak tahu
dari mana datangnya dan mau kemana tujuannya. Manusia yang merupakan bagian
dari alam semesta inipun diciptakan untuk suatu tujuan. Allah menegaskan bahwa
penciptaan manusia dalam firman-Nya surat adz-Dzariyat : 56
Dari ayat tersebut dapat diambil pemahaman bahwa, kedudukan manusia dalam
sistem penciptaannya adalah sebagai hamba Allah. Kedudukan ini berhubungan
dengan hak dan kewajiban manusia di hadapan Allah sebagai penciptanya. Dan tujuan
penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Penyembahan
manusia kepada Allah lebih mencerminkan kebutuhan manusia terhadap terhadap
terwujudnya sesuatu kehidupan dengan tatanan yang baik dan adil. Karena manusia
yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu menggunakan
potensi yang dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada
Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka
manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang berkualitas di
muka bumi ini sesuai dengan fitrahnya masing-masing. Secara rinci, sebab-sebab
kemulian manusia itu adalah:
a. Bahwa manusia tidak berasal dari jenis hewan sebagaimana dikatakan dalam teori
evolusi, melainkan berasal dari Adam yang diciptakan dari tanah.
b. Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki bentuk fisik yang lebih
baik,sekalipun ini bukan perbedaan yang fundamental (Q.S at-Tin:4).
c. Manusia mempunyai jiwa dan rohani, yang didalamnya terdapat rasio, emosi dan
konasi. Dengan akal, manusia berfikir dan berilmu, dan dengan ilmu manusia menjadi
maju. Bahkan dengan ilmu manusia menjadi lebih mulia daripada jin dan malaikat,
sehingga mereka diminta oleh Allah untuk sujud, menghormati kepada manusia,yakni
Adam a.s (Q.S al-Baqarah: 31 34).
d. Untuk mencapai kemulian martabat manusia tersebut, manusia perlu berusaha
sepanjang hidupnya melawan hawa nafsunya sendiri yang mendorong pada
kejahatan.Hal ini berbeda dengan binatang yang hanya hidup hanya menuruti insting
nafsunya karena tidak mempunyai akal, dan malaikat yang selalu berbuat baik secara
otomatis karena tidak memiliki hawa nafsu.
e. Manusia diangkat oleh Allah sebagai khalifah di muka bumi dengan tugas menjadi
penguasa yang mengelola dan memakmurkan bumi beserta isinya dengan sebaik-
baiknya (Q. S al-Baqarah : 30)
f. Diciptakannya segala sesuatu di muka bumi ini oleh Allah adalah untuk
kepentingan manusia itu sendiri (Q.S al-Baqarah: 29)
g. Manusia diberi beban untuk beragama (Islam) sebagai pedoman dalam
melaksanakan tugas kekhalifaannya. Karenanya, manusia akan diminta pertanggung
jawaban atas pelaksanaan tugasnya tersebut (Q.S al-Qiyamah: 36)

5. Fungsi dan Peran Manusia

Fungsi dan peranan manusia berpedoman kepada QS Al Baqarah ayat 30-36, maka
peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam
membudayakan ajaran Allah.Dalam pandangan Islam, sebagai makhluk ciptaan Allah
SWT manusia memiliki tugas tertentu dalam menjalankan kehidupannya di dunia ini. 

Agama Islam mengajarkan bahwa manusia memiliki dua predikat, yaitu sebagai
hamba Allah (`abdullah) dan sebagai wakil Allah (khalifatullah) di muka bumi.
Sebagai hamba Allah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan. Oleh karena
itu, tugasnya hanya menyembah kepada-Nya dan berpasrah diri kepada-Nya. Tetapi
sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha Besar
maka manusia sebagai wakil-Nya di muka bumi memiliki tanggung jawab dan
otoritas yang sangat besar
Di dalam Al Qur’an disebutkan fungsi dan peranan yang diberikan Allah kepada manusia,
yaitu :
1.      Menjadi abdi Allah. Secara sederhana hal ini berarti hanya bersedia mengabdi kepada
Allah dan tidak mau mengabdi kepada selain Allah termasuk tidak mengabdi kepada nafsu
dan syahwat. Yang dimaksud dengan abdi adalah makhluk yang mau melaksanakan apapun
perintah Allah meski terdapat resiko besar di dalam perintah Allah. Abdi juga tidak akan
pernah membangkang terhadap Allah. Hal ini tercantum dalam QS Az Dzariyat : 56“Dan
tidak Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu”
2.      Menjadi saksi Allah. Sebelum lahir ke dunia ini, manusia bersaksi kepada Allah bahwa
hanya Dialah Tuhannya.Yang demikian dilakukan agar mereka tidak ingkar di hari akhir
nanti. Sehingga manusia sesuai fitrahnya adalah beriman kepada Allah tapi orang tuanya
yang menjadikan manusia sebagai Nasrani atau beragama selain Islam. Hal ini tercantum
dalam QS Al A’raf : 17  “Dan (ingatlah), keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):”Bukankah Aku ini
Tuhanmu?”. Mereka menjawab:”Betul (Engkau Tuhan Kami),kami menjadi saksi”.(Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:”Sesungguhnya kami
(Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini(keesaan Tuhan)”
3. Manusia sebagai khalifah
Sebagai makhluk Allah, manusia mendapat amanat yang harus di pertanggung jawabkan di
hadapan-Nya.Tugas hidup yang di pikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifahan,
yaitu tugas kepemimpinan; wakil Allah di muka bumi untuk mengelola dan memelihara
alam.Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan. Manusia menjadi
khalifah, berarti manusia memperoleh mandate Tuhan untuk mewujudkan kemakmuran di
muka bumi.Kekuasaan yang di berikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan
dirinya m,engolah dan mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan
hidupnya sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan oleh Allah.

6. Tanggung jawab manusia sebagai khalifah dan hamba allah

Pertama, Tuhan memilih manusia sebagai wakil-Nya (khalifah) di bumi, yang berarti
bahwa Dia memberi manusia kekuatan untuk menguasai bumi, tetapi dengan syarat
bahwa mereka tetap taat pada Tuhan, menjadi hamba Tuhan (‘abd Allah).
Kekhalifahan merupakan tugas suci dan amanah dari Allah sejak manusia pertama
hingga manusia pada akhir zaman yang akan datang, dan merupakan perwujudan dari
pelaksanaan pengabdian kepadaNya (’abdullah).

Kedua, sebagai hamba dan khalifah-Nya, manusia menjadi pasif, tunduk pada
kehendak Tuhan, di satu sisi, dan aktif sebagai agen Tuhan serta melakukan kehendak
Tuhan di dunia, di sisi lain. Amanah hamba terhadap Tuhannya, yakni sesuatu yang
harus dipelihara dan dijaga oleh manusia, yang berupa mengikuti segala perintahNya
dan menjauhi segala laranganNya, serta menggunakan alat-alat potensialnya dan
anggota badannya dalam berbagai aktivitas yang bisa menimbulkan kemanfaatan
baginya dan dapat mendekatkan diri kepada Tuhannya, sehingga bila manusia
melanggarnya, maka berarti dia berkhianat kepada Tuhannya

7. Hakikat Manusia
Dalam konsepsi islam, manusia merupakan satu hakikat yang mempunyai dua dimensi, yaitu
dimensi material (jasad) dan dimensi immaterial (ruh, jiwa, akal dan sebagainya). Unsur
jasad akan hancur dengan kematian, sedangkan unsur jiwa akan tetap dan bangkit kembali
pada hari kiamat (QS. Yasin, 36 : 78-79). Manusia adalah makhluk yang mulia, bahkan lebih
mulia dari malaikat (QS. Al-Hiijr, 15 : 29). Bahkan manusia adalah satu-satunya makhluk
yang mendapat perhatian besar dari Al-Qur’an, terbukti dengan begitu banyaknya ayat Al-
Qur’an yang membicarakan hal ikhwal manusia dalam berbagai aspeknya, termasuk pula
dengan nama-nama yang diberikan Al-Qur’an untuk mnyebut manusia, setidakya terdapat
lima kata yang sering digunakan Al-Qur’an untuk merujuk kepada arti manusia, yaitu insan
atau ins atau al-nas atau unas, dan kata basyar serta kata bani adam atau durriyat adam.

Banyak orang menyelidiki manusia dari berbagai sudut pandang, ada yang
memandang dari sudut pandang budaya disebut Antropologi Budaya, ada yang memandang
dari segi hakikatnya disebut Antropologi Filsafat. Hakikat manusia sebagai makhluk yang
mulia ciptaan Allah SWT memberikan makna bahwa penciptaan merupakan pihak penentu
dan yang diciptakan adalah pihak yang ditentukan, baik mengenai kondisi maupun makna
penciptaannya. Manusia tidak mempunyai peranan apapun dalam proses dan hasil penciptaan
dirinya. Oleh karena itu ketidakmampuan manusia itu merupakan peringatan bagi manusia.
Seperti halnya manusia tidak ikut menentukan atau memilih orang tuanya, suku atau bangsa
dan lain-lain. Oleh karenanya manusia harus menyadari atas ketentuan-ketentuan yang telah
diberikan oleh Allah SWT. Sebagai makhluk yang mulia, manusia dapat dilihat dari beberapa
hal diantaranya:

a) Manusia adalah makhluk yang keberadaanya di dunia ini untuk mengadakan sesuatu,
artinya seorang manusia mempunyai tugas bekerja dalam hidupnya.

b) Manusia ada untuk berbuat yang baik dan membahagiakan manusia, artinya manusia
ada untuk mengadakan sesuatau yang benar serta bermanfaat, dari sanalah muncul
segala bentuk karya manusia meliputi kreatifitas dan dinamika didalam kehidupannya.

c) Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan dalam hidup, artinya kebebasan
manusia nampak melalui aneka kreasi dalam segala segi kehidupan dan dari
kebebasan itulah muncul berbagai kegiatan

d) Manusia adalah makhluk yang bertanggung jawab. Dalam diri manusia ada
kesadaran untuk mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dalam hidupnya.
Misalnya dalam salah satu wujud kesadaran religius, bahwa manusia harus
mempertanggungjawabkan perbuatannya pada ilahi

e) Manusia adalah makhluk yang mempunyai keterbatasan, walaupun manusia adalah


makhluk mulia.

Kesimpulannya bahwa hakikat manusia yang sebenarnya adalah sesuatu yang melatar
belakangi keberadaanya di dunia ini sebagai manusia yang terdiri dari jasmani dan rohani.
Sedangkan dalam islam sendiri hakikat manusia didasari pada apa yang diterangkan
dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah atau melalui pengenalan asal kejadian manusia itu
sendiri. Hakikat manusia dalam islam merupakan suatu keberadaan yang mendasari
diciptakannya manusia yang telah diberi untuk mengatur bumi (Khalifah) yaitu untuk
mengabdi atau beribadah kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.
Adh-Dhariyat [51:56] yang artinya “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”.
BAB III

1. Kesimpulan
Setelah memaparkan dan menganalisis tentang penafsiran ayat-ayat
penciptaan manusia dalam al-Qur’an menurut pandangan Nasr Hamid Abu
Zayd, maka penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut :
Hakikat penciptaan manusia menurut al-Qur’an ialah sebagai khalifah,
yakni sebagai pengganti Allah di muka bumi ini. Menurut Ahmad Musthafa al-
Maraghi, penciptaan manusia pada surat al-‘Alaq, bahwa Allah menciptakan manusia
dari segumpal darah (‘alaq), kemudian mengajari manusia dengan perantaraan qalam.
Kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan menguasai
apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia. Menurut Ibnu Katsir
penciptaan manusia merupakan rahmat pertama yang diberikan Allah kepada para
hambanya dan nikmat pertama
yang diberikan Allah kepada mereka. Kemudian Allah mengajarkan mereka sesuatu
yang tadinya tidak di ketahui, menjadi tahu. Maka Allah mengangkat dan memuliakan
mereka dengan ilmu pengetahuan. Menurut Abudin Nata proses penciptaan manusia
bertujuan untuk member kesadaran kepada manusia bahwa dirinya adalah makhluk
yang diciptakan oleh Allah, dan selanjutnya ia harus mempertanggungjawabkan
perbuatannya kelak di akhirat. Kesadaran ini selanjutnya diharapkan dapat
menimbulkan sikap merasa sama dengan manusia lainnya, rendah hati, beribadah dan
beramal shalih.
Daftar Pustaka
.
.
.
.
.
.
.

Anda mungkin juga menyukai