Anda di halaman 1dari 60

DAFTAR ISI

BAB 1 KETENTUAN ...................................................................................................................................... 1


A. Objek Pajak Penghasilan .................................................................................................................. 1
B. Objek Pajak Penghasilan Final.......................................................................................................... 2
C. Dikecualikan Objek Pajak ................................................................................................................. 2
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak .......................................................................................................... 3
E. Tarif .................................................................................................................................................. 4
F. Kredit Pajak ...................................................................................................................................... 4
a) PPh 21 .......................................................................................................................................... 4
b) PPh 22 .......................................................................................................................................... 4
c) PPh 23 .......................................................................................................................................... 5
d) PPh 24 .......................................................................................................................................... 5
e) PPh 25 .......................................................................................................................................... 6
G. Norma Penghitungan Penghasilan Neto .......................................................................................... 7
H. Penghasilan Peredaran Bruto Tertentu ........................................................................................... 8
I. Pelaksanaan Perpajakan Suami-Istri ................................................................................................ 8
BAB 2 PANDUAN INSTALASI APLIKASI e-SPT.............................................................................................. 9
A. Unduh dan Install e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ...................................................................... 9
B. Tutorial menginstal aplikasi e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ...................................................... 9
C. Patch Program................................................................................................................................ 10
D. Membuat database e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi................................................................. 10
E. Mengenal Fitur pada e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ............................................................... 11
F. Membuka e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi ................................................................................ 13
G. Contoh Pengisisan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 ............................................................. 13
H. Pengisisan Surat Setoran Pajak (SSP) ............................................................................................. 34
I. Mencetak CSV untuk Pelaporan SPT .............................................................................................. 35
BAB 3 KASUS-KASUS PPh .......................................................................................................................... 36
Kasus 1 (PPh Orang Pribadi Karyawan Satu Pemberi Kerja) .................................................................. 36
Kasus 2 (PPh OP Suami-Istri NPWP gabung dari satu pemberi kerja) ................................................... 38
Kasus 3 (PPh OP Suami-Istri memilih MT lebih dari satu pemberi kerja) .............................................. 42
Kasus 4 (PPh OP Suami-Istri mempunyai usaha dan atau pekerjaan bebas norma perhitungan neto
dengan gabung NPWP) .......................................................................................................................... 47
Kasus 5 (PPh OP mempunyai usaha dan atau pekerjaan bebas menggunakan PP 23 Tahun 2018) ..... 52
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................................... 58
BAB 1 KETENTUAN

A. Objek Pajak Penghasilan


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan meyebutkan bahwa yang menjadi objek pajak adalah
penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau
untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apa
pun, termasuk:
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang
pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang
ini
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
c. laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk:
e. keuntungan karena pengalihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
sebagai pengganti saham atau penyertaan modal
f. keuntungan karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota yang
diperoleh perseroan, persekutuan, dan badan lainnya
g. keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
pengambilalihan usaha, atau reorganisasi dengan nama dan dalam bentuk apa pun
h. keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang
diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan,
kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan dan
i. keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan,
tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan
j. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak
k. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang
l. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi
kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
m. royalti atau imbalan atas penggunaan hak
n. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
o. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
p. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah
q. keuntungan selisih kurs mata uang asing
r. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
s. premi asuransi

1
t. iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib
Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
u. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak
v. penghasilan dari usaha berbasis syariah
w. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan dan
x. surplus Bank Indonesia.
B. Objek Pajak Penghasilan Final
Penghasilan berikut dikenai pajak yang bersifat final:
a. penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan lainnya, bunga obligasi dan surat utang
negara, dan bunga simpanan yang dibayarkan oleh koperasi kepada anggota koperasi orang
pribadi
b. penghasilan berupa hadiah undian
c. penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya, transaksi derivatif yang
diperdagangkan di bursa, dan transaksi penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangannya yang diterima oleh perusahaan modal ventura
d. penghasilan dari transaksi pengalihan harta berupa tanah dan/atau bangunan, usaha jasa
konstruksi, usaha real estate, dan persewaan tanah dan/atau bangunan dan
e. penghasilan tertentu lainnya, yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
C. Dikecualikan Objek Pajak
Yang dikecualikan sebagai objek pajak:
a. Bantuan:
1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima zakat yang berhak atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi
pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang
dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan
yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
dan
2. harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu
derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi,
atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan,
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di
antara pihak-pihak yang bersangkutan
b. warisan
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal
d. penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau
diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah,
kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final
atau Wajib Pajak yang menggunakan norma penghitungan khusus (deemed profit)

2
e. pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi
kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa
f. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib
Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari
penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia
dengan syarat:
1. dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan dan
2. bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang
menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling
rendah 25% (dua puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor
g. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan Menteri
Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya
tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk
pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
j. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari
badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,
dengan syarat badan pasangan usaha tersebut:
1. merupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalam
sektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
dan
2. sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
k. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
l. sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam
bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada
instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling
lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan dan
m. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada
Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
D. Penghasilan Tidak Kena Pajak
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016 Tentang
Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak:
a. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak orang pribadi
b. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin
c. Rp54.000.000,00 (lima puluh empat juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami

3
d. Rp4.500.000,00 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga
E. Tarif
Tarif lapisan tarif kena pajak orang pribadi:
Tabel Lapisan Tarif
Penghasilan Kena Pajak Tarif
Sampai dengan Rp50.000.000 5%
Rp50.000.000 - Rp250.000.000 15%
Rp250.000.000 - Rp500.000.000 25%
Diatas Rp500.000.000 30%

F. Kredit Pajak
a) PPh 21
Pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan
nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri wajib dilakukan oleh:
1) pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain
sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai atau bukan
pegawai
2) bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
3) dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran lain
dengan nama apa pun dalam rangka pensiun
4) badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan
dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dan
5) penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan
suatu kegiatan.
Penghasilan pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotong
pajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak
dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan. Tarif
pemotongan atas penghasilan dimaksud adalah tarif pajak sesuai dalam Pasal 17, kecuali
ditetapkan lain dengan Peraturan Pemerintah.
Besarnya tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib
Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak
yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Ketentuan mengenai petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan
dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Direktur
Jenderal Pajak Nomor: Per-16/PJ/2016 Tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan,
Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau Pajak Penghasilan Pasal 26
Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.
b) PPh 22
Menteri Keuangan dapat menetapkan:

4
1) bendahara pemerintah untuk memungut pajak sehubungan dengan pembayaran atas
penyerahan barang
2) badan-badan tertentu untuk memungut pajak dari Wajib Pajak yang melakukan kegiatan
di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain dan
3) Wajib Pajak badan tertentu untuk memungut pajak dari pembeli atas penjualan barang
yang tergolong sangat mewah.
Ketentuan mengenai dasar pemungutan, kriteria, sifat, dan besarnya pungutan pajak diatas
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Besarnya pungutan yang
diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 100%
(seratus persen) daripada tarif yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang dapat menunjukkan
Nomor Pokok Wajib Pajak.
c) PPh 23
Penghasilan di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan,
disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo pembayarannya oleh badan pemerintah,
subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan
perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap,
dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan:
1. sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas:
a. dividen
b. bunga
c. royalti
d. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah dipotong Pajak
Penghasilan Pasal 21
2. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
a. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai Pajak
Penghasilan Pasal 4 ayat (2) dan
b. imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21.
Wajib Pajak yang menerima atau memperoleh penghasilan tidak memiliki Nomor Pokok
Wajib Pajak, besarnya tarif pemotongan adalah lebih tinggi 100% (seratus persen) daripada
tarif seharusnya. Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis jasa lain diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
d) PPh 24
Pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas penghasilan dari luar negeri yang
diterima atau diperoleh Wajib Pajak dalam negeri boleh dikreditkan terhadap pajak yang
terutang berdasarkan Undang-undang ini dalam tahun pajak yang sama.
Besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan Undang-
undang perpajakan di Indonesia.
Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan
ditentukan sebagai berikut:

5
a. penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham
dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau
sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan
b. penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti, atau
sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada
c. penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak gerak adalah
negara tempat harta tersebut terletak
d. penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah
negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat
kedudukan atau berada
e. penghasilan bentuk usaha tetap adalah negara tempat bentuk usaha tetap tersebut
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
f. penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut
serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah
negara tempat lokasi penambangan berada
g. keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada dan
h. keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu bentuk usaha tetap
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada.
Apabila pajak atas penghasilan dari luar negeri yang dikreditkan ternyata kemudian
dikurangkan atau dikembalikan, maka pajak yang terutang menurut Undang-undang ini harus
ditambah dengan jumlah tersebut pada tahun pengurangan atau pengembalian itu dilakukan.
Ketentuan mengenai pelaksanaan pengkreditan pajak atas penghasilan dari luar negeri diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
192/PMK.03/2018 Tentang Pelaksanaan Pengkreditan Pajak Atas Penghasilan Dari Luar Negeri
dan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 107/PMK.03/2017 Tentang
Penetapan Saat Diperolehnya Dividen Dan Dasar Penghitungannya Oleh Wajib Pajak Dalam
Negeri Atas Penyertaan Modal Pada Badan Usaha Di Luar Negeri Selain Badan Usaha Yang
Menjual Sahamnya Di Bursa Efek.
e) PPh 25
Besarnya angsuran pajak dalam tahun pajak berjalan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib
Pajak untuk setiap bulan adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat
Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun pajak yang lalu dikurangi dengan:
a. Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 23 serta Pajak Penghasilan yang dipungut
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 yang telah dipotong dan
b. Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam pajak penghasilan Pasal 24,
dibagi 12 (dua belas) atau banyaknya bulan dalam bagian tahun pajak.
Besarnya angsuran pajak yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk bulan-bulan
sebelum Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan sebelum batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sama dengan besarnya angsuran
pajak untuk bulan terakhir tahun pajak yang lalu.
Apabila dalam tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun pajak yang
lalu, besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak tersebut dan
berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

6
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menetapkan penghitungan besarnya angsuran
pajak dalam tahun pajak berjalan dalam hal-hal tertentu, sebagai berikut:
a. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian
b. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur
c. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah
lewat batas waktu yang ditentukan
d. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan
e. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang
mengakibatkan angsuran bulanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum
pembetulan dan
f. terjadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan Wajib Pajak.
Menteri Keuangan menetapkan penghitungan besarnya angsuran pajak bagi:
a. Wajib Pajak baru
b. bank, badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, Wajib Pajak masuk bursa, dan
Wajib Pajak lainnya yang berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus
membuat laporan keuangan berkala dan
c. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu dengan tarif paling tinggi 0,75% (nol koma
tujuh puluh lima persen) dari peredaran bruto.
G. Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Sesuai Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-17/PJ/2015 Tentang Norma Penghitungan
Penghasilan Neto Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
yang peredaran brutonya dalam 1 (satu) tahun sebesar Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan
ratus juta rupiah) atau lebih wajib menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang peredaran
brutonya dalam 1 (satu) tahun kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta
rupiah) wajib menyelenggarakan pencatatan, kecuali Wajib Pajak yang bersangkutan memilih
menyelenggarakan pembukuan.
Wajib Pajak orang pribadi yang wajib menyelenggarakan pencatatan dan menerima atau
memperoleh penghasilan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan bersifat final, menghitung penghasilan
neto dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
Wajib Pajak orang pribadi yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto wajib
memberitahukan mengenai penggunaan Norma Penghitungan kepada Direktur Jenderal Pajak paling
lama 3 (tiga) bulan sejak awal Tahun Pajak yang bersangkutan. Pemberitahuan penggunaan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto yang disampaikan dalam jangka waktu tertentu dianggap disetujui
kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak tidak memenuhi persyaratan untuk
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak
memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak wajib pajak dianggap memilih menyelenggarakan
pembukuan.
Penghasilan neto bagi tiap jenis usaha dihitung dengan cara mengalikan angka persentase Norma
Penghitungan Penghasilan Neto dengan peredaran bruto atau penghasilan bruto dari kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas dalam 1 (satu) Tahun Pajak. Dalam menghitung besarnya Pajak Penghasilan
yang terutang oleh Wajib Pajak orang pribadi, sebelum dilakukan penerapan tarif umum Pajak
Penghasilan, terlebih dahulu dihitung Penghasilan Kena Pajak dengan mengurangkan Penghasilan
Tidak Kena Pajak dari penghasilan neto.

7
H. Penghasilan Peredaran Bruto Tertentu
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu Atas penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
dalam negeri yang memiliki peredaran bruto tertentu, dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
dalam jangka waktu tertentu. Tarif Pajak Penghasilan yang bersifat final sebesar 0,5% (nol koma lima
persen). Tidak termasuk penghasilan dari usaha yang dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
sebagaimana dimaksud sebagai berikut:
a. penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dari jasa sehubungan
dengan pekerjaan bebas
b. penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah
dibayar di luar negeri
c. penghasilan yang telah dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan tersendiri dan
d. penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu yang dikenai Pajak Penghasilan final
sebagaimana dimaksud merupakan Wajib Pajak orang pribadi dan Wajib Pajak badan berbentuk
koperasi, persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh
penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp 4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus
juta rupiah) dalam 1 (satu) Tahun Pajak.
I. Pelaksanaan Perpajakan Suami-Istri
Dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-19/PJ/2014 mengatur mengenai bentuk
formulir SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi dan Badan. Bentuk SPT Tahunan yang dipergunakan
oleh WP Orang Pribadi untuk melaporkan penghasilan pada tahun pajak 2014 mengalami beberapa
perubahan yang diatur dalam PER-19. Salah satunya yaitu pada SPT Tahunan untuk tahun pajak 2014,
terdapat kolom yang menyatakan “status kewajiban perpajakan suami-isteri”. Terdapat kolom KK,
HB, PH, dan MT. Penjelasan mengenai status kewajiban perpajakan tersebut dapat dilihat dibawah
ini:
1. Status perpajakan KK (Kepala Keluarga) -> kewajiban perpajakan suami-isteri digabung, isteri
dapat menggunakan NPWP suami sebagai sarana perpajakannya.
2. Status perpajakan HB (Hidup Berpisah) -> Wajib Pajak yang memiliki status perpajakan HB
dikenai pajak secara terpisah, karena suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan
Hakim.
3. Status perpajakan PH (Pisah Harta) -> penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara terpisah
karena dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
4. Status perpajakan MT (Memilih Terpisah) -> penghasilan suami-isteri dikenai pajak secara
terpisah karena dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya sendiri.
Peraturan mengenai status kewajiban perpajakan suami-isteri ini diatur sejak 2008 dan mulai
berlaku sejak 1 Januari 2009 (UU No.36 Tahun 2008) dan ditegaskan dalam SE-29/PJ/2010. Dalam
SPT tahunan WP Orang Pribadi, form pengisian kolom status perpajakan suami-istri baru muncul
pada SPT tahunan tahun pajak 2014.

8
BAB 2 PANDUAN INSTALASI APLIKASI e-SPT

A. Unduh dan Install e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi


Unduh aplikasi e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi melalui website Direktorat Jenderal Pajak
(www.pajak.go.id). Setelah mengunduh e-SPT Tahunan Orang Pribadi, langkah selanjutnya adalah
menginstal aplikasi.

B. Tutorial menginstal aplikasi e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi


1. Unduh aplikasi e-SPT pada situs terkait, kemudian lakukan ekstrak zip file sebagai berikut.

2. Buka folder eSPT PPh OP v1.5 hasil dari ekstrak file, lalu akan menemukan tiga folder lain di
dalam folder awal tersebut.

3. Buka folder Setup1.5 seperti pada gambar berikut.

4. Double klik pada file Setup. Kemudian klik Next.

9
5. Jika instalasi sudah selesai maka akan muncul tampilan berikut.

C. Patch Program
1. Untuk pengguna yang sudah memiliki aplikasi e-SPT Tahunan OP versi sebelumnya, lakukan
patch terlebih dahulu dengan mengklik dua kali pada lambang ‘Patch’ seperti di bawah ini.

2. Setelah membuka ikon tersebut Anda akan melihat panel ini pada layar Anda. Klik ‘Jalankan’.

3. Tunggu beberapa saat untuk program melakukan proses patching, setelah selesai akan
muncul panel ini pada layar Anda. Anda telah berhasil melakukan patch pada program e-SPT.

D. Membuat database e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi


1. Sebelum menjalankan aplikasi e-SPT, sebaiknya membuat database baru terlebih dahulu.
Buka folder e-SPT Tahunan PPh OP yang telah terinstall, anda akan menemukan folder db.

10
2. Di dalam folder db, terdapat folder db kosong. Kemudian copy file database yang terdapat di
dalam folder db kosong ke folder yang diinginkan.

3. Setelah memindahkan file database ke folder yang diinginkan. Rename file tersebut dengan
nama yang diinginkan agar mudah diingat.

E. Mengenal Fitur pada e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi


Dalam aplikasi e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi terdapat 4 menu:

1. Menu memiliki 2 menu pendukung, yaitu Koneksi Database dan Compact Database. Koneksi
Database akan terhubung dengan folder database yang akan anda pilih di lokasi database.
Compact Database digunakan untuk menyusun kembali database.

2. Menu Surat Pemberitahuan (SPT) memiliki 3 menu pendukung, yaitu Buat SPT Baru, Buka SPT
yang Ada, dan Hapus SPT. Buat SPT Baru digunakan untuk membuat SPT baru dengan
memasukkan masa SPT yang akan dibuat. Buka SPT yang Ada berisi daftar SPT yang telah
dibuat sebelumnya. Hapus SPT untuk menghapus pengisian SPT masa.

3. Menu Lapor SPT memiliki 3 menu pendukung, yaitu Rekam Surat Setoran Pajak (SSP), Menu
Cetakan, dan Lapor Data SPT ke KPP. Rekam Surat Setoran Pajak (SSP) digunakan untuk
memasukkan data pajak yang dibayar sesuai bukti pelunasan pajak (BPN). Menu Cetakan
digunakan untuk mencetak Formulir SPT. Lapor Data SPT ke KPP digunakan untuk membuat
file CSV yang digunakan untuk pelaporan pajak.

11
4. Menu Utility memiliki 4 menu pendukung, yaitu Informasi Profile, Setting, Impor Data Harta,
dan Expor Data Harta.

a. Informasi Profile berisi informasi tentang Wajib Pajak.

b. Setting digunakan apabila ingin merubah PTKP, Tarif, serta Password.

c. Atur ulang PTKP sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016.

12
F. Membuka e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi
1. Pilih Menu, Koneksi Database.

2. Pilih Database yang akan digunakan.

3. Isi username dengan administrator dan password dengan 123. Klik Login.

4. Isi Profil Wajib Pajak. Sebagai contoh profil wajib pajak berikut. Klik simpan.

G. Contoh Pengisisan SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770


1. Untuk membuat SPT Tahunan Orang Pribadi 1770 pada aplikasi e-SPT, langkah awal adalah
dengan memilih menu Surat Pemberitahuan (SPT), lalu pilih Buat SPT Baru.

13
2. Klik SPT Tahunan OP 1770. Isikan tahun pajak sesuai dengan tahun pajak yang diinginkan. Lalu
klik OK.

3. Langkah selanjutnya, kembali ke menu Surat Pemberitahuan (SPT) dan pilih 1770. Akan
muncul tujuh pilihan seperti berikut.

4. Pengisian Lampiran I.

a. Bagi Wajib Pajak melakukan pembukuan akan muncul Bagian A yang berisi Penghasilan Neto
Dalam Negeri dari Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas.

14
b. Bagian A.1 berisi Penghasilan Dari Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas Berdasarkan Laporan
Keuangan Komersial.

c. Bagian A.2 berisi Penyesuaian Fiskal Positif.

15
d. Bagian A.3 berisi Penyesuaian Fiskal Negatif dan A.4 berisi Jumlah Penghasilan setelah
dilakukan penyesuaian Fiskal Positif dan Negatif.

e. Bagi Wajib Pajak melakukan pembukuan akan muncul Bagian B yang berisi Penghasilan Neto
Dalam Negeri dari Usaha dan/atau Pekerjaan Bebas dengan menggunakan perhitungan
Norma.

16
f. Bagian C berisi berisi Penghasilan Neto Dalam Negeri sehubungan Pekerjaan (Tidak Termasuk
Penghasilan yang dikenakan PPh Final). Klik Tambah untuk merekam data penghasilan,
contoh sebagai berikut. Klik simpan.

g. Bagian D berisi berisi Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya (Tidak Termasuk Penghasilan
yang dikenakan PPh Final).

17
5. Pengisian Lampiran II.

a. Lampiran II Bagian A berisi berisi Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain, PPh
yang Dibayar/Dipotong di Luar Negeri dan PPh Ditanggung Pemerintah.

b. Klik Tambah untuk merekam data penghasilan, contoh sebagai berikut. Klik Simpan.

6. Pengisisan Lampiran III.

18
a. Bagian A berisi Penghasilan yang Dikenakan Pajak Final dan/atau Bersifat Final, contoh
sebagai berikut.

b. Bagian B berisi Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak. Bagian C berisi Penghasilan
Isteri/Suami yang dikenakan Pajak Secara Terpisah.

19
7. Pengisian Lampiran IV.

a. Bagian A berisi Harta Pada Akhir Tahun. Klik Tambah untuk menambahkan data harta.
Sebagai contoh sebagai berikut. Klik Simpan.

Setelah semua data harta dimasukkan akan muncul tampilan sebagai berikut.

20
b. Bagian B berisi Kewajiban/Utang Pada Akhir Tahun. Klik Tambah untuk menambahkan data
kewajiban/utang. Sebagai contoh sebagai berikut. Klik Simpan.

Setelah semua data kewajiban/utang dimasukkan akan muncul tampilan sebagai berikut.

c. Bagian C berisi Daftar Susunan Anggota Keluarga. Klik Tambah untuk menambahkan data
anggota keluarga. Sebagai contoh sebagai berikut. Klik Simpan.

21
Setelah semua data anggota keluarga dimasukkan akan muncul tampilan sebagai berikut.

8. Perhitungan PH-MT.
Wajib pajak yang memilih status PH adalah suami istri yang tidak bercerai namun melakukan
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Bila suami istri melakukan perjanjian pemisahan
harta dan penghasilan, maka istri harus memiliki NPWP sendiri, dan penghitungan pajak
terutangnya dihitung berdasarkan penggabungan penghasilan neto suami dan istri yang
kemudian dihitung secara proporsional sesuai dengan perbandingan penghasilan neto mereka.
Wajib pajak yang memilih status MT adalah suami istri yang tidak bercerai namun istri memilih
untuk melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya secara terpisah. Suami istri yang memilih
MT, kondisi dan persyaratannya sama dengan status PH yaitu istri harus memiliki NPWP sendiri
dan penghitungan pajak terutangnya dihitung berdasarkan penggabungan penghasilan neto
suami dan istri yang kemudian dihitung secara proporsional sesuai dengan perbandingan
penghasilan neto mereka.

9. Daftar Pembayaran PPh Final Untuk Jumlah Peredaran Bruto Tertentu.


Bagi Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha dan dikenakan pajak sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 2018 mengisi daftar ini yang berisi jumlah penghasilan bruto dan
pembayaran PPh Final untuk penghasilan dengan jumlah peredaran bruto tertentu per masa
pajak serta dari masing-masing tempat usaha.

22
10. Pengisian Induk SPT Tahunan Orang Pribadi 1770
a. Pertama isi identitas Wajib Pajak. Contoh sebagai berikut.

23
b. Bagian A berisi tentang Penghasilan Neto. Penghasilan ini otomatis terisi dari Lampiran I.
Contoh sebagai berikut.

c. Bagian B B berisi besaran PTKP, status PTKP, dan Penghasilan Kena Pajak. Contoh sebagai
berikut.

d. Bagian C berisi data tentang PPh Terutang. Klik Simpan untuk melanjutkan ke Bagian D.

24
e. Bagian D berisi data Kredit Pajak, isi apabila terdapat kredit pajak.

f. Bagian E berisi informasi PPh Kurang atau PPh Lebih Bayar. Dalam contoh berikut, tidak ada
pajak yang kurang/lebih bayar atau nihil.

g. Bagian F pengisian data Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Berikutnya.

25
h. Bagian G centang data yang ingin dilampirkan dalam SPT.

i. Kuasa isikan data pelapor atau pembuat SPT tersebut.

Contoh Pengisian SPT Tahunan PPh Orang Pribadi 1770 S

1. Untuk membuat SPT Tahunan Orang Pribadi 1770 S pada aplikasi e-SPT, langkah awal adalah
dengan memilih menu Surat Pemberitahuan (SPT), lalu pilih Buat SPT Baru.

26
2. Klik SPT Tahunan OP 1770 S. Isikan tahun pajak sesuai dengan tahun pajak yang diinginkan. Lalu
klik OK.

3. Langkah selanjutnya, kembali ke menu Surat Pemberitahuan (SPT) dan pilih 1770 S. Akan muncul
tujuh pilihan seperti berikut.

4. Pengisian Lampiran I.

a. Bagian A berisi Penghasilan Neto Dalam Negeri Lainnya (Tidak termasuk Penghasilan
Dikenakan PPh Final dan/atau Bersifat Final.

27
b. Bagian B berisi Penghasilan yang Tidak Termasuk Objek Pajak.

c. Bagian C berisi Daftar Pemotongan/Pemungutan PPh Oleh Pihak Lain dan PPh yang
Ditanggung Pemerintah. Klik Tambah untuk memasukkan data bukti potong.

d. Masukkan data mengenai bukti pemotongan atau pemungutan PPh oleh pihak lain, contoh
seperti berikut. Klik Simpan.

28
e. Data tersebut akan muncul pada kolom tadi, sesuai dengan apa yang Anda masukkan (Nama,
NPWP dan sebagainya).

5. Pengisian Lampiran II.

a. Bagian A berisi Penghasilan yang Dikenakan Pajak Final dan/atau Bersifat Final, contoh
sebagai berikut.

29
b. Bagian B berisi Harta Pada Akhir Tahun. Klik Tambah untuk menambahkan data harta.
Sebagai contoh sebagai berikut. Klik Simpan.

c. Bagian C berisi Kewajiban/Utang Pada Akhir Tahun. Klik Tambah untuk menambahkan data
hutang. Sebagai contoh sebagai berikut. Klik Simpan.

30
d. Bagian D berisi Daftar Susunan Anggota Keluarga yang menjadi tanggungan. Klik Tambah
untuk menambahkan data anggota keluarga yang menjadi tanggungan.

6. Pengisian Induk SPT Tahunan Orang Pribadi 1770.


a. Pertama isi identitas Wajib Pajak. Contoh sebagai berikut.

31
b. Bagian A berisi tentang Penghasilan Neto. Masukan penghasilan neto seperti yang tertera di
bukti potong dari pemberi kerja pada nomor 1. Contoh sebagai berikut.

c. Bagian B berisi besaran PTKP, status PTKP, dan Penghasilan Kena Pajak. Contoh sebagai
berikut.

d. Bagian C berisi data tentang PPh Terutang. Klik Simpan untuk melanjutkan ke Bagian D.

32
e. Bagian D berisi data Kredit Pajak, isi apabila terdapat kredit pajak.

f. Bagian E berisi informasi PPh Kurang atau PPh Lebih Bayar. Dalam contoh berikut, tidak ada
pajak yang kurang/lebih bayar atau nihil.

g. Bagian F pengisian data Angsuran PPh Pasal 25 Tahun Pajak Berikutnya.

33
h. Bagian G centang data yang ingin dilampirkan dalam SPT.

i. Bagian Kuasa isikan data pelapor atau pembuat SPT tersebut.

H. Pengisisan Surat Setoran Pajak (SSP)


1. Apabila Anda memilki pajak kurang bayar yang perlu dilunasi terlebih dahulu, pilih menu Lapor
SPT, pilih Rekam Surat Setoran Pajak (SSP).

34
2. Klik Tambah untuk memasukkan data Surat Setoran Pajak (SSP) sesuai bukti pelunasan pajak
(BPN).

I. Mencetak CSV untuk Pelaporan SPT


1. Untuk melaporkan SPT melalui DJP Online, anda harus menyiapkan file CSV dari SPT Masa yang
akan dilaporkan terlebih dahulu. Pilih menu Lapor SPT, Lapor Data SPT ke KPP.

2. Pilih SPT Masa yang akan dilaporkan, Buat File.

35
BAB 3 KASUS-KASUS PPh

Kasus 1 (PPh Orang Pribadi Karyawan Satu Pemberi Kerja)


Agus Pambudi merupakan pegawai tetap di PT Alisindo Raya Indonesia sebagai staf administrasi sejak 2
mei 2015, dengan status sudah menikah dan memiliki 3 orang anak. NPWP Agus 77.530.335.7.322.000
beralamatkan di Jalan Tanjung Anom Gang Kelinci No. 5 Jakarta Barat. Daftar susunan keluarga, data
kekayaan, dan data kewajiban yang dimiliki sampai dengan tahun 2017 sebagai berikut:
Data Susunan Keluarga
No Nama Tanggal Lahir Hubunga Keluarga Keterangan
1. Agus Pambudi 12-08-1980 Suami Pegawai
2. Nia Lestari 13-09-1982 Istri Tidak Bekerja
3. Budi Pambudi 07-08-2005 Anak Kandung SMP
4. Fina Pambudi 08-10-2010 Anak Kandung SD
5. Arya Pambudi 23-11-2014 Anak Kandung Balita

Daftar Kekayaan
No Jenis Harta Tahun Perolehan Biaya Perolehan Keterangan
1. Mobil Innova 2010 Rp. 250.000.000 BPKB No. B 3123 X
2. Motor Honda 2012 Rp. 18.000.000 BPKB No. B 5467 X
3. Rumah di Jl. Tanjung 2007 Rp. 500.000.000 Kredit
Anom
Jumlah Rp. 768.000.000

Data Kewajiban
No Jenis Harta Tahun Pinjaman Pinjaman Keterangan
1. Bank Mandiri Jl. Raden 2010 Rp. 100.000.000
Fatah Jakarta Barat
Jumlah Rp. 100.000.000

PT Alisindo Raya Indonesia telah menyerahkan bukti pemotongan PPh Pasal 21 berupa formulir 1721 A-
1 kepada Agus Pambudi.
Instruksi Kerja
1. Isilah SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi Formulir 1770 SS tahun pajak 2017! Tanggal
pelaporan dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 2018

36
37
Kasus 2 (PPh OP Suami-Istri NPWP gabung dari satu pemberi kerja)
Agus Pambudi merupakan manajer keuangan di PT Alisindo Raya Indonesia per 1 agustus 2016
(bukti potong PPh Pasal 21 Formulir 1721-A1 terlampir). PT Alisindo Raya Indonesia beralamatkan di Jalan
Lestari Barat No 234 Jakarta Barat, NPWP 01.385.536.3-344-000. Pada bulan juli 2017 menerima royalti
atas penerbitan buku manajemen keuangan sebesar Rp. 25.000.000 dari penerbit Graha Multindo yang
beralamat di Jalan Gunung Jati 101 Jakarta Pusat, NPWP 01.387.123.2-255-000 (Bukti Pemotongan
Terlampir)
Istri Agus Nia Lestari adalah manajer pemasaran di Bank Arta Graha yang memiliki NPWP
mengikuti suami/cabang suami (bukti potong PPh Pasal 21 Formulir 1721-A1 terlampir). Bank Arta Graha
beralamatkan di Jalan Cempaka Putih No 12 Jakarta Barat, NPWP 01.371.512.3-322-001. Pada bulan juni
2017 mendapatkan hadiah undian berupa LCD TV 32 inchi senilai Rp. 32.000.000 dari toko elektronik PT
Makmur Sejahtera yang beralamatkan di Jalan Panglima Polim No 343 Jakarta Barat, NPWP 01.371.545.4-
311-000, pajak ditanggung pemenang (bukti pemotongan terlampir).
Agus beralamatkan di Jalan Tanjung Anom Gang Kelinci No. 5 Jakarta Barat, NPWP 01.371.512.3-
322-000, no telepon (0341-576867). Berikut ini data mengenai susunan keluarga dan data hartanya
sampai dengan 31 Desember 2017.
Data Susunan Keluarga
No Nama Tanggal Lahir Hubunga Keluarga Keterangan
1. Agus Pambudi 12-08-1980 Suami Pegawai
2. Nia Lestari 13-09-1982 Istri Tidak Bekerja
3. Budi Pambudi 07-08-2005 Anak Kandung SMP
4. Fina Pambudi 08-10-2010 Anak Kandung SD
5. Arya Pambudi 23-11-2014 Anak Kandung Balita

Daftar Kekayaan
No Jenis Harta Tahun Perolehan Biaya Perolehan Keterangan
1. Mobil Pajero 2015 Rp. 550.000.000 BPKB No. B 8797 X
2. Mobil Honda Jazz 2014 Rp. 250.000.000 BPKB No. B 9809 X
3. Motor Honda 2010 Rp. 15.000.000 BPKB No. B 9798 X
3. Rumah di Jl. Tanjung 2005 Rp. 1.750.000.000 NOP: 11.22.123.123.9
Anom
Jumlah Rp. 2.565.000.000

Data Kewajiban
No Jenis Harta Tahun Pinjaman Pinjaman Keterangan
1. Bank BNI Jl. Sunan Muria 2011 Rp. 50.000.000
Jakarta Barat
Jumlah Rp. 50.000.000

Instruksi Kerja
1. Isikan penghasilan lainnya kedalam formulir bukti potong yang sudah disediakan!
2. Hitunglah PPh yang kurang/lebih bayar untuk tahun pajak 2017 pada kertas kerja yang sudah
disediakan!
3. Laporkan perhitungan PPh terutang ke dalam e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk tahun
pajak 2017!

38
Kertas Kerja dan Formulir Perpajakan
Fiskal SPT Ket.
No Deskripsi Objek Pajak Non Objek Pajak
NonFinal Final
1. Penghasilan dari Pekerjaan
a. Pekerjaan dari…
- Penghasilan Bruto
- Pengurang Penghasilan Bruto
- Penghasilan Neto
b. Pekerjaan dari…
- Penghasilan Bruto
- Pengurang Penghasilan Bruto
- Penghasilan Neto
Jumlah Penghasilan Neto sehubungan Pekerjaan
2. Penghasilan Lain-Lain
a.
b.
Jumlah Penghasilan Lain-Lain
3. Jumlah Penghasilan Neto
4. Zakat/Sumbangan Wajib Keagamaan
5. PTKP
-WP Sendiri
-Kawin
-Tanggungan
6. Penghasilan Kena Pajak
7. Penghasilan Kena Pajak Pembulatan
8. PPh Terutang
- 5% x
- 15% x
- 25% x
- 30% x
9. Kredit Pajak
a. PPh Dipotong/Dipungut Pihak Lain
- PPh Pasal….
- PPh Pasal….
b. PPh Yang Harus Dibayar Sendiri
c. PPh Dibayar Sendiri
- PPh Pasal 25
- STP PPh 25
10. PPh Kurang Bayar/Lebih bayar

39
40
41
Kasus 3 (PPh OP Suami-Istri memilih MT lebih dari satu pemberi kerja)
Dedi Yunus adalah seorang Direktur Keuangan PT Alisindo Raya Indonesia sejak 30 januari 2010
(bukti potong 1721-A1 terlampir). Alamat tempat tinggal di Jalan Kaliurang No 25 Jakarta Pusat, telepon
(0876) 979898, NPWP 03.476.112.3-255-000. Selain itu Dedi juga menjadi dewan komisaris pada PT
Textindo (bukti potong 1721 A-1 terlampir). Pada bulan januari 2017 menerima penghasilan Rp.
75.000.000 dari sewa bangunan miliknya dari PT Ice Indo NPWP 03.868.534.3-989-000 beralamat Jalan
Budi Luhur No 45 Jakarta Pusat (bukti potong PPh 4 Ayat 2 terlampir). Pada bulan mei 2017 memperoleh
warisan tanah dari ayahnya seluas 30m x 45m persegi senilai Rp. 1.200.000.000.
Santi Dewi istri Dedi adalah Supervisor sejak 21 Februari 2014 (bukti potong 1721-A1 terlampir)
PT Graha Buana Jalan Butik Putih No 56 Jakarta Pusat, memilih untuk melaksanakan kewajiban
perpajakannya sendiri (MT) NPWP 03.879.112.3-255-000. Selain sebagai seorang supervisor Santi Dewi
juga merupakan penulis novel, atas novel yang dia terbitkan pada bulan Mei 2017 Santi mendapatkan
royalti sebesar Rp. 25.000.000 dari PT Grasindo NPWP 03.435.877.3-765-000 beralamat Jalan Budi Luhur
No 45 Jakarta Barat (bukti potong PPh 23 terlampir).
Data Susunan Keluarga
No Nama Tanggal Lahir Hubunga Keluarga Keterangan
1. Dedi Yunus 12-06-1980 Suami Pegawai
2. Santi Dewi 13-10-1982 Istri Pegawai
3. Andra Yunus 23-08-2005 Anak Kandung SMP
4. Fika Yunus 05-10-2006 Anak Kandung SMP

Daftar Kekayaan
No Jenis Harta Tahun Perolehan Biaya Perolehan Keterangan
1. Mobil Fortuner 2010 Rp. 450.000.000 BPKB No. B 8879 X
2. Mobil Honda Jazz 2012 Rp. 250.000.000 BPKB No. B 9808 X
3. Ruko Jalan bandung No 2011 Rp. 750.000.000
3 Jakarta Pusat
3. Rumah Tinggal Jalan 2007 Rp. 2.500.000.000
Kaliurang No 25 Jakarta
Pusat
Jumlah Rp. 3.950.000.000

Data Kewajiban
No Jenis Harta Tahun Pinjaman Pinjaman Keterangan
1. Bank BCA Jl. Senja kala no 2015 Rp. 250.000.000
22 Jakarta Pusat
Jumlah Rp. 250.000.000

Instruksi Kerja
1. Isikan penghasilan lainnya kedalam formulir bukti potong yang sudah disediakan!
2. Hitunglah PPh yang kurang/lebih bayar untuk tahun pajak 2017 pada kertas kerja yang sudah
disediakan!
3. Laporkan perhitungan PPh terutang ke dalam e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk tahun
pajak 2017 (Dedi dan Santi)!

42
Kertas Kerja dan Formulir Perpajakan
a. Perhitungan PPh Terutang Gabungan.
No Uraian Nomial (Rp)
1. Penghasilan neto Dedi (Suami)
a. Dari Pekerjaan
b. Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan
Total penghasilan neto
2. Penghasilan neto Santi (Istri)
a. Dari pekerjaan
b. Penghasilan lainnya
Total penghasilan neto
3. Penghasilan neto gabungan
4. PTKP
5. Penghasilan Kena Pajak
6. PPh Terutang Gabungan
- 5% x
- 15% x
- 25% x
- 30% x
7 PPh terutang gabungan

b. Perhitungan PPh terutang atas nama masing-masing.


No PPh Terutang (dalam Rupiah)
Suami Istri
1. = Rp. x Rp. = Rp. x Rp.
Rp. Rp.

= Rp. = Rp.

c. Perhitungan besarnya PPh kurang bayar/lebih bayar tahun 2017.


No Uraian Suami Istri
1. PPh terutang Rp. Rp.
2. PPh dipotong/dipungut pihak lain Rp. Rp.
3. PPh yang harus dibayar sendiri Rp. Rp.
4. PPh dibayar sendiri Rp. Rp.
5. PPh kurang/lebih bayar Rp. Rp.

43
44
45
46
Kasus 4 (PPh OP Suami-Istri mempunyai usaha dan atau pekerjaan bebas norma perhitungan neto
dengan gabung NPWP)
Budi Sujatmiko adalah seorang dokter di salah satu RS Bina Persada di Jakarta Utara (bukti potong
1721-A1 terlampir), dan membuka praktik sendiri di rumahnya, NPWP 88.408.425.9.325.000. Budi tinggal
di Jalan Tunas Bangsa No 234 jakarta Utara, Telp. (0987) 987087. Budi menggunakan norma perhitungan
neto untuk menghitung pajak atas hasil praktiknya. Kode KLU 93213 dengan norma 42,5%. Hasil praktik
yang didapat selama tahun 2018 disajikan dalam tabel berikut ini:
No Bulan Peredaran Usaha No Bulan Peredaran Usaha
1. Januari Rp. 25.000.000 7. Juli Rp. 30.000.000
2. Februari Rp. 23.500.000 8. Agustus Rp. 25.000.000
3. Maret Rp. 20.000.000 9. September Rp. 30.000.000
4. April Rp. 40.000.000 10. Oktober Rp. 24.000.000
5. Mei Rp. 55.000.000 11. November Rp. 32.000.000
6. Juni Rp. 40.000.000 12. Desember Rp. 60.000.000
Jumlah Rp. 404.500.000
Maya Septa istri budi adalah staf pajak di PT Astra Indo sejak 4 april 2014 (bukti potong 1721-A1
terlampir). Maya tidak menghendaki pemisahan NPWP sehingga untuk keperluan pemenuhan kewajiban
perpajakan, Maya menggunakan NPWP cabang suami 88.408.425.9.325.001. Selain sebagai seorang staf
pajak Maya juga melakukan pekerjaan bebas sebagai konsultan pajak yang menggunakan norma
perhitungan neto sebesar 50%. Hasil pekerjaan bebas sebagai seorang konsultan pajak selama tahun
2018 sebagai berikut:
No Bulan Peredaran Usaha No Bulan Peredaran Usaha
1. Januari Rp. 5.000.000 7. Juli Rp. 7.000.000
2. Februari Rp. 7.500.000 8. Agustus Rp. 5.000.000
3. Maret Rp. 5.000.000 9. September Rp. 5.000.000
4. April Rp. 6.000.000 10. Oktober Rp. 5.000.000
5. Mei Rp. 5.000.000 11. November Rp. 5.000.000
6. Juni Rp. 10.000.000 12. Desember Rp. 11.000.000
Jumlah Rp. 76.500.000
Adapun informasi tambahan sebagai berikut:
1. Bulan Mei Budi menerima penghasilan sewa tanah sebesar Rp. 15.000.000 dari PT Aman
Sejahtera Sentosa NPWP 78.555.131.9.868.000 Alamat Jalan Dukuh Kupang No 23 Jakarta Utara.
2. Bulan Juni Maya mendapatkan warisan dari orangtuanya berupa sebidang tanah senilai Rp.
250.000.000 di Jalan Kota Bumi No 34 Jakarta Utara.
Data Susunan Keluarga
No Nama Tanggal Lahir Hubunga Keluarga Keterangan
1. Budi Sujatmiko 12-06-1985 Suami Pegawai
2. Maya Septa 13-10-1986 Istri Pegawai

Daftar Kekayaan
No Jenis Harta Tahun Perolehan Biaya Perolehan Keterangan
1. Mobil Honda Jazz 2016 Rp. 450.000.000 BPKB No. B 5879 X
2. Mobil Honda Jazz 2015 Rp. 350.000.000 BPKB No. B 6808 X
3. Tanah di Jalan bandung 2011 Rp. 550.000.000
No 3 Jakarta Utara
3. Rumah Tinggal di Jalan 2007 Rp. 1.500.000.000
Tunas Bangsa No 234
jakarta Utara
Jumlah Rp. 3.950.000.000

47
Instruksi Kerja
1. Isikan penghasilan lainnya kedalam formulir bukti potong yang sudah disediakan!
2. Hitunglah PPh yang kurang/lebih bayar untuk tahun pajak 2018 pada kertas kerja yang sudah
disediakan!
3. Laporkan perhitungan PPh terutang ke dalam e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk tahun pajak
2018 (Budi dan Maya)!

48
Kertas Kerja dan Formulir Perpajakan
a. Perhitungan PPh Terutang Gabungan.
No Uraian Nomial (Rp)
1. Penghasilan neto Budi (Suami)
c. Dari Pekerjaan
d. Usaha dan atau Pekerjaan Bebas
Total penghasilan neto
2. Penghasilan neto Maya (Istri)
c. Dari pekerjaan
d. Usaha dan atau pekerjaan bebas
Total penghasilan neto
3. Penghasilan neto gabungan
4. PTKP
5. Penghasilan Kena Pajak
6. PPh Terutang Gabungan
- 5% x
- 15% x
- 25% x
- 30% x
7 PPh terutang gabungan

b. Perhitungan besarnya PPh kurang bayar/lebih bayar tahun 2018.


No Uraian Suami
1. PPh terutang Rp.
2. PPh dipotong/dipungut pihak lain Rp.
3. PPh yang harus dibayar sendiri Rp.
4. PPh dibayar sendiri Rp.
5. PPh kurang/lebih bayar Rp.

c. Perhitungan angsuran PPh 25 untuk tahun 2019


No Uraian Nominal
1. PPh yang harus dibayar sendiri Rp.
2. PPh Pasal 25 Rp.

49
50
51
Kasus 5 (PPh OP mempunyai usaha dan atau pekerjaan bebas menggunakan PP 23 Tahun 2018)
Deni Wijaya adalah seorang dokter di RS Paramadina Jakarta Barat sejak 5 Juni 2010 (bukti potong
1721-A1 terlampir). Deni tinggal di Alamat Jalan Jendral Sudirman No 32 Jakarta Barat Telp. (0987)
987654. Selain sebagai seorang dokter di RS Paramadina Deni juga membuka praktik dokter di rumah dan
juga menjalankan usaha apotek di dekat rumahnya.
Hasil praktik yang didapat selama tahun 2019 disajikan dalam tabel berikut ini:
No Bulan Peredaran Usaha No Bulan Peredaran Usaha
1. Januari Rp. 15.000.000 7. Juli Rp. 30.000.000
2. Februari Rp. 23.500.000 8. Agustus Rp. 25.000.000
3. Maret Rp. 20.000.000 9. September Rp. 30.000.000
4. April Rp. 30.000.000 10. Oktober Rp. 24.000.000
5. Mei Rp. 25.000.000 11. November Rp. 32.000.000
6. Juni Rp. 20.000.000 12. Desember Rp. 40.000.000
Jumlah Rp. 314.500.000
Adapun hasil usaha apotek selama tahun 2019 sebagai berikut:
No Bulan Peredaran Usaha No Bulan Peredaran Usaha
1. Januari Rp. 55.000.000 7. Juli Rp. 70.000.000
2. Februari Rp. 70.500.000 8. Agustus Rp. 50.000.000
3. Maret Rp. 50.000.000 9. September Rp. 45.000.000
4. April Rp. 60.000.000 10. Oktober Rp. 65.000.000
5. Mei Rp. 50.000.000 11. November Rp. 55.000.000
6. Juni Rp. 100.000.000 12. Desember Rp. 110.000.000
Jumlah Rp. 780.500.000
Adapun informasi tambahan sebagai berikut:
1. Bulan Mei Deni menerima Hadiah Undian Sepeda Motor senilai Rp. 25.000.000 dari PT Astra Agro
Sentosa NPWP 54.123.178.9.456.000 Alamat Mayjen Sungkono No 678 Jakarta Barat.
2. Bulan Juni Deni mendapatkan warisan dari orangtuanya berupa tanah senilai Rp. 300.000.000 di
Jalan Ijen Nirwana No 56 Jakarta Pusat.
3. Bulan Agustus Menerima Royalti sebesar Rp. 60.000.000 penerbitan Buku dari PT Graha Ilmu
NPWP 77.432.567.8.324.000 Alamat Jalan Asia Afrika No 67 Bandung.
Yeniwati istri Deni juga bekerja sebagai Staf keuangan di RS Paramadina Jakarta Barat sejak 1 Agustus
2012 (bukti potong 1721-A1 terlampir). Karena hanya bekerja sebagai staf keuangan saja Yeni memilih
untuk menggabungkan NPWPnya dengan suaminya Deni.
Data Susunan Keluarga
No Nama Tanggal Lahir Hubunga Keluarga Keterangan
1. Deni Wijaya 12-06-1980 Suami Dokter
2. Yeniwati 13-10-1985 Istri Staf Keuangan

Daftar Kekayaan
No Jenis Harta Tahun Perolehan Biaya Perolehan Keterangan
1. Mobil Fortuner 2017 Rp. 550.000.000 BPKB No. B 6457 X
2. Mobil Toyota Yaris 2018 Rp. 350.000.000 BPKB No. B 5678 X
3. Tanah di Jalan Candi 2010 Rp. 750.000.000
Prambanan No 23
Jakarta Barat
3. Rumah Tinggal di Jalan 2008 Rp. 1.650.000.000
Pegangsaan Timur No
234 jakarta Barat
Jumlah Rp. 3.300.000.000

52
Instruksi Kerja
1. Isikan penghasilan lainnya kedalam formulir bukti potong yang sudah disediakan!
2. Hitunglah PPh yang kurang/lebih bayar untuk tahun pajak 2019 pada kertas kerja yang sudah
disediakan!
3. Laporkan perhitungan PPh terutang ke dalam e-SPT Tahunan PPh Orang Pribadi untuk tahun
pajak 2019!

53
Kertas Kerja dan Formulir Perpajakan
a. Perhitungan PPh Kurang Bayar/Lebih Bayar
Fiskal
SPT Ket.
No Deskripsi Objek Pajak Non Objek Pajak
NonFinal Final
1. Penghasilan dari Pekerjaan
a. Pekerjaan dari…
- Penghasilan Bruto
- Pengurang
- Penghasilan Neto
b. Usaha dan atau pekerjaan bebas
- Penghasilan Bruto
- Pengurang
- Penghasilan Neto
c. Usaha dan atau pekerjaan bebas
- Penghasilan Bruto
- Pengurang
- Penghasilan Neto
Jumlah Penghasilan Neto
2. Penghasilan Lain-Lain
a.
b.
Jumlah Penghasilan Lain-Lain
3. Jumlah Penghasilan Neto
4. PTKP
- WP Sendiri
- Kawin
5. Penghasilan Kena Pajak
6. PPh Terutang
- 5% x
- 15% x
- 25% x

54
- 30% x
7. Kredit Pajak
a. PPh Dipotong/Dipungut Pihak Lain
- PPh Pasal
- PPh Pasal
b. PPh Yang Harus Dibayar Sendiri
c. PPh Dibayar Sendiri
8. PPh Kurang/Lebih Bayar

b. Perhitungan Angsuran PPh 25 untuk Tahun Pajak Berikutnya.


No Deskripsi Rupiah
1 Penghasilan Neto Tahun Sebelumnya
2 Penghasilan tidak teratur
3 Penghasilan yang menjadi dasar perhitungan angsuran
4 Zakat/Sumbangan wajib keagamaan
5 Kompensasi Kerugian
6 PTKP (K/3)
7 Penghasila Kena Pajak
8 Penghasilan Kena Pajak Dibulatkan
9 PPh yang terutang
- 5% x
- 15% x
- 25% x
- 30% x
10 Kredit Pajak Tahun Lalu yang dipotong/dipungut pihak lain
11 PPh yang masih harus dibayar
12 PPh 25

55
56
57
DAFTAR PUSTAKA
Republik Indonesia. 2008. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. Jakarta.
Republik Indonesia. 2018. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak
Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki
Peredaran Bruto Tertentu. Jakarta.
Republik Indonesia. 2018. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 99/PMK.03/2018
Tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 Tentang Pajak Penghasilan
Atas Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran
Bruto Tertentu. Jakarta.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 101/PMK.010/2016
Tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Jakarta.
Republik Indonesia. 2016. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 16/PJ/2016 Tentang Pedoman
Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran Dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Dan/Atau
Pajak Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa, Dan Kegiatan Orang Pribadi.
Jakarta.
Republik Indonesia. 2015. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER - 17/PJ/2015 Tentang Norma
Penghitungan Penghasilan Neto. Jakarta.

58

Anda mungkin juga menyukai