Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRATIKUM

KIMIA ANORGANIK

TOPIK 3

PENGARUH LIGAN TERHADAP WARNA ION KOMPLEKS

Disusun Oleh :

MARIA FITRIANI EWO

193030208037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
TAHUN 2021
I. TOPIK PERCOBAAN
Pengaruh ligan terhadap warna ion kompleks
II. TUJUAN PERCOBAAN
untuk mempelajari pengaruh ligan terhadap warna ion komplek
III. DASAR TEORI
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam
lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3
melalui atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion
monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti
NO2-, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin
C5H5N. Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi
kestabilan kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a.  kekuatan basa dari ligan itu,
b.  sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c.  efek-efek sterik (ruang).
Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan
mempunyai arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara
khusus. Istilah ‘efek sepit’ mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit,
yaitu kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah
lebih stabil dibanding kompleks padanannya dengan ligan-ligan monodentat.
Semakin banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan
kompleks. Efek sepit ini sering dapat disebabkan oleh kenaikan entropi yang
menyertai penyempitan; dalam hubungan ini, penggantian molekul-molekul air
dari ion terhidrasi haruslah diingat-ingat. Efek sterik yang paling umum adalah
efek yang menghambat pembentukan kompleks yang disebabkan oleh adanya
suatu gugusan besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom
penyumbang.
Ligan monodentat adalah ligan yang hanya mampu menyumbangkan satu
pasang elektron bebas saja atau dengan kata lain hanya dapat membentuk satu
ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam pusat. Kebanyakan ligan adalah
monodentat, misalnya dalam hal ini adalah Cl-, C2O42-, H2O, NH3, SO42-, dan
SCN-. Contoh lainnya Br- dan OH-.  Walaupun ion atau molekul ini memiliki
lebih dari satu pasang elektron bebas tetapi yang dapat disumbangkan ke ion
logam pusat hanya satu pasang (mono : satu, dent : gigi).
Ligan bidentat dapat menyumbangkan dua pasang elektron bebasnya pada ion
logam pusat (memiliki dua ”gigi”) sehingga membentuk dua ikatan kovalen
koordinasi.
Ligan Polidentat (multidentat) adalah Suatu molekul yang dapat
menyumbangkan lebih dari tiga pasang elektron bebas atau ligan yang memiliki
dua atau lebih atom sehingga dapat mengisi dua atau lebih orbital d ion logam,
ligan polidentat (bahasa latin: bergigi banyak). Oleh karena ligan polidentat dapat
mencengkram ion logam dengan dua atau lebih atom donor, ligan polidentat juga
dikenal sebagai zat pengkelat.
Salah satu sifat unsur transisi yang sangat menarik adalah kemampuannya
untuk membentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat digunakan untuk
mendemonstrasikan berbagai sifat fisik maupun kimia, seperti warna yang
berkaitan dengan jenis logam, kelarutan, dan juga kesetimbangan ion dalam
kompleks.
Logam transisi didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membentuk satu atau
lebih ion stabil yang memiliki orbital d yang tidak terisi (incompletly filled d
orbitals).
Ion kompleks memiliki ion logam pada atom pusatnya dengan jumlah tertentu
molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilinginya. Ion-ion yang
mengelilinginya itu dapat berdempet dengan ion pusat melalui ikatan kovalen
koordinasi. Molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilingi logam pusat disebut
ligan. Ligan memiliki pasangan elektron tak berikatan yang aktif pada tingkat
energi paling luar. Pasangan elektron tak berikatan inilah yang digunakan untuk
membentuk ikatan koordinasi dengan ion logam. Pelekatan ligan pada ion logam
merupakan efek dari energi orbital-orbital d. Sinar yag diserap sebagai akibat dari
perpindahan elektron diantara orbital d yang satu dengan yang lain.
Asal mula munculnya warna pada ion-ion logam transisi. Ketika sinar putih
melewati larutan yang berisi dari salah satu ion tersebut, sinar putih direfleksikan
oleh larutan tersebut. Beberapa warna dari sinar dapat diabsorpsi (diserap) oleh
larutan. Warna yang dapat dilihat oleh mata adalah warna yang tertinggal (tidak
diabsorpsi). Banyak senyawa kompleks memperlihatkan warna yang khas.
Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan.
Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan
menaikkan energi semua orbital d, tetapi meraka tidak lagi memiliki energi yang
sama.
Hampir semua senyawa – senyawa kompleks mempunyai warna – warna
tertentu, karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible region. Sebab
lebih lanjut ialah karena energi sinar di daerah tampak cocok untuk promosi
elektron yang ada di orbital d, dari energi rendah ke energi tinggi. Besarnya energi
untuk promosi, yaitu Δ, tergantung dari ion pusatnya dan tergantung dari jenis
ligan. Karena itu, senyawa kompleks mempunyai warna berbeda – beda, misalnya
[Ti(H2O)6]3+ berwarna ungu sedang [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda. Untuk suatu
ion pusat warnanya berbeda bila ligannya berbeda, misalnya
[Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda, tetapi [Cu(NH3)4(H2O)]2+ berwarna biru tua.
Bila zat menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari sinar tampak,
zat tersebut akan meneruskan warna komplemennya,  yang nampak pada mata kita
sebagai warna. Bila zat menyerap semua warna dari sinar tampak, zat tersebut
berwarna hitam. Sebaliknya bila zat sama sekali tidak menyerap warna dari sinar
tampak, zat tersebut berwarna putih. Untuk suatu ion pusat, penggantian ligan dari
ligan dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat, akan memberikan Δ yang
semakin besar. Sinar yang diserap panjang gelombangnya semakin pendek.
Salah satu sifat unsur transisi adalah memiliki kecenderungan membentuk ion
kompleks atau senyawa kompleks. Ion-ion dari unsur logam transisi memiliki
orbital-orbital kosong yang dapat menerima pasangan elektron pada pembentukan
ikatan dengan molekul atau anion tertentu membentuk ion kompleks. Senyawa
kompleks telah banyak dipelajari dan diteliti melalui suatu tahapan-tahapan reaksi
(mekanisme reaksi) dengan menggunakan ion-ion logam serta ligan yang berbeda-
beda. Ligan memiliki kemampuan sebagai donor pasangan elektron sehingga
dapat dibedakan atas ligan monodentat, bidentat, tridentat dan polidentat.
Banyak sintesis senyawa kompleks yang telah dilakukan menghasilkan
senyawa antara sebagai katalis yang dapat membantu dalam reaksi-reaksi kimia.
Salah satu senyawa yang dapat digunakan dalam sintesis kompleks adalah ligan
yang berasal dari basa Schiff, dimana senyawa kompleks yang terbebtuk
merupakan salah satu senyawa antara yang dapat digunakan untuk bermacam
penerapan ilmu, seperti dalam ilmu biologi, klinik dan analitik. Kerja dan aktivitas
obat menunjukkan kenaikan setelah dijadikan logam-logam transisi terkhelat yang
ternyata lebih baik daripada hanya menggunakan senyawa organik.
Dalam beberapa hal kompleks tidak memberikan reaksi dalam larutan
karakteristik ion logam atau ligan tidak kompleks tetapi stabilitas termodinamik
dan kinetik bervariasi sehingga hal ini bukan merupakan kriteria pembentukan
senyawa koordinasi.
Ion kompleks terdiri atas ion logam pusat dikelilingi anion-anion atau
molekul-molekul membentuk ikatan koordinasi. Ion logam pusat disebut ion pusat
atau atom pusat. Anion atau molekul yang mengelilingi ion pusat disebut ligan.
Ion pusat merupakan ion unsur transisi, dapat menerima pasangan elektron bebas
dari ligan. Pengaruh ligan ini dapat membentuk warna pada ion kompleks. Oleh
karena itu, kita akan mempelajari bagaimana pengaruh ligan ini dalam warna ion
kompleks.
Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari suatu ion logam
pusat dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan pasangan elektron
bebasnya kepada ion logam pusat. Unsur transisi dapat membentuk berbagai jenis
senyawa karena unsur ini memiliki beberapa bilangan oksidari yang terjadi karena
seluruh atau sebagian dari elektron-elektron pada kulit ketiga dapat digunakan
bersama-sama digunakan dengan elektron pada kulit 4s untuk membentuk
senyawa-senyawa kompleks yang berwarna. Dibuat laporan ini agar dapat
mempelajari perbedaan warna dengan berbagai jenis ligan
IV. ALAT DAN BAHAN
a. Alat
No Nama Alat Ukuran Jumlah
1 Tabung reaksi 5
2 Rak tabung 1
3 Gelas ukur 10 ml 1
4 Pipet tetes 4

b. Bahan
No Nama Bahan Satuan Jumlah
1 Larutan Co(NO3)2 1 molar
2 Larutan KSCN 1 molar
3 Larutan NaCL 1 molar
4 Larutan H2C2O4 1 molar
5 Larutan CuSO4 1 molar
6 Larutan NH3 1 molar

V. PROSEDUR KERJA
1. Ukur sebanyar 5 ml larutan Co(NO3)2 dengan konsentrasi 1 molaritas masukan
kedalam masing-masing tabung reaksi.
2. Tambahkan tetesan dari larutan ligan masing-masing kedalam tabung reaksi yang
berbeda-beda.
3. Tambahkan 10 tetes larutan KSCN 1 mol ke dalam tabung yang pertama.
4. amati perubahan warna yang terjadi
5. Tambahkan 10 tetes larutan NaCL 1 mol kedalam tabung yang kedua
6. Amati perubahan warna yang terjadi
7. Tambahkan 10 tetes larutan H2C2O4 1 mol kedalam tabung yang ketiga
8. Amati perubahan warna yang terjadi
9. Tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 1 mol kedalam tabung yang ke empat
10. Amati perubahan warna yang terjadi
11. Tambahkan larutan ligan amonia kedalam tabung reaksi yang ke lima sebanyak 10
tetes
12. Amati perubahan warna yang terjadi

VI. DATA HASIL PENGAMATAN


No LANGKAH PERCOBAAN HASIL PENGAMATAN
1 Ukur sebanyar 5 ml larutan Tidak ada reaksi
Co(NO3)2 dengan konsentrasi 1
molaritas masukan kedalam masing-
masing tabung reaksi.
2 Tambahkan 10 tetes larutan KSCN 1 Terjadi perubahan warna yaitu warna
mol ke dalam tabung yang pertama. larutan tersebut berubah menjadi warna
merah pekat
3 Tambahkan 10 tetes larutan NaCL 1 Terjadi perubahan warna yaitu warna
mol kedalam tabung yang kedua larutan tersebut berubah menjadi pink
4 Tambahkan 10 tetes larutan H2C2O4 Terjadi perubahan warna yaitu warna
1 mol kedalam tabung yang ketiga larutan tersebut berubah menjadi pink
dan terdapat endapan
5 Tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 1 Terjadi perubahan warna yaitu warna
mol kedalam tabung yang ke empat larutan tersebut berubah menjadi sedikit
keungguan
6 Tambahkan larutan ligan amonia Terjadi perubahan warna yaitu warna
kedalam tabung reaksi yang ke lima larutan tersebut berubah menjadi dua
sebanyak 10 tetes warna dimana warna merh kehitaman
dan biru tua

VII. PERHITUNGAN, PEMBAHASAN DAN JAWABAN PERTANYAAN


a. PEMBAHASAN
Ukur sebanyar 5 ml larutan Co(NO3)2 dengan konsentrasi 1 molaritas
masukan kedalam masing-masing tabung reaksi tidak terjadi reaksi, tambahkan 10
tetes larutan KSCN 1 mol ke dalam tabung yang pertama terjadi perubahan warna
yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi warna merah pekat, tambahkan 10
tetes larutan NaCL 1 mol kedalam tabung yang kedua terjadi perubahan warna yaitu
warna larutan tersebut berubah menjadi pink, tambahkan 10 tetes larutan H2C2O4 1
mol kedalam tabung yang ketiga terjadi perubahan warna yaitu warna larutan
tersebut berubah menjadi pink dan terdapat endapan, tambahkan 10 tetes larutan
H2C2O4 1 mol kedalam tabung yang ketiga terjadi perubahan warna yaitu warna
larutan tersebut berubah menjadi pink dan terdapat endapan, tambahkan 10 tetes
larutan CuSO4 1 mol kedalam tabung yang ke empat terjadi perubahan warna yaitu
warna larutan tersebut berubah menjadi sedikit keungguan, tambahkan larutan ligan
amonia kedalam tabung reaksi yang ke lima sebanyak 10 tetes terjadi perubahan
warna yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi dua warna dimana warna merh
kehitaman dan biru tua.
Ligan adalah spesies yang memiliki atom-atom yang dapat menyumbangkan
sepasang elektron pada ion logam pusat pada tempat tertentu dalam lengkung
koordinasi. Sehingga, ligan merupakan basa lewis dan ion logam adalah asam
lewis. Jika ligan hanya dapat menyumbangkan sepasang elektron (misalnya NH3
melalui atom N) disebut ligan unidentat. Ligan ini mungkin merupakan anion
monoatomik (tetapi bukan atom netral) seperti ion halida, anion poliatomik seperti
NO2-, molekul sederhana seperti NH3 atau molekul kompleks seperti piridin C5H5N.
Di antara ciri-ciri khas ligan yang umum diakui sebagai mempengaruhi kestabilan
kompleks dalam mana ligan itu terlibat, adalah :
a.  kekuatan basa dari ligan itu,
b.  sifat-sifat penyepitan (jika ada), dan
c.  efek-efek sterik (ruang).
Dari sudut pandangan aplikasi kompleks secara analisis, efek penyepitan
mempunyai arti yang teramat penting, maka hendaklah diperhatikan secara khusus.
Istilah ‘efek sepit’ mengacu pada fakta bahwa suatu kompleks bersepit, yaitu
kompleks yang dibentuk oleh suatu ligan bedentat atua multidentat, adalah lebih
stabil dibanding kompleks padanannya dengan ligan-ligan monodentat. Semakin
banyak titik lekat ligan itu kepada ion logam,semakin besar kestabilan kompleks.
Efek sepit ini sering dapat disebabkan oleh kenaikan entropi yang menyertai
penyempitan; dalam hubungan ini, penggantian molekul-molekul air dari ion
terhidrasi haruslah diingat-ingat. Efek sterik yang paling umum adalah efek yang
menghambat pembentukan kompleks yang disebabkan oleh adanya suatu gugusan
besar yang melekat pada atau berada berdekatan dengan atom penyumbang.
Ligan monodentat adalah ligan yang hanya mampu menyumbangkan satu
pasang elektron bebas saja atau dengan kata lain hanya dapat membentuk satu
ikatan kovalen koordinasi dengan ion logam pusat. Kebanyakan ligan adalah
monodentat, misalnya dalam hal ini adalah Cl-, C2O42-, H2O, NH3, SO42-, dan
SCN-. Contoh lainnya Br- dan OH-.  Walaupun ion atau molekul ini memiliki lebih
dari satu pasang elektron bebas tetapi yang dapat disumbangkan ke ion logam pusat
hanya satu pasang (mono : satu, dent : gigi).
Ligan bidentat dapat menyumbangkan dua pasang elektron bebasnya pada ion
logam pusat (memiliki dua ”gigi”) sehingga membentuk dua ikatan kovalen
koordinasi.
Ligan Polidentat (multidentat) adalah Suatu molekul yang dapat
menyumbangkan lebih dari tiga pasang elektron bebas atau ligan yang memiliki dua
atau lebih atom sehingga dapat mengisi dua atau lebih orbital d ion logam, ligan
polidentat (bahasa latin: bergigi banyak). Oleh karena ligan polidentat dapat
mencengkram ion logam dengan dua atau lebih atom donor, ligan polidentat juga
dikenal sebagai zat pengkelat.
Salah satu sifat unsur transisi yang sangat menarik adalah kemampuannya
untuk membentuk senyawa kompleks. Senyawa kompleks dapat digunakan untuk
mendemonstrasikan berbagai sifat fisik maupun kimia, seperti warna yang berkaitan
dengan jenis logam, kelarutan, dan juga kesetimbangan ion dalam kompleks.
Logam transisi didefinisikan sebagai sesuatu yang dapat membentuk satu atau
lebih ion stabil yang memiliki orbital d yang tidak terisi (incompletly filled d
orbitals).
Ion kompleks memiliki ion logam pada atom pusatnya dengan jumlah tertentu
molekul-molekul atau ion-ion yang mengelilinginya. Ion-ion yang mengelilinginya
itu dapat berdempet dengan ion pusat melalui ikatan kovalen koordinasi. Molekul-
molekul atau ion-ion yang mengelilingi logam pusat disebut ligan. Ligan memiliki
pasangan elektron tak berikatan yang aktif pada tingkat energi paling luar. Pasangan
elektron tak berikatan inilah yang digunakan untuk membentuk ikatan koordinasi
dengan ion logam. Pelekatan ligan pada ion logam merupakan efek dari energi
orbital-orbital d. Sinar yag diserap sebagai akibat dari perpindahan elektron diantara
orbital d yang satu dengan yang lain.
Asal mula munculnya warna pada ion-ion logam transisi. Ketika sinar putih
melewati larutan yang berisi dari salah satu ion tersebut, sinar putih direfleksikan
oleh larutan tersebut. Beberapa warna dari sinar dapat diabsorpsi (diserap) oleh
larutan. Warna yang dapat dilihat oleh mata adalah warna yang tertinggal (tidak
diabsorpsi). Banyak senyawa kompleks memperlihatkan warna yang khas.
Dalam teori medan kristal, ligan-ligan direduksi menjadi titik yang bermuatan.
Interaksi muatan-muatan titik ini dengan elektron dalam orbital d ion logam akan
menaikkan energi semua orbital d, tetapi meraka tidak lagi memiliki energi yang
sama.
Hampir semua senyawa – senyawa kompleks mempunyai warna – warna
tertentu, karena zat ini menyerap sinar di daerah tampak atau visible region. Sebab
lebih lanjut ialah karena energi sinar di daerah tampak cocok untuk promosi
elektron yang ada di orbital d, dari energi rendah ke energi tinggi. Besarnya energi
untuk promosi, yaitu Δ, tergantung dari ion pusatnya dan tergantung dari jenis
ligan. Karena itu, senyawa kompleks mempunyai warna berbeda – beda, misalnya
[Ti(H2O)6]3+ berwarna ungu sedang [Cu(H2O)6]2+ berwarna biru muda. Untuk suatu
ion pusat warnanya berbeda bila ligannya berbeda, misalnya [Cu(H2O)6]2+ berwarna
biru muda, tetapi [Cu(NH3)4(H2O)]2+ berwarna biru tua.
Bila zat menyerap warna atau panjang gelombang tertentu dari sinar tampak,
zat tersebut akan meneruskan warna komplemennya,  yang nampak pada mata kita
sebagai warna. Bila zat menyerap semua warna dari sinar tampak, zat tersebut
berwarna hitam. Sebaliknya bila zat sama sekali tidak menyerap warna dari sinar
tampak, zat tersebut berwarna putih. Untuk suatu ion pusat, penggantian ligan dari
ligan dengan medan lemah ke ligan dengan medan kuat, akan memberikan Δ yang
semakin besar. Sinar yang diserap panjang gelombangnya semakin pendek.
VIII. KESIMPULAN
1. Tambahkan 10 tetes larutan KSCN 1 mol ke dalam tabung yang pertama. Terjadi
perubahan warna yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi warna merah pekat.
2. Tambahkan 10 tetes larutan NaCL 1 mol kedalam tabung yang kedua. Terjadi
perubahan warna yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi pink.
3. Tambahkan 10 tetes larutan H2C2O4 1 mol kedalam tabung yang ketiga. Terjadi
perubahan warna yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi pink dan terdapat
endapan.
4. Tambahkan 10 tetes larutan CuSO4 1 mol kedalam tabung yang ke empat. Terjadi
perubahan warna yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi sedikit keungguan.
5. Tambahkan larutan ligan amonia kedalam tabung reaksi yang ke lima sebanyak 10
tetes. Terjadi perubahan warna yaitu warna larutan tersebut berubah menjadi dua
warna dimana warna merh kehitaman dan biru tua.
IX. DAFTAR PUSTAKA
https://evinurindahs.blogspot.com/2016/06/pengaruh-ligan-terhadap-warna-ion.html
Petrucci, H. Ralph dan Suminar. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakarta:
Erlangga
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar. Jakarta. Erlangga.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai