Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
pengguna internet tersebut mengalami peningkatkan sebesar 51% dari tahun 2016
(Rosabel, 2016).
salah satu jenis situs yang cukup populer, yaitu situs jejaring sosial atau dengan
istilah lain yang lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia sebagai media sosial.
Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2016, mengungkapkan bahwa dari 132
juta pengguna internet, terdapat 129,2 juta (97,4%) pengguna aktif media sosial
mendukung dengan survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Mei 2015
pada 107 responden yang berusia 15-28 tahun, bahwa terdapat 104 (97%)
Saat ini terdapat beberapa media sosial yang digunakan pengguna internet,
misalnya MySpace, Linked In, Facebook, Twitter, Google Plus, You Tube, dan
dalam 2 tahun terakhir cukup popular di Indonesia adalah Instagram dan Path.
internet untuk memiliki lebih dari 1 akun media sosial. Berdasarkan tabel 1, dapat
Semakin banyak akun yang dikelola seorang pengguna internet, maka durasi
waktu yang digunakan pengguna untuk mengakses media sosial juga akan
semakin meningkat. Hal ini disebabkan pengguna media sosial akan berusaha
memelihara pertemanan di masing-masing akun media sosial (Li & Chen, 2014).
Tabel 2 Jumlah Akun Media Sosial yang Dimiliki Responden Survey Awal
Jumlah akun N %
1-2 akun 41 38.32%
3-5 akun 63 58.88%
>5 akun 2 1.87%
Tidak punya 1 0.93%
Total 107 100%
Hasil survey awal pada tabel 2 juga membuktikan bahwa sebanyak 81 responden
(75%) menggunakan media sosial selama lebih dari 3 jam per hari. Hasil survey
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
banyak untuk mengakses media sosial. Hal tersebut dimungkinkan terjadi karena
adanya keinginan untuk terkoneksi lebih lama dengan media sosial (Cabral, 2011;
Griffiths, Kuss, & Demetrovics, 2014; Jelenchick, Eickhoff, & Moreno, 2013;
Joinson, 2008; Moreno, Jelenchick, & Breland, 2015; Tandoc, Ferrucci, & Duffy,
tersebut disebabkan karena adanya fear of missing out (FoMO) (Miranda, 2011).
FoMO pertama kali diteliti dalam konteks pemasaran oleh John Walter Thompson
cemas, gelisah, dan takut akan kehilangan momen berharga yang dimiliki teman
atau kelompok teman sebaya, sementara ia tidak dapat terlibat di dalamnya. Fear
of missing out (FoMO) merupakan salah satu bentuk dari kecemasan yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk selalu mengetahui apa yang orang lain
mengenai peristiwa terkini, produk yang sedang menjadi tren terbaru, serta
informasi mengenai apa yang sedang dilakukan oleh pengguna lain (Boyd &
Ellison, 2008; Boyd, 2014). Sama seperti internet, informasi atau unggahan yang
ada media sosial juga bersifat transparan, pengguna diijinkan untuk mengunggah
apapun yang mereka lakukan tanpa batasan (Boyd & Ellison, 2008; Suler, 2004).
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Paparan informasi yang terdapat di media sosial tersebut membuat para pengguna
media sosial saling membandingkan satu sama lain. Perbandingan sosial ini
agar tidak ketinggalan informasi, tren terbaru, aktivitas yang dilakukan orang lain,
atau ingin segera membalas pesan atau komentar yang masuk (Fox & Moreland,
2015; Ozimek & Bierhoff, 2016). Sehingga kemudian dapat mendistraksi individu
dari peristiwa penting yang terjadi “here and now” di dunia offline, meskipun ketika
Sejauh ini, belum banyak penelitian mengenai fenomena FoMO. Dari sedikit
yang dapat ditimbulkan dari FoMO. FoMO terbukti menjadi prediktor dari beberapa
emosi yang cepat (Collins, 2013; Przybylski et al., 2013). Individu yang memiliki
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
beresiko seperti konsumsi minuman beralkohol (Riordan, Flett, Hunter, Scarf, &
anteseden dari FoMO, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Przybylski et al. (2013).
Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti mengenai fenomena FoMO, agar
dari FoMO. Przybylski menyebutkan bahwa tiga kebutuhan dasar manusia yaitu
FoMO (Przybylski et al., 2013). FoMO juga terbukti dapat berfungsi sebagai
mediator. Penelitian yang dilakukan oleh Alt (2015), membuktikan bahwa FoMO
merupakan mediator yang signifikan pada korelasi antara motivasi akademik pada
(Alt, 2015). FoMO juga terbukti menjadi mediator pada korelasi antara kebutuhan
sosial remaja dengan stres yang disebabkan karena penggunaan media sosial
Salah satu motif yang mendasari perilaku penggunaan media sosial adalah
kebutuhan berelasi (Beyens et al., 2016; Nadkarni & Hofmann, 2012; Seidman,
makhluk sosial, sehingga memiliki kebutuhan untuk menjalin relasi dengan orang
lain (Baumeister & Leary, 1995). Media sosial menyediakan fasilitas bagi
dengan teman lama dan menemukan kenalan baru (Boyd & Ellison, 2007; Ellison
penerimaan sosial serta berusaha menghindari penolakan dari orang lain atau
social exclusion (DeWall, Deckman, Pond & Banser, 2011). Hal ini disebabkan
karena adanya penolakan dari orang lain atau social exclusion merupakan social
pain yang harus dihindari seperti halnya ketika mengalami sakit fisik (DeWall &
Lieberman, & Williams, 2003). Media sosial merupakan salah satu media yang
efektif untuk mengatasi perasaan social exclusion (Sheldon, Abad, & Hinsch,
positif dengan FoMO (Lai, Altavilla, Ronconi, & Aceto, 2016). Sehingga dapat
rendahnya level harga diri individu tersebut (Leary, 1990, 2010; Leary, Tambor,
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
Terdal, & Downs, 1995). Salah satu media yang memberikan fasilitas bagi individu
untuk mencari penerimaan sosial adalah media sosial. Tinggi rendahnya tingkat
Peter, & Schouten, 2006). Pengguna dengan tingkat harga diri rendah, akan
Hal tersebut diperkuat oleh penelitian longitudinal yang dilakukan oleh Steinfield,
Ellison, dan Lampe (2008) juga mengemukakan bahwa pengguna media sosial
yang memiliki harga diri rendah lebih banyak menggunakan media sosial dalam
Berbeda dengan Steinfield, Ellison, dan Lampe (2008), Zywica dan Danowski
(2008) mengemukakan bahwa pada individu yang memiliki tingkat harga diri
sosial untuk meningkatkan harga dirinya, begitu pula pada individu yang memiliki
tingkat harga diri yang tinggi juga terbukti menunjukkan peningkatan penggunaan
media sosial dalam rangka untuk mempertahankan dan melindungi harga dirinya.
Steinfield, Ellison, dan Lampe (2008) dengan hasil penelitian yang dikemukakan
oleh Zywica dan Danowski (2008) tersebut menjadi dasar mengapa diperlukan
FoMO terbukti menjadi anteseden dari harga diri pada pengguna media sosial,
sementara jika dilihat secara longitudinal harga diri terbukti menjadi prediktor
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
2017). Pada beberapa konstruk yang dekat dengan FoMO misalnya pada konstruk
perilaku adiksi, harga diri terbukti menjadi prediktor dari perilaku ketergantungan
internet (Armstrong, Phillips, & Saling, 2000; Aydm & San, 2011; Sariyska et al.,
2014). Sementara pada konstruk trait kecemasan, harga diri terbukti menjadi faktor
yang berusia dewasa awal (Alt, 2015; Collins, 2013; Hato, 2013; Miranda, 2011;
Przybylski et al., 2013; Riordan et al., 2015). Hanya terdapat dua penelitian yang
pada kelompok subjek yang berusia remaja, FoMO dialami lebih banyak pada
remaja yang berusia 15-18 tahun dibandingkan pada remaja yang berusia 13-14
kelompok pengguna media sosial yang berusia remaja. Pengguna media sosial
yang ingin dituju adalah pengguna yang berusia remaja antara 15-18 tahun. Hal
Komunikasi dan Informasi, yang dilakukan pada responden yang berusia 10-19
tahun di 11 propinsi, menyebutkan bahwa terdapat 80% dari total 400 responden
mempunyai level FoMO yang lebih besar dibandingkan pengguna media sosial
mengenai implikasi dari FoMO. Salah satu penelitian yang membahas mengenai
anteseden FoMO adalah penelitian tahap kedua yang dilakukan oleh Przybylski,
et al. (2013), yang berfokus pada kebutuhan dasar dan kesejahteraan subjektif
yang menjadi prediktor dari FoMO. Pada penelitian lain, FoMO terbukti menjadi
popularitas pada remaja dengan penggunaan situs jejajring sosial (Beyens et al.,
2016). Oleh karena itu, penelitian ini akan berfokus untuk mengetahui apakah
harga diri dapat berfungsi menjadi moderator yang signifikan antara kebutuhan
B. Rumusan Permasalahan
maslah, yaitu:
FoMO?
2. Apakah harga diri dapat berperan menjadi moderator pada hubungan antara
FoMO
2. untuk mengetahui apakah harga diri dapat berperan menjadi moderator antara
berikut:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa
b. Manfaat Praktis
Hasil dari penelitian ini juga diharapkan menjadi salah satu acuan bagi
peneliti lain yang tertarik meneliti dengan topik yang terkait dalam
penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi salah
Fenomena fear of missing out (FoMO) pertama kali diteliti oleh lembaga survey
sosial. Hasil riset tersebut menjadi dasar bagi Przybylski, et al (2013) untuk
sosial.
Przybylski, et al. (2013) yaitu, pada penelitian ini akan menguji anteseden dari
munculnya fenomena FoMO dengan hanya berfokus pada satu kebutuhan saja,
berdasarkan tiga kebutuhan dasar psikologis, dari teori self determination theory
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh Collins (2013),
adalah bahwa pada penelitian ini mencoba memahami FoMO melalui karakteristik
individu selain kepribadian neurotisme dan ekstraversi, yaitu harga diri. FoMO
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
merupakan salah satu bentuk kecemasan yang muncul akibat terputusnya kontak
dengan dunia online melalui media sosial (Przybylski et al., 2013). Sesuai
penelitian terdahulu yang menyebutkan bahwa individu yang memiliki harga diri
kecemasan sosial (Ahmad, Bano, Ahmad, & Khanam, 2013). Sehingga pada
penelitian ini ingin mengetahui peran harga diri dalam memoderatori hubungan
Penelitian lain dilakukan oleh Hato (2013), yang mencoba membuat alat ukur
FoMO dilakukan oleh Alt (2015), yang mengungkapkan bahwa FoMO merupakan
Penelitian terbaru mengenai FoMO dilakukan oleh Beyens et al. (2016). Pada
penelitian tersebut terlihat bahwa FoMO merupakan mediator pada korelasi antara
penelitian ini adalah peneliti hanya berfokus pada satu kebutuhan saja, yaitu
yang terbukti dapat menaikkan atau menurunkan level dari fear of missing out,
sehingga pada penelitian ini mengajukan konstruk harga diri sebagai moderator
pada hubungan antara kebutuhan berelasi dengan fear of missing out. Hal tersebut
Hubungan Kebutuhan Berelasi dan Fear of Missing Out dengan Harga Diri sebagai Variabel
Moderator
CAHYANI INDAH TRIANI
Universitas Gadjah Mada, 2017 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
ketergantungan internet (Armstrong et al., 2000; Aydm & San, 2011; Sariyska et
al., 2014). Sementara pada konstruk kecemasan, harga diri terbukti menjadi faktor
protektif terhadap munculnya kecemasan (Du et al., 2013; Mustafa et al., 2015).
Pada penelitian mengenai FoMO dan harga diri, Buglass et al. (2017) melihat
vulnerability dan harga diri yang dilakukan dengan mengambil data sebanyak dua
kali. Hasil penelitian pada studi pertama membuktikan bahwa FoMO menjadi
pada penelitian kedua, terlihat bahwa harga diri yang didapatkan melalui studi
pertama terbukti menjadi prediktor terhadap FoMO pada studi kedua. Perbedaan
dengan penelitian ini adalah ingin membuktikan apakah harga diri mampu
dengan FoMO.