Anda di halaman 1dari 3

KELOMPOK 8 PSG GIZI A 2020

Anggota :
1. Eka Putri Zuhriyah (2330020023)
2. Abdus salam (2330020026) TIDAK BERPARTISIPASI
3. Nadiyatul Miftakhus S (2330020034)
4. Nur Faizah (2330020035)

IDENTIFIKASI KESALAHAN-KESALAHAN DALAM PENGUKURAN


ANTROPOMETRI YANG DAPAT MEMPENGARUHI TINGKAT PRESISI
DAN AKURASI HASIL PENGUKURAN
-PENGUKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA)-

Lingkar lengan atas (LILA) merupakan salah satu pilihan untuk penentuan
status gizi, karena mudah dilakukan dan tidak memerlukan alat-alat yang sulit
diperoleh dengan harga yang lebih murah. Namun ada beberapa kesalahan-kesalahan
yang masih lazim dilakukan ketika pengukuran LILA, padahal suatu kesalahan
tersebut bisa jadi berpengaruh terhadap hasil pengukuran itu sendiri. ada
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, terutama jika digunakan
sebagai pilihan tunggal untuk indeks status gizi, antara lain:
1. Baku lingkar lengan atas yang digunakan sekarang belum mendapat
pengujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Hal ini
didasarkan pada hasil-hasil penelitian yang umumnya menunjukkan
perbedaan angka prevalensi KEP yang cukup berarti antar
penggunaan LILA di satu pihak dengan berat bedan menurut umur
atau berat menurut tinggi badan maupun indeks-indeks lain di pihak
lain.
2. Kesalahan pengukuran pada LILA (pada berbagai tingkat
keterampilan pengukur)relatif lebih besar dibandingkan dengan
tinggi badan, mengingat batas antara baku dengan gizi kurang, lebih
sempit pada LILA daripada tinggi badan. Ini berarti kesalahan yang
sama besar jauh lebih berarti pada LILA dibandingkan dengan tinggi
badan.
3. Lingkar lengan atas sensitif untuk suatu golongan tertentu
(prasekolah), tetapi kurang sensitif pada golongan lain terutama
orang dewasa. Tidak demikian halnya dengan berat badan.

Presisi adalah kemampuan mengukur subyek yang sama secara secara


berilang-ulang dengan kesalahan yang minimum, sedangkan akurasi adalah
kemampuan mendapatkan hasil yang sedekat mungkin dengan hasil yang diperoleh
penyelia.
Berbagai penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan dalam pengukuran.
Diantara penyebab tersebut antara lain:
1. Pada waktu melakukan pengukuran tinggi badan tanpa memperhatikan
posisi orang yang diukur, misalnya belakang kepala, punggung, pinggul,
dan tumit harus menempel di dinding. Sikapnya harus dalam posisi siap
sempurna. Disamping itu pula kesalahan juga terjadi apabila petugas tidak
memperhatikan situasi pada saat anak diukur. Contohnya adalah anak
menggunakan sandal atau sepatu.
2. Pada waktu penimbangan berat badan, timbangan belum di titik nol, dacin
belum dalam keadaan seimbang dan dacin tidak berdiri tegak lurus.
3. Kesalahan pada peralatan. Peralatan yang digunakan untuk mengukur
berat badan adalah dacin dengan kapasitas 20–25 kg dan ketelitiannya 0,1
kg. Untuk mengukur panjang badan, alat pengukur panjang badan (APPB)
berkapasitas 110 cm dengan skala 0,1 cm. Tinggi badan dapat diukur
dengan Microtoa berkapasitas 200 cm dengan ketelitian 0,1 cm. Lingkar
lengan atas dapat diukur dengan pita LILA dengan kapasitas 33 cm dengan
skala 0,1 cm.
4. Kesalahan yang disebabkan oleh Tenaga Pengukur. Kesalahan ini terjadi
karena petugas pengumpul data kurang hati-hati atau belum mendapat
pelatihan memadai. Kesalahan-kesalahan yang terjadi pada saat
pengukuran sering disebut Measurement Error.

Dalam penentuan status gizi sering dijumpai berbagai masalah yaitu masalah
validitas umur. Pengalaman di lapangan menunjukkan bahwa validitas umur anak
dinyatakan oleh ibu sangat rendah. Keadaan ini akan sangat berpengaruh terhadap
prevalensi status gizi.
Mengatasi masalah pengukuran :
1. Memilih ukuran yang sesuai dengan apa yang ingin diukur. Misalnya
mengukur tinggi badan menggunakan mikrotoa, dan tidak menggunakan
alat ukur lain yang bukan diperuntukkan untuk mengukur tinggi badan.
2. Membuat prosedur baku pengukuran yang harus ditaati oleh seluruh
pengumpul data. Petugas pengumpul data harus mengerti teknik, urutan,
dan langkah-langkah dalam pengumpulan data.
3. Pelatihan petugas. Pelatihan petugas harus dilakukan dengan sebaik-
baiknya, baik ditinjau dari segi waktu maupun materi pelatihan. Materi
pelatihan sebaiknya menekankan pada ketelitian pembacaan dan
pencatatan hasil. Mengingat petugas akan melakukan pengukuran, maka
dalam pelatihan harus dilakukan praktek terpimpin oleh petugas
professional dalam bidangnya. Apabila memungkinkan dilaksanakan
pelatihan secara periodic.
4. Peneraan alat ukur secara berkala. Alat timbang dan alat lainnya harus
selalu ditera dalam kurun waktu tertentu. Apabila ada alat yang rusak,
sebaiknya tidak dilakukan lagi.
5. Pengukuran silang antar pengamat. Kegiatan ini perlu dilakukan untuk
mendatkan presisi dan akurasi yang baik.
6. Pengawasan dan uji petik.

DAFTAR PUSTAKA
Utami, N. W. A. 2016. Modul Antropometri. Bali : Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana
Listnawati, Naintina. 2019. Edukasi Gizi Tentang Validitas Pengukuran Antropometri
Dalam Rangka Peningkatan Kualitas Data Di Posyandu. Semarang : Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro.

Anda mungkin juga menyukai