“ HAJI ”
Makalah Ini disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqih
Dosen Pengampu: Khusnul Khotimah, S. Pd., M. Pd.
Disusun oleh :
2021
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT. karena atas taufik dan
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Haji ini. Shalawat serta
salam senantiasa kita sanjungkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW,
keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga kini. Dan Semoga kita termasuk dari
golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya
makalah Haji ini. Harapan kami semoga makalah Haji yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca,
menambah wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah Haji ini menjadi lebih baik lagi.
Kami sadar bahwa kami ini tentunya tidak lepas dari banyaknya kekurangan,
baik dari aspek kualitas maupun kuantitas dari bahan penelitian yang dipaparkan.
Semua ini murni didasari oleh keterbatasan yang dimiliki kami. Oleh sebab itu,
kami membutuhkan kritik dan saran kepada segenap pembaca yang bersifat
membangun untuk lebih meningkatkan kualitas di kemudian hari.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C.Tujuan Makalah ..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................................3
A. Pengertian Haji...........................................................................................................3
B. Hukum Haji.................................................................................................................3
C. Syarat dan Rukun Haji ................................................................................................4
D. Jenis-jenis Haji ...........................................................................................................8
E. Keutamaan Haji ..........................................................................................................9
BAB III PENUTUP ..............................................................................................................11
A. Kesimpulan ..............................................................................................................11
B. Saran ........................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang-orang Arab pada zaman jahiliah telah mengenal ibadah haji ini yang
mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan di sana-
sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti tawaf, sa’i,
wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja pelaksanaannya banyak yang tidak sesuai
lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki
segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan
petunjuk syara’ (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur’an dan sunah
rasul.
Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang
dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama nabi Ibrahim (nabinya
agama Tauhid). Ritual tawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh
umat-umat sebelum nabi Ibrahim. Ritual sa’i, yakni berlari antara bukit Shafa dan
Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka’bah yang sudah menjadi satu kesatuan
Masjidil Haram, Mekkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua nabi
Ibrahim ketika mencari susu untuk anaknya nabi Ismail. Sementara wukuf di
Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya nabi Adam dan Siti
Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas
di dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1
C.Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui apa pengertian haji?
2. Untuk mengetahui apa hukum haji?
3. Untuk mengetahui apa saja syarat dan rukun haji?
4. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis haji?
5. Untuk mengetahui apa keutamaan menunaikan ibadah haji
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Arti kata haji berasal dari bahasa Arab hajja-yahujju-hujjan, yang berarti
qoshada, yakni bermaksud atau berkunjung. Sedangkan dalam istilah agama, haji
adalah sengaja berkunjung ke Baitullah Al-Haram (Ka’bah) di Makkah Al-
Mukarromah untuk melakukan serangkaian amalan yang telah diatur dan ditetapkan
oleh Allah SWT sebagai ibadah dan persembahan dari hamba kepada Tuhan.1 Haji
adalah sengaja mengunjungi Baitullah untuk melakukan serangkaian ibadah
ditempat-tempat tertentu pada waktu tertentu dan cara-cara tertentu dengan
mengharap ridha Allah SWT.
Menurut istilah, haji adalah sengaja mengunjungi Ka’bah dengan niat
beribadah pada waktu tertentu dengan syarat-syarat dan dengan cara-cara tertentu
pula. Haji juga diartikan menyengaja ke Mekah untuk menunaikan ibadah tawaf,
sa’i, wukuf di Arafah dan menunaikan rangkaian manasik dalam rangka memenuhi
perintah Allah Swt. dan mencari ridha-Nya.
B. Hukum Haji
Haji merupakan rukun Islam yang kelima. Hukum melaksanakan ibadah haji
adalah wajib bagi yang mampu melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan dalam
al-Qur’ān surat Ali Imran ayat 97. Allah Swt. berfirman:
ٌُنما َتاات تُ تهلتيَ تْ تُ يم َِ يٌ تِا َِه تب تُمتا َق ٌتهاِنتاَي ٌ تاَي ِِه ِي
ِ َِىلتع تْ ِ لِل ِ ها تِْ َِ ت يه ِي ا ي ا ت تطا تْ تُ ِم ا يْت يه
ِ ْ ُِّ ِج ا نلِل
ان ت م
َ ِت ِنالِل تَرت تِ تْ تُ يم ا ييتا ت ِاهمت ى ِتم ت
ٌّنِ َن لِل ت
1
Moch.Syarif Hidayatullah,Buku Pintar…, H. 224.
3
ewajiban haji), Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu)
dari semesta alam.” (Q.S. Ali Imran/3:97)
Kewajiban haji adalah sekali dalam seumur hidup. Apabila ada yang
melaksanakan haji lebih dari sekali, hukumnya sunah. Hal ini didasarkan pada hadis
Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra. sebagai berikut.
Syarat haji terbagi ke dalam dua bagian, yaitu syarat wajib haji dan syarat sah
haji. Syarat haji ialah perbuatan-perbuatan yang harus dipenuhi sebelum ibadah haji
dilaksanakan. Apabila syarat-syaratnya tidak terpenuhi, gugurlah kewajiban haji
seseorang.
Para ulama ahli fikih sepakat bahwa syarat wajib haji adalah sebagai berikut.
1) Islam.
2) Berakal (tidak gila).
3) Balig.
4) Ada muhrimnya.
5) Mampu dalam segala hal (misalnya dalam hal biaya, kesehatan, keamanan, dan
nafkah bagi keluarga yang ditinggalkan).
4
b. Syarat Sah Haji
Sedangkan syarat sah haji adalah sebagai berikut.
a. Islam.
2. Rukun Haji
2
M.Hamdan Rasyid,Agar Haji & Umrah Bukan Sekedar Wisata,Editor.Kartini Dan
Suanti,(Depok:Zhita Press,2011),Cet 1,H.25-26.
5
a. Ihram
Ihram adalah berniat mengerjakan ibadah haji atau umrah yang ditandai
dengan mengenakan pakaian ihram yang berwarna putih dan membaca lafaz,
“Labbaika Allahumma hajjan.” (bagi yang akan melaksanakan ibadah haji), dan
membaca lafaz, “Labbaika Allahumma umratan.” (bagi yang berniat umrah).
Ibadah haji dan umrah harus diawali dengan ihram. Apabila dengan sengaja
jamaah miqat tanpa ihram, maka dia harus kembali ke salah satu miqat untuk
berihram. Apabila jamaah telah berihram, maka sejak itu berlaku semua larangan
ihram sampai tahallul.
b. Wukuf
c. Tawaf
6
Tawaf dimulai dari Hajar Aswad dan diakhiri di Hajar Aswad pula, dilakukan
sebanyak tujuh kali putaran.3
d. Sa’i
Sa’i adalah berlari-lari kecil antara bukit Shofa dan bukit Marwah sebanyak
tujuh kali yang dimulai dari bukit Shafa dan berakhir di bukit Marwah. Sa’i
dilakukan setelah pelaksanaan ibadah tawaf.
3
Moch. Syarif Hidayatullah, Buku Pintar…, H. 224.
7
e. Tahallul
f. Tertib
D. Jenis-jenis Haji
Dari segi pelaksanaannya, ibadah haji terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu:
1. Haji Tamattu’
2. Haji Ifrad
Haji ifrad adalah berihram dan berniat dari miqat hanya untuk haji. Dengan
kata lain, mengerjakan haji terlebih dahulu kemudian mengerjakan umrah. Jenis
haji ini cukup sulit dilaksanakan bagi jamaah haji Indonesia, terutama yang tidak
terbiasa mengenakan kain ihram. Sebab, semenjak jamaah tiba di Mekkah, mereka
tidak boleh melepas kain ihram hingga tiba hari raya Idul Adha atau setelah
pelontaran jumrah aqabah. Jemaah yang melaksanakan ibadah haji ifrad tidak
diwajibkan membayar dam.
3. Haji Qiran
8
Haji qiran adalah melaksanakan haji dan umrah dengan satu kali ihram.
Artinya, apabila seorang jamaah haji memilih jenis haji ini, maka jamaah tersebut
berihram dari miqat untuk haji dan umrah secara bersamaan. Jamaah yang
melakukan jenis haji ini diwajibkan memotong hewan qurban.
E. Keutamaan Haji
Setiap ibadah yang diperintahkan Allah Swt. memiliki hikmah dan keutamaan-
keutamaan yang satu dengan lainnya berbeda-beda sebagai bentuk saling
melengkapi dan menyempurnakan. Adapun yang termasuk keutamaan-keutamaan
ibadah haji di antaranya adalah sebagai berikut.
Ketika Rasulullah saw. ditanya mengenai amal yang paling utama, maka
beliau menjelaskan bahwa amal yang paling utama adalah beriman kepada Allah
Swt. dan Rasul-Nya, berjihad di jalan Allah, dan haji yang mabrur. Adapun haji
yang mabrur maksudnya adalah orang yang sekembalinya dari melaksanakan
ibadah haji perilakunya berubah menjadi lebih baik.
“Ya Rasulullah, bolehkah kami ikut berperang dan berjihad bersama engkau
semua?’ Jawab Rasul, ‘Bagi engkau ada jihad yang lebih baik dan lebih indah,
yaitu haji, haji yang mabrur.’ Ujar A’isyah ra. pula, ‘Setelah mendengar jawaban
dari Rasulullah saw. ini aku tak pernah lagi meninggalkan ibadah haji.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
Diriwayatkan dari Amar bin Ash, “Tatkala Allah Swt. telah menanamkan di
hatiku, aku datang menemui Rasulullah saw. lalu berkata, ‘Ulurkanlah tanganmu
agar aku berbaiat kepadamu.’ Rasulullah pun mengulurkan tangannya, tetapi aku
masih mengatupkan telapak tanganku. Maka beliau bertanya, ‘Bagaimana engkau
ini wahai Amar?’ Ujarku, ‘Aku akan mengajukan syarat.’ ‘Apa syaratnya?’ Tanya
9
Rasulullah. ‘Yaitu agar aku diampuni.’ Ujarku. Maka beliau bersabda, ‘Tidaklah
engkau tahu bahwa Islam itu menghapuskan keadaan sebelumnya, begitu juga
hijrah menghapuskan apa yang sebelumnya, juga haji menghapuskan apa yang
sebelumnya.” (HR. Muslim)
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Umrah kepada umrah menghapuskan dosa yang terdapat di antara
keduanya, sedang haji yang mabrur tidak ada ganjarannya selain surga.” (HR.
Bukhari Muslim)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haji adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan
kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur
hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial
mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama
ketidakhadiran mereka. Ini adalah satu dari lima Rukun Islam, di samping syahadat,
salat, zakat, dan puasa.
B. Saran
Para jamaah haji disarankan untuk banyak minum air dan mengonsumsi
makanan bergizi untuk menjaga kesehatan.
11
DAFTAR PUSTAKA
Kementerian Agama RI. 2011. Islam Rahmatan Lil’alamin. Jakarta: Kementerian
Agama RI.
Khairiyah, Nelty & Zen, Endi Suhendi. 2017. Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
12