Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

Chronic Kidney Disease et causa Diabetes Mellitus


Disusun untuk memenuhi tugas Clinical Study 2 (Maternitas)

Disusun oleh:
Aprillia Nur’Aida
0810720014

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2012
LAPORAN PENDAHULUAN
Chronic Kidney Disease et causa Diabetes Mellitus

1. Definisi
Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan
irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). CKD merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan
lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun.
Diabetes merupakan penyakit metabolik sebagai akibat dari kurangnya insulin efektif
maupun insulin absolut dalam tubuh, dimana gangguan primer terletak pada metabolisme
karbohidrat, yang dapat juga menyebabkan gejala klinik akut maupun kronik. Salah satu
komplikasi kronik dari diabetes adalah nefropati. Kerusakan pada nefron akibat glukosa
dalam darah yang tidak dipakai disebut nefropati diabetes. Nefropati ini yang lama kelamaan
dapat menyebabkan CKD. Bila kita dapat menahan tingkat glukosa dalam darah tetap
rendah, kita dapat menunda atau mencegah nefropati diabetes.

(American Diabetes Association, 2007)

2. Etiologi CKD:
 Infeksi misalnya pielonefritis kronik, glomerulonefritis
 Penyakit vaskuler hipertensif misalnya nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis
maligna, stenosis arteria renalis
 Gangguan jaringan penyambung misalnya lupus eritematosus sistemik, poliarteritis
nodosa,sklerosis sistemik progresif
 Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik,asidosis
tubulus ginjal
 Penyakit metabolik misalnya DM,gout,hiperparatiroidisme,amiloidosis
 Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik,nefropati timbal
 Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis
netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra,
anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra.
 Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis

3. Klasifikasi
Terdapat 8 kelas sebagai berikut :
 
Klasifikasi penyakit Penyakit
Infeksi Pielonefritis kronik
Penyakit peradangan Glomerulonefritis
Penyakit vascular Nefrosklerosis benigna
hipertensif Nefrosklerosis maligna
Stenosis arteri renalis
Gangguan jaringan Lupus eritematosus sistemik Poliarteritis nodus
penyambung Skelrosis sistemik progresif
Gangguan kongenital dan herediter Penyakit ginjal polikistik
Asidosis tubulus ginjal
Penyakit metabolik Diabetes mellitus, Gout
Hiperparatiroidisme, Amiloidosis
Nefropati toksik Penyalahgunaan analgesik
Nefropati timbal
Nefropati obstruktif Saluran kemih atas : kalkuli, neoplasma
fibrosis retroperitoneal
Saluran kemih bawah : hipertropi
prostat,  striktur uretra, anomaly congenital
pada leher kandung kemih dan uretra
 
Klasifikasi GGK atau CKD (Cronic Kidney Disease):
 
Stage Gambaran kerusakan ginjal GFR (ml/min/1,73 m2)
1 Normal atau elevated GFR ≥ 90
2 Mild decrease in GFR 60-89
3 Moderate decrease in GFR 30-59
4 Severe decrease in GFR 15-29
5 Requires dialysis ≤ 15
 Terdapat 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis yang ditentukan melalui
penghitungan nilai Glumerular Filtration Rate (GFR). Untuk menghitung GFR dokter akan
memeriksakan sampel darah penderita ke laboratorium untuk melihat kadar kreatinin
dalam darah. Kreatinin adalah produk sisa yang berasal dari aktivitas otot yang
seharusnya disaring dari dalam darah oleh ginjal yang sehat.
Dibawah ini 5 stadium penyakit gagal ginjal kronis sebagai berikut :
 Stadium 1, dengan GFR normal (> 90 ml/min)
 Stadium 2, dengan penurunan GFR ringan (60 s/d 89 ml/min)
 Stadium 3, dengan penurunan GFR moderat ( 30 s/d 59 ml/min )
 Stadium 4, dengan penurunan GFR parah ( 15 s.d 29 ml/min)
 Stadium 5, penyakit ginjal stadium akhir/ terminal (>15 ml/min)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance Creatinin Test )
dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85
Stadium 1
Seseorang yang berada pada stadium 1 gagal ginjal kronik (GGK) biasanya belum
merasakan gejala yang mengindikasikan adanya kerusakan pada ginjalnya. Hal ini
disebabkan ginjal tetap berfungsi secara normal meskipun tidak lagi dalam kondisi tidak
lagi 100 persen, sehingga banyak penderita yang tidak mengetahui kondisi ginjalnya
dalam stadium 1. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan
diri untuk penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
Stadium 2
Sama seperti pada stadium awal, tanda – tanda seseorang berada pada stadium 2
juga dapat tidak merasakan gejala yang aneh karena ginjal tetap dapat berfungsi dengan
baik. Kalaupun hal tersebut diketahui biasanya saat penderita memeriksakan diri untuk
penyakit lainnya seperti diabetes dan hipertensi.
Stadium 3
Seseorang yang menderita GGK stadium 3 mengalami penurunan GFR moderat
yaitu diantara 30 s/d 59 ml/min. dengan penurunan pada tingkat ini akumulasi sisa – sisa
metabolisme akan menumpuk dalam darah yang disebut uremia. Pada stadium ini muncul
komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), anemia atau keluhan pada tulang.
Gejala- gejala juga terkadang mulai dirasakan seperti :
 Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak dapat
lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat penderita
akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah atau
tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak cairan
yang berada dalam tubuh.
 Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat dialami
oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan infeksi.
 Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
 Penderita GGK stadium 3 disarankan untuk memeriksakan diri ke seorang ahli ginjal
hipertensi (nephrolog). Dokter akan memberikan rekomendasi terbaik serta terapi –
terapi yang bertujuan untuk memperlambat laju penurunan fungsi ginjal. Selain itu
sangat disarankan juga untuk meminta bantuan ahli gizi untuk mendapatkan
perencanaan diet yang tepat. Penderita GGK pada stadium ini biasanya akan diminta
untuk menjaga kecukupan protein namun tetap mewaspadai kadar fosfor yang ada
dalam makanan tersebut, karena menjaga kadar fosfor dalam darah tetap rendah
penting bagi kelangsungan fungsi ginjal. Selain itu penderita juga harus membatasi
asupan kalsium apabila kandungan dalam darah terlalu tinggi. Tidak ada pembatasan
kalium kecuali didapati kadar dalam darah diatas normal. Membatasi karbohidrat
biasanya juga dianjurkan bagi penderita yang juga mempunyai diabetes. Mengontrol
minuman diperlukan selain pembatasan sodium untuk penderita hipertensi.
Stadium 4
Pada stadium ini fungsi ginjal hanya sekitar 15 – 30 persen saja dan apabila
seseorang berada pada stadium ini maka sangat mungkin dalam waktu dekat diharuskan
menjalani terapi pengganti ginjal / dialisis atau melakukan transplantasi. Kondisi dimana
terjadi penumpukan racun dalam darah atau uremia biasanya muncul pada stadium ini.
Selain itu besar kemungkinan muncul komplikasi seperti tekanan darah tinggi (hipertensi),
anemia, penyakit tulang, masalah pada jantung dan penyakit kardiovaskular lainnya.
Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium 4 adalah :
 Fatique : rasa lemah/lelah yang biasanya diakibatkan oleh anemia.
 Kelebihan cairan : Seiring dengan menurunnya fungsi ginjal membuat ginjal tidak
dapat lagi mengatur komposisi cairan yang berada dalam tubuh. Hal ini membuat
penderita akan mengalami pembengkakan sekitar kaki bagian bawah, seputar wajah
atau tangan. Penderita juga dapat mengalami sesak nafas akaibat teralu banyak
cairan yang berada dalam tubuh.
 Perubahan pada urin : urin yang keluar dapat berbusa yang menandakan adanya
kandungan protein di urin. Selain itu warna urin juga mengalami perubahan menjadi
coklat, orannye tua, atau merah apabila bercampur dengan darah. Kuantitas urin bisa
bertambah atau berkurang dan terkadang penderita sering trbangun untuk buang air
kecil di tengah malam.
 Rasa sakit pada ginjal. Rasa sakit sekitar pinggang tempat ginjal berada dapat
dialami oleh sebagian penderita yang mempunyai masalah ginjal seperti polikistik dan
infeksi.
 Sulit tidur : Sebagian penderita akan mengalami kesulitan untuk tidur disebabkan
munculnya rasa gatal, kram ataupunrestless legs.
 Nausea : muntah atau rasa ingin muntah.
 Perubahan cita rasa makanan : dapat terjadi bahwa makanan yang dikonsumsi tidak
terasa seperti biasanya.
 Bau mulut uremic : ureum yang menumpuk dalam darah dapat dideteksi melalui bau
pernafasan yang tidak enak.
 Sulit berkonsentrasi
Stadium 5 (gagal ginjal terminal)
Pada level ini ginjal kehilangan hampir seluruh kemampuannya untuk bekerja secara
optimal. Untuk itu diperlukan suatu terapi pengganti ginjal (dialisis) atau transplantasi agar
penderita dapat bertahan hidup.
Gejala yang dapat timbul pada stadium 5 antara lain :
 Kehilangan napsu makan
 Nausea.
 Sakit kepala.
 Merasa lelah.
 Tidak mampu berkonsentrasi.
 Gatal – gatal.
 Urin tidak keluar atau hanya sedikit sekali.
 Bengkak, terutama di seputar wajah, mata dan pergelangan kaki.
 Keram otot
 Perubahan warna kulit

4. Patofisiologi
Perjalanan umum GGK melalui 3 stadium:
1. Stadium I          : Penurunan cadangan ginjal
·   Kreatinin serum dan kadar BUN normal
·   Asimptomatik
·   Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR
2. Stadium II         : Insufisiensi ginjal
·   Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet)
·   Kadar kreatinin serum meningkat
·   Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan)
    Ada 3 derajat insufisiensi ginjal:
a.      Ringan
40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal
b.      Sedang
15% - 40% fungsi ginjal normal
c.       Kondisi berat
2% - 20% fungsi ginjal normal
      3. Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia
·   kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat
·   ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit
·   air kemih/urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010
 
 Patofisiologi umum GGK
 Hipotesis Bricker (hipotesis nefron yang utuh)
      “Bila nefron terserang penyakit maka seluruh unitnya akan hancur, namun sisa
nefron yang masih utuh tetap bekerja normal”
 

Source: United States Renal Data System. USRDS 2007 Annual Data Report.
Patofisiologi

DIABETES

Defisiensi insulin

Glukagon  Pemakaian glukosa sel 

Glukoneogenesis
Hiperglikemia Nutrisi sel 

Lemak Protein Glycosuria Polyphagi

Ketogenesis BUN  Osmotic diuresis Polyuri

Ketonemia Nitrogen urin  Dehidrasi Polydipsi Jantung IMA

pH  Hemokonsentrasi Cerebral Stroke

asidosis arteriosklerosis Makrovaskuler ekstremitas Gangran

Mual Koma Mikrovaskuler


Muntah Kematian

Retina Ginjal

Retinopati Nefropati

CKD

Ggn. sekresi protein retensi Na sekresi


eritropoitin 
sindrom uremia edema
produksi Hb dan sel
darah merah 
perpospatemia pruritus kelebihan volume
Gangguan cairan
Integritas suplai O2  intoleransi aktivitas
urokrom perubahan Kulit
tertimbun di
warna kulit beban jantung naik
kulit
gangguan
perfusi jaringan
Toksisitas Enchepalop Penurunan hipertrofi ventrikel kiri
ureum di otak
ati kesadaran
payah jantung kiri
Ggn. asam - Mual Gangguan
basa Muntah nutrisi
edema paru
alkalosis Perubahan
respiratorik pola nafas ggn. pertukaran
gas

intoleransi
aktivitas
5. Manifestasi Klinis
 Kardiovaskuler
o Hipertensi
o Pitting edema
o Edema periorbital
o Pembesaran vena leher
o Friction rub perikardial
 Pulmoner
o KrekelS
o Nafas dangkal
o Kusmaul
o Sputum kental dan liat
 Gastrointestinal
o Anoreksia, mual dan muntah
o Perdarahan saluran GI
o Ulserasi dan perdarahan pada mulut
o Konstipasi / diare
o Nafas berbau amonia
 Muskuloskeletal
o Kram otot
o Kehilangan kekuatan otot
o Fraktur tulang
o Foot drop
 Integumen
o Warna kulit abu-abu mengkilat
o Kulit kering, bersisik
o Pruritus
o Ekimosis
o Kuku tipis dan rapuh
o Rambut tipis dan kasar
 Reproduksi
o Amenore, atrofi testis

6. Pemeriksaan Penunjang
Atas dasar penelitian kasus-kasus di Surabaya, maka berdasarkan visibilitas,
diagnosis, manifestasi klinik, dan prognosis, telah dibuat kriteria diagnosis klasifikasi
Nefropati Diabetika tahun 1983 yang praktis dan sederhana. Diagnosis Nefropati Diabetika
dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di bawah ini:
1. DM
2. Retinopati Diabetika
3. Proteinuri yang presisten selama 2x pemeriksaan interval 2 minggu tanpa penyebab
proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus
kadar kreatinin serum >2,5mg/dl.

Data yang didapatkan pada pasien antara lain pada:


1. Anamnesis
Dari anamnesis kita dapatkan gejala-gejala khas maupun keluhan tidak khas dari gejala
penyakit diabetes. Keluhan khas berupa poliuri, polidipsi, polipagi, penurunan berat badan.
Keluhan tidak khas berupa: kesemutan, luka sukar sembuh, gatal-gatal pada kulit,
ginekomastia, impotens.

2. Pemeriksaan Fisik
Pada Nefropati Diabetika didapatkan kelainan pada retina yang merupakan tanda
retinopati yang spesifik dengan pemeriksaan Funduskopi, berupa :
1. Obstruksi kapiler, yang menyebabkan berkurangnya aliran darah dalam kapiler
retina.
2. Mikroaneusisma, berupa tonjolan dinding kapiler, terutama daerah kapiler vena.
3. Eksudat berupa :
 Hard exudate. Berwarna kuning, karena eksudasi plasma yang lama.
 Cotton wool patches. Berwarna putih, tak berbatas tegas, dihubungkan dengan
iskhemia retina.
4. Shunt artesi-vena, akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi kapiler.
5. Perdarahan bintik atau perdarahan bercak, akibat gangguan permeabilitas
mikroaneurisma atau pecahnya kapiler.
6. Neovaskularisasi Bila penderita jatuh pada stadium end stage (stadium IV-V) atau
CRF end stage, didapatkan perubahan pada :
- Cor _ cardiomegali
- Pulmo _ oedem pulmo

3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Urin
- Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
- Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkanoleh pus, bakteri,
lemak, fosfat atau uratsedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah,
Hb, mioglobin, porfirin
- Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkn kerusakan ginjal berat
- Osmoalitas: kuran gdari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakn ginjal tubular
dan rasio urin/serum sering 1:1
- Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
- Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi
natrium
- Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan
glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
b. Darah
- BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
- Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
- SDM: menurun, defisiensi eritropoitin
- GDA:asidosis metabolik, ph kurang dari 7,2
- Natrium serum : rendah
- Kalium: meningkat
- Magnesium;
- Meningkat
- Kalsium ; menurun
- Protein (albumin) : menurun
c. Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
d. Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
e. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi
pada saluran perkemihan bagian atas
f. Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu,
hematuria dan pengangkatan tumor selektif
g. Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular,
masa
h. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa

7. Komplikasi:
o Toksisitas
o Koma
o Kematian

8. Penatalaksanaan
a) Konservatif
- Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
- Observasi balance cairan
- Observasi adanya odema
- Batasi cairan yang masuk
b) Dialysis
- peritoneal dialysis
biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah
CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial Dialysis )
- Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan
mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk
mempermudah maka dilakukan :
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung ( vaskularisasi ke jantung )
c) Operasi
- Pengambilan batu
- transplantasi ginjal
d) Pengendalian gula darah
Dapat dilakukan dengan olahraga, diet dan obat anti diabetes. Pada pasien ini diberikan
diet DM 1700 kal/hari. Pemberian insulin diberikan untuk mengendalikan kadar gula
darah pasien. Pemberian anti diabetik oral tidak diberikan karena pasien telah
mengalami komplikasi berupa gangguan ginjal. Akibat dari gangguan fungsi ginjal
apabila obat oral diberikan tidak dapat diekskresikan, sehingga mengalami penumpukan
akibatnya terjadi hipoglikemia
e) Diet
Diet protein 0,6 /KgBB/hari dimaksudkan untuk mengurangi sindrom uremik dan
memperlambat penurunan GFR. Diet rendah garam dimaksudkan untuk mengurangi
retensi natrium yang dapat mengakibatkan hipertensi dan edema. Diet rendah kalium
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya hiperkalemia yang dapat menimbulkan aritmia
jantung yang fatal.
f) Diuretik
Diuretik diberikan untuk mengurangi cairan akibat dari retensi Na dan air. Pemberian
diuretik pada pasien ini dimaksudkan untuk mengurangi gejala sesak napas akibat
edema paru . Diuretik yang diberikan furosemid 40 mg 1 tab/hari. Selain itu diuretik juga
digunakan untuk menurunkan tekanan darah. Target tekanan darah yang dianjurkan
adalah <130/80
g) Anti hipertensi
Pemberian antihipertensi diperlukan untuk mengurangi tekanan darah pada pasien,
karena hal ini dapat memperberat proses sklerosis glomerulus dan menambah beban
jantung sehingga jantung bekerja lebih berat lagi dan akhirnya menimbulkan
dekompensasi kordis. Anti hipertensi yang diberikan pada pasien ini awalnya methyldopa
250 mg 3x1, kemudian digantikan dengan amlodipine 5 mg 1x/hari. Amlodipine termasuk
dalam golongan Ca antagonis non dihydropiridine, yang berfungsi sebagai venodilator
vas eferen
h) Statin
Statin diberikan pada keadaan dislipidemia dengan target LDL kolestrol <100mg/dl pada
pasien DM dan <70 mg/dl bila sudah ada kelainan kardiovaskular. Pada pasien ini
diberikan simvastatin 10 gr, malam hari. 5. Terapi pengganti ginjal Terapi ini dilakukan
pada penyakit ginjal kronik stadium 5 yaitu pada LFG <15 ml/mnt. Terapi pengganti
tersebut berupa hemodialisis, peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal.
 Manajemen terapi
GGK
(penyakit ginjal terminal) terpi konservatif

Dialysis HD di RS, rumah, CAPD

Transplantasi ginjal

Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal dan


homeostasis selama mungkin.
Intervensi diit. Protein dibatasi karena urea, asam urat dan asam organik
merupakan hasil pemecahan protein yang akan menumpuk secara cepat dalam darah
jika terdapat gangguan pada klirens renal. Protein yang dikonsumsi harus bernilai
biologis (produk susu, telur, daging) di mana makanan tersebut dapat mensuplai asam
amino untuk perbaikan dan pertumbuhan sel. Biasanya cairan diperbolehkan 300-600
ml/24 jam. Kalori untuk mencegah kelemahan dari KH dan lemak. Pemberian vitamin
juga penting karena pasien dialisis mungkin kehilangan vitamin larut air melalui darah
sewaktu dialisa.
Hipertensi ditangani dengan medikasi antihipertensi kontrol volume intravaskule.
Gagal jantung kongestif dan edema pulmoner perlu pembatasan cairan, diit rendah
natrium, diuretik, digitalis atau dobitamine dan dialisis. Asidosis metabolik pada pasien
CKD biasanya tanpa gejala dan tidak perlu penanganan, namun suplemen natrium
bikarbonat pada dialisis mungkin diperlukan untuk mengoreksi asidosis.
Anemia pada CKD ditangani dengan epogen (erytropoitin manusia rekombinan).
Anemia pada pasaien (Hmt < 30%) muncul tanpa gejala spesifik seperti malaise,
keletihan umum dan penurunan toleransi aktivitas. Abnormalitas neurologi dapat terjadi
seperti kedutan, sakit kepala, dellirium atau aktivitas kejang. Pasien dilindungi dari
kejang.
Pada prinsipnya penatalaksanaan Terdiri dari tiga tahap :
Penatalaksanaan konservatif : Pengaturan diet protein, kalium, natrium, cairan
Terapi simptomatik : Suplemen alkali, transfusi, obat-obat local&sistemik, anti hipertensi
Terapi pengganti : HD, CAPD, transplantasi

9. Diagnosa Keperawatan
1.       Intoleransi aktivitas b.d keletihan/kelemahan, anemia, retensi produk sampah   dan
prosedur dialysis.
2.       Pola nafas tidak efektif b.d edema paru, asidosis metabolic, pneumonitis,
perikarditis
3.       Kelebihan volume cairan b.d penurunan haluan urin, retensi cairan dan natrium.
4.       Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang
inadekuat (mual, muntah, anoreksia dll).
5.       Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b.d kurangnya informasi
kesehatan.
6.       Risiko infeksi b.d penurunan daya tahan tubuh primer, tindakan invasive
7.       PK: Insuf Renal
8.       PK : Anemia
9.       Sindrom defisit self care b.d kelemahan, penyakitnya.

10. Intervensi
No Diagnosa Tujuan/KH Intervensi
1 Intoleransi aktivitasSetelah dilakukan askep ...NIC: Toleransi aktivitas
B.d jam Klien dapatmenoleransi·      Tentukan penyebab intoleransi
ketidakseimbangan aktivitas &melakukan aktivitas & tentukan apakah penyebab
suplai & kebutuhanADL dgn baik dari fisik, psikis / motivasi
O2 Kriteria Hasil: ·      Kaji kesesuaian aktivitas & istirahat
·    Berpartisipasi dalam klien sehari-hari
aktivitas fisik dgn TD, HR,·      Tingkatkan aktivitas secara bertahap,
RR yang sesuai biarkan klien berpartisipasi dapat
·    Warna kulit perubahan posisi, berpindah& perawatan
normal,hangat & kering diri
·    Memverbalisasikan ·      Pastikan klien mengubah posisi secara
pentingnya aktivitas secara bertahap. Monitor gejala intoleransi
bertahap aktivitas
·    Mengekspresikan ·      Ketika membantu klien berdiri,
pengertian pentingnya observasi gejala intoleransi spt mual,
keseimbangan latihan & pucat, pusing, gangguan
istirahat kesadaran & tanda vital
·    Meningkatkan toleransi ·      Lakukan latihan ROM jika klien tidak
aktivitas dapat menoleransi aktivitas
2 Pola nafas tidakSetelah dilakukan askep .....Monitor Pernafasan:
efektif b.djam pola nafas klien·      Monitor irama, kedalaman dan
hiperventilasi, menunjukkan ventilasi yg frekuensi pernafasan.
penurunan energi,adekuat dg kriteria : ·      Perhatikan pergerakan dada.
kelemahan ·    Tidak ada dispnea ·      Auskultasi bunyi nafas
·    Kedalaman nafas normal ·      Monitor peningkatan ketidakmampuan
·    Tidak ada retraksi dada / istirahat, kecemasan dan sesag nafas.
penggunaan otot bantuanPengelolaan Jalan Nafas
pernafasan ·      Atur posisi tidur klien untuk
maximalkan ventilasi
·      Lakukan fisioterapi dada jika perlu
·      Monitor status pernafasan dan
oksigenasi sesuai kebutuhan
·      Auskultasi bunyi nafas
·      Bersihhkan skret jika ada dengan batuk
efektif / suction jika perlu.
3 Kelebihan volumeSetelah dilakukanFluit manajemen:
cairan b.d.askep .....  jam pasien·      Monitor status hidrasi (kelembaban
mekanisme mengalamikeseimbangan membran mukosa, nadi adekuat)
pengaturan melemah cairan dan elektrolit. ·      Monitor tanda vital
Kriteria hasil: ·      Monitor adanya indikasi
·  Bebas dari edema overload/retraksi
anasarka, efusi ·      Kaji daerah edema jika ada
·  Suara paru bersih Fluit monitoring:
·  Tanda vital dalam batas·      Monitor intake/output cairan
normal ·      Monitor serum albumin dan protein
total
·      Monitor RR, HR
·      Monitor turgor kulit dan adanya
kehausan
·      Monitor warna, kualitas dan BJ urine
4 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan askepManajemen Nutrisi
nutrisi kurang dari…..  jam klien·      Kaji pola makan klien
kebutuhan tubuh menunjukanstatus nutrisi·      Kaji adanya alergi makanan.
adekuatdengan kriteria hasil·      Kaji makanan yang disukai oleh klien.
: ·      Kolaborasi dg ahli gizi untuk
·       BB stabil penyediaan nutrisi terpilih sesuai dengan
·       Tidak terjadi mal nutrisi kebutuhan klien.
·       Tingkat energi adekuat ·      Anjurkan klien untuk meningkatkan
·       Masukan nutrisi asupan nutrisinya.
adekuat ·      Yakinkan diet yang dikonsumsi
mengandung cukup serat untuk
mencegah konstipasi.
·      Berikan informasi tentang kebutuhan
nutrisi dan pentingnya bagi tubuh klien
Monitor Nutrisi
·      Monitor BB setiap hari jika
memungkinkan.
·      Monitor respon klien terhadap situasi
yang mengharuskan klien makan.
·      Monitor lingkungan selama makan.
·      jadwalkan pengobatan dan tindakan
tidak bersamaan dengan waktu klien
makan.
·      Monitor adanya mual muntah.
·      Monitor adanya gangguan dalam
proses mastikasi/input makanan
misalnya perdarahan, bengkak dsb.
·      Monitor intake nutrisi dan kalori.
5 Kurang pengetahuanSetelah dilakukan askep … Pendidikan : proses penyakit
tentang penyakit,jam Pengetahuan klien / ·      Kaji pengetahuan klien tentang
perawatan dan keluarga meningkat dg KH: penyakitnya
pengobatan nya b.d.Pasien mampu: ·      Jelaskan tentang proses penyakit
kurangnya sumber·  Menjelaskan kembali (tanda dan gejala), identifikasi
informasi, penjelasan yang diberikan kemungkinan penyebab.
terbatasnya kognitif ·  Mengenal kebutuhan·      Jelaskan kondisi klien
perawatan dan·      Jelaskan tentang program pengobatan
pengobatan tanpa cemas dan alternatif pengobantan
·  Klien / keluarga kooperatif·      Diskusikan perubahan gaya hidup yang
saat dilakukan tindakan mungkin digunakan untuk  mencegah
komplikasi
·      Diskusikan tentang terapi dan
pilihannya
·      Eksplorasi kemungkinan sumber yang
bisa digunakan/ mendukung
·      Instruksikan kapan harus ke pelayanan
·      Tanyakan kembali pengetahuan klien
tentang penyakit, prosedur perawatan
dan pengobatan
6 Resiko infeksi b/dSetelah dilakukan askep ...Kontrol infeksi
tindakan invasive,jam risiko infeksi·      Ajarkan tehnik mencuci tangan
penurunan dayaterkontrol dg KH: ·      Ajarkan tanda-tanda infeksi
tahan tubuh primer ·  Bebas dari tanda-tanda·      Laporkan dokter segera bila ada tanda
  infeksi infeksi
·  Angka leukosit normal( 4- ·      Batasi pengunjung
10.000 ) ·      Cuci tangan sebelum dan
·  Ps mengatakan tahu sesudah kontak denganps
tentang tanda-tanda dan ·      Tingkatkan masukan gizi yang cukup
gejala infeksi ·      Anjurkan istirahat cukup
·      Pastikan penanganan aseptic daerah
IV
·      Berikan PEN-KES tentang risk infeksi 
proteksi infeksi:
·      monitor tanda dan gejala infeksi
·      Pantau hasil laboratorium
·      Amati faktor-faktor yang bisa
meningkatkan infeksi
·      Monitor VS
7 PK: Insuf Renal Setelah dilakukan askep ... ·      Pantau tanda dan gejala insuf renal
jam Perawat akan ( peningkatan TD, urine <30 cc/jam,
menangani atau mengurangi peningkatan BJ urine, peningkatan
komplikasi dari insuf renal natrium urine, BUN Creat, kalium, pospat
dan amonia, edema).
·      Timbang BB jika memungkinkan
·      Catat balance cairan
·      Sesuaikan pemasukan cairan setiap
hari = cairan yang keluar + 300 – 500
ml/hr
·      Berikan dorongan untuk
pembatasan  masukan cairan yang
ketat : 800-1000 cc/24 jam. Atau
haluaran urin / 24 jam + 500cc
·      Kolaborasi dengan ahli gizi dalam
pemberian diet, rendah natrium (2-4g/hr)
·      pantau tanda dan gejala asidosis
metabolik ( pernafasan dangkal cepat,
sakit kepala, mual muntah, Ph rendah,
letargi)
·      Kolaborasi dengan timkes lain dalam
therapinyadan HD
·      Pantau perdarahan, anemia,
hipoalbuminemia
8 PK: Anemia Setelah dilakukan askep ....·      Monitor tanda-tanda anemia
jam perawat akan dapat·      Anjurkan untuk meningkatkan asupan
meminimalkan terjadinya nutrisi klien yg bergizi
komplikasi anemia : ·      Kolaborasi untuk pemeberian terapi
·  Hb >/= 10 gr/dl. initravena dan tranfusi darah
·  Konjungtiva tdk anemis ·      Kolaborasi kontrol Hb, HMT, Retic,
·  Kulit tidak pucat status Fe
·  Akral hangat ·      Observasi keadaan umum klien
9 Sindrom defisit selfSetelah dilakukan askep ….Bantuan perawatan diri
care b/d kelemahan jam klien mampu Perawatan·      Monitor kemampuan pasien terhadap
diri Self care :Activity Daly perawatan diri
Living dengan kriteria : ·      Monitor kebutuhan akan personal
·  Pasien dapat melakukan hygiene, berpakaian, toileting dan makan
aktivitas sehari-hari·      Beri bantuan sampai klien mempunyai
(makan, berpakaian, kemapuan untuk merawat diri
kebersihan, toileting,·      Bantu klien dalam memenuhi
ambulasi) kebutuhannya.
·  Kebersihan diri pasien·      Anjurkan klien untuk melakukan
terpenuhi aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
·      Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin
·      Evaluasi kemampuan klien dalam
memenuhi kebutuhan sehari-hari.
·      Berikan reinforcement atas usaha yang
dilakukan.

11. Daftar Pustaka


Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. Nursing care plans: Guidelines for
planning and documenting patients care. Alih bahasa: Kariasa,I.M. Jakarta: EGC; 2000
http://ppni klaten.com/index.php?option=com_content&view=article&id=71:ckd&catid= 38:
ppni-ak-category&Itemid=66 (diakses tanggal, 22 april 2012 pukul 15.00)
Rindiastuti, Yuyun. 2006. Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Gagal Ginjal Kronik
Smeltzer, Suzanne C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth
volume 2. Jakarta: EGC.
Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai