Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 e-ISSN 2548-7051

Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

PENGARUH TERAPI YOGA TERHADAP PENURUNAN TEKANAN


DARAH PADA PENDERITA HIPERTENSI
Rr. Sri Endang Pujiastuti1, Sawab2, Safitri Zummy Afiyati3
1
Poltekkes Kemenkes Semarang Departement Keperawatan
rarastuti@yahoo.com

Abstrak
Hipertensi disebut silent disease karena biasanya pasien tidak sadar bahwa dirinya mengalami
hipertensi. Hipertensi dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur maupun kelompok
sosial ekonomi. Pengobatan Hipertensi tidak harus menggunakan tidakan farmakologis, namun
hipertensi dapat diobat menggunakan terapi non farmakologis berupa terapi yang berbentuk meditasi
berupa terapi yoga. Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian terapi yoga terhadap
penurunan kecemasan dan tekanan darah pada penderita Hipertensi. Metode ini adalah desain Quasi-
eksperimental dilakukan di Kelurahan Pedalangan RW 01. Sampel adalah 60 penderita hipertensi
primer, yang secara acak dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok intervensi (n = 30) dan
kelompok kontrol (n = 30). Hasil Analisa penelitian ini menunjukkan pada tekanan darah sistole
dengan nilai p value 0,001 (p <0.05) dan tekanan darah diastole dengan nilai p value 0,000 (p <0.05)
pada kelompok intervensi dan kontrol setelah dilakukan yoga. Ada pengaruh yoga terhadap
penurunanmtekanan darah pada penderita hipertensi. Peneliti menyarankan kepada semua tenaga
kesehatan untuk menerapkan terapi yoga kepada pasien hipertensi karena yoga mampu menurunkan
tekanan darah.

Kata kunci: Yoga, tekanan darah, hipertensi

Abstract
The effect of yoga therapy to decrease blood pressure in patients with hypertension. Hypertension is
called the silent disease, it’s usually caused an patient not be aware that they was being hypertension.
Hypertension can affect anyone of various age groups and socio-economic groups. Hypertension can
treatment should not used pharmacological, measure, however hypertension can treatment by
nonpharmacologycal teraphy a form of transcedental meditation or yoga. The purpose of this research
is conducted to determine the effect of yoga therapy to decrease blood pressure in patients with
hypertension. This method design Quasi-experimental done in Pedalangan village RW 01. The sample
was 60 subject primary hypertension, who were randomized include 2 groups: there was intervention
group (n = 30) and control group (n = 30). Analysis result Man Whitney experiment systolic blood
pressure p value 0.001 (P <0.05) and diastolic blood pressure with p value 0.000 (p <0.05) in the
intervention and control groups after yoga. There is the influence of yoga to lowering blood pressure in
hypertensive patients. Researchers suggest to all health workers to apply yoga therapy to patients with
hypertension because yoga can lower blood pressure.

Keywords: Yoga, blood pressure, hypertension

Pendahuluan Pada proses degenerasi pada lansia, salah


Penuaan atau proses menjadi tua satunya menyebabkan waktu tidur yang
adalah suatu kondisi yang normal, yang efektif semakin berkurang, dan
akan ditandai dengan perubahan fisik dan menyebabkan tidak tercapainya kualitas
tingkah laku yang dapat diprediksi dan tidur yang adekuat dan menyebabkan
terjadi pada semua orang saat mereka berbagi macam keluhan tidur
mencapai usia tahap perkembangan (Chasanah,2017).
kronologis tertentu (Stanley & Beare, Proses degenerasi pada lansia
2007). Dengan bertambahnya usia, akan menyebabkan waktu tidur yang efektif
besar kemungkinan seseorang mengalami semakin berkurang, dan menyebabkan
permasalah fisik, jiwa, spiritual, ekonomi tidak tercapainya kualitas tidur yang
dan sosial. Masalah yang sangat mendasar adekuat dan menyebabkan berbagi macam
pada lanjut usia adalah masalah kesehatan keluhan tidur. Prevalensi pemenuhan
yang merupakan akibat proses degeneratif. gangguan pemenuhan kebutuhan tidur
36
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

pada lansia cukup meningkat yaitu sekitar berdampak pada kualitas dan gaya hidup.
76%. Kelompok lansia lebih mengeluh Insomnia merupakan salah satu gangguan
mengalami sulit tidur sebanyak 40%, tidur yang banyak dikeluhkan masyarakat.
sering terbangun pada malam hari Insomnia pada lansia disebabkan oleh
sebanyak 30% dan sisanya gangguan beberapa faktor, diantaranya adalah faktor
pemenuhan kebutuhan tidur lain (Amir, status kesehatan, penggunaan obat-obatan,
2007). Hasil penelitian Khasanah (2012) kondisi lingkungan, stress psikologis,
menunjukkan bahwa 29 reponden (29,9%) asupan nutrisi/diet dan pola hidup
memiliki kualitas tidur baik dan 68 (Darmojo dan Martono, 2006). Kualitas
responden (70,1%) memiliki kualitas tidur tidur merupakan suatu penyusun penting
buruk atau jelek. Hasil penelitian ini dan bagian yang esensial dari kualitas
didapatkan data bahwa tidur Lansia di hidup seseorang (Luo dkk, 2013).
Balai Rehabilitasi Sosial “ Mandiri ” Terdapat beberapa faktor yang
Semarang, dapat disimpulkan bahwa mempengaruhi kualitas tidur seseorang,
secara keseluruhan kualitas tidur lansia diantaranya adalah : 1)Fisik Kondisi, fisik
buruk. Hasil ini dapat digunakan sebagai seseorang sangat erat kaitannya dengan
gambaran bagi perawat untuk bisa kualitas tidur yang dimilikinya. Terutama
memanfaatkan data dalam penelitian ini pada lansia dengan keluhan
sehingga mampu melakukan asuhan ketidaknyamanan fisik seperti batuk, kram
keperawatan pada lansia terkait kebutuhan kaki, pegal-pegal pada tubuh dan perut
istirahat tidur. kembung cenderung mengalami penurunan
Perubahan pola tidur lansia kualitas tidur . 2)Psikososial Memasuki
disebabkan perubahan sistem neurologis fase lansia akan membuat seseorang
yang secara fisiologis akan mengalami mengalami perubahan dalam hal
penurunan jumlah dan ukuran neuron pada psikososial. Lansia mudah mengalami
sistem saraf pusat. Hal ini mengakibatkan kecemasan dan kekhawatiran berlebih serta
fungsi dari neurotransmiter pada sistem depresi yang dapat mengganggu tidur
neurologi menurun, sehingga distribusi mereka, 3)Lingkungan Faktor lingkungan
norepinefrin yang merupakan zat untuk ikut berkontribusi dalam mempengaruhi
merangsang tidur juga akan menurun. kualitas tidur seseorang. 4)Gaya Hidup,
Lansia yang mengalami perubahan Gaya hidup tentu memberikan pengaruh
fisiologis pada sistem neurologis yang besar terhadap kualitas tidur
menyebabkan gangguan tidur seseorang. Terutama pada lansia, tidur
(Potter&Perry,2005; Stanley, 2007). siang yang pendek dan diikuti dengan
Perubahan tidur yang latihan fisik sedang pada sore hari dapat
mempengaruhi kualitas tidur yang memberikan kualitas tidur yang baik
berhubungan dengan proses penuaan pada (Wahyuni dkk, 2009). Menghentikan
seperti meningkatkan latensi tidur, efisiensi aktivitas fisik seperti hubungan sosial
tidur berkurang, bangun lebih awal, dengan teman, pekerjaan dan berada di
mengurangi tahapan tidur nyenyak dan dalam kamar sepanjang hari terbukti
gangguan irama sirkardian, peningkatan meningkatkan kemungkinan terjadi
tidur siang. Jumlah waktu yang dihabiskan insomnia (Leblanc dkk, 2015). Kebiasaan
untuk tidur lebih dalam menurun. Lansia mengkonsumsi alkohol dan merokok, serta
melaporkan sering tidur siang dan minum kopi sebelum tidur dapat
mengalami kesulitan jatuh tertidur dan mengganggu pola tidur normal (Wahyuni
tetap tidur (Stanley, 2006; Oliveira, 2010). dkk, 2009).
Gangguan tidur secara umum Lansia umumnya ditemukan
merupakan keadaan dimana terjadi perubahan berupa kedalaman tidur yang
perubahan kuantitas dan kualitas tidur yang terganggu, sehingga apabila terdapat
dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan stimulus dari lingkungan disekitarnya,

37
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

maka lansia akan lebih sering terbangun dihasilkan pada penelitian ini adalah
dibandingkan dengan orang dewasa muda adanya alternative intervensi dalam
normal yang terbangun hanya 2-4 kali kualitas tidur pada lansia yang mengalami
dalam semalam (Darmojo dan Martono, insomnia serta meningkatkan ketrampilan
2006). Adanya penurunan jumlah total perawat dalam perawatan di komunitas
waktu tidur, mudah terbangun di malam untuk lanjut usia. Intervensi ini bisa
hari dan terbangun lebih awal dapat diterapkan dalam pemberian asuhan
memberikan perasaan tidak segar di pagi keperawatan pada lansia untuk
hari dan kepuasan tidur yang berkurang meningkatkan kualitas tidur lansia dengan
(Wahyuni dkk, 2009). Hal tersebut insomnia. Hipertensi disebut silent disease
berdampak pada munculnya keluhan karena biasanya pasien tidak mengetahui
mengantuk, keletihan dan mudah jatuh adanya tanda-tanda Hipertensi. Hipertensi
tidur di siang hari. Lansia cenderung pergi dapat menyerang siapa saja dari berbagai
ke tempat tidur lebih awal dibandingkan kelompok umur maupun kelompok sosial
dengan orang dewasa muda (Voinescu dan ekonomi (Astawan, 2007). Hipertensi
Tatar, 2015) namun membutuhkan waktu menjadi masalah kesehatan yang besar di
yang lama untuk jatuh tertidur (latensi seluruh dunia saat ini karena jumlah angka
tidur memanjang) dan lebih sering prevalensi penderita Hipertensi yang tinggi
terbangun di malam hari (Wahyuni dkk, dan berhubungan dengan resiko terjadi
2008). penyakit kardiovaskuler (World Health
Hasil survei awal dengan Organization, 2010).
wawancara terhadap 20 lansia di posbindu Menurut World Health
“Kemuning” kelurahan candirejo Organization (2014) penyakit
didapatkan data bahwa 70% diantaranya kardiovaskular merupakan pembunuh
mengeluh susah tidur di malam hari, pergi nomor satu dunia untuk usia diatas 45
tidur antara jam 7 sampai jam 9, tapi ada tahun dan akan diperkirakan 12 juta orang
juga yang tidur jam 10. Lansia mengatakan meninggal setiap tahunnya. Hipertensi
sering terbangun pada malam hari rata–rata secara global menyebabkan 7,6 juta
2-3 kali untuk ke kamar mandi dan setelah kematian atau sekitar 12,8% dari total
itu sulit untuk jatuh tertidur lagi. Kondisi seluruh kematian.Hipertensi menyebabkan
lain yang di alami lansia sehingga stroke, retinopati kebutaan, penyakit
terbangun pada malam hari dikarenakan jantung koroner untuk gagal jantung, gagal
merasakan nyeri, terbangun karena mimpi ginjal kronis gagal ginjal terminal (Bild et
dan keadaan lingkungan yang berisik. al., 2014).
Keluhan lain yang dialami lansia adalah Hipertensi dapat diobat dengan cara
merasa kurang segar setelah bangun di mengkonsumsi obat-obatan penurun
pagi hari, mengantuk di siang hari namun tekanan darah, pengaturan pola makan,
ada 5 lansia yang mengeluh tidak bisa tidur olahraga, mengurangi stress, menghindari
disiang hari walaupun sudah mengantuk alcohol, dan merokok (Kowalski, 2010).
serta ada keinginan untuk tidur. Maka Menurut Prayitno (2014) Hipertensi juga
diperlukan intervensi untuk meningkatkan dapat diobati menggunakan terapi yang
kualitas tidur pada lanjut usia yang berbentuk meditasi berupa yoga. Meditasi
mengalami insomnia. Salah satu intervensi didalamnya mengandung unsur penerangan
mandiri yang dapat diberikan adalah terapi diri yang dapat menstabilkan tekanan darah
Beapreasi. sehingga meditasi dianggap sebagai
Tujuan Penelitian ini adalah untuk metode penyembuhan yang sangat efektif
mengetahui pengaruh Terapi Beapreasi bagi penderita Hipertensi.
terhadap kualitas tidur pada lansia dengan Yoga merupakan terapi yang
insomnia di Posbindu kemuning kelurahan mengkombinasikan antara teknik bernapas,
candirejo. Adapun luaran yang akan relaksasi dan meditasi serta latihan

38
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

peregangan (Jain, 2011). Manfaat yoga diastol tetapi tidak pada tekanan darah
secara umum menurut Wirawanda (2013) sistol wanita yang berusia 50 tahun ke atas
meningkatkan kekuatan, meningkatkan Berdasarkan fenomena diatas
kelenturan, melatih keseimbangan, peneliti tertarik untuk melakukan
mengurangi nyeri, melatih pernapasan, penelitian mengenai pengaruh terapi yoga
melancarkan fungsi organ, ketenangan terhadap penurunan tekanan darah pada
batin serta meningkatkan konsentrasi dan penderita Hipertensi secara kuantitatif
kecerdasan. dengan pemeriksaan tekanan darah pada
Ada beberapa penelitian yang pasien hipertensi primer.
sudah dilakukan oleh peneliti untuk
menjelaskan tentang yoga untuk Metode
menurunkan tekanan darah. Salah satunya Penelitian ini menggunakan Quasi
penelitian yang dilakukan oleh Devi Experiment dengan pendekatan pre-post
oktavia tentang Pengaruh latihan yoga test control group design. Penelitian ini
terhadap penurunan tekanan darah pada dilakukan di Kelurahan Pedalangan RW 01
lanjut usia (lansia) dengan hasil penurunan pada tanggal 6-24 Desember 2017.
tekanan darah sistolik sebesar 32,4 mmHg Populasi dalam penelitian ini adalah
dan tekanna darah diatolik sebesar 13,38 seluruh pasien hipertensi di kelurahan
mmHg dengan nilai p < 0,05 yang artinya Pedalangan RW 01 sejumlah 60 orang.
terdapat pengaruh yang signifikan antara Sampel pada penelitian ini seluruh
tekanan darah sebelum dan sesudah penderita Hipertensi yang ada di Kelurahan
melakukan latihan yoga. Pedalangan RW 01. Teknik sampling pada
Penelitian lain sebagaimana penelitian ini adalah Total sampling.
dilakukan oleh Andri Sasmita, dkk tentang Kriteria inklusi adalah Penderita
Pengaruh Latihan Hatha Yoga Selama 12 Hipertensi primer yang memiliki
Minggu Terhadap Tekanan Darah Diastol kecemasan ringan-sedang, Penderita
dan Sistol Wanita Berusia 50 Tahun hipertensi yang tidak sedang menjalani
Keatas dengan hasil terdapat Dari data pengobatan di Puskesmas, Penderita
yang terkumpul didapatkan 37 subyek hipertensi yang belum pernah
penelitian, didapatkan penurunan tekanan mendapatkan terapi yoga. Instrumen yang
darah diastol yang signifikan ( p< 0,05) digunakan pada penelitian ini adalah
dan Sistol tidak signifikan (p > 0,05)yang lembar observasi tekanan darah .
artinya latihan yoga terprogram selama 12 Pengolahan data bivariat penelitian ini
minggu dapat menurunkan tekanan darah menggunakan Uji Wilcoxon dan Mann
Whitney Test.

Hasil
Tabel 1.
Umur responden pada kelompok intervensi dan kelompok control (n=30)
Umur Intervensi Kontrol
f Tekanan Tekanan darah f Tekanan darah Tekanan darah
darah sistole diastole sistole diastole
Hipertensi Hipertensi
grade 1 grade 1
30-40 5 5 5 1 1 1
(16,7%) (16,7%) (16,7%) (3,3%) (3,3%) (3,3%)
41-50 14 14 14 15 15 15
(46,7%) (46,7%) (46,7%) (50,0%) (50,0%) (50,0%)
51-60 11 11 11 14 14 14
(36,7%) (36,7%) (36,7%) (46,7%) (46,7%) (46,7%)

39
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 1 menunjukan diskripsi banyak baik pada kelompok intervensi dan


frekuensi dan presentase karakteristik kontrol yaitu responden berusia 41-50
responden berdasarkan umur paling tahun.

Tabel 2.
Pekerjaan responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Pekerjaan Intervensi Kontrol
(n= 30) (n= 30)
f Tekanan Tekanan F Tekanan Tekanan
darah darah darah darah
sistole diastole sistole diastole
Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
grade 1 grade 1 grade 1 grade 1
PNS 2 2 2 1 1 1
(6,7%) (6,67%) (6,67%) (3,3%) (3,3%) (3,3%)
Tidak bekerja 20 20 20 18 18 18
(66,7%) (66,7%) (66,7%) (60,0%) (60,0%) (60,0%)
Wiraswasta 3 3 3 6 6 6
(10,0%) (10,0%) (10,0%) (20,0%) (20,0%) (20,0%)
Karyawan 5 5 5 5 5 5
swasta (16,7%) (16,7%) (16,7%) (16,7%) (16,7%) (16,7%)
Tabel 2 menunjukan diskripsi hipertensi baik pada kelompok intervensi
frekuensi dan presentase karakteristik dan kontrol yaitu responden yang tidak
responden berdasarkan pekerjaan yang bekerja.
paling banyak mengalami masalah

Tabel 3.
Tingkat Pendidikan responden pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Tingkat Intervensi Kontrol
Pendidikan (n = 30) (n = 30)
f Tekanan Tekanan darah f Tekanan Tekanan darah
darah sistole diastole darah sistole diastole
Hipertensi Hipertensi Hipertensi Hipertensi
grade 1 grade 1 grade 1 grade 1
SMP 9 9 9 9 9 9
(30,0%) (30,0%) (30,0%) (30,0%) (30,0%) (30,0%)
SMA 19 19 19 19 19 19
(63,3%) (63,3%) (63,3%) (63,3%) (63,3%) (63,3%)
Perguruan 2 2 2 2 2 2
tinggi (6,7%) (5,7%) (5,7%) (6,7%) (6,7%) (6,7%)
Tabel 3 menunjukan diskripsi
frekuensi dan presentase karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan
yang paling banyak mengalami masalah
hipertensi baik pada kelompok intervensi
dan kontrol yaitu responden yang
bertingkat pendidikan SMA.

40
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Tabel 4.
Nilai rata-rata tekanan darah sistole dan diastole sebelum dilakukan terapi yoga pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Variabel Mean SD Min Max
Tekanan darah sistole
Intervensi 147,73 5,452 140 156
Kontrol 148,87 5,673 140 156
Tekanan darah diastole
Intervensi 94,27 2,504 90 98
Kontrol 94,20 2,369 90 98
Hasil penelitian menunjukkan rata- Rata-rata tekanan darah diastole sebelum
rata tekanan darah sistole sebelum perlakuan pada kelompok intervensi adalah
perlakuan pada kelompok intervensi adalah 94,27 mmHg (Hipertensi grade 1) dengan
147,73mmHg (Hipertensi grade 1) dengan standar deviasi 2,504. Tekanan diastole
standar deviasi 5,452. Tekanan sistole tertinggi 98mmHg dan terendah 90 mmHg.
tertinggi 156 mmHg dan terendah 140 Kelompok kontrol sebesar 94,20 mmHg
mmHg. Kelompok kontrol sebesar (Hipetensi grade 1) dengan standar deviasi
148,87mmHg (Hipertensi grade 1)dengan 2,369. Tekanan darah diastole tertinggi 98
standar deviasi 5,673 .Tekanan darah mmHg dan terendah 90 mmHg.
tertinggi 156 mmHg dan terendah 140
mmHg.

Tabel 5.
Diskripsi frekuensi dan presentase tekanan darah sistole dan diastolic sebelum dilakukan
terapi yoga pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Variabel Intervensi Kontrol
Tekanan darah (n = 30) (n = 30)
f % f %
Sistole
Pre Hipertensi (120-139) 0 0 0 0
Hipertensi grade 1 (140-159) 30 100,0 30 100,0
Diastolic
Pre Hipertensi (80- 89) 0 0 0 0
Hipertensi grade 1 (90-94) 30 100,0 30 100,0
Hasil penelitian menunjukkan frekuensi Hipertensi grade 1 baik pada kelompok
dan presentase tekanan darah sistole dan intervensi dan kontrol.
diastole sebelum dilakukan yoga dari 30
(100,0%) responden mengalami

Tabel 6.
Distribusi rata-rata tekanan darah sistole dan diastole setelah dilakukan terapi yoga pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Variabel Mean SD Min Maxl
Tekanan darah sistole
Intervensi 139,20 6,718 128 150
Kontrol 145,87 5,582 138 154
Tekanan darah diastole
Intervensi 86,67 2,591 82 92
Kontrol 91,60 2,594 88 96
Hasil penelitian ini menunjukkan perlakuan pada kelompok intervensi adalah
rata-rata tekanan darah sistole setelah 139,20 mmHg (pre hipertensi) dengan
41
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

standar deviasi 6,718. Tekanan sistole intervensi adalah 86,67 mmHg (pre
tertinggi 150 mmHg dan terendah 128 hipertensi) dengan standar deviasi 2,591.
mmHg. Kelompok kontrol sebesar Tekanan diastole tertinggi 92 mmHg dan
145,87mmHg (hipertensi grade 1) dengan terendah 82 mmHg. Kelompok kontrol
standar deviasi 5,582 . Tekanan darah sebesar 91,60 mmHg (hipetensi grade 1)
sistole tertinggi 154 mmHg dan terendah dengan standar deviasi 2,594. Tekanan
138 mmHg. darah diastole tertinggi 96 mmHg dan
Rata-rata tekanan darah diastole terendah 88 mmHg.
setelah perlakuan pada kelompok

Tabel 7.
Tekanan darah sistole dan diastolic setelah dilakukan terapi yoga pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol
Variabel Intervensi Kontrol
Tekanan darah (n = 30) (n = 30)
f % f %
Sistole
Pre Hipertensi (120-139) 13 43,3 6 20,0
Hipertensi grade 1 (140-159) 17 56,7 24 80,0
Diastole
Pre Hipertensi (80- 89) 25 83,3 7 23,3
Hipertensi grade 1 (90-94) 5 16,7 23 76,7
Hasil penelitian ini menunjukkan Diskripsi frekuensi dan presentase
diskripsi frekuensi dan presentase tekanan tekanan darah diastole setelah dilakukan
darah sistole setelah dilakukan terapi yoga terapi yoga pada kelompok intervensi
pada kelompok intervensi sebagian besar sebagian besar pre hipertensi sebanyak 25
Hipertensi grade 1 sebanyak 17 responden responden (83,3%) , Hipertensi grade 1
(56,7%) , Pre hipertensi sebanyak 13 sebanyak 5 responden (16,7%). Kelompok
responden (43,3%). Kelompok kontrol kontrol sebagian besar hipertensi grade 1
sebagian besar hipertensi grade 1 sebanyak 23 responden (76,7%), Pre
sebanyak 24 responden (80,0 %), pre hipertensi sebanyak 7 responden (23,3%).
hipertensi sebanyak 6 responden (20,0%).

Tabel 8.
Hasil Analisa tekanan darah sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol
Variabel Kelompok Mean SD P Value
Intervensi Pre 147,73 5,452 0,000
Tekanan darah Post 139,20 6,718
systole Kontrol Pre 148,87 5,673 0,000
Post 145,87 5,582
Intervensi Pre 94,27 2,504 0,000
Tekanan darah Post 86,67 2,591
diastole Kontrol Pre 94,20 2,369 0,000
Post 91,60 2,594
Tabel 8 menunjukan perbandingan kontrol, Meskipun ada pengaruh antara
mean tekanan darah sistol pada kelompok kedua kelompok dengan p = 0,000 tetapi
intervensi dan kelompok kontrol dengan pada kelompok intervensi secara signifikan
P=0,000, p=0,000.Ada pengaruh mampu menurunkan rata-rata tekanan
penurunan tekanan darah sistole pada darah sistole sebesar 8,64 mmHg setelah
kelompok intervensi dan kelompok diberikan terapi yoga.
42
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Perbandingan mean pada tekanan , Meskipun ada pengaruh antara kedua


darah diastole pada kelompok intervensi kelompok dengan p = 0,000 tetapi pada
dan kelompok kontrol juga memiliki p= kelompok intervensi secara signifikan
0,000, p= 0,000. Artinya ada pengaruh mampu menurunkan rata-rata tekanan
penurunan tekanan darah diastole pada darah diastole sebesar 7,6 mmHg setelah
kelompok intervensi dan kelompok kontrol diberikan terapi yoga.

Tabel 9.
Hasil Analisis tekanan darah setelah perlakuan pada kelompok intervensi dan kelompok
kontrol (n=30)
Variabel Kelompok Median Min P value
Max
Intervensi 144,00 128- 154 0,001
Tekanan darah sistole
Kontrol
Intervensi 88,00 82 - 96 0,000
Tekanan darah diastole
Kontrol
Rata rata perbedaan tekanan darah Berdasarkan penelitian yang
sistole pada pasien hipertensi dengan dilakukan Previyanti (2013) mendapatkan
menggunakan uji Mann Whitney test jumlah responden yang mengalami
didapatkan nilai p Value 0,000 (<0.05) hipertensi terbanyak adalah penduduk
maka hipotesis nol (H0) ditolak. Sehingga dengan usia 40-60 tahun (51,0%), berjenis
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh kelamin perempuan (51,0%). Smeltzer &
terapi yoga terhadap penurunan tekanan Bare (2007) mengemukakan perubahan
darah sistole pada penderita Hipertensi. struktural dan fungsional pada sistem
Rata rata perbedaan tekanan darah pembuluh perifer bertanggung jawab pada
diastole pada pasien hipertensi juga perubahan tekanan darah yang terjadi
menggunakan uji Mann Whitney test seiring bertambahnya umur seseorang.
didapatkan nilai p Value 0,000 (<0.05) Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
maka hipotesis nol (H0) ditolak. Sehingga hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan
dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penurunan dalam relaksasiotot polos
terapi yoga terhadap penurunan tekanan pembuluh darah, yang pada gilirannya
darah diastole pada penderita Hipertensi. menurunkan kemampuan distensi dan daya
regang pembuluh darah. Konsekuensinya
Pembahasan aorta dan arteri besar berkurang
Karakteristik Responden kemampuannya dalam mengakomodasi
Hasil penelitian menunjukan volume darah yang dipompa oleh jantung
karakteristik responden berdasarkan umur (volume sekuncup), mengakibatkan
responden pada kelompok intervensi penurunan curah jantung, danpeningkatan
adalah mayoritas berusia 41-50 tahun tahanan perifer sehingga insidensi
sebanyak 14 responden (46,7%), 51-60 hipertensi meningkat seiring pertambahan
tahun sebanyak 11 responden (36,7%) dan usia.
30-40 tahun sebanyak 5 responden Berdasarkan analisis data
(16,7%). Kelompok kontrol 41-50 tahun menunjukan bahwa karakteristik tingkat
sebanyak 15 responden (50,0%), 51-60 pendidikan responden pada kelompok
tahun sebnayak 14 responden (46,7%) dan intervensi dan kontrol mayoritas memiliki
30-40 tahun sebanyak 1 responden (3,3%). frekuensi yang sama yaitu paling banyak
Responden pada penelitian ini semuanya adalah tingkat pendidikan SMA sebanyak
berjenis kelamin perempuan karena 19 responden (63,3 %) dan paling sedikit
perempuan lebih antusias untuk mengikuti perguruan tinggi sebanyak 2 responden
yoga. (6,7 %). Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Albert (2015) menyatakan
43
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

bahwa orang-orang dengan tingkat efektif untuk pencegahan hipertensi karena


Pendidikan menengah atas lebih banyak dapat merubah gaya hidup menjadi positif
yang mengalami Hipertensi di bandingkan (shah, 2016). Yoga merupakan kombinasi
dengan mereka yang berpendidikan rendah dari latihan fisik terstruktur, teknik
atau bahkan tidak pernah bersekelah sama pernapasan, dan meditasi, dan terbukti
sekali. secara positif mempengaruhi fungsi
Hasil penelitian menunjukan otonom jantung. Telah terbukti
karakteristik responden berdasarkan mengurangi gejala depresi dan kecemasan
pekerjaan pada kelompok intervensi yaitu dan menghasilkan peningkatan kualitas
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 20 hidup (Field, 2016).
responden (66,7 %), karyawan swasta 5
responden (16,7%), wiraswasta 3 Tingkat Hipertensi sebelum diberikan
responden (10%) dan Pegawai negri sipil 2 yoga
responden (6,7 %). Kelompok control
sebagian besar tidak bekerja sebanyak 18 Hasil penelitian ini menunjukan rata-
responden (60,0 %), wiraswasta 6 rata tekanan darah sistole 147,73 mmHg
responden (20,0 %), karyawan swasta 5 pada kelompok intervensi dan 148,87
responden (16,7 %) dan pegawai negri sipil mmHg pada kelompok kontrol, sehingga
1 responden (3,3 %). Berdasarkan dalam penilaian tingkat derajat hipertensi
pekerjaan penelitian ini didapatkan pada kedua kelomok adalah Hipertensi
responden yang terbanyak adalah yang grade 1. Rata-rata tekanan darah diastole
tidak bekerja karena merekan lebih sering 94,27 mmHg pada kelompok intervensi
menghabiskan waktunya di rumah dan dan 94,20 mmHg pada kelompok kontrol,
meluangkan waktunya untuk mengikuti sehingga dalam penilaian tingkat derajat
yoga. Hal ini selaras dengan penelitian hipertensi pada kedua kelompok ada
Basofi (2016) yang mendapatkan pasien Hipertensi grade 1.
terbanyak ialah yang tidak bekerja dengan Hipertensi merupaka keadaan
jumlah 30 orang (61,22%). Al-Saffar dan dimana tekanan darah sistole ≥140 mmHg
Saeed (2009) menyatakan terdapat dan atau tekanan darah diastole ≥90.
hubungan antara pekerjaan dan kecemasan. Hipertensi dapat menyebabkan stroke,
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini retinopathy kebutaan, penyakit jantung
semua responden mengalami kecemasan koroner hingga gagal jantung, gagal ginjal
pada semua jenis pekerjaan. kronis hingga kegagalan ginjal terminal
(Bild et al., 2014). Penyebab Hipertensi
Yoga tidak dapat ditentukan secara pasti tetapi
ada gangguan fungsional yang sangat
Yoga adalah keterampilan yang terkait dengan gaya hidup seseorang.
spiritual yang mengolah fisik dan jiwa Faktor-faktor risiko yang mempengaruhi
karena gerakan yoga menyeimbangkan terjadinya hipertensi adalah kelebihan
energi dan memberi kenyamanan tubuh berat badan, diabetes, asupan garam yang
bahkan juga meremajakan sel-sel kulit mati berlebihan, diet tinggi lemak, merokok,
(Setiawan, 2008). Yoga konsumsi alkohol yang berlebihan, Selain
mengkombinasikan antara teknik bernapas, itu pengaruh faktor risiko emosional
relaksasi dan meditasi serta latihan seperti kecemasan, depresi dan pengaruh
peregangan (Jain, 2011). negatife yang telah ditunjukan (Marthy,
Yoga merupakan alat modifikasi 2011).
gaya hidup terbaik untuk pencegahan Gaya hidup sangat penting bagi
penyakit kardiovaskular karena semua orang karena gaya hidup
mengandung unsur meditasi. Yoga berhubungan dengan kesehatan seseorang
digunakan sebagai terapi tambahan yang terutama masalah Hipertensi. Kenaikan
44
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

tekanan darah sering terjadi tanpa gejala tekanan darah diastole pada kelompok
yang jelas sehingga orang tidak akan sadar intervensi dan kelompok kontrol, Meskipun
bahwa dirinya mengalami Hipertensi ada pengaruh antara kedua kelompok
(Wang et al., 2015). dengan p = 0,000 tetapi pada kelompok
intervensi secara signifikan mampu
Tingkat Hipertensi setelah diberikan menurunkan rata-rata tekanan darah
yoga diastole sebesar 7,6 mmHg setelah
Hasil penelitian ini menunjukan rata- diberikan yoga dibandingkan kelompok
rata tekanan darah sistole setelah diberikan yang tidak diberikan yoga.
yoga pada kelompok intervensi adalah Berdasarkan penelitian yang
139,20 mmHg (Pre hipertensi) dan 145,87 dilakukan Murthy (2011) berpendapat
mmHg (Hipertensi grade 1) pada bahwa yoga mampu menurunkan tekanan
kelompok kontrol. Rata-rata tekanan darah darah karena yoga mengandung unsur
diastole pada kelompok intervensi adalah relaksasi yang mampu menurunkan tekanan
86,67 mmHg (pre hipertensi) dan 91,60 sistole sebesar 4.7mmHg dan tekanan
mmHg (hipertensi grade 1) pada kelompok diastole sebesar 3,3 mmHg. Penelitian ini
kontrol. Hasil tingkat tekanan darah pada tekanan darah rata-rata turun dari 139,6
kedua kelompok mengalami perbedaan, menjadi 129,6 pada kasus tekanan darah
pada kelompok intervensi mengalami sistole sementara turun dari 91,2 menjadi
tingkat derajat pre hipertensi pada tekanan 86,1 untuk tekanan darah diastole. Sehingga
sistole dan diastole. Tingkat derajat dapat disimpulkan bahwa yoga efektif
hipertensi pada kelompok kontrol masih dalam menurunkan tekanan darah pada
pada tingkat derajat Hipertensi grade 1 pasien hipertensi ringan sampai sedang
pada tekanan darah sistole dan diastole. bahkan tanpa mengkonsumsi obat .
Penelitian Tolbanos (2014) diketahui peran Yoga juga bermanfaat bagi pasien
yoga dalam pengobatan gangguan yang baru terdiagnosa hipertensi sehingga
kardiovaskular menunjukkan efek yang dapat menunda menuju tingkatan hipertensi
menguntungkan karena terdapat penurunan yang lebih tingga serta menghindari
tekanan darah sistole dan diastole dan komplikasi penyakit kardiovaskuler. Yoga
denyut jantung. juga bermanfaat dalam pengobatan
gangguan kardiovaskuler seperti
Perbedaan Pengaruh Yoga Terhadap menurunkan tekanan darah sistole dan
Penurunan Tekanan pada Hipertensi diastole dan mengurangi denyut jantung.
Hasil penelitian menunjukan yoga juga bermanfaat untuk membuat
perbedaan mean tekanan darah sistole pada fikiran seseorang menjadi lebih positif
kelompok intervensi dan kelompok kontrol serta dapat menurunakan kecemasan dan
dengan p = 0,000, p = 0,000. Artinya ada stress seseorang. Hal tersebut terjadi karena
pengaruh penurunan tekanan darah sistole yoga mengandung unsur relaksasi (Fuchs,
pada kelompok intervensi dan kelompok 2012).
kontrol, Meskipun ada pengaruh antara Penelitian ini juga sesuai dengan
kedua kelompok dengan p = 0,000 tetapi penelitian yang dilakukan Lakkireddy
pada kelompok intervensi secara signifikan (2013) dengan hasil hasil terjadi penurunan
mampu menurunkan rata-rata tekanan darah signifikan pada denyut jantung, tekanan
sistole sebesar 8,64 mmHg setelah darah sistoloe dan diastole sebelum dan
diberikan yoga di bandingkan pada sesudah yoga dengan nilai p 0,001. Artinya
kelompok yang tidak diberikan yoga. ada pengaruh yang signifikan terhadapa
Perbedaan mean pada tekanan darah penurunan tekanan darah sistole dan
diastole pada kelompok intervensi dan diastole. Adanya penurunan tekanan darah
kelompok kontrol juga memiliki p= 0,000, sistole dan diastole kelompok eksperimen
p= 0,000. Artinya ada pengaruh penurunan dapat disebabkan karena sistem limbik akan

45
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

teraktivasi dan menjadikan individu bermanfaat untuk menurunkan tekanan


menjadi rileks yang dapat menurunkan darah baik sistole maupun diastole.
tekanan darah. Yoga merupakan Penelitian ini membuktikan bahwa
penggabungan antara latihan peregangan yoga mampu menurunkan kecemasan dan
dan latihan pernafsan, latihan peregangan menurunkan tekanan darah pasien
akan menjadika otot lebih lentur hal ini hipertensi, sehingga yoga sangat
membuat peredaran darah lebih lancar dan dianjurkan untuk diterapkan kepada pasien
hasilnya tekanan darah yang menurun atau hipertensi dalam menurunkan kecemasan
normal. dan tekanan darah. Yoga dapat digunakan
Latihan pernapasan pada yoga sebagai pengobatan alternative bagi pasien
dengan cara mengatur napas menjadi lebih hipertensi, sehingga dapat diaplikasikan
pelan dan dalam berfungsi menenangkan kepada masyarakat dengan membiasakan
pikiran dan tubuh, pada saat latihan olahraga secara rutin. Diharapkan peneliti
pernapsa dilakukan otot-otot tubuh akan selanjutnya dapat menggunakan penelitian
meregang, sehingga tubuh dan pikiran ini sebagai referensi dalam melakukan
menjadi rileks, nyaman dan tenang yang penelitian mengenai yoga dalam
membuat tekanan darah menurun (Oktavia, menurunkan kecemasan dan tekanan darah
2012) Penurunan pada tekanan darah pada pasien hipertensi. Peneliti selanjutnya
disebabkan karena relaksasi pada yoga disarankan untuk dapat menambah jumlah
prinsipnya adalah memposisikan tubuh responden dan memberikan yoga lebih dari
dalam kondisi tenang, sehingga akan 6 kali sehingga dapat menurunkan
mengalami relaksasi dan pada akhirnya kecemasan dan tekanan darah lebih banyak
akan mengalami kondisi keseimbangan, dari penelitian ini.
dengan demikian relaksasi pada yoga
berintikan pada pernafasan yang akan Daftar Pustaka
meningkatkan sirkulasi oksegen ke otot- Agrina, S.S., Hairitama R. (2011).
otot, sehingga otot-otot akan mengendur, Kepatuhan Lansia Penderita
tekanan darah akan menurun (Triyanto, Hipertensi Dalam Pemenuhan Diet
2014). Hipertensi [Jurnal]. Fakultas
keperawatan: Pekanbaru (Riau).
Simpulan dan Saran
Hasil penelitian didapatkan secara Albert, U. K., & Effiong, J. H. (2015).
signifikan yoga mampu menurunkan rata- Risk factors and anthropometric
rata tekanan darah sistole pada kelompok variables of young people with
yang melakukan yoga sebesar 8,64 mmHg essential hypertension in Uyo, Akwa
dibandingkan kelompok yang tidak Ibom State. British Journal of
melakukan yoga. Dengan nilai p value Medicine & Medical Research,
0,000 (p <0,05). Artinya ada pengaruh 10(8).
penurunan tekanan darah sistole setelah
diberikan terapi yoga. Bo Hu, Xiaoyu Liu, Sufeng Yin, Hongmin
Yoga juga secara signifikan mampu Fan, Fumin Feng , Juxiang Yuan
menurunkan rata-rata tekanan darah (2015). Effects of psychological
diastole pada kelompok yang melakukan stress on Hypertension in Middle-
yoga sebesar 7,6 mmHg dibandingkan Aged Chiness : A Cross Sectional
kelompok yang tidak melakukan yoga. Study. Plos One 10(6):pp.1-
Dengan p value 0,000 (p <0,05). Artinya 13.doi:10.1371/journal.pone.012916
ada pengaruh penurunan tekanan darah 3
diastole setelah diberikan terapi yoga.
Sehingga dapat disimpulkan terapi yoga Jain, Ritu (2011). Pengobatan alternatif
untuk mengatasi tekanan darah.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
46
Jurnal Perawat Indonesia, Volume 3 No 1, Hal 36 - 47, Mei 2019 Persatuan Perawat Nasional Indonesia Jawa Tengah

Kelana, K (2011). Metodologi Penelitian kedokteran Universitas Udayana :


Keperawatan. Jakarta: Cv Trans Info Bali.
Media.
Field, Tiffany. (2016). Yoga research
Kowalski, E. Robert (2010). Terapi review. Complementary Therapies in
Hipertensi . Bandung :Qanita Clinical Practice 145e161

Murthy, S. N., Rao, N. S. N., Nandkumar, T. Fuchs, in: J. Fingerhut, S. Marienberg


B., & Kadam, A. (2011). Role of (Eds.).(2012).The Feeling of Being
naturopathy and yoga treatment in Alive. Organic Foundations of Self
the management of hypertension. Awareness, de Gruyter Verlag,
Complementary Therapies in Berlin.149e166.
Clinical Practice, 17(1), 9–12.
https://doi.org/10.1016/j.ctcp.2010.0 Wang, H., Wong, M., Mok, R., Kwan, M.,
8.005 Chan, W. M., Fan, C. Griffiths, S.
(2015). Factors associated with grade
Parshad O, Richards A, Asnani M.(2011). 1 hypertension: implications for
Impact of yoga on haemodynamic hypertension care based on the
function in healthy medical students. dietary approaches to stop
West Indian Med J [Internet]. hypertension (DASH) in primary
60(2):148–52.Available care settings. BMC Family Practice,
from:http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p 16(1), 26. doi: 10.1186/s12875015-
ubmed/21942118 0239-4

Prayitno, B. (2014). Meditasi. Yogyakarta: WHO. 2010. A global brief on


Flashbooks. hypertension. Di dapat dari
http://www.searo.WHO.int/linkfiles/
Previyanti, LP, Sudhana I wayan. (2013). non_communicable_diseases_hypert
Gambaran prevalensi dan faktor ension fs.Pdf
resiko hipertensi pada penduduk
usia produktif di desa rendang, Wirawanda, Y. (2013). Kedahsyatan terapi
kecamatan rendang, kabupaten yoga. Jakarta timur : Padi.
karangasem [Jurnal]. Fakultas

47

Anda mungkin juga menyukai