Anda di halaman 1dari 39

Bahan Ajar

PSIKOLOGI WANITA

Tim Penyusun:

 Luh Made Karisma Sukmayati Suarya  Ni Made Ari Wilani


 Dewi Puri Astiti  Ni Made Swasti Wulanyani
 Made Diah Lestari  David Hizkia Tobing
 Komang Rahayu Indrawati  Putu Wulan Budisetyani
 Luh Kadek Pande Ary Susilawati  Supriyadi
 Putu Nugrahaeni Widiasavitri  Yohanes Kartika Herdiyanto
 Adijanti Marheni  I Made Rustika
 Naomi Vembriati

Program Studi Psikologi


Fakultas Kedokteran
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PRAKATA

Puji syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memperkenankan bahan ajar ini
dituliskan untuk membantu para mahasiswa yang mengikuti matakuliah pilihan Psikologi
Wanita yang berlangsung di semester VII pada penyelenggaraan proses pendidikan di
Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Tim Pengajar Psikologi
Wanita terdiri dari dosen dengan latar belakang kelimuan Psikologi.

Bahan ajar ini disusun dengan mengacu pada satuan ajar perkuliahan, sesuai dengan susunan
pertemuan setiap minggu. Secara keseluruhan, terdapat 13 materi yang diberikan. Materi
disusun berdasarkan bobot yang berimbang antara penguasaan teori dan juga praktik
mengenai Psikologi Wanita.

Denpasar, September 2017


Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

PRAKATA .............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 5
PENGANTAR PSIKOLOGI WANITA ....................................................................................... 12
A. Pengertian ................................................................................................................ 12
B. Ruang Lingkup Psikologi Wanita ............................................................................... 12
C. Riset tentang Wanita ................................................................................................ 12
D. Kesimpulan ............................................................................................................... 13
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI WANITA DAN KONSEP FEMINISME ...................... 14
A. Pemahaman Androsentris dari Psikologi Wanita....................................................... 14
B. Psikologi Wanita dan Sosial Politik ............................................................................ 17
C. Kritik terhadap Tritmen Psikologis terhadap Wanita ................................................. 17
D. Pandangan Awal mengenai Psikologi Wanita ............................................................ 17
E. Pandangan Konstruksi Sosial Feminisme mengenai Psikologi Wanita ....................... 17
F. Kesimpulan ............................................................................................................... 18
PSIKOLOGI WANITA DARI SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN ......................................... 23
A. Tahap-Tahap Perkembangan Masa Hidup Wanita terkait dengan Aspek Fisik, Kogniitf,
Emosi dan Sosial .............................................................................................................. 23
B. Kesimpulan ............................................................................................................... 27
WANITA DAN KESEHATAN FISIK ......................................................................................... 28
A. Persoalan dan Faktor yang dapat Memengaruhi serta Mengganggu Kesehatan Fisik
28
B. Kesimpulan ............................................................................................................... 40
PERAN WANITA DAN DINAMIKA PSIKOLOGI DALAM KELUARGA....................................... 41
A. Interaksi dan Peran Wanita dalam Lingkungan Keluarga ........................................... 41
B. Kesimpulan ............................................................................................................... 45
WANITA DAN SEKSUALITAS ................................................................................................ 41
A. Persoalan dan Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas Wanita ................................ 41
B. Kesimpulan ............................................................................................................... 45

3
WANITA DALAM KONTEKS BUDAYA .................................................................................. 41
A. Pengaruh Perbedaan Budaya pada Peran dan Posisi Wanita di Masyarakat.............. 41
B Kesimpulan ............................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................... 46
LAMPIRAN

4
PENDAHULUAN

Nama Mata Kuliah : Psikologi Wanita


Kode Mata Kuliah : 3227323/Lokal Pilihan
Pengajar/pengampu : 1. Dewi Puri Astiti, S.Fil, M.Si
2. L. M. Karisma Sukmayanti Suarya. S.Psi, M.A
Semester : Tujuh (7)
Hari Pertemuan/jam : Senin, 11.00 wita – 12.40 wita
Tempat Pertemuan : Ruang kuliah PS.Psikologi, Lantai 2

1. Manfaat Mata Kuliah


Mata kuliah ini diberikan kepada mahasiswa agar mahasiswa mendapatkan informasi
mengenai dinamika psikologi wanita baik secara individu maupun sosialitasnya, secara
benar dan rasional.

2. Deskripsi Perkuliahan
Mata kuliah Psikologi Wanita termasuk dalam mata kuliah pilihan. Mata kuliah ini pada
dasarnya hendak menjelaskan secara mendalam mengenai wanita dari sudut pandang
perkembangan, kesehatan, peran wanita di dalam lingkup keluarga, maupun lingkungan
sosial, serta isu-isu kekerasan dan wanita dalam konteks Indonesia.

3. Tujuan Instruksional
Setelah menyelesaikan mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami
wanita dari sudut pandang perkembangan usia, aspek kognisi, afeksi, dan perilaku. Selain
itu, mahasiswa diharapkan dapat memahami dinamika wanita dalam lingkup sosial yaitu
dalam dunia kerja, lingkungan keluarga dan masyarakat, serta isu-isu mengenai wanita
terkait peran gender dan konteks budaya.

4. Organisasi Materi
Organisasi materi dapat dilihat pada jadwal perkuliahan.

5
5. Strategi Perkuliahan
Strategi instruksional yang digunakan pada mata kuliah Psikologi Wanita ini terdiri dari:
a. Urutan kegiatan instruksional berupa: pendahuluan (tujuan mata kuliah, cakupan
materi pokok bahasan, dan relevansi), penyajian (uraian, contoh, diskusi, evaluasi),
dan penutup (umpan balik, ringkasan materi, petunjuk tindak lanjut, pemberian tugas,
gambaran singkat tentang materi berikutnya).
b. Metode instruksional menggunakan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi,
diskusi kasus, dan penugasan.
1. Ceramah berupa penyampaian bahan ajar oleh dosen pengajar dan penekanan-
penekanan pada hal-hal penting, serta bermanfaat untuk dapat diterapkan setelah
menjadi sarjana psikologi maupun dalam kehidupan sehari-hari.
2. Demonstrasi berupa penyajian contoh-contoh termasuk contoh dalam kehidupan
sehari-hari, yang berkaitan dengan topik bahasan.
3. Tanya jawab dilakukan sepanjang tatap muka, dengan memberikan kesempatan
mahasiswa untuk memberikan pendapat atau pertanyaan mengenai hal-hal yang
belum dimengerti terkait topik bahasan, atau yang bertentangan dengan
pemahaman sebelumnya.
4. Diskusi dilakukan dengn memberikan contoh kasus atau kondisi pada akhir pokok
bahasan, mengambil tema yang sedang aktual di masyarakat dan berkaitan
dengan pokok bahasan yang sedang dibahas, kemudian mengajak mahasiswa
untuk memberikan pendapat atau hasil analisa mahasiswa secara kritis kasus atau
kondisi tersebut, sesuai dengan pengetahuan yang baru diperoleh.
5. Penugasan diberikan untuk membantu mahasiswa memahami bahan ajar,
membuka wawasan, dan mendalami materi perkuliahan. Penugasan dapat berupa
kunjungan ke tempat terkait dengan mata kuliah (seperti P2TP2A), pembuatan
tulisan ilmiah, membuat review artikel ilmiah, ataupun membuat tulisan yang
membahas kasus/kondisi yang berkaitan dengan pokok bahasan. Pada penugasan
ini, terdapat komponen keterampilan menulis ilmiah, berpikir kritis, penelusuran
referensi ilmiah, dan keterampilan berkomunikasi.
c. Media instruksional berupa: LCD projector, whiteboard, artikel aktual di surat
kabar/internet/majalah/jurnal ilmiah, buku referensi, dan kontrak perkuliahan.

6
d. Waktu: Lima (5) menit pada tahap pendahuluan, 85 menit pada tahap penyajian, 10
menit pada tahap penutup
e. Evaluasi: evaluasi formatif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.

6. Materi/Bacaan Perkuliahan
Buku atau bacaan dalam perkuliahan ini antara lain:
a. Biaggio, M., & Hersen, M. (2002). Issues in Psychology of Women. United States of
America: Kluwer Academic Publisher.
b. Denmark, F., & Paludi, M. (2008). Psychology of Women: Handbook of Issues and
Theories. London, Praeger.
c. Rosenfeld, J. A. (2001). Handbook of Women Health; An Evidence-based Approach.
United Kingdom: Cambridge University Press.

7. Tugas
Dalam perkuliahan ini, diberikan beberapa tugas sebagai berikut:
a. Materi perkuliahan sebagaimana disebutkan dalam jadwal perkuliahan, harus telah
dibaca terlebih dahulu oleh mahasiswa sebelum mengikuti tatap muka perkuliahan.
b. Penugasan dalam mata kuliah pilihan ini dan pengumpulan tugas harus dilakukan
sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
c. Evaluasi mahasiswa dilakukan dengan mengadakan ujian tengah semester dan ujian
akhir semester, dengan format soal esai

8. Kriteria Penilaian
Penilaian hasil belajar mahasiswa dilakukan oleh tim pengajar, dengan menggunakan
kriteria sebagai berikut:

Rentang Skor Nilai dalam Angka Mutu Gabungan


Huruf kemampuan
≥80-100 A 4,0 Istimewa
≥ 71-79 B+ 3,5 Sangat baik
≥ 65–70 B 3,0 Baik

7
≥ 60-64 C+ 2,5 Cukup baik
≥ 55-59 C 2,0 Cukup
≥ 50-54 D+ 1,5 Kurang cukup
≥ 40–49 D 1,0 Kurang
0-39 E 0 Sangat kurang

a. Pembobotan nilai adalah sebagai berikut:


Nilai Tugas : 30% (penugasan kuliah, tulisan ilmiah, laporan praktek lapangan)
Nilai UTS : 35%
Nilai UAS : 35%
b. Program Studi Psikologi tidak mentolerir adanya kecurangan dalam ujian. Praktek
lapangan, UTS, dan UAS adalah instrumen untuk menguji kemampuan mahasiswa
dalam mata kuliah. Apabila mahasiswa menunjukkan gerak-gerik mencurigakan
selama tes-tes tersebut, atau ditemukan menyontek atau memberikan contekan,
kertas kerja (lembar jawaban) saat tes tersebut berlangsung akan diambil oleh
pengawas dan mahasiswa dianggap telah selesai ujian (meskipun belum selesai
mengerjakan soal ujian). Apabila mahasiswa ditemukan membawa atau membuat
contekan (walaupun tidak membuka) catatan selama tes-tes tersebut berlangsung,
baik berupa kertas, coretan di kursi dan sebagainya, maka mahasiswa akan mendapat
pengurangan nilai sebanyak 50% dari nilai yang diperoleh, dan pengurangan nilai
disampaikan secara terbuka pada saat pengumuman nilai.
c. Presentase ketentuan mendapatkan penilaian kehadiran sebagai berikut:
1. Setiap mahasiswa wajib hadir tepat waktu saat perkuliahan dimulai, dengan
toleransi waktu keterlambatan selama 15 menit. Bagi mahasiswa yang terlambat
lebih dari 15 menit, tidak diperkenankan masuk kelas.
2. Bagi mahasiswa yang jumlah presensinya kurang dari 75% dari jumlah kehadiran
kuliah sebelum UTS (atau tidak hadir sebanyak dua kali), maka mahasiswa
bersangkutan tidak
3. Diperkenankan mengikuti UTS, atau tidak hadir sebanyak empat kali, mahasiswa
bersangkutan tidak diperkenankan mengikuti UAS. Larangan ini tidak berlaku

8
apabila mahasiswa bersangkutan mengganti ketidakhadiran dengan menulis
paper/tugas/makalah, di luar penugasan kuliah.

9. Jadwal Perkuliahan
Pertemuan Pengampu Topik Materi Perkuliahan
& Tanggal Perkuliahan
1 - Pengertian psikologi wanita
Pengantar
1 Pebruari IM - Ruang lingkup psikologi wanita
psikologi wanita
2018 - Riset tentang wanita
2 - Pemahaman androsentris dari
psikologi wanita
- Psikologi wanita dan sosial politik,
Sejarah
kritik terhadap tritmen psikologis
perkembangan
terhadap wanita
IM psikologi wanita
- Pandangan awal mengenai psikologi
dan konsep
wanita
feminisme
- Pandangan konstruksi sosial
feminisme mengenai psikologi
wanita
3 Hubungan - Interaksi hubungan personal dengan
interpersonal teman, keluarga dan lingkungan
DW
dan antar
personal
4 - Definisi kesehatan psikososial wanita
Kesehatan - Prinsip pelayanan psikososial bagi
psikososial wanita
DW
wanita dalam - Kesehatan psikososial wanita dalam
kehidupan perkembangannya (remaja, wanita
dewasa, wanita usia lanjut)

9
5 Psikologi wanita - Tahap-tahap perkembangan masa
dari sudut hidup wanita terkait dengan aspek
IM
pandang fisik, kognitif, emosi dan sosial
perkembangan
6 - Persoalan dan faktor yang dapat
Wanita dan
IM mempengaruhi serta mengganggu
kesehatan fisik
kesehatan fisik

Ujian Tengah Semester 15 Maret s/d 25 Maret 2017 + 30 Maret s/d 30 Maret 2017
7 Peran wanita - Interaksi dan peran wanita dalam
dan dinamika lingkungan keluarga
IM
psikologi dalam
keluarga
8 Wanita dan - Persoalan dan faktor yang
IM
seksualitas mempengaruhi sesksualitas wanita
9 Kekerasan yang - Bentuk-bentuk kekerasan yang
dialami wanita terjadi pada wanita di lingkungan
DW
dalam sosial
lingkungan sosial
10 Peran wanita - Peran dan interaksi wanita dalam
dan dinamika lingkungan kerja
DW
psikologis dalam
dunia kerja
11 - Kesempatan dan peran wanita
Wanita dan
DW sebagai pemimpin di lingkungan
kepemimpinan
sosial
12 - Pengaruh perbedaan budaya pada
Wanita dalam
IM peran dan posisi wanita di
konteks budaya
masyarakat

10
13 Peran wanita - Streotipe gender pada wanita di
DW dalam konteks Indonesia
budaya
14 Tugas mahasiswa, pembuatan dan presentasi karya tulis
DW
mahasiswa mengenai psikologi wanita (tugas kelompok)
Minggu Tenang 22 Mei s/d 26 Mei 2017
Ujian Akhir Semester (UAS) 29 Mei s/d 9 Juni 2017

11
PENGANTAR PSIKOLOGI WANITA

A. Pengertian Psikologi Wanita


Psikologi perempuan merupakan bidang penyelidikan ilmiah yang dapat menelusuri
kembali akar studi awal tentang perbedaan jenis kelamin, namun bidang ini mencakup
lebih dari variasi tersebut. Penekanan pada kata perbedaan memiliki asumsi implisit dari
kata perbedaan itu sendiri selain pada perbedaan seks biologis.

Sedangkan pada psikologi gender, kata perbandigan adalah kata yang lebih tepat
untuk menggambarkan psikologi gender, selain itu masih banyak menyisakan banyak
topik tentang penelitian yang mencakup pengalaman unik bagi perempuan, seperti
kehamilan, menyusui, dan menstruasi. Istilah psikologi feminis tampaknya memiliki
terlalu banyak konotasi dan memiliki makna yang bervariasi diantara berbagai istilah
femisi lainnya.

Di masa lalu, psikologi mempelajari perilaku tanpa memerhatikan faktor jenis kelamin
khususnya perempuan. Dengan demikian psikologi perempuan juga didefinisikan sebagai
suatu studi yang mencakup semua masalah psikologis yang berkaitan dengan perempuan
serta pengalamannya. Untuk memahami kontribusi yang telah dilakukan perempuan
dalam bidang psikologi, seseorang harus mengerti bagaimana status perempuan dalam
bidang psikologi yang mengalami perubahan. Kaum feminis telah lama berpendapat
bahwa ilmu sosial mengabaikan dan mendistorsi studi tentang perempuan secara
sistematis yang berdampak bagi kaum laki-laki. Dimasukkannya variable jenis kelamin
perempuan dapat diteliti dalam suatu waktu dan konseptualisasi terpisah, menurut
Jeanne Marecek, Ellen Kimmel, Mary Crawford, dan Rachel Hare-Mustin (dalam Florence
& Michele, 2008) menyatakan bahwa perempuan sebagai masalah, perbedaan dan
kesamaan antara perempuan dan laki-laki, serta studi feminis tentang kehidupan
perempuan.

Banyak penelitian awal yang menyertakan perempuan sebagai subjek penelitian yang
menunjukkan bahwa perempuan inferior dalam beberapa cara atau hal. Selain itu, jika
jenis kelamin perempuan dimasukkan ke dalam sampel penelitian, maka tidak terdapay
perbedaan antara jenis kelamin dan gender yang dilaporkan. Hal ini dikarenakan

12
diabaikannya oengaruh faktor-faktor psikologis dan pada intinyamerupakan indikasi dari
keyakinan bahwa laki-laki adalah suatu norma.

Berakar dari pandangan bahwa karakteristik fisiologis antara laki-laki dan perempuan
itu berbeda sehingga menimbulkan pandangan diskriminatof terhadap perempuan dalam
segala sisi yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan aspek fisiologis dan psikologis
perempuan. Oleh Karen itu, terjadilah kontroversi dalam memandang eksistensi
perempuan.

B. Riset atau Studi tentang Wanita


Studi tentang perempuan dapat dikatakan memiliki tujuan ganda, yakni memahami
perempuan, bahwa perempuan juga memiliki berbagai macam kualitas manusia untuk
meningkatkan mutu hidup secara umum seperti yang dimiliki laki-laki. Kedua, berbagai
macam sikap dan kepercayaan umum terhadap kaum perempuan yang banyak
dipengaruhi mitos dan aneka stereotipe negative yang bersumber dari pengaruh sosio
budaya yang merugikan perkembangan status dan diri perempuan itu dapat diubah dan
dihilangkan.
Dengan berkembangnya stud tentang perempuan diharapkan agar beberapa ciri yang
selama ini menonjol serta cenderung merugikan kaum perempuan dalam berbagai studi
tradisional tentang perempuan dapat dihilangkan, atau setidak-tidaknya bisa dikurangi.
Berbagai ciri negative yang dimaksud adalah permepuan lebih banyak dijadikan objek
penelitian atau studi. Bila suatu penelitain menghasilkan gambaran yang berbeda tentang
responden perempuan, arti dari penemuan tersebut tidak akan dikali lebih lanjut,
melainkan hanya sekedar menjadi catatan kaki. Studi tentang perempuan cenderung
mencerminkan prasangka dan sikap yang berlaku dalam lingkungan sosial bdaya tertentu.
Akibatnya, distorsi pandangan tenatng perempuan ikut memengaruhi jalannya penelitian
yang bersangkutan.

13
PEREMPUAN DALAM HUBUNGAN INTRA DAN INTERPERSONAL

Women’s Frendship and Romantic Relationships


Sebagai makhluk sosial, kita memiliki kebutuhan yang kuat untuk berinteraksi dengan
orang lain, serta menjalin hubungan dengan orang lain. Relationship (Hubungan) mengacu
pada sesuatu yang lebih dari sekedar interaksi yang bersifat sementara atau perasaan yang
dangkal untuk orang lain, melainkan melibatkan hubungan emosional yang dalam. Menurut
self in relation theory, Relationships (Hubungan) bagi wanita adalah sebagai pegangan dalam
membedakan pengalaman dan jalur perkembangan mereka, kelanjutan dari identifikasi
seorang wanita dengan ibunya sejak bayi, berbeda dengan laki-laki yang sejak bayi terpisah
dari ibunya dengan harapan dapat menumbuhkan identitas maskulin.
Persahabatan antar perempuan dianggap kurang penting daripada persahabatan antar
laki-laki. Di Barat, Persahabatan dikonsepkan menurut pengalaman laki-laki dan meliputi hal-
hal seperti keberanian, tugas dan tanggung jawab, penghormatan dan loyalitas. Hal terkait
perasaan jarang diungkapkan kecuali disaat bahaya. Struktur sosial melarang perempuan
untuk sering mengunjungi tempat umum seperti café, pub, pasar, dll seperti laki-laki, maka
pertemanan antar perempuan terjadi di tempat pribadi (rumah). Hubungan pertemanan
antar perempuan dianggap sebagai nomor sekian setelah hubungan suami-istri, keluarga dan
orangtua-anak. Jadi hubungan antar perempuan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari
dianggap tidak mampu berkembang menjadi pertemanan sejati.
Budaya emosional modern menekankan karakteristik pengungkapan diri yang intens dan
kuat dari persahabatan wanita. Wanita berinteraksi lebih banyak dalam konteks organisasi,
klub, dan bekerja sebagai peran dan pilihan mereka diluar rumah. Selama abad ke-20,
Persahabatan mulai berkembang menjadi pengalaman pribadi, sehingga persahabatan
dianggap ideal ditandai oleh kedekatan pribadi yang intim. Selain itu, persahabatan juga
sebagai proses pengembangan diri individu. Pada dewasa ini, persahabatan pada perempuan
sebagai upaya dalam konteks sosial ekonomi, budaya, dan politik pada tempat tinggal
mereka, sehingga tercermin peningkatan pemahaman konstekstual pada pengalaman
perempuan pada umumnya.
Ideologi liberal dari persatuan perempuan yang sah pada hubungan antara perempuan
satu sama lain dan juga didukung oleh solidaritas antara perempuan. Faktanya persatuan
tersebut pada level personal dan politik dianggap sebagai suatu jalan untuk mengatasi

14
penindasan di masyarakat dewasa ini. Selanjutnya interogasi dari ideologi persatuan
perempuan tersebut disoroti dan dianggap sebagai suatu kekurangan, seperti contoh yaitu
menolak ketidaksetaraan antara perempuandiadasarkan atas kelas sosial, etnik/RAS, dan
orientasi seksual dimana dilanjutkan untuk membuat persatuan perempuan yang memiliki
kesulitan atau konfliktual. Perempuan tidak perlu terlalu condong antara satu sama lain hanya
karena mereka adalah perempuan, maupun karena suatu pertemanan, bahkan yang dekat
atau bertahan cukup lama, kemudian menyediakan tempat yang aman dari divisi sosial yang
lebih besar. Warisan dari pergerakan perempuan mendemonstrasikan bagaimana hubungan
perempuan dengan yang lain bukan hanya bersumber dari afirmasi individual dan kekuatan
tapi juga mempunyai potensial untuk memulai perubahan sosial dan tantangan status yang
quo (seimbang) diantara atau disekitar hubungan gender masyarakat yang lebih luas.

Karakteristik dari Persahabatan Perempuan

Konstitusi persahabatan merupakan hubungan yang penting dalam menentukan


kehidupan wanita. Persahabatan memberikan wanita dukungan sosial, intimasi, dan
kesempatan untuk menikmati interaksi social. Persahabatan juga berkontribusi terhadap
kehidupan sosial dan identitas diri dari seorang wanita. Namun, dibalik semua itu,
persahabatan yang menentukan kehidupan wanita ternyata memiliki sisi negatif, seperti
diantaranya persahabatan menimbulkan iri hati, persaingan, kecemburuan yang kuat, dan
sering terkait dengan akses terhadap perhatian pria yang tangguh. Walaupun hal tersebut
tidak sepenuhnya akurat, mereka memberikan pentunjuk terhadap komplesitas dan
kontrakdiksi dari hubungan wanita dengan orang lain.

Secara implisit, maupun terkadang secara eksplisit definisi dari persahabatan


menyertakan anggapan bahwa mereka terlibat di dalamnya dan menjaga secara sukarela,
tidak seperti hubungan signifikan lainnya, persahabatan di budaya barat tidak seformal
seperti pada kekeluargaan atau struktur sosial atau kewajiban. Faktanya, ketidak adaannya
struktur peran yang pasti dapat dipandang sebagai antitesis untuk membentuk ikatan
persahabatan yang sebenarnya.

Di sisi lain, beberapa penelitian mengingatkan kita bahwa persahabatan tersebut tidak
seutuhnya sukarela. Kita kemungkinan besar menjadi teman denga mereka yang memiliki
kesamaan gender, seumuran, kelas sosial, orientasi seksual, dan ras atau etnik, dan dengan

15
mereka yang tinggal di area geografis yang sama. Perempuan imigran mungkin lebih terbatas
dalam persahabatan mereka karena adanya pilihan oleh bahasa, perbedaan ras atau etnik di
lingkungan tempat mereka tinggal, dan penekanan terhadap jaringan sosial keluarga versus
jaringan sosial non-keluarga. Diantara keturunan latin, ditekankan untuk persahabatan
dengan anggota keluarga perempuan dan mungkin sangat dekat. Wanita lesbian lebih
cenderung terlihat seperti wanita heteroseksual dalam mengembangkan persahabatan
ataupun pertemanan dalam situasi pesta khusus, "gay right events", pertemuan yang
kebetulan, dan sebagainya. Wanita yang biseksual cenderung seperti wanita lesbian atau
heteroseksual untuk pengalaman dalam berhubungan "cross-sexual orientation" (dengan
wanita lesbian dan heteroseksual lainnya).
Antara wanita karir dan wanita kelas menengah, wanita karir lebih cenderung jarang
berinteraksi dengan anggota keluarga daripada dengan wanita kelas menengah, serta
frekuensi interaksi dari wanita karir lebih banyak dari wanita kelas menengah. Tambahannya
yaitu perbedaan kelas sosial wanita dilihat dari tipe aktivitasnya dalam bekerja, wanita karir
lebih menekankan pada aktivitas sosial dengan gender yang sama dan lebih cenderung pada
aktivitas "girls night out" dengan teman yang kelas sosialnya setara, berbeda dengan wanita
kelas menengah yang cenderung menyukai melakukan aktivitas sosial dengan mixed-gender.
Pernyataan tersebut mungkin berkontribusi pada persahabatan wanita contohnya, tetapi
wanita yang ada pada kategoiri miskin pada kebijakan perumahan mungkin akan
mengenyampingkan hubungan sosial wanita dan kebutuhan emosionalnya. Pertemanan
dapat dimulai dan berakhir lebih mudah dari relasi yang lainnya, perilaku dalam berteman
memiliki peraturan yang jika dilanggar akan menimbulkan konflik bahkan bubarnya
persahabatan. Peraturan tersebut membantu dalam mengkritik teman, saling
mengungkapkan diri, dan menghargai satu sama lain. Masalah yang terjadi dalam
persahabatan adalah peraturan tersebut sering diasumsikan bukan diartikulasikan.
Bagi perempuan, persahabatan berada pada area merawat, peduli dan memiliki
kesamaan. Kehadiran saingan akan menyebabkan perasaan yang bertentangan dan kurang
nyaman bagi wanita. Dalam wawancara yang dilakukan oleh Rind (2002) tentang sahabat,
ditemukan bahwa ada tiga tema utama. Yang pertama, pengetahuan dan pemahaman,
kedua, kebutuhan dan ketergantungan dan ketiga, persaingan antara teman perempuan yang
berlangsung dalam pekerjaan, akademik dan kedudukan sosial. Kesulitan dalam menghadapi
kompetisi pada perempuan berakar dari kompetisi pada lingkungan sosialnya. Saat kecil,

16
kompetisi lebih sering ditemui pada permainan anak laki-laki. Ketika kompetisi berkembang
di kalangan anak perempuan, mereka cenderung membubarkan aktivitas mereka
dibandingkan anak laki-laki yang cenderung bernegosiasi agar aktivitas dapat berlanjut. Pola
interaksi ini akan berlanjut hingga dewasa dan mempengaruhi bagaimana perempuan
merespon kompetisi dalam hubungan persahabatan dalam hubungan pertemanan dengan
sesama perempuan.

Asumsi lain terkait hubungan pertemanan pada perempuan adalah bahwa


pertemanan pada perempuan menjunjung tinggi kesetaraan atau egaliter. Pada hubungan
pertemanan perempuan, kualitas hubungan tersebut berhubungan dengan distribusi atau
pemerataan kekuasaan. Asumsi kesetaraan dalam hubungan pertemanan sering
mengabaikan hubungan antara wanita yang bisa sangat berarti, namun secara inheren tidak
setara dan mungkin tidak sesuai baik dalam narasi atau kenyataan konsepsi persahabatan
Barat. Di beberapa masyarakat, hierarki sosial mungkin lebih mengakar dan persahabatan
antar wanita mungkin lebih cenderung mencakup status yang tidak setara.

Candy, Troll dan Levy (1981) melakukan studi pada wanita usia 14 sampai 80 tahundan
ditemukan bahwa ada 3 fungsi pertemanan yang penting bagi wanita yaitubantuan
keintiman (intimacy-assistance), pengertian dari keintiman itu sendiri (notionof intimacy),
saling tolong menolong (mutual assistance). Selain itu Candy dkk. Jugamenemukan bahwa
teman dapat memberikan pengakuan, harga diri, dan kekuatan, yang mencakup pengertian
pengaruh dan kontrol terhadap orang lain. Veniegas dan Peplau (1997) menemukan bahwa
wanita menilai persahabatan mereka lebih tinggi daripada pria dalam dukungan ego. Teman
daripada wanita lebih sering memperhatikan dan menghargai kemampuan mereka serta
mengucapkan selamat atas apa yang mereka peroleh. Bank dan Hansford (2000) menemukan
bahwa konsep orientasi status, sejauh mana persahabatan memberikan rasa hormat,
pengaruh, dan prestise bagi yang lain, memberi kontribusi positif terhadap
persahabatan yang intim. Bank dan Hansford (2000) menemukan bahwa konsep
orientasi status, sejauh mana persahabatan memberikan rasa hormat, pengaruh, dan
prestise bagi yang lain, memberi kontribusi positif terhadap persahabatan yang intim. Bank
dan Hansford juga menemukan bahwa hal itu lebih penting bagi wanita daripada pria bahwa
elemen ini menjadi komponen persahabatan mereka. Inti dari beberapa studi tersebut

17
membahas kualitas ekspresif seperti kedekatan dan keintiman serta kualitas timbal-balik
seperti kekuatan dan pengakuan

Penelitian mengenai persahabatan lesbian memberikan gambaran tentang beberapa


persahabatan yang beragam dan alternatif antara perempuan. Seksualitas selalu dianggap
berpotensi hadir dalam persahabatan lintas jenis (Bleske& Buss, 2000; Kaplan & Keys, 1997;
Sapadin, 1988). Penelitian lain menunjukkan bahwa di antara perempuan lesbian,
persahabatan mungkin kurang terpisah dari hubungan romantis dan perempuan lesbian
nampaknya berteman dengan mantan kekasih mereka sebagai wanita heteroseksual
(Kitzinger, 1996; Kitzinger & Perkins, 1993; Weinstock, 2004). Keintiman yang sering
diperkirakan dari tingkat keterbukaan diri atau pengungkapan diri adalah pembicaraan yang
terjadi antara dua orang dan menghasilkan perasaan yang diketahui dan divalidasi oleh orang
lain (Altman & Taylor, 1973; Clark & Reis, 1988; Mark & Alper, 1985). Meskipun perempuan
dan laki-laki menyadari pentingnya pembicaraan untuk mengembangkan keintiman yang
mendalam (Fehr, 2004; Radmacher & Azmitia, 2006), perempuan terlibat dalam pembicaraan
ini daripada pria dalam persahabatan mereka (Adam, Blieszner & De Vries, 2000; Hays, 1985).
Dari segi kualitas, pertemanan laki-laki lebih rendah daripada perempuan. Dalam pertemanan
secara online antara sesama perempuan atau antara perempuan dan laki-laki, menunjukkan
kelekatan yang lebih baik setelah dua tahun dibandingkan dengan pertemanan antara sesama
laki-laki (Cheng, Chan, & Tong, 2006).

Penelitian lain mengungkapkan bahwa ekspresi keintiman dalam pertemanan


menunjukkan adanya perbedaan gender yang sangat kecil atau tidak ada (Duck & Wright,
1993; Wright, 1982). Perbedaan tersebut tidak harus ada karena perempuan dan laki-laki
mendefinisikannya secara berbeda, misalnya laki-laki mendefinisikan keintiman sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan secara bersama, sedangkan perempuan mendefinisikan keintiman
sebagai bentuk pengungkapan diri. Perempuan memiliki kemampuan menciptakan ikatan
intim yang kuat dan dapat bertahan lama melalui kegiatan yang dilakukan secara bersamaan
dan terlihat jelas (Piercy & Cheek, 2004). Laki-laki juga mampu mengembangkan keintiman
namun mereka lebih memilih memiliki keintiman dalam hal persahabatan dengan sesama
lelaki. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa laki-laki memilih untuk tidak terlalu ekspresif
dalam menunjukkan keintiman guna mengantisipasi adanya penolakan negatif dari laki-laki
lain (Bank & Hansford, 2000; Fehr, 1996, 2004).

18
Perempuan kelas menengah profesional cenderung tidak mengungkapkan keintiman
pada sesama teman perempuannya dibandingkan dengan perempuan kelas pekerja (Walker,
1994). Hal ini mungkin disebabkan oleh geografi dan mobilitas dari perempuan kelas
menengah profesional yang lebih besar dibandingkan dengan persaingan kerja dan tempat
kerja yang dirasakan oleh perempuan pekerja dengan rekan kerjanya. Penelitian Walker
(!994) menunjukkan bagaimana konseptualisasi gender sebagai konstruksi sosial yang
berkelanjutan dalam konteks spesifik sebagai hasil sosialisasi atau proses psikoanalitik yang
lebih berguna dalam memahami perbedaan gender pada masyarakat Barat.

Perbedaan gender dalam ikatan pertemanan menurut perspektif feminist adalah


bentuk keintiman dalam pertemanan perempuan lebih berharga dibanding pertemanan laki-
laki. Dunia kerja, kesempatan untuk berkuasa, naik jabatan lebih terbuka untuk laki-laki.
Keintiman den ekspresivitas dalam hubungan lebih banyak pada pertemanan wanita
dibanding laki-laki, tetapi hal tersebut tidak membuat mereka menuju tingkat eselon yang
lebih tinggi dalam bidang ekonomi maupun kekuatan politik. Faktanya kualitas kepedulian,
kedekatan, dan keintiman terus terdevaluasi pada budaya yang lebih besar. Namun hal
tersebut tidak mengubah budaya patriarki, politik, atau struktur institusi sebuah lembaga.

Siswa di Negara Asia terlibat dalam percakapan atau sharing yang kurang intim dalam
persahabatan mereka. Mahasiswa China mengungkapkan kurang membahas mengenai topic
seperti pekerjaan, pendapat, kepribadian dan mengenai teman-teman dekat, orangtua,
kenalan. Mahasiswa wanita Korea lebih banyak terlibat dalam percakapan intim dengan
sahabat mereka daripada mahasiswa laki-laki. Persahabatan antara mahasiswa universitas
Rusia cenderung lebih fokus pada aktivitas daripada keintiman dibandingkan mahasiswa
Amerika Serikat. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan budaya, terkait dengan
generasi pemerintahan, konteks hidup, ekonomi yang ada di masyarakat Rusia dimana
melakukan sesuatu untuk satu sama lain muncul sebagai proses yang lebih penting dalam
persahabatan daripada pengungkapan diri.

Women Friendships Online

Media elektronik menyediakan konteks sosial terbaru dalam mengembangkan


pertemanan maupun hubungan lainnya. Sebelumnya, laki-laki lebih dominan sebagai
pengguna intrenet , tapi sekarang ini baik wanita maupun laki-laki sama saja, lebih cenderung

19
untuk menggunakan internet. Wanita cenderung lebih menggembangkan hubungan
pertemanan dengan laki-laki maupun wanita lewat media online. Hubungan pertemanan
secara online serupa dengan pertemanan biasa yang terjadi secara langsung atau offline
dilihat dari kekuatan, kualitas, dan derajat self-disclosure, namun pertemanan secara
langsung atau offline lebih lama durasinya dibanding secara online. Ada kemungkinan
hubungan pertemanan secara online akan bertemu langsung secara pribadi, karena belum
diketahui batasan yang jelas antara hubungan secara online dan offline. Wanita cenderung
lebih banyak menggunakan Internet untuk komunikasi interpersonal daripada pria, seperti
mengobrol secara online dan mengirim e-mail (Weiser, 2000). Wanita, lebih banyak dari laki-
laki menggunakannya untuk mempertahankan kontak dengan teman-teman yang jauh
(berlawanan dengan area lokal), dan mereka cenderung mengirim e-mail ke orang tua dan
anggota keluarga besar lainnya (Pew Internet and American Life Project, 2005).

Meskipun pria menggunakan Internet dengan lebih intens, yaitu mereka log on lebih
sering dan menghabiskan lebih banyak waktu secara online, wanita menyertakan topik yang
lebih luas dalam komunikasi online mereka dan lebih puas dengan peran yang dimainkan oleh
e-mail dalam memelihara hubungan mereka (Pew Internet dan American Life Project, 2005).
Di sisi lain, satu studi menemukan bahwa baik wanita maupun pria lebih suka
mengembangkan hubungan online dengan teman, bukan anggota keluarga atau rekan kerja.
Terdapat fenomena online baru yang sedang mengalami peningkatan penggunaan yang
drastis pada lima tahun terakhir, fenomena tersebut adalah penggunaan website jaringan
sosial. Website jaringan sosial adalah sebuah layanan online dimana pengguna layanan ini
dapat membuat sebuah profil online dan mendirikan sebuah jaringan personal yang
digunakan untuk berkomunikasi.

Wanita dengan usia 15-17 tahun lebih banyak menggunakan layanan ini daripada laki-laki
pada rentang umur tersebut dengan alasan penggunaan layanan yang berbeda-beda terkait
dengan usia pengguna dan jenis kelamin, dimana alasan tersebut seperti membuat teman
baru, menjaga pertemanan jarak jauh, dan komunikasi untuk mencari pasangan. Penggunaan
layanan ini dapat mempengaruhi proses wanita dalam membangun hubungannya seiring
dengan meningkatnya frekuensi dan jenis komunikasi online yang dilakukannya. Tetapi,
faktor internet ini sendiri tidak bisa dikatakan secara gamblang sebagai faktor yang dapat
mempengaruhi proses pembentukan hubungan seorang wanita. Interaksi online berbeda

20
dengan offline. Pada interaksi offline tidak ada isyarat visual yang mempengaruhi proses
perseptual interpersonal dan menawarkan kemungkinan untuk membangun banyak identitas
melalui interaksi sosial. Walaupun ada internet tetapi kekuatan budaya tradisional, ideologi,
politik dan ekonomi tidak lenyap. Kekuatan budaya tradisional, ideologi, politik, dan ekonomi
masih jelas ada di dunia nyata.

Kehidupan Perempuan Sebagai Bentuk Perlawanan

Dalam psikologi, persahabatn wanita dipelajari secara terpisah dari dunia politik,
gerakan sosial, publik, dan budaya. Persahabatan wanita dipandang sebagai lingkungan
pribadi, bagian dari dunia domestik dan emosional setiap wanita. Namun, bisa menjadi suatu
kesalahan untuk mengabaikan bagaimana persahabatan wanita satu dengan yang lainnya
bisa terhubung untuk merubah tingkat sosial yang lebih besar dan level budaya, dimana
persahabatan wanita bisa dipandang sebagai "tindakan perlawanan". Persahabatan wanita
dapat memberi wanita tempat untuk mereka untuk mengeksplorasi, memperbaharui, dan
agar wanita tidak diremehkan oleh masyarakat luas, dan persahabatan dapat menjadi dasar
untuk bekerja dan untuk perubahan sosial di budaya yang lebih luas (Johnson & Aries, 1983).
Dukungan sosial, bantuan untuk memajukan karir, peningkatan atmosfer di tempat kerja
adalah manfaat yang didapat dari persahabatan di tempat kerja (Berman, et al, 2002) namun
hal ini tidak hanya bermanfaat bagi satu orang wanita, mereka juga dapat memberdayakan
dan membantu wanita untuk bertahan dari dominasi laki-laki dalam lingkungan kerja yang
mementingjan gender serta lingkungan masyarakat yang lebih luas.

Bahkan, wanita dari berbagai kalangan etnis dapat berkontribusi untuk melakukan
perubahan yang signifikan pada kelompok sosial akan level politik yang lebih besar.
Persahabatan wanita memiliki latar belakang yang belum dijelajahi tentang aktivitas politik,
pengorganisasian, dan upaya perubahan sosial yang lebih penting, dalam hal ini persahabatan
wanita berperan sangat penting. Dengan fokus ini, kita juga mulai melihat efek kumulatif dan
efek samping kegiatan wanita yang diundangkan di luar politik oposisi tradisional dan
karakteristik aktivisme gerakan sosial. Perlawanan wanita dalam pernikahan yang menindas;
peduli kepada anak-anak meskipun mengalami kesulitan ekonomi; bersaing dengan rasisme,
seksisme, pelecehan seksual di tempat kerja; berinteraksi dengan institusi yang bermusuhan
dan tidak responsif. Dengan kata lain, kehidupan sehari-hari wanita dapat menyebabkan
perubahan sosial, dan semua aktivitas ini seringkali dimungkinkan dengan bantuan yang

21
mendukung (Aptheker, 1989) Misalnya, dengan menggunakan konsep marjinalitas positif.
Gagasan bahwa orang-orang di pinggiran masyarakat tidak harus menginternalisasi
pengucilan mereka tapi malah merangkul perbedaan sebagai kekuatan dan kadang-kadang
sebagai sumber kritik dan tindakan. Seperti persahabatan dua wanita lesbian kulit hitam yang
sepanjang hidup mereka mampu menciptakan sistem pendukung, ruang antar sesama yang
bebas dari prasangka dan stereotip, dan kemungkinan perubahan meski hidup ditandai
dengan perjuangan dan rasa sakit. Persahabatan mereka adalah elemen penting dalam
kemampuan mereka untuk memperoleh kekuatan dari pengalaman mereka daripada saling
memberi semangat.

Pada tahun 2002 Louie melakukan penelitian terhadap wanita cina imigran yang
bekerja di pabrik garmen dengan kondisi yang buruk dan dibayar rendah. Para imigran wanita
ini memunculkan dan membentuk hubungan saling membantu dan menuntun berdasarkan
perasaan saling empati, saling menolong dan perasaan saling percaya yang muncul akibat
sering menghabiskan waktu bersama. Hubungan ini kemudian membantu mereka untuk
mengatasi permasalahan diluar lingkup pekerjaan dan menguatkan mereka dalam melewati
siklus perlakuan tidak adil yang dialami mereka dalam hidup bermasyarakat maupun
keluarga. Salah satu contohnya wanita tersebut akan mendukung anak perempuannya baik
secara finansial maupun emosional dalam rangka mewujudkan cita-cita perempuan tersebut.
Penelitian lebih lanjut menemukan bahwa hubungan antara persahabatan wanita dan
perubahan sosial sangat signifikan dalam meningkatkan kekuatan dari pribadi wanita itu
sendiri.

22
SEJARAH PERKEMBANGAN PSIKOLOGI WANITA DAN KONSEP FEMINISME

A. Pemahaman Androsentris dari Psikologi Wanita

Sejarah Perkembangan Psikologi Feminisme


Feminisme 1960-an, wacana yang diusung adalah: Diskriminasi sex, diskriminasi

pekerjaan, kekerasan seksual, kebebasan bereproduksi.

Dalam sejarah, gerakan feminisme itu lahir dari awal kebangkitan perempuan untuk

menggeser status sebagai makhluk kedua setelah laki-laki di dunia ini.Gerakan feminisme ini

berkembang pada abad pertengahan Eropa, yaitu pada abad 16-18 M. Pada periode awal ini

perempuan dianggap tidak rasional (yang selalu menggunakan perasaan sebagai tolak ukur)

dan laki-laki hanya untuk melindungi saja, tidak harus bekerja mencari nafkah. Sedangkan

yang harus mencari nafkah hanyalah perempuan. Selain itu perempuan juga dianggap sebagai

jelmaan iblis atau setan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh dogma gereja yang pada abad

itu telah menjadi kebijakan nomor satu.

Pada saat itu para perempuan juga secara diam-diam memulai menciptakan gerakan-

gerakan kecil untuk menentang dominasi laki-laki. Namun tuntutan akan kesetaraan derajat

antara perempuan dan laki-laki baru bisa mereka wujudkan pada awal abad ke 17 di Inggris.

Tokoh-tokoh macam Susan B. Anthony dan Elizabeth Cady Staton mempelopori gerakan-

gerakan kebangkitan perempuan melalui surat kabar The Revolution.

Pada abad 18-19 M yaitu pada gelombang pertama terjadi pembodohan terhadap

perempuan, hal ini diakibatkan karena perempuan menjadi nomor dua atau second line.

23
Seperti halnya yang kita ketahui di sejarah-sejarah pada sebelumnya, perempuan hanya bisa

meramu makanan, sedangkan yang laki-laki berburu, mencari bahan makanan dan

sebagainya. Di sini jelas terlihat bahwa perempuan tidak diberikan kepercayaan untuk ikut

andil dalam membantu laki-laki.

Pada gelombang kedua yaitu abad 19 M mulai muncul kebebasan pada gerakan perempuan

yang mengakibatkan adanya aliran-aliran dalam feminisme. Di antaranya yaitu :

1. Feminisme Liberal

Pada aliran ini mengatakan bahwa kebebasan dan persamaan berakar pada rasion alitas, dan

“perempuan adalah makhluk rasional” juga, maka mereka menuntut hak yang sama seperti

kaum laki-laki. Di sini kaum perempuan harus dididik agar mampu bersaing untuk merebut

kesempatan dalam memasuki prinsip-prinsip maskulinitas (Women in Development). Pada

hakikatnya masalah keterbelakangan kaum perempuan berasal dari dirinya sendiri, dan upaya

yang dilakukan yaitu harus adanya persamaan hak, pendidikan, hukum, dan peran.

2. Feminisme Radikal

Aliran ini muncul karena penindasan perempuan berasal dari laki-laki yang dianggap berakar

dari jenis kelamin laki-laki dan ideologi patriarkinya. Seperti halnya penguasaan fisik terhadap

perempuan yang merupakan sistem hirarki seksual dimana laki-laki memiliki kekuasaan

superior dan privilege ekonomi.

3. Feminisme Marxisme

Feminisme marxis menolak gagasan biologi sebagai dasar pembedaan gender. Pada aliran ini

penindasan perempuan adalah bagian dari penindasan kelas dalam hubungan produksi,

sehingga persoalan perempuan selalu diletakkan dalam kerangka kritik atas kapitalisme.

24
Pada masa kapitalisme penindasan terhadap perempuan semakin kuat, salah satunya yaitu

perempuan dijadikan sebagai buruh dengan upah yang lebih rendah daripada laki-laki, atau

perempuan sebagai buruh cadangan. Jadi penindasan perempuan bersifat structural dan akan

selesai apabila ada perubahan pada struktur kelas, dalam artian menghapuskan sistem

kapitalis internasional.

4. Feminisme Sosialis

Pada feminism sosialis berasumsi bahwa metode historis materialis Mark dan Engels dengan

gagasannya tentang personal is political pada kaum radikal dilakukan sintesis. Tentu saja

dengan harapan mempertahankan Feminitas, karena dirasa penindasan yang terjadi di kelas

bahkan di revolusi sosialis tidak bisa menaikkan derajat perempuan. Maka menurut kaum

sosialis,? perlu adanya penggabungan antara analisis kelas dan analisis patriark

Latihan soal mandiri (quiz)

• Jelaskan bagaimana aliran-aliran dalam feminism dan pemikirannya?

25
PSIKOLOGI WANITA DARI SUDUT PANDANG PERKEMBANGAN

A. Tahap-tahap Perkembangan Masa Hidup Wanita terkait dengan Aspek Fisik, Kognitif,
Emosi dan Sosial
1. How do girls become women?
Berdasarkan prinsip nature vs nurture, sebagian besar meyakini dalam mehamai
peran aspek biologis dan pengaruh lingkungan terhadap suatu perilaku, khususnya
perempuan.

2. Faktor-faktor yang berperan terhadap pembentukan peran gender yaitu sebagai


betikut:
a. Orangtua
b. Sekolah
c. Pengaruh dan tampilan media
d. Pengaruh ras, budaya, dan kelas sosial

3. Masa remaja dan dewasa awal


Adanya kematangan seksual dan kapasitas reproduksi: berkembangnya payudara
dan organ seksual.
Adanya pengalaman kematangan seksual seperti menarche (periode pengalaman
mestruasi).
Pengalaman menstruasi bersifat individual, dengan periode yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Amenorrhea, merupakan periode menstruasi setelah menarche
b. Menorrhagia, merupakan periode menstruasi yang panjang dan berlebihan hingga
dapat mengalami anemia
c. Dysmenorrhea, merupakan rasa sakit saat menstruasi atau kram pada bagian
perut, sakit tulang belakang, dan sakit kepala.
Siklus menstruasi merupakan siklus alamiah yang dialami dan dipengaruhi oleh
perilaku perempuan, serta pengalaman menstruasi berbeda-beda pada tiap
perempuan. Perilaku perempuan yang dimaksud tersebut dipengaruhi oleh

26
keyakinan, sikap, dan pengalaman fisiologis. Pengalaman yang dimaksud berkaitan
dengan keyakinan yang dipelajari. Sedangkan sikap terbentuk oleh konteks budaya.
Menstruasi juga dikenal sebgai menses, yang berarti bulan dalam bahasa Latin.
Adanya keyakinan takhayul tentang menstruasi, yang cenderung membatasi perilaku
perempuan.
Berkaitan dengan early dan late puberty, perempuan yang “masak dini”
cenderung menunjukkan tingkat kepercayaan diri yang rendah, ketidakpuasan
terhadap tubuh, merasa terisolasi, dan rendahnya peringkat akademik. Kendati
demikian, perempuan yang “masak dini” menunjukkan penguasaan kognitif dan
keterampilan coping behavior yang baik saat dewasa. Adanya orang terdekat yang
dapat diajak berdiskusi dengan baik oleh remaja terkait kematangan seksual, akan
berdampak pada suksesnya penyesuaian remaja secara emosional dan sosial terkait
kematangan seksual tersebut.

4. Masa dewasa madya dan dewasa lanjut


Perbedaan longevity antara pria dan wanita akan bergantung pada faktor biologis
dan lingkungan. Perubahan fisik akan dimulai saat individu memasuki usia dewasa
madya.
Menopause merupakan berhentinya periode menstruasi. Sikap wanita dalam
menghadapi menopause bervariasi, seperti mislanya sebagai bagai akhir dari masa
kehamilan dan hubungan seksual, akhir dari ekspresi seksual, dan lain sebagainya.
Selain itu, respon wanita selama menopause pun bervariasi seperti halnya kerentanan
mengalami psychological distress.
Perubahan-perubahan wanita pada usia dewasa madya mencakup peran wanita
dalam konteks sosial, coping dalam menghadapi sakit dan kematian, perpisahan,
perkawinan baru, pekerjaan baru, serta kebutuhan akan pengasuhan.
Gambaran peran wanita dalam masa perkembangan yang didasarkan atas norma
sosial disebut sebagai social clock.

B. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa

27
WANITA DAN KESEHATAN FISIK

A. Persoalan dan Faktor yang dapat Mempengaruhi serta Menganggu Kesehatan Fisik
1. Isu-isu terkait kesehatan perempuan
Pergerakan mengenai kesehatan perempuan merupakan salah satu isu penting.
Adapun isu-isu yang terkait dengan kesehatan perempuan diantaranya sebagai
berikut:
a. Isu utamanya adalah melibatkan perempuan dalam konsturksi sosial terkait fisik
dan peran perempuan yang mendasari hak asasi, keamanan, kesehatan, hal
politik, dan status sosial bagi perempuan.
b. Hubungan yang bersifat tradisional antara praktisi medis dan pasien merefleksikan
adanya hubungan hirarki, serta pasien sebagai bagian yang “kecil”, khususnya
perempuan. Kadangkala perempuan cenderung mendapatkan layanan kesehatan
yang kurang memadai atau kurang tepat waktu. Khususnya gejala biomedis pada
perempuan cenderung diartikan sebagai psikosomatis atau bersifat emosional,
kadangkala juga mengarah pada underdiagnosis dan overmedication.
c. Berkaitan dengan profesionalitas dan kesempatan perempuan sebagai penyedia
layanan kesehatan dan pemberi atau pelaksana layanan kesehatan.
d. Perkembangan ilmu dan penelitian tentang penyakit, berdasarkan konsep
biopsikososial. Perkembangan psikologi kesehatan yang memahami sehat dari
sudut pandang individu berdasarkan konteks psikologi, sosial, budaya, dan sistem
pelayanan kesehatan yang saling berkaitan. Diawali dengan minimnya atau
jarangnya perempuan dilibatkan sebagai subjek penelitian terkait kesehatan.
American psychologist dan dilanjutkan oleh APA, menyatakan mengenai
pentingnya dan adanya agenda penelitian terkait dengan kesehatan perempuan.

2. Perempuan dalam sistem pelayanan kesehatan


a. Ketidakadilan dalam pelayanan kesehatan
Kekuatan kondisi sosial politik membuat ketidakadilan dalam mencari dan
kualitas pelayanan kesehatan pada semua jenis kelamin, status ekonomi sosial,
dan ras yang selanjutnya berdampak pula pada asuransi kesehatan.

28
b. Penggunaan pelayanan kesehatan
Sesungguhnya perempuan membutuhkan pelayanan kesehatan yang mungkin
lebih sering dibanding laki-laki. Pencarian pelayanan kesehatan merupakan hal
kompleks yang mencakup faktor kognitif, afeksi, dan sosial.
c. Komunkasi terhadap praktisi pelayanan kesehatan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan komunikasi yang
terjadi antara praktisi kesehatan laki-laki dan perempuan, terhadao pasien laki-laki
atau perempuan.
Adanya perlakuan atau komunikasi yang berbeda terhadap para lesbian (data
USA).

3. Faktor gaya hidup dan kesehatan perempuan


a. Aktivitas fisik
b. Merokok
c. Body dissatisfaction dan gangguan makan
d. Obesitas

4. Masalah kesehatan kronis


a. Penyakit kardiovaskular
Coronary Heart Disease (CHD) merupakan salah satu bentuk penyakit
kardiovaskular, yang terjadi karena adanya endapan lemak dan kalsium pada
pembuluh darah arteri yang menuju jantung. CHD umumnya disebabkan oleh
faktor genetik dan dipengaruhi pula oleh faktor gaya hidup individu. Semua jenis
kelamin berisiko mengalami CHD. Risiko perempuan mengalami CHD akan
meningkat saat menopause dengan prognosis yang lebih buruk disbanding CHD
pada laki-laki.
b. Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome
(HIV/AIDS)
AIDS merupakan hasil langsung dari HIV, yang menyerang sistem imun tubuh
sehingga tubuh rentan mengalami berbagai serangan penyakit. Sosiokultural
merupakan salah satu faktor yang menyebabkan lambat dan rendahnya kualitas
serta intensitas pengobatan atau layanan kesehatan terkait HIV/AIDS.

29
PERAN WANITA DAN DINAMIKA PSIKOLOGI DALAM KELUARGA

A. Interaksi dan Peran Wanita dalam Lingkungan Keluarga

B. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa

30
WANITA DAN SEKSUALITAS

A. Persoalan dan Faktor yang Memengaruhi Seksualitas


1. A post modern feminist perspective
Kombinasi perspektif postmodern dan feminist, memberikan peluang atau
kekuatan untuk mengkaji seksualitas perempuan. Perspektif postmodern-feminist
mengasumsikan bahwa seksualitas perempuan bersifat kompleks dan berubah-ubah
terkait sexual beliefs, attitudes, dan konstruksi perilaku, yang juga dipengaruhi oleh
kondisi politik, ekonomi, dan sejarah budaya. Dampak dari adanya dekonstruksi
perspektif postmodern-feminist adalah meminimalisir perbedaan pengalaman
seksualitas antara laki-laki dan perempuan terkait ras, usia, status sosial, dan orientasi
seksual.

2. The construction of sexual scripts


a. Perspektif constructivist
Perspektif konstuktivis memandang seksualitas sebagai transcultural, yaitu
pengalaman kehidupan seksual individu lebih dipengaruhi oleh latar belakang
budaya. Latar belakang budaya berpengaruh penting dalam konsep, interpretasi,
ekspresi individu tentang pemikiran, dan dorongan seksual yang dialami.
b. Sexual scripts
Sexual scripts merujuk pada “repertoar of act” dan status yang dikenal atau
dipahami berdasarkan kelompok sosial tertentu, mencakup nilai-nilai,
pengharapan, sanksi mengenai seksualitas individu. Terdapat tiga komponen
dalam sexual script yang mencakup cultural scenarios, intrapsychic scripts, dan
intrapersonal scripts. Cultural scenarios merupakan latar belakang budaya yang
melandasi sexual script. Intrapsychic scripts merupakan gambaran atau pemikiran
yang mendasari individu untuk mengambil pilihan dan terimplementasi dalam
perilaku. Sedangkan intrapersonal scripts merupakan bentuk interaksi intra dan
antar individu. Sexual script merujuk pada adanya pengaruh budaya sepanjang
kehidupan, yang akan berpengaruh terhadap gambaran seksualitas individu yang
mengarahkan sexual beliefs, dorongan, dan perilaku seksual individu.

31
c. Sexual agency
Sexual agency merupakan kemampuan untuk memilih dan mengatur atau
mengelola kehidupan seksual individu atas dirinya sendiri. Konsep sexual agency,
mendorong pembaharuan konsep perempuan sebagai “sexual beings”.

3. Social or sexual discourse


Empat konsep dasar ilmiah seksualitas perempuan untuk mengidentifikasi sense
of sexual beings oleh perempuan diantaranya sebagai berikut:
a. Sexuality as violence
b. Sexuality as victimization
c. Sexuality as individual morality
d. Discourse of desire
Media atau bentuk pengaruh sosial lainnya tidak hanya berpengaruh pada
kehidupan seksual remaja. Hal ini berdampak pada adanya rekomendasi pemilihan dan
penggunaan kata yang tepat mengenai seksualitas. Misalnya, foreplay, afterplay,
having sex, dan lain sebagainya. Aktivitas seksual merujuk pada aktivitas saat
premarital, marital, dan ektramarital.

4. Sexual orientation
Orientasi seksual cenderung diidentikkan dengan aktivitas seksual antara laki-laki
dan perempuan sebagai bentuk gambaran orientasi seksual yang normal dan alamiah.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rust (1996) menunjukkan bahwa lesbian dan
biseksual pada orang Amerika Latin, Asian-American, dan African-American,
mengalami marginalisasi. Marginalisasi tersebut terjadi atas dasar adanya pandangan
bahwa kehidupan seksual merupakan privasi, adanya komitmen perempuan akan
menikah (peran sebagai istri dan ibu), seksualitas perempuan adalah naif, serta
menghargai budaya dan keluarga (Rust, 1996).

5. Pleasure, desire, and satisfaction


Pleasure, desire, dan satisfaction, merupakan aspek dasar dari aktivitas seksual.
Diketahui 69% lesbian dan 53% perempuan heteroseksual melaporkan bahagia dan
puas terhadap kehidupan seksual masing-masing. Kepuasan seksual terindikasi

32
melalui greater of closeness, greater of sexual assertiveness, greater of sexual
excitability, higher positive response to sexual cues, higher frequency of sexual activity,
organismic consistency, dan greater sexual desire.

B. Kesimpulan

33
WANITA DALAM KONTEKS BUDAYA

A. Pengaruh Perbedaan Budaya pada Peran dan Posisi Wanita di Masyarakat

Perkembangan wanita dan pekerjaan


Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa bermacam-
macam, berkembang dan berubah, bahkan sering kali tidak disadari oleh pelakunya.
Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap
bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang
lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Menurut para ahli arti kerja adalah
berikut :

1. Dr. Frans Von Magnis, bukunya (Sekitar manusia;Bunga Rampai Tentang Filsafat
manusia). Pekerjaan adalah kegiatan yang direncanakan. Jadi pekerjaan itu memerlukan
pemikiran yang khusus dan tidak dapat dijalankan oleh binatang.

2. Hagel (1770-1831), inti pekerjaan adalah kesadaran manusia. Pekerjaan


memungkinkan orang dapat memungkinkan orang dapat menyatakan diri secara objektif
ke Dunia ini, sehingga ia dan orang lain dapat memandang dan memahami keberadaan
dirinya.

3. Dr. May Smith, bukunya (Introduction to industria Psichologi), tujuan dari kerja adalah
untuk hidup. Dengan demikian maka, mereka yang menukarkan kegiatan fisik atau
kegiatan otak dengan sarana kebutuhan untuk hidup, berati bekerja.

Pekerjaan adalah usaha yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri atau
kebutuhan umum, maka dapat diartikan bahwa, orang bekerja itu mempertahankan
eksistensi diri sendiri dan keluarga.

PERBEDAAN WANITA DAN PRIA DALAM DUNIA KERJA.

1.Cara Berpikir.

Pola pikir pria cenderung didasari pada fakta, sementara wanita cenderung pada konsep
dan jalinan hubungan. Semangat wanita sama halnya dengan sistem kereta api bawah

34
tanah, yaitu saling berhubungan, sedangkan semangat pria seperti kapal di atas lautan
yang berlayar dari titik A menuju titik B.

2. Cara Memerintah.

Pria cenderung lebih tegas, sementara wanita lebih halus tetapi dengan penekanan di
akhir kalimat. Di satu sisi mereka berusaha mempertahankan keharmonisan, tetapi di sisi
lain mereka memberi penekanan seperti kata-kata yang diucapkan di akhir kalimat
seperti, "Kamu bisa, kan?"

3. Pemilahan.

Pria dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya. Wanita pada umumnya sulit
untuk dapat bekerja sama dengan orang yang tidak disukainya. Hal ini dikarenakan pria
dapat memilah-milah, "Pekerjaan, ya, pekerjaan." Sebaliknya, wanita dalam melakukan
sesuatu selalu menghubungkan hal satu dan lainnya.

4. Mengekspresikan Perasaan.

Bila seorang pria ingin mengutarakan perasaannya, mereka akan membicarakannya


kepada istri atau kekasihnya. Paling tidak, pada orang terdekatnya. Sementara wanita
dapat mengutarakan perasaannya kepada siapa saja, tidak selalu kepada orang yang
dekat dengannya, baik kepada teman sekerja ataupun kepada sesama wanita.

5. Pendekatan.

Saat ada masalah saat menghadapi masalah, pria akan berpikir untuk mencari jalan
keluarnya. Bagi wanita, tidak cukup hanya dengan memikirkan permasalahan yang
dihadapi. Wanita memerlukan seseorang untuk mendengarkan keluhannya walaupun
orang tersebut tidak selalu harus memberi solusi. Pria memerlukan solusi. Pria senang
memecahkan permasalahan, tidak hanya membicarakannya.

6. Tujuan.

Baik pria maupun wanita ingin mencapai tujuannya, tetapi masing-masing punya cara
yang berbeda. Pria cenderung memfokuskan hasil akhir dan tertarik pada cara pencapaian
usaha. Wanita lebih memfokuskan pada pencapaian sasaran dan cenderung untuk
mempertimbangkan penilaian orang lain. Bila di dalam suatu rapat terdapat dua orang
pria yang saling berdebat dengan serunya, maka hal itu tidak berarti mereka saling
membenci.

35
7. Komentar.

Pria dapat memberikan komentar secara terus terang dan memotong pembicaraan orang
lain bila ingin berkomentar, sementara wanita cenderung lebih peka dan berhati-hati.
Oleh karena itu, bila Anda meminta pendapat kepada rekan pria, mereka akan langsung
memberikan pendapatnya. Bila Anda tidak suka dan marah pada kejujuran mereka, sulit
bagi mereka untuk dapat mengerti reaksi Anda. Jangan lupa, pendapat yang mereka
berikan memang merupakan pendapat yang bukan ditujukan kepada pribadi karena pada
dasarnya mereka tidak bermaksud untuk menyerang secara pribadi.

8. Mengajukan Pertanyaan

Pria jarang mengajukan pertanyaan. Dan bila mereka bertanya, biasanya untuk
mendapatkan informasi. Wanita sering mengajukan pertanyaan tetapi untuk dua alasan,
yaitu untuk memperoleh informasi dan untuk menjaga jalinan suatu hubungan. Itulah
sebabnya wanita sering mengajukan pertanyaan yang sebetulnya jawabannya telah
mereka ketahui.

PERBEDAAN PERSEPSI KOMUNIKASI.

Karena pria dan wanita perlu bekerja sama untuk menghentikan “pertikaian antara kedua
gender” maka komunikasi dan relasi perlu ada. Agar, paham dan persepsi yang baik antara
kedua pihak dapat memberikan asumsi antara perbedaan gender diatasi.

Perhatikan gaya maskulin dibawah ini dan bagaimana wanita sering kali salah persepsi
dan salah paham terhadap pria karena penilaian berdasarkan atas pendekatan dan
pengalaman komunikasi.

Gaya Pria/ Maskulin

Jarang membahas masalah, Menjaga jarak, keras, tidak berperasaan

Berbicara untuk memperbaiki dan memecahkan masalah, Pria mengangap wanita lemah
dan tidak kuat serta tidak mampu mengadapi masalah . Komunikasi ringkas, terfokus,
sedikit detail dan Menyembunyikan informasi, tidak sopan

Persepsi Wanita/ Feminim

Tidak menunjukan emosional yang sama, Mendengar dengan diam; memproses secara
internal. Mereka tidak menyimak atau tidak peduli, Menghindari kontak mata secara

36
langsung secara terus-menerus, tidak menyimak;menghindari koneksi, Mengunakan
humor yang agresif, tidak peka, mengambil lebih banyak ruang fisik lebih, Mengontrol
status lebih tinggi, kekuasaan besar, Membuat keputusan secara mandiri, Tidak
menghargai pendapat wanita, “sayang cantik” dan lain-lain Tidak menghormati wanita

Wanita dan Kepemimpinan

Pengertian Kepemimpinan dan wanita

Kepemimpinan adalah suatu sikap mempengaruhi orang lain untuk mencapai suatu
tujuan dengan visi dan misi yang kuat. Jika berbicara tentang kepemimpinan pasti
dipikiran masyarakat umumnya identik dengan kaum adam atau pria padahal jika kita
menelaah perempuan juga mempunyai jiwa kepemimpinan, yang tidak jauh berbeda
keahliannya dalam memberi arahan, dalam berorasi maupun beretorika atau bahkan
memberi gagasan. Pada dasarnya semua orang dapat menjadi pemimpin(leadership),
Wanita tidak semuanya lemah ia ibarat sebuah banguan yang kokoh dan merupakan
fondasi yang berstruktur kuat. Hal ini dapat dilihat dari perannya pada kehidupan
bermasyarakat, dalam konsumen pembangunan bukan hanya sebagai proses
pembangunannya saja, sungguh menyedihkan apabila kita melihat dari sudut pandang
yang berlainan bahkan sudah banyak kenyataannya peran seorang perempuan
tradisional dianggap sebagai “cadangan” contohnya umur belia sudah diharuskan
menikah tanpa mengenyam pendidikan wajib,umumnya masyarakat yang masih
paguyuban(pedesaan). Namun semakin berkembangnya zaman yang diawali dengan
sosok seorang perempuan yang berjuang khususnya dalam peregerakan emansipasi
wanita yaitu R.A Kartini dampaknya sekarang telah banyak dirasakan. Keberadaan
wanita kini mulai dihargai dan disetarakan walaupun masih banyak pro dan kontranya.
Contoh wanita yang berhasil membuktikan perempuan dapat menjadi salah satu
pemimpin dalam sejarah Indonesia yaitu Megawati Soekarno Putri, ini merupakan
bukti nyata wanita dapat menjadi seorang pemimpin yaitu sebagai Kepala Negara.
Pendapat tersebut tentu saja dapat diartikan bahwa peranan wanita dalam
kepemimpinan bukanlah suatu hal yang aneh. Dalam hal kesetaraan gender dapat
diartikan bahwa dengan adanya kesamaan kondisi laki-laki maupun perempuan dalam
mendapatkan hak-haknya sebagai makhluk sosial atau manusia. Hal ini diharapkan

37
agar mampu berperan dan berpatisipasi dalam semua kegiatan seperti politik,
ekonomi, sosial, budaya, pendidikan serta kesamaan dalam menikmati pembangunan.
Dengan terciptanya peran wanita dalam berkesempatan memegang peranan sebagai
kepemimpinan dapat membawa dampak yang positif yaitu permasalahan kesetaraan
gender ditandai dengan tidak adanya perbedaan (diskriminasi) antara perempuan dan
laki-laki. Dengan demikian peempuan dan laki-laki memiliki peluang atau akses yang
sama dalam kepemimpinan.

Hal itu ditandai dengan perempuan yang mampu memberikan suara, berpatisipasi
dalam pembangunan negara yang lebih baik. Tentu hal ini merupakan kebijakan
tersendiri yang memiliki manfaat persamaan serta adil dari pembangunan. Hal ini
harus selalu dibuktikan bahwa wanita dapat semakin maju dalam kemimpinan. Arti
seorang perempuan dalam kepemimpinan terutama dalam pembangunan sekarang
ini sangat dibutuhkan terutama dalam segi pemikiran dan kreasi untuk
mengembangkan dalam mewujudkan tujuan. Tidak ada yang salah bukan jika
perempuan menjadi seorang pemimpin.

38
DAFTAR PUSTAKA

Biaggio, M., & Hersen, M. (2002). Issues in Psychology of Women. United States of America: Kluwer
Academic Publisher.

Denmark, F., & Paludi, M. (2008). Psychology of Women :Handbook of Issues and Theories. London,
Praeger.

Rosenfeld, J. A. (2001). Handbook of Women Health: An Evidence-based Approach. United Kingdom:


Cambridge University Press.

39

Anda mungkin juga menyukai