Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.

I
DENGAN NEONATAL SEIZURE DI RUANG PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas


Mata kuliah : Kebutuhan Dasar Manusia
Dosen pembimbing : Dr.Dame Evalina Simangunsong SKM,M.Kes

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

NAMA : TRI NURHALISA


NIM : P07520220043
KELAS : 2A-S.Tr KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


JURUSAN S.Tr KEPERAWATAN
T.A 2021/2022
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR NEONATAL SEIZURE


1. Definisi Kejang pada Neonatus
Kejang adalah serangkaian spasme otot involunter yang menyebabkan tubuh
sering kaku. Kejang disebabkan oleh impuls listri abnormal di otak yang biasanyaiii7
disertai kehilangan kesadaran atau konfusi sementara (Paula Kelly, 2010)
Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul masa neonatus atau
dalam 28 hari sesudah lahir (Buku Kesehatan Anak dalam Maryunani & Puspita Sari,
2013), Menurut Johnston (2007), kejang pada neonatus adalah kejang yang terjadi
dalam 4 minggu pertama kehidupan dan paling sering terjadi pada 10 hari pertama
kehidupan. Kejang tersebut berbeda dengan kejang yang terjadi pada anak atau orang
dewasa karena kejang tonik-klonik umum cendemg tidak terjadi pada bulan pertama
kehidupan.
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit tetupi merupakan gejala dari
gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang ini merupakan gejala gangguan
syaraf dan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut,
yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap di kemudian hari. Bila penyebab
tersebut diketahui harus segera di obati. Hal yang paling penting dari kejang pada bayi
baru lahir adalah mengenal kejangnya, mendiagnosis penyakit penyebabnya dan
memberikan pertolongan terarah, bukan hanya mencoba menanggukangi kejang
tersebut dengan obat antikonvulsan (Nany Vivian, 2010)
Kejang merupakan keadaan darurat atau tanda bahaya yang sering terjadi pada
neonatus karena kejang dapat mengakibutkan hipoksia otak yang cukup berbahaya
bagi kelangsungan hidup bayi atau dapat mengakibatkan sekuele di kemudian hari.
Selain itu kejang dapat merupakan tanda atau gejala dari satu masalah atau lebih dan
memiliki efek jangka panjang berupa penurunan ambang kejang, gangguan belajar
dan gangguan daya ingat. Aktivitas kejang yang terjadi pada waktu diferensiasi
neuron, mielinisasi, dan proliferasi glia pada neonatus dianggap sebagai penyebab
kerusakan otak. Kejang berulang akan menyebabkan berkurangnya oksigenasi,
ventilasi, dan nutrisi di otak.
Angka kejadian kejang neonatus yang sebenarnya tidak diketahui secara pasti
karena sulitnya mengenali tanda bangkitan kejang pada neonatus. Gambaran klinis
kejang sangat bervariasi bahkan sangat sulit membedakan gerakan normal bayi itu
sendiri.

2. Etiologi
Menemukan etiologi dari kejang neonatus sangatlah penting. Hal berguna
untuk melakukan penanganan secara spesifik dan juga untuk mengetahui
prognosis. Beberapa etiologi dari kejang neonatus yaitu:
a. Prematuritas
Masa gestasi dikatakan cukup bulan ketika janin berusia lebih dari 37
minggu dan kurang dari 42 minggu. Bayi yang dilahirkan pada kehamilan
sampai usia 37 minggu disebut dengan bayi prematur. Bayi yang dilahirkan
secara prematur belum memiliki organ-organ yang tumbuh dan berkembang
secara lengkap dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan cukup bulan. Oleh
sebab itu, bayi prematur akan mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup
normal di luar uterus ibunya. Makin pendek usia kehamilannya semakin
kurang sempuma pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh bayi tersebut,
sehingga angka mortalitas serta komplikasi setelah lahir meningkat dibanding
bayi cukup bulan.
b. Asfiksia
Asfiksia perinatal menyebabkan terjadinya ensefalopati hipoksik-
iskemik dan merupakan masalah neurologis yang penting pada masa neoatal,
dan menimbulkan gejala sisa neurologis di kemudian hari, Kejang yang terjadi
akibat ensefalopati hipoksik-iskemik biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
(Sudarti& Afroh, 2013). Asfiksia intrauterin adalah penyebab terbanyak
ensefalopati hipoksik-iskemik. Hal ini karena terjadi hipoksemia, kurangnya
kadar oksigen ke jaringan otak. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi secara
bersama- sama, yang satu dapat lebih dominan tetapi faktor iskemia
merupakan faktor yang paling penting dibandingkan hipoksemiu.
Ensefalopatik hipoksik-iskemik adalah terminologi yang digunakan untuk
menggambarkan kelainan neuropatologik dan klinis yang terjadi pada bayi
baru lahir akibat asfiksia.

c. Trauma dan Perdarahan Intrakranial


Trauma dan perdarahan intrakranial biasanya terjadi pada bayi yang
besar yang dilahirkan olch ibu dengan kehamilan primipara. Hal ini terjadi
pada partus lama, persalinan yang sulit disebabkan olch kelainan kedudukan
janin dalam rahim atau kelahiran presipitatus sebelum serviks uteri membuka
cukup lebar.
d. Infeksi
Pada bayi baru lahir infeksi dapat terjadi di dalam rahim, selama
persalinan, atau segera sesudah lahir. Infeksi dalam rahim terjadi karena
infeksi primer dari ibu seperti taxoplasmosis, rubella, sitomegalovirus, dan
herpes, Selama persalinan atau segera sesudah lahir, bayi dapat terinfeksi oleh
virus herpes simpleks, virus Coxsackie, E. Colli, dan Streptococcus B yang
dapat menyebabkan ensefalitis dan meningitis. Selain itu infeksi juga dapat
terjadi akibat penggunaan alat-alat selama prses persalinan tidak steril.
e. Kernikterus / Ensefalopati Bilirubin
Suatu keadaan ensefalo akut dengan sekuele neorologis yang disertai
meningkatkan kadar serum bilirubin dalam darah. Bilirubin indirek
menyebabkan kerusakan otak pada bayi cukup bulan apabila melebihi
20mg/dL. Pada bayi prematur, kadar 10 mg/dL sudah beerbahaya.
Kemungkianan kerusakan otak yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh kadar
bilirubin yang tinggi tetapi tergantung kepada lamanya hiperbilirubinemia.
Bayi kurang bulan yang sakit dengan Sindrom distres pernapasan, asidosis
mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya kernikterus.
f. Gangguan Metabolik
Gangguan metabolik yang menyebabkan kejang pada bayi baru lahir
adalah gangguan metabolisme glukosa, kalsium, magnenisum, clektrolit, dan
asam amino, Gangguan metabolik ini terdapat pada 73% bayi baru lahir
dengan kerusakan otak. Berkurangnya level glukosa dari nilai normal
merupakan keadaan tersering penyebab gangguan metabolik pada bayi baru
lahir.

3. Tanda dan gejala


Manifestasi kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif,
kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking. Tonus otot hilang disertai atau
tidak dengan kehilangan kesadaran, gerakan yang tidak menentu ( involuntary
movements) nistagmus atau mata mengedip-edip proksismal, gerakan seperti
mengunyah dan menelan. Oleh karena itu Manifestasi klinik yang berbeda-beda
dan bervariasi, sering kali kejang pada bayi baru lahir tidak di kenali oleh yang
belum berpengalaman. Dalam prinsip, setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi
baru lahir apabila berangsur berulang-ulang dan periodik, harus dipikirkan
kemungkinan manifestasi kejang (Maryunani & Puspita Sari, 2013).
Manifestasi kejang pada neonates dapat dibedakan berdasarkan jenis
kejangnya, yaitu:
1) Klonik Fokal
 Kontraksi ritmis otot-otot tungkai, muka dan batang tubuh.
 Fokal dan multifocal dapat dihentikan dengan peregangan.
 Simultan pada kedua sisi tubuh.
2) Tonkik Fokal
 Kekakuan asimetris pada batang tubuh, satu tungkai, deviasi
mata.
 iprovokasi dengan stimulasi atau dihentikan dengan
peregangan,
3) Mioklonik
 Kontraksi mendadak(cepat) secara acak, berulang atau tidak
berulang pada tungkai, muka dan badan.
 Dapat diprovokasi dengan stimulasi.
4) Spasme
 Kekakuan pada otot fleksor ekstensor atau keduanya.
5) Tonik Umum
 Kekakuan pada otot fleksor ekstensor atau keduanya •
kekakuan secara simetris pada batang tubuh, leher dan tungkai.
6) Motor Automtism (Subtle)
 gerakan okuler atau nistagmus
 Gerakan oral-bukal-lingual ; menghisp, mengunyah, protusi
lidah
 gerakan progresif : gerakan seperti mendayung, berenang,
mengayuh sepeda.
4. Patofisiologi
Terdapat faktor khusus dalam perkembangan otak yang membuat otak imatur
lebih sensitif dalam menghasilkan kejang Faktor tersebut meliputi karakteristik
dari neuron, neurotransmiter, sinaps, reseptor, mielinisasi, glia, dan sirkuit neuron
seluler maupun regional.
Fungsi dasar neuron adalah depolarisasi dan hiperpolarisasi membran yang
menghasilkan aliran ion. Depolarisasi membran mengawali potensial aksi yang
menyebabkan lepasnya neurotransmitter dari regio presinaps di ukson teminal.
Transmitter berkaitan dengan reseptor post-sinap untuk mengawali eksitasi
potensial post-sinap atau inhibisi potensial post-sinaps, Fungsi otak secara nomal
didasarkan pada keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi.
Kejang terjadi akibat timbulnya muatan listrik (depolarisasi) berlebihan pada
susunan saraf pusat sehingga terbentuk gelombang listrik yang berlebihan. Neuron
dalam sistem saraf pusat mengalami depolarisasi sebagai hasil perpindahan
natrium ke arah dalam, sedangkan repolarisasi terjadi keluarnya kalium, Untuk
mempertahankan potensial membran memerlukan energi yang dan hergantung
pada mekanisme pompa yaitu keluamya natrium dan masuknya kalium.
Meskipun mekanisme dasar kejang pada neonatus tidak sepenuhnya
dipahami, data terbaru menunjukkan bahwa depolarisasi berlebihan dapat
diakibatkan oleh:
 Gangguan dalam produksi energi dapat mengakibatkan kegagalan
pompa natrium dan kalium.
 Rangsang berlebihan dari neurotransmitter di susunan saraf pusat.
 Adanya kekurangan relatif dari inhibitor neurotransmitter dibanding ck
sitatorik dapat menyebabkan depolarisasi berlebihan.
 Perubahan membran neuron menyebabkan inhibisi dari pergerakan
natrium
Perubahan fisiologis yang mengakibatkan kejang berupa penurunan kadar
glukosa otak yang tajam dibandingkan kadar glukosa darah yang tetap normal
atau meningkat. Hal ini merupakan refleksi dari kebutuhan otak yang tidak dapat
dipenuhi secara adekuat. Kebutuhan oksigen dan aliran darah ke otak sangat
esensial untuk mencukupi kebutuhan oksigen dan glukosa otak sehingga pH arteri
menurun dengan cepat, Hal ini menyebabkan tekanan darah sistemik meningkat
dan aliran darah ke otak naik.
Perkembangan otak anak terjadi sangat cepat mulai dari sejak lahir hingga usia
dua tahun yang disebut sebagai periode emas dan pembentukan sinaps serta
kepadatan dendrt pada sumsum tulang belakang terjadi sangat aktif pada sekitar
kehamilan sampai bulan pertama setelah kelahiran, Pada saat bayi baru lahir,
menupakan periode tertinggi dari aktifitas eksitasi sinaps fisiologis. Menurut
penelitian, pada periode ini keseimbangan antara eksitasi dan inhibisi pada sinaps
cenderung mengarah pada eksitasi untuk memberi jalan pada pembentukan sinaps
yang bergantung pada aktivitasnya.
5. Pathway

6. Pemeriksa an laboratorium meliputi :


a. Kimia darah
Pemeriksaan kadar glukosa, kalsium, natrium, BUN dan magnesium pada
darah serta analisa gas darah harus dilakukan.

b. Pemeriksaan darah lengkap


Termasuk di dalamnya pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, trombosit,
leukosit, hitung jenis leukosit
c. Kelainan metabolik
Dengan adanya riwayat keluarga kejang neonatus, intoleransi laktosa.
Asidosis, alkalosis atau kejang yang tidak responsif terhadap antikonvulsan,
harus dicari penyebab-penyebab metabolik yang mungkin. Kadar ammonia
dalam darah harus diperiksa. Asam amino di plasma darah dan urin. Pada urin
sebaiknya diperiksa untuk mencari substansi reduksi.
d. Peneriksaan Radiologis
CT-scan cranium merupakan pemeriksaan dengan hasil mendetail mengenai
adanya penyakit intrakranial. CT scan sangat membantu dalam menentukan
bukti-bukti adanya infark, perdaraham, kalsifikasi dan malformasi serebral.
Pemeriksaan ini memberikan hasil yang penting pada kasus kejang neonatus.
b. MRI merupakan pemeriksaan paling sensitif untuk mengetahui adanya
malformasi subtle yang kadang tidak terdeteksi dengan CT-scan kranium.
e. Pemeriksaan lain
EEG (electroencephalography) yang dilakukan selama kejang akan memperli
hatkan tanda abnormal. Pemeriksaan EEG akan jauh lebih bernilai pabila
dilakukan pada 1-2 hari awal terjadinya kejang, untuk mencegah kehilangan
tanda-tanda diagnostik yang penting untuk menentukan prognosis di masa
depan bayi.

7. Penatalaksaan medis
a. Manajemen Terapi
Tatalaksana kejang pada neonatus bertujuan untuk meminimalisir
gangguan fisiologis dan metabolik serta mencegah berulangnya kejang Ini
melibatkan bantuan ventilasi dan perfusi, jika dibutuhkan, dan koreksi
keadaan hipoglikemia, hipokalcemia atau gangguan metabolik lainnya.
Kebanyakan bayi diterapi dan dimonitor hanya berdasarkan pada diagnosis
klinis saja, tanpa melibatkan penggunaan EEG. Penggunaan EEG yang
kontinyu menunjukkan bahwa masalah pada kejang elektrografik adalah
sering menetapnya kejang walaupun setelah dimulainya terapi anti konvulsi.;
Manajemen kejang pada neonatus meliputi :
1. Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka, pemberian oksigen
2. Periksa dan catat aktivitas kejang yang terjadiLakukan penilaian
secepatnya apakah penyebab kejang dapat ditangani dengan cepat, jika
tidak bisa ditangani beri fenobarbital 20 mg/kg IV sambil terus memonitor
sistem kardiovaskular dan respirasi dan lakukan teapi suportif yang
dibutuhkan.
3. Hentikan semua asupan secam oral
4. Usahakan tangani penyebab utama kejang. f. Jika kejang masih berlanjut,
berikan dosis tambahan
5. fenobarbital 5 mg/kg IV (sampai tercapai dosis maksimal 40 mg/kgbb).
kejang masih berlanjut, berikan fenito g- h. Kejang dapat tertangani,
lanjuikan pengawasan. Pertimbangkan untuk 15-20mg/kgbb menghentikan
obat antikonvulsan jika : kejang terkontrol dan pemeriksaan neurologis
normal atau pemeriksaan neurologis abnormal namun EEG normal
b. Penggunaan obat-obatan anti konvulsan
Prinsip penatalaksaan pertama yaitu menangani penyebab yang mendasari
sangatlah penting untuk mencegah kerusakan otak yang lebih berat.Namun,
apabila penyebab yang mendasar kejang sulit untuk ditangani dengan segera,
perlu diingat untuk secepatnya menangani kejang agar tidak terjadi kerusakan
neurologis yang berat.
1. Phenobartbital
Penggunaan fenobarbital telah lama dianggap sebagai yang utama untuk
menangani kejang pada neonatus. Pemberian secara intravena dapat
dilakukan secepatnya setelah jalur infus telah terpasang. Konsentarsi
serum dapat ditentukan dengan sangat cepat dan dosis yang lebih jauh lagi
dapat diberikan apabila diperlukan.
2. Fenitoin
Fenitoin memiliki efektivitas yang sama dengan phenobarbital sebagai
terapi awal kejang neonatus. Namun dikarenakan sulitnya
mempertahankan dosis terapi fenitoin, phenobarbital lebih sering
digunakan sebagai terapi awal, terutama pada kasus akut, Kekurangan Jain
pada fenitoin adalah tingginya potensi interaksi dengan obat-obatan yang
berikatan dengan protein. Namun, dosis awal dari fenitoin lebih rendah
resikonya untuk menyebabkan efek sedasi dibandingkan fenobarbital.
B. Asuhan Keperawatan (Nanda NIC NOC)
1. Pengkajian/PES;
a. Data Subyektif
1. Identitas pasien meliputi meliputi : nama, no RM, umur, jenis kelamin,
alamat, nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkaji ini dilakukan untuk memperoleh data riwayat kesehatan pasien
dari sejak muncul gejala sampai pasien di rawat.
4. Riwayat kesehatan Lalu
Pengkajian ini sangat diperlukan untuk mencari kemungkinan penyebab
atau faktor pencetus dari kejang. Hal-hal yang perlu dikaji dalam riwayat
kesehatan masa lalu terdiri dari : Riwayat Prenatal Untuk mengetahui
keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian ini meliputi: hamil ke
berapa, umur kehamilan, ANC, HPL, HPHT dan kebiasaan ibu selama
kehamilan serta obat-obat yang dikonsumsi ibu selama kehamilan.
- Riwayat Intranatal
Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir, penolong, tempat, cara
pesalinan, komplikasi persalinan dan keadaan bayi saat lahir.
- Riwayat Post
Natal Untuk mengetahui bagaimana keadaan umum bayi setelah lahir,
apakah bayi mampu beradaptasi atau perlu resusitasi, Selain itu penting
diketahui apakah terdapat keluinan atau trauma akibat proses
persulinan,
- Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan
menurun. selain itu perlu dikaji apakah anak sebelumnya menderita
kejang atau tidak.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga terkait kesanggupan
membiayai perawatan bayinya. Ini merupakan hal yang sangat
sensitive karena merupakan salah satu hal yang meningkatkan
kecemasan ibu welain kondisi bayinya.

b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran Untuk mengetahi keaadan umum bayi meliputi
kesadaraan (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang
ekstrem dan ketegangan otot.
c) Suhu Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Nilai batas
normal 36,5-37,5 C
d) Nadi Untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak. Nilai batas
normal 120- 160x/menit.
e) Respirasi Untuk mengetahui pola pernafasan. Nilai batas normal
40-60x/menit.
f) Apgar Score Pemeriksaan khusus apgar score yang dinilai antara
lain.
2. Pemeriksaan sistematis
- Kepala
Observasi adanya cepal hematoma dan caput succedaneum sebagai
tanda adanya perdarahan atau trauma pada kepala. Selain itu
perhatikan bentuk kelaian pada kepala seperti adanya microchepali dan
hidrosefalus yang biasanya daput menycbabkan kejang.
- Kulit
Observasi Kulit turgor dan warna kulit. Perhatikan adanya sianosi dan
icterus. Kejng biasanya juga dapat terjadi pada bayi dengan kadar
bilirubin yang meningkat,
- Mata
Observasi bentuk mata, perhatikan adanya gerakan yang tidak normal
seperti deviasi bola mata horisontal, dan pergerakan bola mata yang
cepat (nystagmus). Selain itu perhatikan konjungtiva mata.
- Hidung
Observasi Hidung kondisi hidung secara umum seperti bentuk.
Jadanya pengeluaran rahasia ataupun kotoran hidung yang dapat
menyebakan sumbatan, perhatikan juga adanya pernafasan cuping
hidung.
- Telinga
Observasi kebersihan telinga dan bentuk telinga.
- Mulut
Observasi kebersihan mulut, lihat adanya hipersaliva atau gudang
rahasia yang dapat menyebabkan sumbatan pada jalan nafas. Bservasi
adanya kelainan seperti labio schizis labiopalatoschizis ataupun
labiogenatopalatoschizis. Bila memungkinkan observasi reflek hisap
bayi.
- Leher
Observasi adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening
dan bendungan vena jugularis.
- Dada
Observasi bentuk dada, RR bayi (normal 40-60 x/menit), pergerakan
dada dekstra dan sisistra. Dengarkan suara pada kedua lapang paru,
Dengarkan suara jantung. Catat adanya suara paru yang tidak nomal
dan suara jantung tambahan.
- Abdomen
Observasi adanya distensi, kondisi tali pusat tanda-tanda infeksi pada
tali pusat.
- Genetalia perhatikan jenis kelamin bayi, bila berjenis kelamin laki-laki
perhatikan
apakah testis sudah turun atau belum, terdapat rugae atau tidak. Bila
perempuan perhatkan apakah labia mayor sudah menutupi labia minor.
- Ekstrimitas
Observasi jumlah ekstrimitas atas dan bawah lihat adanya polidaktili
atau sindaktili, cyanosis dan clubbing finger. Perhatikan CRT (normal
CRT <3 detik)
- Neurologi/Reflek Fisiologis pada Bayi (Wong, Dona L, 2004).
Reflek Moro Bayi akan terkejut ketika mendengarkan suara yang keras
- Reflek menggenggam atau reflek gaspin Bayi refek menggenggam
jari perawat saat diletakan di telapak tangannya. Reflek menghisap atau
reflek suckhing Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya unuk
menghisap setiap benda yang menyentuk bibirnya. Reflek mencari atau
reflek rooting Apabila pipi bayi disentuh ia ukan menolehkan
kepalanya kesisi yang disentuh.

C. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Kekurangan volume cairan
c. Resiko infeksi

D. Intervensi

No Diagnosa NOC NIC


Keperawatan

1.. Pola nafas Setelah diberikan tindakan 1. Posisikan pasien untuk


tidak efektif keperawatan 2x 24 jam memaksimalkan ventilasi
diharapkan pola pernafasan 2. Identifikasi kebutuhan
efektif dengan criteria hasil aktual/potensial
pasienuntuk memasukkan
alat membuka jalan napas
Kriterial hasil : 3. Auskultasi suara napas,
- Frekuensi dan irama catat area yang
pernapasan dalam batas ventilasinya menurunatau
normal tidak ada dan adanya
- Kedalaman inspirasi suara tambahan
dalam batas normal 4. Regulasi asupan cairan
- V olume tidal dalam untuk mengoptimalkan
kisaran normal keseimbangan cairan
- Tidak ada suara nafas 5. Posisikan untuk
tambahan meringankan sesak
- Tidak ada akumulasi 6. Monitor status pernapasan
sputum dan oksigenasi
7. Pertahankan kepatenan
jalan napas
8. Berikan oksigen
tambahan seperti yang
diperitahkan
9. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman, dan
kesulitan bernapas
10. Monitor suara napas
tambahan seperti ngorok
atau mengi
11. Catat perubahan pada
saturasi 02,volume tidal
akhir CO2 dan perubahan
nilai analisa gas darah
dengan tepat.
2. Kekurangan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keadaan umum klien
volume cairan keperawatan selama 3x 24 dan tanda-tanda vital.
jam, pasien akan: 2. Kaji input dan output
cairan.
kreteria hasil : 3. Observasi adanya tanda-
- Menunjukkan tanda syok
keseimbangan elektrolit 4. Anjurkan klien untuk
dan asam basa banyak minum.
- Menunjukkan 5. Kolaborasi dengan dokter
keseimbangan cairan dalam pemberian cairan
- Turgor kulit baik I.V..
- Tanda-tanda vital dalam
batas
3. Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Pertahanan teknik aseptif
keperawatan ..x... jam 2. Batasi pengunjung bila
diharapkan pasien tidak perlu
mengalami infeksi 3. Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
Kriteria hasil : tindakan
- Immune status keperawatan\ganti iv
- Klien bebas dari tanda perifer dan dressing
gejala infeksi sesuai dengan petunjuk
- Jumlah leukosit dalam umum
batas normal 4. Tingkatkan intake nutrisi
- Status 5. Ajarkan pasien dan
imun,gastrointestinal keluarga tanda dan gejala
dalam batas normal infeksi
- Elektrolit,HB,Hmt
dalam batas normal

E. EVALUASI

No Diagnosa keperawatan Evaluasi keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif S:

Data yang didapat dari pasien atau


keluarga (menggunakan bahasa
pasien, bukan bahasa ilmiah atau
buku).

O:

Data yang didapat dari hasil


pengkajian dan observasi perawat
setelah pasien diberikan tindalan
keperawatan.

A:

Tercapai sebagian

P:

Intervensi lanjutan:

2. Kekurangan volume cairan S:


Ibu pasien bila by.T muntah pada pai
hari dan disetai batuk yang tak
kunjung membaik

O:

Suhu tubuh pasien menurun menjadi


38’ C

A:

Belum tercapai

P:

Pertahankan kondisi pasien

3. Risiko infeksi S:-

O:

- Kejang
- Sesak nafas
- demam

A:

Masalah belum tercapai

P:

Intervensi lanjutan
BAB II

TINJAUAN KASUS

NAMA MAHASISWA : TRI NURHALISA


TEMPAT PRKATEK : RSUD Dr PIRGADI
RUANG : PERINATOLOGI
HARI TANGGAL : 29 NOVEMBER 2021
MINGGU KE :I
DIAGNOSA MEDIS :NEONATAL SEIZURE

A. Data Demografi
Nama   ( nama lengkap, nama panggilan ): By Ny Intan
Usia / tanggal lahir : 7 Hari
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Jl Citayam perum pondok mutiara asri
Suku / bangsa : Indonesia
Status pernikahan : Belum Nikah
Agama / keyakinan : Islam
Pekerjaan / sumber penghasilan : Belum Bekerja
Diagnosa medik : Neonatal Seizue + Sepsis
No. medical record : 01-17-49-69
Tanggal masuk : 24 November 2021
Tanggal pengkajian : 29 November 2021
Therapy medik : antibiotic
Penanggung jawab : Orang Tua
Nama : Rian Hidayat
Usia : 29 Tahun
Jenis kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan / sumber penghasilan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan klien : Ayah

I. Keluhan Utama
Pada pengkajian tanggal 29 november 2021 bayi mengalami neonatal seizure dan
deman.

II. Riwayat kesehatan sekarang


Bayi rujukan klinik cintra.bayi lahir secara normal pada tanggal 22 november
2021.saat usia 2 hari bayi dikeluhkan kejang dengan mata mendelik keatas dan
saat itu gula darah bayi rendah.setelah dibawa ke RSUD PIRGADI bayi beberapa
kali mengalami kejang selama 1 hari pada tanggal 24 november 20211 dan pada
saat ini bayi mengalami demam dan muntah.

III. Riwayat kesehatan masa lalu


- Prenatal
Bayi Ny.I memeriksa kehamilannya rutin pada klinik kesehatan terdekat
- Natal
Persalinan secara normal

IV. Riwayat keluarga


Bayi Ny.I menggatakan bahwa keluarganya tidak ada riwayat kejang dan keluarga
klien tidak ada riwayat hipertensi,diabetes,ginjal dan jantung.

Laki - laki

Perempuan

BY.I ( Pasien )

V. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Gerak kurang aktif,banyak tidur dan menangis kuat
b. Tanda Vital :
N : 142x/Menit
RR : 46x/menit
S : 37’C
c. Antropometri
BB : 2770 gram
PB : 40 gram
LK : 30 cm
LD : 26 cm
d. Reflek
Reflek menggenggam kurang dan reflek menghisap kuat
e. Kepala / leher
Fontanel luna,tidak cekung dan tidak menonjol,sutura tepat,wajah simetris
f. Mata
Jarak antara mata simetris
g. Mulut
Bentuk bibir simetris,warna bibir merah muda,menangis kuat
h. THT
1. Telinga
Bentuk telinga simetris dan tidak ada cairan abnormal
2. Hidung
Lubang hidung simetris,tidak ada terdapat cuping hidung.
i. Integument
Kulit bewarna kemerahan

VI. Terapi yang diberikan


- Asi / Pasi
- Inj.Gentamicin 14 mg/24 jam
- Inj.cefotaxime 140 mg/12 jam
- Inj.Sibital 30 mg diencerkan dalam 20 cc Nacl 0.9 %

VII. Pemeriksaan penunjang

No Pemeriksaan Hasil

1. Hemoglobin 16.0 g/dl

2. Laju endap darah -

3. Trombosit 46.2%

4. Hematokrit 4.65 juta/ul

VIII. Pathway
B. Analisa Data

Data Etiologi Plomblem

DS : - Imaturitas pusat Pola nafas tidak efektif


DO : pernafasan
- Bayi tampak sesak
nafas
- Terpasang O2 nassal
canul 1 lt/menit
- RR :46x/menit
- Suhu : 37’C
- HR : 142x/menit

DS : - Intake kalori kurang Kekurangan volume cairan


DO :
- Suhu : 37’C
- RR : 46x/menit
- Nadi : 142x/menit
- Turgor kulit > 2 s

DS : - Kenaikan suhu tubuh Resiko infeksi


DO : yang memicu eksitasi sel
- Proses menghisap kuat saraf otak sehingga
- Pemberian antibiotik menimbulkan kejang.
cepotaxyim 1gr/12 jam

C. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Kekurangan kebutuhan cairan
3. Resiko infeksi

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan

1. Pola nafas tidak Setelah diberikan tindakan 1. Posisikan pasien


efektif keperawatan 3x 24 jam untuk
diharapkan pola pernafasan efektif memaksimalkan
dengan criteria hasil ventilasi
DS : - 2. Identifikasi
kebutuhan
aktual/potensial
DO : Kriterial hasil : pasienuntuk
memasukkan alat
- Bayi tampak - Frekuensi dan irama membuka jalan napas
sesak nafas pernapasan dalam batas normal 3. Auskultasi suara
- BB : 2 gram - Kedalaman inspirasi dalam napas, catat area
- PB : 40 cm batas normal yang ventilasinya
- RR : - Volume tidal dalam kisaran menurunatau tidak
46x/menit normal ada dan adanya suara
- Suhu : 37’C - Tidak ada suara nafas tambahan tambahan
- HR : - Tidak ada akumulasi sputum 4. Regulasi asupan
138x/menit cairan untuk
mengoptimalkan
keseimbangan cairan
5. Posisikan untuk
meringankan sesak
6. Monitor status
pernapasan dan
oksigenasi
7. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
8. Berikan oksigen
tambahan seperti
yang diperitahkan
9. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman,
dan kesulitan
bernapas
10. Monitor suara
napas tambahan
seperti ngorok atau
mengi
11. Catat perubahan
pada saturasi
02,volume tidal akhir
CO2 dan perubahan
nilai analisa gas
darah dengan tepat.
2. Kekurangan Setelah diberikan tindakan 1. Monitor TTV
volume cairan keperawatan 1x24 jam diharapkan 2. Timbang popok/
kebutuhan nutrisi tercapai. pembalut jika
DS : - diperlukan
Kreterial hasil : 3. Pertahankan catatan
DO :
intake dan output
- Diare - Mempertahankan urine yang akurat
- Kurang nafsu output sesuai dengan usia 4. Monitor status
makan dan BB,Bj urine hidrasi (kelembaban
- Muntah normal,HT normal membrane
- Konjungtiva - Tekanan darah,nadi,suhu mukosa,nadi
pucat tubuh dalam batas normal adekuat,tekanan
- Denyut nadi - Tidak ada tanda darah
lemah dehidrasi,elastisitas turgor ortostastik).jika
kulit baik,membrane diperlukan
mukosa lembab,tidak ada 5. Monitor masuk
rasa haus yang berlebihan . makanan / cairan dan
hitung intake kalori
harian .
6. Dorong masukan oral
3. Risiko Infeksi Setelah diberikan asuhan 1. Pertahanan teknik
keperawatan 3x24jam diharapkan aseptif
pasien tidak mengalami infeksi 2. Batasi pengunjung
DS : - bila perlu
Kriteria hasil : 3. Cuci tangan setiap
DO : a. Immune status sebelum dan sesudah
b. Klien bebas dari tanda gejala tindakan
- Proses
infeksi keperawatan\ganti iv
menghisap
c. Jumlah leukosit dalam batas perifer dan dressing
- Demam
normal sesuai dengan
d. Status imun,gastrointestinal petunjuk umum
dalam batas normal 4. Tingkatkan intake
e. Elektrolit,HB,Hmt dalam batas nutrisi
normal 5. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi

D. Evaluasi catatan perkembangan

Hari Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


/Tgl/Jam keperawata
n

Senin Pola nafas Pemantauan respires : S:-


29/11/2021 tidak efektif - Momonitor
09:00 frekuensi,irama,kedala O:
man dan upaya nafas - Bayi tampak
- Memonitor pola nafas
- Memonitorvadanya sesak nafas
produksi sputum
- Memonitor adanya - Terpasang O2
sumbatan jalan nafas nassal canul 1
- Mengauskultasi jalan lt/menit
nafas - RR :36x/menit
- Mengtur intervensi - Suhu : 37’C
pemantauan respirasi - HR:138x/menit
sesuai kondisi pasien
- Mendokumentasi hasil A:
pemantauan. Teratasi sebagian

P:
-Lanjutkan
Intervensi

Senin Kekurangan - Memberikan cairan oral S : -


29/11/2021 volume dan parenteral sesuai O:
09:00 cairan dengan program
rehidrasi - Suhu : 37’C
- Memantau intake output - RR : 46x/menit
- Memberikan informasi - Nadi:142x/menit
status keseimbangan
cairan - Turgor kulit > 2 s
- Mengkaji tanda vital,
A:
tanda / gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksan - Belum teratasi
laboratorium
- Menilai status hidrasi, P: - Lanjut intervensi
elektrolit dan
keseimbangan asam
basa
- Melakukan kolaborasi
pelaksanaan terapi
definitive, dengan
memeberikan obat-
obatan secara kausal
penting setelah
penyebab diare
diketahui

Senin Resiko - Pertahanan teknik S :-


29/11/2021 infeksi aseptif
09:00 - Batasi pengunjung bila O :
perlu - Suhu : 37’C
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan - RR : 46x/menit
- Gunakan baju,sarung - Nadi:142x/menit
tangan sebagai alat - Proses
pelindung. menghisap kuat
- Ganti letak iv perifer - Pemberian
dan dressing sesuai antibiotik
dengan petunjuk umum cepotaxyim
- Tingkatkan intake 1gr/12 jam
nutrisi - Pemberian
- Ajarkan pasien dan antibiotik
keluarga tanda dan
gejala infeksi A:

- Belum teratasi

P: - Lanjut intervensi

Selasa Pola nafas Pemantauan respires : S:-


30/11/2021 tidak efektif - Momonitor
10:00 frekuensi,irama,kedala O :
man dan upaya nafas - Bayi tampak
- Memonitor pola nafas
- Memonitorvadanya sesak nafas
produksi sputum
- Terpasang O2
- Memonitor adanya
nassal canul 1
sumbatan jalan nafas
lt/menit
- Mengauskultasi jalan
- RR :44 x/menit
nafas
- Suhu : 37’C
- Mengtur intervensi
- HR:138x/menit
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien A:
- Mendokumentasi hasil
pemantauan. - Teratasi sebagian

P:
-Lanjutkan
Intervensi

Selasa Kekurangan - Memberikan cairan oral S : -


30/11/2021 volume dan parenteral sesuai O :
10:00 cairan dengan program
rehidrasi - Suhu : 37’C
- Memantau intake output - RR : 44x/menit
- Memberikan informasi - Nadi:142x/menit
status keseimbangan
cairan - Turgor kulit > 2 s
- Mengkaji tanda vital, A :
tanda / gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksan - Belum teratasi
laboratorium P: - Lanjut intervensi
- Menilai status hidrasi,
elektrolit dan
keseimbangan asam
basa
- Melakukan kolaborasi
pelaksanaan terapi
definitive, dengan
memeberikan obat-
obatan secara kausal
penting setelah
penyebab diare
diketahui

Selasa Resiko - Pertahanan teknik S :-


30/11/2021 infeksi aseptif
10:00 - Batasi pengunjung bila O:
perlu - Suhu : 37’C
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah - RR : 44x/menit
tindakan keperawatan - Nadi:142x/menit
- Gunakan baju,sarung - Proses
tangan sebagai alat menghisap kuat
pelindung. - Pemberian
- Ganti letak iv perifer antibiotik
dan dressing sesuai cepotaxyim
dengan petunjuk umum 1gr/12 jam
- Tingkatkan intake - Pemberian
nutrisi antibiotik
- Ajarkan pasien dan
A:
keluarga tanda dan
gejala infeksi - Belum teratasi

P: - Lanjut intervensi

Rabu Pola nafas Pemantauan respires : S:-


01/12/2021 tidak efektif - Momonitor
10:00 frekuensi,irama,kedala O:
man dan upaya nafas - Bayi tampak
- Memonitor pola nafas
- Memonitorvadanya sesak nafas
produksi sputum
- Memonitor adanya - Terpasang O2
sumbatan jalan nafas nassal canul 1
- Mengauskultasi jalan lt/menit
nafas - RR :42x/menit
- Mengtur intervensi - Suhu : 37’C
pemantauan respirasi - HR:138x/menit
sesuai kondisi pasien
- Mendokumentasi hasil A:
pemantauan. - Teratasi sebagian

P:
-Lanjutkan
Intervensi

Rabu Kekurangan - Memberikan cairan oral S : -


01/12/2021 volume dan parenteral sesuai O:
10:00 cairan dengan program
rehidrasi - Suhu : 37’C
- Memantau intake output - RR : 42x/menit
- Memberikan informasi - Nadi:140x/menit
status keseimbangan
cairan - Turgor kulit > 2 s
- Mengkaji tanda vital,
A:
tanda / gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksan - Belum teratasi
laboratorium
- Menilai status hidrasi, P: - Lanjut intervensi
elektrolit dan
keseimbangan asam
basa
- Melakukan kolaborasi
pelaksanaan terapi
definitive, dengan
memeberikan obat-
obatan secara kausal
penting setelah
penyebab diare
diketahui

Rabu Resiko - Pertahanan teknik S :-


01/12/2021 infeksi aseptif
10:00 - Batasi pengunjung bila O :
perlu - Suhu : 36.9’C
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan - RR : 42x/menit
- Gunakan baju,sarung - Nadi:140x/menit
tangan sebagai alat - Proses
pelindung. menghisap kuat
- Ganti letak iv perifer - Pemberian
dan dressing sesuai antibiotik
dengan petunjuk umum cepotaxyim
- Tingkatkan intake 1gr/12 jam
nutrisi - Pemberian
- Ajarkan pasien dan antibiotik
keluarga tanda dan
gejala infeksi A:

- Belum teratasi

P: - Lanjut intervensi

Kamis Pola nafas Pemantauan respires : S:-


02/12/2021 tidak efektif - Momonitor
10:30 frekuensi,irama,kedala O :
man dan upaya nafas - Bayi tampak
- Memonitor pola nafas
- Memonitorvadanya sesak nafas
produksi sputum
- Terpasang O2
- Memonitor adanya
nassal canul 1
sumbatan jalan nafas
lt/menit
- Mengauskultasi jalan
- RR :38x/menit
nafas
- Suhu : 36.9’C
- Mengtur intervensi
- HR:130x/menit
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien A:
- Mendokumentasi hasil
pemantauan. - Teratasi sebagian

P:
-Lanjutkan
Intervensi

Kamis Kekurangan - Memberikan cairan oral S : -


02/12/2021 volume dan parenteral sesuai O :
10:30 cairan dengan program
rehidrasi - Suhu : 36,9’C
- Memantau intake output - RR : 38x/menit
- Memberikan informasi - Nadi:130x/menit
status keseimbangan
cairan - Turgor kulit <1 s
- Mengkaji tanda vital, A :
tanda / gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksan - Belum teratasi
laboratorium P: - Lanjut intervensi
- Menilai status hidrasi,
elektrolit dan
keseimbangan asam
basa
- Melakukan kolaborasi
pelaksanaan terapi
definitive, dengan
memeberikan obat-
obatan secara kausal
penting setelah
penyebab diare
diketahui

Kamis Resiko - Pertahanan teknik S :-


02/12/2021 infeksi aseptif
10:30 - Batasi pengunjung bila O:
perlu - Suhu : 36.9’C
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah - RR : 38x/menit
tindakan keperawatan - Nadi:130x/menit
- Gunakan baju,sarung - Proses
tangan sebagai alat menghisap kuat
pelindung. - Pemberian
- Ganti letak iv perifer antibiotik
dan dressing sesuai cepotaxyim
dengan petunjuk umum 1gr/12 jam
- Tingkatkan intake - Pemberian
nutrisi antibiotik
- Ajarkan pasien dan
A:
keluarga tanda dan
gejala infeksi - Belum teratasi

P: - Lanjut intervensi

Jum’at Pola nafas Pemantauan respires : S:-


03/12/2021 tidak efektif - Momonitor
09:00 frekuensi,irama,kedala O:
man dan upaya nafas - RR :25x/menit
- Memonitor pola nafas - Suhu : 36.5’C
- Memonitorvadanya - HR:130x/menit
produksi sputum
- Memonitor adanya A :
sumbatan jalan nafas
- Mengauskultasi jalan - Teratasi
nafas P:
- Mengtur intervensi -Intervensi teratasi
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Mendokumentasi hasil
pemantauan.

Jum’at Kekurangan - Memberikan cairan oral S : -


03/12/2021 volume dan parenteral sesuai O:
09:00 cairan dengan program
rehidrasi - Suhu : 36.5’C
- Memantau intake output - RR : 25x/menit
- Memberikan informasi - Nadi:130x/menit
status keseimbangan
cairan A:
- Mengkaji tanda vital,
- Teratasi
tanda / gejala dehidrasi
dan hasil pemeriksan P:
laboratorium
- Menilai status hidrasi, - intervensi teratasi
elektrolit dan
keseimbangan asam
basa
- Melakukan kolaborasi
pelaksanaan terapi
definitive, dengan
memeberikan obat-
obatan secara kausal
penting setelah
penyebab diare
diketahui

Jum’at Resiko - Pertahanan teknik S :-


03/12/2021 infeksi aseptif
09:00 - Batasi pengunjung bila O :
perlu - Suhu : 36.5’C
- Cuci tangan setiap
sebelum dan sesudah - RR : 25x/menit
tindakan keperawatan - Nadi:130x/menit
- Gunakan baju,sarung - Proses
tangan sebagai alat menghisap kuat
pelindung. - Pemberian
- Ganti letak iv perifer antibiotik
dan dressing sesuai cepotaxyim
dengan petunjuk umum 1gr/12 jam
- Tingkatkan intake
nutrisi A:
- Ajarkan pasien dan - Teratasi
keluarga tanda dan
gejala infeksi P:

- Intervensi teratasi

Sabtu Hasil laboratorium darah lengkap,lapor dokter A/V bayi bisa


04/12/2021 pulang dan kembali kontrol minggu depan
10:00

Medan,………….. 2019
Mahasiswa

( ………………………)

Mengetahui
Pembimbing /CI Pembimbing Klinik

(………………………) (…………………………..)
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Kejang adalah serangkaian spasme otot involunter yang menyebabkan
tubuh sering kaku. Hal ini disebabkan oleh impuls listrik abnormal di otak
yang biasanya disertai kehilangan kesadaran atau konvulsi sementara. Kejang
pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul pada masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir.
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala
dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang pada neonatus dapat
merupakan tanda atau gejala dari satu masalah atau lebih dan memiliki efek
jangka panjang. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kejang pada
masa neonatus seperti prematuritas, asfiksia, trauma dan perdarahan
intrakranial, infeksi, ensefalopati billirubin, gangguan metabolik, pengaruh
pemberhentian obat, intoksikasi anastesi lokal, dan penyebab-penyebab kejang
lainnya yang jarang terjadi.
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada bayi "I"
dengan Neonatal Seizure di Ruang PERINATOLOGI maka saya mengambil
kesimpulan bahwa pasien dengan neonatal seizure harus dapat diketahui
pencetus terjadinya kejang karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi,
diagnose medis sewaktu-waktu dapat berubah sejalan dengan perkembangan
kondisi pasien besertä hasil penunjang lainnya, kerjasama antara tenaga
profesional serta komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam perawatan
yang komprehensif.

B. Saran
Dalam penulisan Asuhan Keperawatan pada bayi "I" saya menyadari bahwa
masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya sangat mengharapkan masukan dari
berbagai pihak yang berkaitan dalam menyempurnakannya. Diharapkan
makalah ini dapat menambah wawasan tentang perawatan pada pasien dengan
Neonatal Seizure.
FORMAT PENILAIAN LAPORAN KASUS
Judul : ………………………………………………………………..
Tanggal : ………………………………………………………………..
Nama : ………………………………………………………………..

Petunjuk :

1. Berikan tanda “ “ pada kolom tersedia untuk item.


2. Rentang Nilai :
A = 3,51 - 4,00 = sangat baik
B = 2,76 - 3,50 = Baik
C = 2,00 - 2,75 = cukup
D = 1,00 - 1,99 = Kurang
E = 0,00 -0,99 = Sangat Kurang

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI

4 3 2 1 0

1. Makalah

1. Sistematika
2. Kelengkapan
3. Kejelasan seluruh materi
4. Sumber yang digunakan
Per Bab

1. Isi Bab Satu


2. Isi Bab Dua
2. 3. Isi Bab Tiga
Tanya Jawab / Diskusi

1. Benar Menjawab
2. Kemampuan Argumentasi
3. Kemampuan mengorganisasi
4. Penampilan Profesional dalam Tanya
3. Jawab
JUMLAH
Nilai Akhir : Jumlah Nilai Keseluruhan = ………………….
11
Medan, …………………
Penilai,
(…………………………………)

FORMAT PENILAIAN LAPORAN KASUS


Judul : ………………………………………………………………..
Tanggal : ………………………………………………………………..
Nama : ………………………………………………………………..

Petunjuk :

3. Berikan tanda “ “ pada kolom tersedia untuk item.


4. Rentang Nilai :
A = 3,51 - 4,00 = sangat baik
B = 2,76 - 3,50 = Baik
C = 2,00 - 2,75 = cukup
D = 1,00 - 1,99 = Kurang
E = 0,00 -0,99 = Sangat Kurang

NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI

4 3 2 1 0

2. Makalah

5. Sistematika
6. Kelengkapan
7. Kejelasan seluruh materi
8. Sumber yang digunakan
Per Bab

4. Isi Bab Satu


5. Isi Bab Dua
2. 6. Isi Bab Tiga
Tanya Jawab / Diskusi

5. Benar Menjawab
6. Kemampuan Argumentasi
7. Kemampuan mengorganisasi
8. Penampilan Profesional dalam Tanya
3. Jawab
JUMLAH
Nilai Akhir : Jumlah Nilai Keseluruhan = ………………….
11
Medan, …………………
Penilai,
(…………………………………)

Anda mungkin juga menyukai