SENGKETA PAJAK
1
1/20/2016
SENGKETA PAJAK
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang berwenang
sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan yang dapat
diajukan Banding atau Gugatan kepada
Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan
Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
(Pasal 1 angka 5 UU Pengadilan Pajak)
SENGKETA PAJAK
Pembetulan suatu keputusan
Pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi Penyelesaian di
Direktorat Jenderal
Pengurangan atau pembatalan
Pajak “sebelum” ke
ketetapan pajak Pengadilan Pajak
Pengurangan/Pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan
dan SKP-nya
Keberatan
Gugatan
Penyelesaian di
Banding Pengadilan Pajak
Penyelesaian di Mahkamah Agung,
“setelah” di Pengadilan Pajak
Peninjauan Kembali (PK)
2
1/20/2016
Pasal 16 UU
KUP ayat (1) PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak dapat
membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Pajak atau Surat Keputusan
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak,
Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.
yaitu kesalahan yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, yaitu antara lain
yang berasal dari kekeliruan penerapan persentase Norma kesalahan penulisan
penjumlahan dan Penghitungan Penghasilan Neto, nama, alamat, NPWP,
atau pengurangan kekeliruan penerapan sanksi administrasi
administrasi, nomor ketetapan
dan atau perkalian kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak pajak, jenis pajak,
dan atau (PTKP), kekeliruan penghitungan PPh masa atau tahun
pembagian suatu dalam tahun berjalan, kekeliruan pajak dan tanggal
bilangan. pengkreditan pajak. jatuh tempo.
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 2)
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat,
tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. (Pasal 16 ayat 3)
Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak
atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1). (Pasal 16 ayat 4)
3
1/20/2016
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya;
(Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
4
1/20/2016
5
1/20/2016
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
6
1/20/2016
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(Pasal 36 ayat 1a)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
(Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
7
1/20/2016
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu) kali.
(Pasal 36 ayat 1b)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
gg permohonan
tanggal p sebagaimana
g dimaksud pada
p ayat
y (1)
( ) diterima,, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
8
1/20/2016
Keberatan
•UU KUP - pasal 25
•PP Nomor 74 Tahun 2011
•PMK 9/PMK.03/2013
•SE-11/PJ/2014
9
1/20/2016
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (ayat 3)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. (ayat 3a)
Catatan: Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak ditambah sanksi
administrasi
Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan WP surat
keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. (PMK 194/2007)
Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai surat
keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (ayat 4)
10
1/20/2016
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
keberatan tertangguh sampai dengan 1
(satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. (Pasal 25 ayat
7 UU KUP (baru))
Dalam hal WP mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda sebesar
50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan. (Pasal 25 ayat
10 KUP (baru))
Contoh:
Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT PPh badan tahun 2008 atas nama
PT ABC diterbitkan SKPKB tertanggal 10 Oktober 2009 dengan rincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp120.000.000,00
Jumlah kredit pajak Rp100.000.000,00
Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak Rp 20.000.000,00
Besarnya sanksi administrasi (2% x 10 bulan) Rp 4.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 24.000.000,00
Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak diberlakukan.
Misalkan keberatan PT ABC ditolak dengan SK Keberatan tanggal 20 Februari 2009,
maka atas jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% atau Rp9juta.
11
1/20/2016
12
1/20/2016
Banding
• UU KUP – Pasal 12 – Pasal 17E
• PP Nomor 74 Tahun 2011
• PMK No.145/PMK.03/2012
• PER No.PER-27/PJ/2012 sebagaimana telah
diubah terakhir dengan PER No. PER-
33/PJ/2015
• PMK No.74/PMK.03/2012
No 74/PMK 03/2012
• PMK No.198/PMK.03/2013
BANDING
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1).
{Pasal 27 ayat 1}
13
1/20/2016
Contoh:
Misalkan PT ABC pada contoh sebelumnya mengajukan banding,
maka kekurangan pembayaran pajak (Rp18juta), tertangguh
sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan Putusan
Banding.
Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak diberlakukan.
diberlakukan
14
1/20/2016
PUTUSAN BANDING
Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap
Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.(Pasal 1 angka 31
UU KUP)
DIUBAH
Gugatan
•UU KUP – Pasal 12 – Pasal 17E
•PP Nomor 74 Tahun 2011
•PMK No.145/PMK.03/2012
•PER No.PER-27/PJ/2012 sebagaimana
telah diubah terakhir dengan PER No.
PER 33/PJ/2015
PER-33/PJ/2015
•PMK No.74/PMK.03/2012
•PMK No.198/PMK.03/2013
15
1/20/2016
PENINJAUAN KEMBALI
•UU No. 14 Tahun 2002
•UU No. 14 Tahun 1985
16
1/20/2016
Peninjauan Kembali
Peninjauan Kembali
Syarat Pengajuan PK
Permohonan PK dapat
Pihak-pihak yang
Permohonan PK tidak dicabut sebelum diputus,
bersengketa dapat Permohonan PK hanya
menangguhkan atau dan dalam hal sudah
mengajukan PK atas dapat diajukan 1 (satu)
menghentikan dicabut permohonan
putusan Pengadilan Pajak kali kepada MA melalui
pelaksanaan putusan peninjauan kembali
kepada Mahkamah Pengadilan Pajak.
Pengadilan Pajak. tersebut tidak dapat
Agung (“MA”)
diajukan lagi
17
1/20/2016
Diajukan
Di j k dalam
d l jangka
j k waktukt paling
li lambat
l b t 3 (tiga)
(ti ) bulan
b l terhitung
t hit
sejak diketahuinya kebohongan atau tipu muslihat atau sejak putusan
Hakim pengadilan pidana memperoleh kekuatan hukum tetap
18
1/20/2016
Telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang
dit t t
dituntut
Diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan
dikirim
diajukan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak putusan
dikirim
19
1/20/2016
Terdapat suatu putusan yang nyata- nyata tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan
t perundang-undangan
d d yang berlaku
b lk
Diajukan dalam dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
putusan dikirim
20
1/20/2016
IMBALAN BUNGA
Pasal 11 ayat 3 UU
KUP Timbulnya IMBALAN BUNGA (1)
Apabila pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah
jangka waktu 1 (satu) bulan, Pemerintah memberikan imbalan bunga
sebesar 2% (dua persen) per bulan atas keterlambatan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, dihitung sejak batas waktu sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) berakhir sampai dengan saat dilakukan
pengembalian kelebihan.
diajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sehubungan dengan diterbitkannya SKPLB atas SPT yg
tidak LB {Pasal 17 ayat (1)};
Satu bulan
diterbitkannya SKPLB akibat pembayaran pajak yang tidak sejak
seharusnya terutang {Pasal 17 ayat (2)};
diterbitkannya SKPLB atas permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dalam SPT {Pasal 17B};
diterbitkannya
y Surat Keputusan
p Pengembalian
g Pendahuluan
Kelebihan Pajak atas WP dengan kriteria tertentu {Pasal 17C} Batas waktu
atau WP yang memenuhi persyaratan tertentu {Pasal 17D}; penerbitan
diterbitkannya SK Keberatan, SK Pembetulan, SK Pengurangan SPMKP (Surat
Sanksi Adm, SK Penghapusan Sanksi Adm, SK Pengurangan Perintah
Ketetapan Pajak, SK Pembatalan Ketetapan Pajak atau SK Membayar
Pemberian Imbalan Bunga, atau diterimanya Putusan Banding atau Kelebihan
Putusan Peninjauan Kembali, yg menyebabkan kelebihan
pembayaran pajak. Pajak)
21
1/20/2016
22
1/20/2016
a
untuk SKPKB dan SKPKBT dihitung sejak tanggal pembayaran
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali; atau
b
untuk SKPN dan SKPLB dihitung sejak tanggal penerbitan surat
ketetapan pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Keputusan
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
23
1/20/2016
24
1/20/2016
PMK 226/PMK.03/2013
jo PMK- IMBALAN BUNGA
186/PMK.03/2015
Imbalan bunga diberikan kepada Wajib Pajak dalam hal terdapat:
a. keterlambatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (3) KUP;
b. keterlambatan penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17B ayat (3) KUP;
c
c. Kelebihan pembayaran pajak karena tertangguh akibat pemeriksaan bukti
permulaan (Pasal 17B ayat 4 UU KUP);
d. kelebihan pembayaran pajak karena pengajuan keberatan atau permohonan
banding atau peninjauan kembali diterima sebagian atau seluruhnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27A ayat (1) KUP; atau
e. Kelebihan pembayaran pajak karena SK Pembetulan, SK Pengurangan Ketetapan
Pajak, atau SK Pembatalan Ketetapan Pajak yang dikabulkan sebagian atau
seluruhnya sebagaimana dimaksud Pasal 27 ayat (1a) UU KUP; atau
f
f. kelebihan
k l bih pembayaran
b sanksi
k i administrasi
d i i i Pasal
P l 14 ayat (4) dan
d atau Pasal
P l 19
ayat (1) berdasarkan SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau SK
Penghapusan Sanksi Administrasi sebagai akibat diterbitkan SK Keberatan,
Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali yang mengabulkan
sebagian atau seluruh permohonan WP, sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27A ayat (2) KUP.
25
1/20/2016
26
1/20/2016
27