I
DENGAN NEONATAL SEIZURE DI RUANG PERINATOLOGI
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr.PIRNGADI
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
2. Etiologi
Menemukan etiologi dari kejang neonatus sangatlah penting. Hal berguna
untuk melakukan penanganan secara spesifik dan juga untuk mengetahui
prognosis. Beberapa etiologi dari kejang neonatus yaitu:
a. Prematuritas
Masa gestasi dikatakan cukup bulan ketika janin berusia lebih dari 37
minggu dan kurang dari 42 minggu. Bayi yang dilahirkan pada kehamilan
sampai usia 37 minggu disebut dengan bayi prematur. Bayi yang dilahirkan
secara prematur belum memiliki organ-organ yang tumbuh dan berkembang
secara lengkap dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan cukup bulan. Oleh
sebab itu, bayi prematur akan mengalami lebih banyak kesulitan untuk hidup
normal di luar uterus ibunya. Makin pendek usia kehamilannya semakin
kurang sempuma pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh bayi tersebut,
sehingga angka mortalitas serta komplikasi setelah lahir meningkat dibanding
bayi cukup bulan.
b. Asfiksia
Asfiksia perinatal menyebabkan terjadinya ensefalopati hipoksik-
iskemik dan merupakan masalah neurologis yang penting pada masa neoatal,
dan menimbulkan gejala sisa neurologis di kemudian hari, Kejang yang terjadi
akibat ensefalopati hipoksik-iskemik biasanya terjadi dalam 24 jam pertama
(Sudarti& Afroh, 2013). Asfiksia intrauterin adalah penyebab terbanyak
ensefalopati hipoksik-iskemik. Hal ini karena terjadi hipoksemia, kurangnya
kadar oksigen ke jaringan otak. Kedua keadaan tersebut dapat terjadi secara
bersama- sama, yang satu dapat lebih dominan tetapi faktor iskemia
merupakan faktor yang paling penting dibandingkan hipoksemiu.
Ensefalopatik hipoksik-iskemik adalah terminologi yang digunakan untuk
menggambarkan kelainan neuropatologik dan klinis yang terjadi pada bayi
baru lahir akibat asfiksia.
7. Penatalaksaan medis
a. Manajemen Terapi
Tatalaksana kejang pada neonatus bertujuan untuk meminimalisir
gangguan fisiologis dan metabolik serta mencegah berulangnya kejang Ini
melibatkan bantuan ventilasi dan perfusi, jika dibutuhkan, dan koreksi
keadaan hipoglikemia, hipokalcemia atau gangguan metabolik lainnya.
Kebanyakan bayi diterapi dan dimonitor hanya berdasarkan pada diagnosis
klinis saja, tanpa melibatkan penggunaan EEG. Penggunaan EEG yang
kontinyu menunjukkan bahwa masalah pada kejang elektrografik adalah
sering menetapnya kejang walaupun setelah dimulainya terapi anti konvulsi.;
Manajemen kejang pada neonatus meliputi :
1. Pengawasan jalan napas bersih dan terbuka, pemberian oksigen
2. Periksa dan catat aktivitas kejang yang terjadiLakukan penilaian
secepatnya apakah penyebab kejang dapat ditangani dengan cepat, jika
tidak bisa ditangani beri fenobarbital 20 mg/kg IV sambil terus memonitor
sistem kardiovaskular dan respirasi dan lakukan teapi suportif yang
dibutuhkan.
3. Hentikan semua asupan secam oral
4. Usahakan tangani penyebab utama kejang. f. Jika kejang masih berlanjut,
berikan dosis tambahan
5. fenobarbital 5 mg/kg IV (sampai tercapai dosis maksimal 40 mg/kgbb).
kejang masih berlanjut, berikan fenito g- h. Kejang dapat tertangani,
lanjuikan pengawasan. Pertimbangkan untuk 15-20mg/kgbb menghentikan
obat antikonvulsan jika : kejang terkontrol dan pemeriksaan neurologis
normal atau pemeriksaan neurologis abnormal namun EEG normal
b. Penggunaan obat-obatan anti konvulsan
Prinsip penatalaksaan pertama yaitu menangani penyebab yang mendasari
sangatlah penting untuk mencegah kerusakan otak yang lebih berat.Namun,
apabila penyebab yang mendasar kejang sulit untuk ditangani dengan segera,
perlu diingat untuk secepatnya menangani kejang agar tidak terjadi kerusakan
neurologis yang berat.
1. Phenobartbital
Penggunaan fenobarbital telah lama dianggap sebagai yang utama untuk
menangani kejang pada neonatus. Pemberian secara intravena dapat
dilakukan secepatnya setelah jalur infus telah terpasang. Konsentarsi
serum dapat ditentukan dengan sangat cepat dan dosis yang lebih jauh lagi
dapat diberikan apabila diperlukan.
2. Fenitoin
Fenitoin memiliki efektivitas yang sama dengan phenobarbital sebagai
terapi awal kejang neonatus. Namun dikarenakan sulitnya
mempertahankan dosis terapi fenitoin, phenobarbital lebih sering
digunakan sebagai terapi awal, terutama pada kasus akut, Kekurangan Jain
pada fenitoin adalah tingginya potensi interaksi dengan obat-obatan yang
berikatan dengan protein. Namun, dosis awal dari fenitoin lebih rendah
resikonya untuk menyebabkan efek sedasi dibandingkan fenobarbital.
B. Asuhan Keperawatan (Nanda NIC NOC)
1. Pengkajian/PES;
a. Data Subyektif
1. Identitas pasien meliputi meliputi : nama, no RM, umur, jenis kelamin,
alamat, nama orang tua, agama, pendidikan, pekerjaan
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pengkaji ini dilakukan untuk memperoleh data riwayat kesehatan pasien
dari sejak muncul gejala sampai pasien di rawat.
4. Riwayat kesehatan Lalu
Pengkajian ini sangat diperlukan untuk mencari kemungkinan penyebab
atau faktor pencetus dari kejang. Hal-hal yang perlu dikaji dalam riwayat
kesehatan masa lalu terdiri dari : Riwayat Prenatal Untuk mengetahui
keadaan bayi saat dalam kandungan. Pengkajian ini meliputi: hamil ke
berapa, umur kehamilan, ANC, HPL, HPHT dan kebiasaan ibu selama
kehamilan serta obat-obat yang dikonsumsi ibu selama kehamilan.
- Riwayat Intranatal
Untuk mengetahui keadaan bayi saat lahir, penolong, tempat, cara
pesalinan, komplikasi persalinan dan keadaan bayi saat lahir.
- Riwayat Post
Natal Untuk mengetahui bagaimana keadaan umum bayi setelah lahir,
apakah bayi mampu beradaptasi atau perlu resusitasi, Selain itu penting
diketahui apakah terdapat keluinan atau trauma akibat proses
persulinan,
- Riwayat Kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular dan
menurun. selain itu perlu dikaji apakah anak sebelumnya menderita
kejang atau tidak.
- Riwayat Sosial Ekonomi
Untuk mengetahui sosial ekonomi keluarga terkait kesanggupan
membiayai perawatan bayinya. Ini merupakan hal yang sangat
sensitive karena merupakan salah satu hal yang meningkatkan
kecemasan ibu welain kondisi bayinya.
b. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
b) Kesadaran Untuk mengetahi keaadan umum bayi meliputi
kesadaraan (sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang
ekstrem dan ketegangan otot.
c) Suhu Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak. Nilai batas
normal 36,5-37,5 C
d) Nadi Untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak. Nilai batas
normal 120- 160x/menit.
e) Respirasi Untuk mengetahui pola pernafasan. Nilai batas normal
40-60x/menit.
f) Apgar Score Pemeriksaan khusus apgar score yang dinilai antara
lain.
2. Pemeriksaan sistematis
- Kepala
Observasi adanya cepal hematoma dan caput succedaneum sebagai
tanda adanya perdarahan atau trauma pada kepala. Selain itu
perhatikan bentuk kelaian pada kepala seperti adanya microchepali dan
hidrosefalus yang biasanya daput menycbabkan kejang.
- Kulit
Observasi Kulit turgor dan warna kulit. Perhatikan adanya sianosi dan
icterus. Kejng biasanya juga dapat terjadi pada bayi dengan kadar
bilirubin yang meningkat,
- Mata
Observasi bentuk mata, perhatikan adanya gerakan yang tidak normal
seperti deviasi bola mata horisontal, dan pergerakan bola mata yang
cepat (nystagmus). Selain itu perhatikan konjungtiva mata.
- Hidung
Observasi Hidung kondisi hidung secara umum seperti bentuk.
Jadanya pengeluaran rahasia ataupun kotoran hidung yang dapat
menyebakan sumbatan, perhatikan juga adanya pernafasan cuping
hidung.
- Telinga
Observasi kebersihan telinga dan bentuk telinga.
- Mulut
Observasi kebersihan mulut, lihat adanya hipersaliva atau gudang
rahasia yang dapat menyebabkan sumbatan pada jalan nafas. Bservasi
adanya kelainan seperti labio schizis labiopalatoschizis ataupun
labiogenatopalatoschizis. Bila memungkinkan observasi reflek hisap
bayi.
- Leher
Observasi adanya pembesaran kelenjar tiroid, kelenjar getah bening
dan bendungan vena jugularis.
- Dada
Observasi bentuk dada, RR bayi (normal 40-60 x/menit), pergerakan
dada dekstra dan sisistra. Dengarkan suara pada kedua lapang paru,
Dengarkan suara jantung. Catat adanya suara paru yang tidak nomal
dan suara jantung tambahan.
- Abdomen
Observasi adanya distensi, kondisi tali pusat tanda-tanda infeksi pada
tali pusat.
- Genetalia perhatikan jenis kelamin bayi, bila berjenis kelamin laki-laki
perhatikan
apakah testis sudah turun atau belum, terdapat rugae atau tidak. Bila
perempuan perhatkan apakah labia mayor sudah menutupi labia minor.
- Ekstrimitas
Observasi jumlah ekstrimitas atas dan bawah lihat adanya polidaktili
atau sindaktili, cyanosis dan clubbing finger. Perhatikan CRT (normal
CRT <3 detik)
- Neurologi/Reflek Fisiologis pada Bayi (Wong, Dona L, 2004).
Reflek Moro Bayi akan terkejut ketika mendengarkan suara yang keras
- Reflek menggenggam atau reflek gaspin Bayi refek menggenggam
jari perawat saat diletakan di telapak tangannya. Reflek menghisap atau
reflek suckhing Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya unuk
menghisap setiap benda yang menyentuk bibirnya. Reflek mencari atau
reflek rooting Apabila pipi bayi disentuh ia ukan menolehkan
kepalanya kesisi yang disentuh.
C. Diagnosa Keperawatan
a. Pola nafas tidak efektif
b. Kekurangan volume cairan
c. Resiko infeksi
D. Intervensi
E. EVALUASI
O:
A:
Tercapai sebagian
P:
Intervensi lanjutan:
O:
A:
Belum tercapai
P:
O:
- Kejang
- Sesak nafas
- demam
A:
P:
Intervensi lanjutan
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Data Demografi
Nama ( nama lengkap, nama panggilan ): By Ny Intan
Usia / tanggal lahir : 7 Hari
Jenis kelamin : Laki - Laki
Alamat ( lengkap dengan no.telp ) : Jl Citayam perum pondok mutiara asri
Suku / bangsa : Indonesia
Status pernikahan : Belum Nikah
Agama / keyakinan : Islam
Pekerjaan / sumber penghasilan : Belum Bekerja
Diagnosa medik : Neonatal Seizue + Sepsis
No. medical record : 01-17-49-69
Tanggal masuk : 24 November 2021
Tanggal pengkajian : 29 November 2021
Therapy medik : antibiotic
Penanggung jawab : Orang Tua
Nama : Rian Hidayat
Usia : 29 Tahun
Jenis kelamin : Laki – Laki
Pekerjaan / sumber penghasilan : Karyawan Swasta
Hubungan dengan klien : Ayah
I. Keluhan Utama
Pada pengkajian tanggal 29 november 2021 bayi mengalami neonatal seizure dan
deman.
Laki - laki
Perempuan
BY.I ( Pasien )
V. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Gerak kurang aktif,banyak tidur dan menangis kuat
b. Tanda Vital :
N : 142x/Menit
RR : 46x/menit
S : 37’C
c. Antropometri
BB : 2770 gram
PB : 40 gram
LK : 30 cm
LD : 26 cm
d. Reflek
Reflek menggenggam kurang dan reflek menghisap kuat
e. Kepala / leher
Fontanel luna,tidak cekung dan tidak menonjol,sutura tepat,wajah simetris
f. Mata
Jarak antara mata simetris
g. Mulut
Bentuk bibir simetris,warna bibir merah muda,menangis kuat
h. THT
1. Telinga
Bentuk telinga simetris dan tidak ada cairan abnormal
2. Hidung
Lubang hidung simetris,tidak ada terdapat cuping hidung.
i. Integument
Kulit bewarna kemerahan
No Pemeriksaan Hasil
3. Trombosit 46.2%
VIII. Pathway
B. Analisa Data
C. Diagnosa keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif
2. Kekurangan kebutuhan cairan
3. Resiko infeksi
P:
-Lanjutkan
Intervensi
- Belum teratasi
P: - Lanjut intervensi
P:
-Lanjutkan
Intervensi
P: - Lanjut intervensi
P:
-Lanjutkan
Intervensi
- Belum teratasi
P: - Lanjut intervensi
P:
-Lanjutkan
Intervensi
P: - Lanjut intervensi
- Intervensi teratasi
Medan,………….. 2019
Mahasiswa
( ………………………)
Mengetahui
Pembimbing /CI Pembimbing Klinik
(………………………) (…………………………..)
BAB III
A. Kesimpulan
Kejang adalah serangkaian spasme otot involunter yang menyebabkan
tubuh sering kaku. Hal ini disebabkan oleh impuls listrik abnormal di otak
yang biasanya disertai kehilangan kesadaran atau konvulsi sementara. Kejang
pada bayi baru lahir ialah kejang yang timbul pada masa neonatus atau dalam
28 hari sesudah lahir.
Kejang pada neonatus bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala
dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang pada neonatus dapat
merupakan tanda atau gejala dari satu masalah atau lebih dan memiliki efek
jangka panjang. Faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kejang pada
masa neonatus seperti prematuritas, asfiksia, trauma dan perdarahan
intrakranial, infeksi, ensefalopati billirubin, gangguan metabolik, pengaruh
pemberhentian obat, intoksikasi anastesi lokal, dan penyebab-penyebab kejang
lainnya yang jarang terjadi.
Setelah kelompok melakukan asuhan keperawatan pada bayi "I"
dengan Neonatal Seizure di Ruang PERINATOLOGI maka saya mengambil
kesimpulan bahwa pasien dengan neonatal seizure harus dapat diketahui
pencetus terjadinya kejang karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi,
diagnose medis sewaktu-waktu dapat berubah sejalan dengan perkembangan
kondisi pasien besertä hasil penunjang lainnya, kerjasama antara tenaga
profesional serta komunikasi yang baik sangat dibutuhkan dalam perawatan
yang komprehensif.
B. Saran
Dalam penulisan Asuhan Keperawatan pada bayi "I" saya menyadari bahwa
masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya sangat mengharapkan masukan dari
berbagai pihak yang berkaitan dalam menyempurnakannya. Diharapkan
makalah ini dapat menambah wawasan tentang perawatan pada pasien dengan
Neonatal Seizure.
FORMAT PENILAIAN LAPORAN KASUS
Judul : ………………………………………………………………..
Tanggal : ………………………………………………………………..
Nama : ………………………………………………………………..
Petunjuk :
4 3 2 1 0
1. Makalah
1. Sistematika
2. Kelengkapan
3. Kejelasan seluruh materi
4. Sumber yang digunakan
Per Bab
1. Benar Menjawab
2. Kemampuan Argumentasi
3. Kemampuan mengorganisasi
4. Penampilan Profesional dalam Tanya
3. Jawab
JUMLAH
Nilai Akhir : Jumlah Nilai Keseluruhan = ………………….
11
Medan, …………………
Penilai,
(…………………………………)
Petunjuk :
4 3 2 1 0
2. Makalah
5. Sistematika
6. Kelengkapan
7. Kejelasan seluruh materi
8. Sumber yang digunakan
Per Bab
5. Benar Menjawab
6. Kemampuan Argumentasi
7. Kemampuan mengorganisasi
8. Penampilan Profesional dalam Tanya
3. Jawab
JUMLAH
Nilai Akhir : Jumlah Nilai Keseluruhan = ………………….
11
Medan, …………………
Penilai,
(…………………………………)