Anda di halaman 1dari 26

Tax Incentives di Indonesia

Income Tax Incentives


VAT Incentives

Dr. H. HERU TJARAKA, DRS. AK, M.Si, BKP, CA


Departemen AKUNTANSI
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga
Tax Incentives in Indonesia

Incentives di bidang PPh


Pasal 31A s/ d Pasal 31E
UU No. 36/2008 tentang
Pajak Penghasilan

3
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31A

Wajib pajak yang melakukan Berdasar penetapan PP dapat memperoleh


penanaman modal di bidang – bidang fasilitas berupa:
usaha tertentu. a. Pengurangan penghasilan paling
tinggi 30% dari jumlah penanaman
modal yang dilakukan.
b. Penyusutan dan amortisasi yang
dipercepat (tarif dua kali lebih tinggi).
c. Kompensasi kerugian yang lebih
lama, tetapi tidak lebih dari 10 tahun.
d. Pengenaaan PPh dengan tarif 10%
Wajib pajak yang melakukan atas dividen yang diterima subjek
penanaman modal di daerah – daerah pajak luar negeri, kecuali ditetapkan
tertentu. lebih rendah oleh P3B.
Industri prioritas yang
diberikan insentif

Industri pionir dan investasi


di daerah tertentu
(Indonesia Timur)

(bernilai tambah tinggi,


menggunakan teknologi baru)
Ketentuan Khusus Atas Fasilitas Perpajakan
PP No. 52 Tahun 2011

❑ Fasilitas dalam bentuk pengurangan penghasilan sebesar 30% dari penanaman


modal diberikan secara bertahap dalam jangka 6 tahun, dengan besaran
pengurangan 5% dari penaman modal di setiap tahunnya.
❑ Fasilitas dalam bentuk perpanjangan masa kompensasi kerugian diberikan jika
kegiatan memenuhi persyaratan berikut:
❑ Penanaman modal dilakukan di kawasan industri dan kawasan berikat.
❑ Mempekerjakan minimal 500 tenaga kerja Indonesia selama 5 tahun berturut
- turut.
❑ Penanaman modal memerlukan investasi untuk infrastruktur ekonomi dan
sosial minimal Rp 10.000.000.000,00.
❑ Mengeluarkan biaya litbang di dalam negeri minimal 5% dari investasi dalam
jangka 5 tahun.
❑ Menggunakan minimal 70% bahan baku atau komponen produksi dalam
negeri sejak tahun ke – 4.
Untuk setiap satu persyaratan yang dipenuhi, perusahaan berhak atas satu tahun
perpanjangan masa kompensasi.
Fasilitas Perpajakan
Pasal 31E

Memperoleh pengurangan tarif


sebesar 50% dari tarif Pasal 17
(tarif flat 25%).
Wajib pajak badan yang memiliki
nilai peredaran bruto kurang dari Berlaku untuk bagian Penghasilan
Rp 50.000.000.000,00 Kena Pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp
4.800.000.000,00.

Besarnya bagian peredaran bruto


diatas dapat dinaikan dengan PMK.
(PMK No. 35/PMK.010/2018)
Contoh (1) - kasus Pasal 31 E

Peredaran bruto PT. HERANITA pada tahun 209 sebesar Rp


4.500.000.000,- dengan PKP sebesar Rp 500.000.000,-

Di karenakan peredaran bruto PT. X tidak lebih dari Rp


4.800.000.000,-

Pajak Penghasilan yang terhutang :


(50% x 28%) X Rp 500.000.000,-
= Rp 70.000.000,-

8
Contoh (2) - kasus Pasal 31 E :
Peredaran bruto PT. X tahun 2009 sebesar Rp
30.000.000.000,- dengan PKP sebesar Rp 3.000.000.000,-

PKP yang terhutang :


1. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang
mendapat fasilitas sebesar =
(4.800.000.000 : 30.000.000.000) X 3.000.000.000
= Rp 480.000.000,-

9
Contoh (2) - kasus Pasal 31 E

2. Jumlah PKP dari bagian peredaran bruto yang


TIDAK mendapat fasilitas =
(3.000.000.000 - 480.000.000) = 2.520.000.000

Pajak Penghasilan yang terutang :


• (50% x 28%) X Rp 480.000.000,- = 67.200.000
• 28% x Rp 2.520.000.000,- = 705.600.000
Jml Pajak Penghasilan yg terhutang = 772.800.000

10
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan
omset hingga Rp. 50 milyar)

▪ Pengecualian obyek PPh atas keuntungan pembebasan utang debitur


kecil, utang usaha < Rp. 350 juta (PP No. 130/2000).

▪ Pengecualian PPh atas pengalihan hak atas tanah dan /atau bangunan
melalui hibah termasuk kepada koperasi atau OP yang menjalankan
usaha mikro dan kecil ( Per 30/PJ/2009, SE-48/PJ/2009)

▪ Pengurangan tarif 50% dari tarif WP badan dalam negeri atas


penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai Rp. 4,8
Milyar
3. Industri di kawasan ekonomi khusus (KEK)
▪ PP No. 2/2011 jo. PP 29/2012, tambahan fasilitas PPh sesuai
karakteristik Zona, PPh impor tidak dipungut atas impor

4. Perseroan terbuka di Bursa Efek Indonesia

▪ UU PPh Psl 17, penurunan tarif 5% lebih rendah dari tarif tertinggi bagi
perusahaan yang min. 40% saham disetor dan diperdagangkan di BEI.
Saham dimiliki min. 300 pihak dan masing-masing kepemilikan < 5% total

5. Dana Pensiun
▪ KMK-51/KMK.04/2001, PER-01/PJ/2013, pengecualian dari obyek PPh
penghasilan tertentu berupa (i) bunga, diskonto, imbalan dari deposito,
sertifikat deposito dan tabungan pada bank di Indonesia, (ii) imbalan dari
surat-surat berharga (iii) dividen dari saham pada PT yang tercatat di
bursa efek Indonesia
Tax Incentives in Indonesia

Incentives di bidang PPN


Insentif PPN

Konseptual teoritis
Kebijakan insentif PPN di Indonesia

• Exemption,
dibebaskan/dikecualikan karena
tidak memenuhi syarat sbg
BKP/JKP. PPN Masukan tidak
1. PPN dibebaskan
dapat dikreditkan, konsumen
2. PPN tidak dipungut
menanggung beban pajak,
3. PPN ditunda
adanya ruang bagi disallowed
4. PPN ditangguhkan
VAT
5. PPN ditanggung
• Zero Rate, PPN Keluaran = 0,
Pemerintah
dianggap ada kelebihan
6. PPN dibayar Pemerintah
pembayaran pajak, cost of
taxation saat restitusi PPN jadi
perhatian dan harus terintegrasi
dgn kebijakan administrasi
perpajakan
PM ATAS PPN TERUTANG
TIDAK DIPUNGUT
Ps. 16 B ayat (2) (Ketentuan Khusus)

PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK


PEROLEHAN BKP/JKP

YANG ATAS PENYERAHANNYA TIDAK DIPUNGUT


PPN

DAPAT DIKREDITKAN
PM ATAS PPN DIBEBASKAN
Ps. 16 B ayat (3)
(Ketentuan Khusus)

PAJAK MASUKAN YANG DIBAYAR UNTUK


PEROLEHAN BKP/JKP

YANG ATAS PENYERAHANNYA


DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN

TIDAK DAPAT DIKREDITKAN


KARENA

FASILITAS PEMBEBASAN
PENGENAAN PPN, MENGAKIBATKAN
TIDAK ADANYA PAJAK KELUARAN
PMK RI NOMOR 23/PMK.03/2020 TENTANG
INSENTIF PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK TERDAMPAK
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019
PPh Pasal 21
→ Insentif ini bagi mereka yang memiliki status sebagai
pegawai dari pemberi kerja.
→ Pemberi kerja yang pegawainya menerima insentif ialah
pemberi kerja yang memiliki kode Klasifikasi Lapangan
Usaha (KLU) sebagaimana tercantum sesuai dari lampiran
PMK 23 Tahun 2020,
→ Pegawai yang dapat menerima insentif tersebut adalah
pegawai yang memiliki penghasilan bruto dalam setahun
di bawah atau tidak lebih dari 200 juta Rupiah.
PMK RI NOMOR 23/PMK.03/2020 TENTANG
INSENTIF PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK TERDAMPAK
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019
PPh Pasal 22 Impor
→ Insentif berupa pembebasan pembayaran pajak.
→ Pembebasan yang dimaksud adalah efek dari
berkurangnya aktivitas pengiriman barang masuk Indonesia
demi mencegah atau meningkatnya penyebaran virus
corona di Indonesia.
→ Stimulus ini diberikan agar WP yang memiliki usaha
kembali semangat saat menghadapi kondisi yang seperti ini.
→ Mereka yang melakukan aktivitas impor akan diberikan
pembebasan PPh pasal 22 impor selama 6 bulan →
diberikan melalui Surat Keterangan Bebas (SKB) PPh Pasal 22
Impor kepada WP.
PMK RI NOMOR 23/PMK.03/2020 TENTANG
INSENTIF PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK TERDAMPAK
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019

PPh Pasal 25
→insentif ini dengan pengurangan sebesar 30% dari
total angsuran yang seharusnya dibayar selama 6
bulan ke depan atau hingga September 2020
(perpanjangan akhir 2020).
→PPh Pasal 25 ini masuk ke dalam aturan ini karena
banyaknya pelaku usaha yang mengurangi
aktivitasnya selama masa pandemi ini.
PMK RI NOMOR 23/PMK.03/2020 TENTANG
INSENTIF PAJAK UNTUK WAJIB PAJAK TERDAMPAK
PANDEMI CORONA VIRUS DISEASE 2019

PPN
→ insentif ini diberikan dengan proses restitusi PKP yang telah
ditentukan pada PMK 23 tahun 2020 (sejak April s/d Oktober)
→ Untuk perbedaan batasan nominal restitusi yang diberikan kepada
PKP eksportir dan PKP Non Eksportir. Pada PKP sebagai eksportir
tidak terdapat batasan nominal PPN yang akan dilakukan restitusi
sedangkan untuk PKP Non Eksportir diberikan untuk percepatan
restitusi dengan nilai hingga Rp 5 Miliar. Kepada PKP Eksportir tsb
mendapatkan fasilitas yang tak terbatas dalam pengajuan restitusi
kali ini.
→ Bagi PKP yang termasuk ke dalam klasifikasi yang mendapatkan
insentif pajak tidak perlu mengajukan permohonan penetapan PKP
risiko rendah ke KKP terdaftar.
PMK NO. 86/PMK.03/2020
(terbaru)
• Cakupan insentif PPh pasal 21 DTP dari 1.062
klasifikasi lapangan usaha (KLU) diperluas
menjadi 1.189 KLU.
• Cakupan fasilitas pembebasan PPh Pasal 22
impor dari 431 KLU diperluas menjadi 721 KLU.
• Cakupan diskon angsuran PPh Pasal 25
diperluas dari 846 KLU menjadi 1.013 KLU
• Restitusi PPN dipercepat dari 431 KLU menjadi
716 KLU.
Alokasi Dana APBN utk Insentif Perpajakan
di era pandemic Covid-19
• Pemerintah menyiapkan anggaran sebesar Rp 120,61
triliun terkait insentif perpajakan.
• Terdiri dari :
a. PPh 21 DTP sebesar Rp 39,66 triliun
(termasuk cadangan perluasan cakupan sektor dan
jangka waktu insentif Rp 14 triliun);
b. Pembebasan PPh 22 Impor Rp 14,75 triliun;
c. Pengurangan Angsuran PPh 25 Rp 14,40 triliun;
d. Pengembalian Pendahuluan PPN Rp 5,80 triliun;
e. Penurunan Tarif PPh Badan Rp 20,00 triliun; dan
f. Stimulus Lainnya Rp 26,00 triliun (cadangan
perluasan cakupan sektor dan jangka waktu).
KMK NOMOR 540/KMK.010/2020
mengatur tentang

Tarif Bunga Sebagai Dasar Penghitungan


Sanksi Administrasi Berupa Bunga dan
Pemberian Imbalan Bunga

Berlaku 1-31 Desember 2020


SANKSI ADMINISTRASI DALAM
UU KUP
• Bunga Penagihan [Psl. 19 (1)]
• Angsuran/Penundaan Bayar [Psl. 19 (2)]
• KB Penundaan SPT Tahunan [Psl. 19(3)]

Tarif bunga per bulan 0,53%


SANKSI ADMINISTRASI DALAM
UU KUP
• Pembetulan SPT [Psl. 8 (2) & (2a)]
• Terlambat Bayar [Psl. 9 (2a) & (2b)]
• Tidak/Kurang Bayar akibat salah tulis/hitung
atau PPh tahun berjalan

Tarif Bunga per bulan 0,94 %


SANKSI ADMINISTRASI DALAM
UU KUP
• Pengungkapan ketidakbenaran dalam pemeriksaan
pajak [Psl. 8 (5)]

Tarif Bunga per bulan 1,36 %

• Sanksi SKPKB [Psl. 13 (2)]


• Pengembalian PPN Masukan dari PKP yang Tidak
Berproduksi [Psl. 13 (2a)]

Tarif Bunga per bulan 1,78%

Anda mungkin juga menyukai