Dokter di Puskesmas Pulo sedang menyusun program terkait banyaknya kasus yang muncul
selama 1 bulan terakhir, banyak ditemukannya kasus diare pada anak anak dan juga kasus
keracunan pestisida Hasil survey dari bagian promosi kesehatan di puskesmas menunjukkan
hasil yang kurang baik meliputi kondisi rumah sehat, pengelolaan sampah, saluran
pembuangan air limbah, sumber air bersih, kurang tersedianya jamban, dan kebiasaan
petani yang tidak menggunakan APD saat penggunaan pestisida. Puskesmas yang berada
dekat pelabuhan laut ini, juga berperan aktif bersama dengan kantor kesehatan pelabuhan
setempat juga terlibat dengan pengawasan penyakit karantina di pelabuhan. Pemerintah
sudah memiliki standar pengawasan dan pengelolaan bagi penyakit-penyakit karantina.
Bagaimana saudara menjelaskan berbagai faktor lingkungan kasus di atas dengan terjadinya
penyakit serta pengelolaannya?
Jump 1
Terminologi
1. Penyakit tropis : penyakit yang hanya terjadi di daerah tropis yaitu daerah yang memiliki kondisi
panas dan lembab. Penyakit tropis merupakan penyakit infeksi yang banyak terjadi di wilayah
beriklim tropis, termasuk Indonesia. Penyebab Penyakit tropis bisa disebabkan oleh berbagai
jenis infeksi, mulai dari infeksi virus, bakteri, jamur, hingga parasit.
2. Penyakit global : Istilah penyakit global merujuk kepada penyakit yang terjadi akibat
adanya sebaran kuman pathogen baik dari hewan atau manusia yang tingkat kejadiannya
meliputi beberapa Negara baik Negara berkembang maupun Negara maju
3. Penyakit karantina : penyakit karantina adalah masalah penyakit kedaruratan kesehatan
masyarakat yang menjadi perhatian internasional
4. Pestisida : Subtansi atau campuran yang ditunjukkan untuk mencegah, menghancurkan atau
mengendalikan hama
5. APD : perlengkapan yang digunakan untuk melindungi diri pekerja Adalah kelengkapan yang
wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja
itu sendiri dan orang di sekelilingnya
jump 2
1. faktor penyebab anak yang menderita diare di skenario ?
Kualitas kesehatan lingkungan merupakan salah satu faktor yang memberikan peran
terbesar bagi kesehatan masyarakat. Aspek kesehatan lingkungan meliputi akses air
bersih, akses sanitasi dasar yang layak, penanganan limbah, vektor penyakit. Apabila
terdapat ketidak seimbangan faktor kesehatan lingkungan maka akan berdampak pada
kondisi kesehatan individu dan dapat menimbulkan penyakit berbasis lingkungan seperti
diare, ISPA, malaria, demam berdarah dengue, dan tuberkulosis paru. Risiko lingkungan
menyumbang 23% penyebab kematian secara global, dan sebanyak 2,5 juta kematian
terkait penyakit infeksi, parasit, neonatal dan gizi dan memiliki laporan yang lebih besar
pada anak-anak.
Diare dapat pula disebabkan oleh penggunan obat-obatan, proses alergi, kelainan
pencernaan serta mekanisme absorpsi, defisiensi vitamin, maupun kondisi
psikisLingkungan yang kumuh,kondisi rumah yang tidak sehat
Faktorlingkungan yang dominan dalam penyebaran penyakit diare pada anak yaitu
pembuangan tinja dan sumber air minum.
Faktor ketiga yang dapat memengaruhi kejadian diare yaitu faktor perilaku
Pencegahan
Faktor lingkungan yang memiliki peran yang signifikan terhadap diare berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh peneliti mayoritas kejadian diare terjadi pada rumah yang
lantainya tidak kedap air sebesar 77,8%, rumah dengan jamban keluarga yang tidak
memenuhi persyaratan kesehatan sebesar 73,9%, rumah tanpa saluran air limbah
memenuhi persyaratan sebesar 47,1%, pengolahan sampah rumah tangga yang tidak tepat
83,3% dan ketersediaan air bersih yang tidak memadai sebesar 68.8%.
Lantai yang tidak tahan air menyebabkan ruangan menjadi lebih mudah kotor dan
menjadi tempat berkumpulnya mikroorganisme serta dapat menyerap air yang
kemungkinan telah tercemar mikroorganisme. Oleh karena itu, anak balita yang bermain
di rumah dan bersentuhan dengan lantai yang kotor akan menyebabkan balita mudah
terkena penyakit akibat kuman yang menempel di tubuhnya, termasuk kuman penyebab
diare. Ketersediaan jamban keluarga yang memenuhi syarat Kesehatan juga memiliki
hubungan yang signifikan dengan kejadian diare pada balita. Ketersediaan jamban
keluarga berdampak besar pada penurunan risiko penyakit diare. Hal ini dikarenakan
banyak penyakit menular yang ditularkan melalui penularan fecal-oral dan melalui
berbagai media (seperti air, tanah), kontak langsung dengan permukaan benda yang
terkontaminasi, atau melalui vektor (seperti lalat) saat membuang feses dimanapun.
Sementara itu, air limbah rumah tangga merupakan air limbah yang tidak mengandung
kotoran manusia yaitu air dari kamar mandi, dapur, mencuci pakaian dan lain-lain. Air
limbah tersebut dapat menjadi media yang berguna untuk pertumbuhan mikroorganisme
patogen. Oleh karena itu diperlukan saluran pembuangan khusus yang terbuat dari bahan
anti air agar tidak mencemari lingkungan sekitar rumah dan dapat mencegah munculnya
beberapa penyakit akibat pembuangan sampah dan saluran pembuangan salah satunya
ada diare. Untuk aspek pengolahan sampah beberapa responden menyatakan bahwa cara
mereka mengolah sampah antara lain membakar sampah, membiarkan sampah organik
dan anorganik tercampur, dan sampah dibiarkan menumpuk dan membusuk di area
terbuka seperti di lapangan. Hal ini dapat membuat vektor penyakit seperti lalat mudah
berkembang biak dan risiko diare pada balita meningkat.
Faktor yang terakhir adalah kesediaan air bersih sebagai salah satu penyebab diare.
Sumber air bersih yang digunakan sangat penting untuk diperhatikan, karena sangat
menentukan kualitas air bersih yang digunakan untuk keperluan sehari-hari seperti
mandi, mencuci, memasak, dan lain-lain. Sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat,
yang tidak terlindungi, dekat dengan jamban dan tangki septik, dapat dengan mudah
mencemari air yang dihasilkan. Air yang tercemar meningkatkan risiko terjadinya diare
pada balita, karena salah satu media penularan penyakit ini adalah melalui air.
Penyimpanan :dalam wadah ditutup ,masukan lemari,bakar jika tidak digunakan lagi
Pertolongan : cuci dengan sabun,dengn air mengalir,kalau tertelan bebaskan jalan nafas
uoayakan tahu jenis racunnnya
Gerkan tidak teratur kontaksi otot,depresi pernafasan,(sesuai efek ringan atau berat dari
terpapar pestisidanya )
Tanda-tanda keracunan akut pestisida jenis ini timbul setelah 1-12 jam inhalasi atau
absorpsi melalui kulit dan prosesnya akan lebih cepat melalui ingesti. Gejala klinik yang
timbul akibat Ach yang berlebihan pada ujung saraf berikatan pada reseptornya. Efek
pada saluran pencernaan adalah saliva yang berlebihan, nyeri lambung(kontraksi
berlebihan), mual, dan diare. Efek nikotiniknya. menimbulkan gerakan yang tidak teratur,
kontraksi otot (kejang), dan kelemahan pada otot-otot yang volunter. Sehingga gejala
klinik yang timbul pada keracunan pestisida golongan ini meliputi depresi pemapasan,
mulut berbusa, diare, dan depresi jantung akibat perangsangan parasimpatik yang
berlebihan. Munculnya tanda-tanda di atas sangat dipengaruhi oleh berat ringannya efek
toksik. DERAJAT KERACUNAN
Keracunan Akut ringan: pusing, sakit kepala, iritasi kulit ringan, badan terasa sakit dan
diare. Keracunan akut berat: mual, menggigil, kejang perut, sulit bernafas, keluar air liur,
pupil mata mengecil (miosis) dan denyut nadi meningkat, pingsan. Keracunan kronis:
sulit dideteksi: iritasi mata dan kulit, kanker, keguguran, cacat pada bayi, serta gangguan
saraf, hati, ginjal dan pernafasan.
Patofisiologi dari jenis pestisida yang paling sering menyebabkan keracunan yaitu
organospospat dan karbamat,kedua golongan pestisida ini dapat bekerja dengan cara yang
sama yaitu mengikat asetilkolinesterase atau sebagai asetilkolinesterase inhibitor,
mengakibatkan ketika pestisida masuk masuk kedalam tubuh maka akan menghambat
kolinesterase yang menyebabkan perpanjangan dan efek asetilkolin lebih lama dan
kuat,sehingga dapat menyebabkan ketidak seimbangan ACH, dimana bila berlebih dapat
menyebabkan Perangsangan parasimpatik ( Reseptor nikotinik dan muskarinik)
sedangkan kekurangan ach bisa juga mengakibatkan depresi parasimpatik.
Pelabuhan : Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktivitas keluar masuk
kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran
penyakit,
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 1 dan UU No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina
Laut dan Karantina Udara, Penyakit Karantina ada 6 Jenis Penyakit.
1. Pes (Plague);
2. Kolera (Cholera)
3. Demam kuning
4. Cacar (smallpox)
Pes: 6 hari
Cholera: 5 hari
Cacar/smallpox: 14 hari
Thypus bercak: 14 hr
Penyakit pes adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis.
Seseorang bisa terserang penyakit pes bila digigit kutu yang sebelumnya mengisap
darah hewan dengan infeksi bakteri Yersinia pestis.
Demam kuning atau yellow fever adalah jenis penyakit yang disebabkan oleh virus dan
ditularkan melalui perantaraan nyamuk. Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi,
serta mata dan kulit yang menguning akibat penurunan fungsi hati.
Pelabuhan : Pelabuhan merupakan titik simpul pertemuan atau aktivitas keluar masuk
kapal, barang dan orang, sekaligus sebagai pintu gerbang transformasi penyebaran
penyakit,
Deteksi penyebba infeksi ,deteksi dan respon terhadap suatu kejadian dan tahu
konsekuensi,dan bisa dilakukan karantina,pofilaksis,rujukan dll. Dilakukan pembatasan
skala besar ,pengamanan dan pengendalian lingkungan
Merupakan penyakit yg berpotensi utk meyebar melewati batas suatu negara. perlu
adanya keterlibatan dari semua pihak dalam rangka mengatasi wabah yg terjadi serta
menguragi resiko yg terjadi akibat penyakit global. Pengelolaannya dilakukan dgn
deteksi penyakit global,: mencegah munculnya penyakit infeksi yg mampu menjadi
ancaman pada daerah asal penyakit, mendeteksi kejadian suatu penyakit secara cepat,
memberikan respon yg copat thdp suatu kejadian outbreak sehingga mampu mengatasi
konsekuensi yg besarthdp populasi.
Dibangun pada sistem surveilans yang telah ada di masing2 negara serta peraturan
perundangan yang melandasinya.
Penyakit yang dimaksud : penyakit menular yang sudah ada, baru dan yang muncul
kembali serta penyakit tidak menular (bahan radio-nuklir, bahan kimia, dll) yang dapat
menyebabkan PHEIC / KKMMD
1.kemudahan tranportasi
2.mobilisasi penduduk
3.peningkatan suhu
4.peningkatan penduduk
5.perubahan lingkungan
7.mutasi mikroba
1. Demam berdarah
Penyakit demam berdarah disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala penyakit ini biasanya muncul 4-6 hari setelah
tergigit nyamuk tersebut.
Berikut ini adalah beberapa gejala penyakit demam berdarah:
Demam tinggi.
Sakit kepala.
Mual dan muntah.
Nyeri otot dan tulang.
Nafsu makan berkurang.
Nyeri di bagian belakang mata.
Perdarahan, misalnya gusi berdarah, mimisan, atau mudah memar.
Ruam kemerahan (muncul sekitar 2-5 hari setelah demam).
Untuk mencegah penularan demam berdarah, Anda disarankan untuk menggunakan kelambu dan
memasang kasa nyamuk di jendela dan pintu rumah.
Selain itu, pemerintah juga mengimbau masyarakat untuk melakukan 3M Plus sebagai langkah
pencegahan penyakit demam berdarah, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup rapat
tempat penampungan air, serta mendaur ulang barang yang dapat menjadi tempat berkembang
biaknya nyamuk Aedes aegypti.
2. Kaki Gajah
Penyakit tropis lain yang masih cukup banyak terjadi di Indonesia adalah kaki gajah
atau filariasis. Penyakit ini disebabkan oleh cacing parasit jenis filaria yang juga ditularkan
melalui gigitan nyamuk. Ketika masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk, cacing tersebut
akan menyumbat aliran getah bening.
Sebagian penderita penyakit ini tidak mengalami gejala. Namun, sebagian penderita lainnya
dapat mengalami gejala berupa demam, pembengkakan di tungkai, dan luka di kulit. Selain di
tungkai, pembengkakan juga bisa terjadi di lengan, payudara, dan bahkan organ kelamin.
Pencegahan penyakit kaki gajah hampir serupa dengan pencegahan penyakit demam berdarah.
Hanya saja, pencegahan penyakit ini juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat kaki gajah
secara teratur.
3. Malaria
Malaria merupakan salah satu penyakit tropis yang termasuk penyakit endemik di Indonesia.
Malaria disebabkan oleh parasit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina.
Gejala malaria akan muncul 10–15 hari setelah tergigit oleh nyamuk. Saat terkena malaria,
seseorang dapat merasakan gejala demam, sakit kepala, menggigil, banyak berkeringat, nyeri
pada tulang dan otot, mual muntah, dan lemas. Jika tidak diobati, malaria bisa menjadi malaria
berat yang menyerang otak.
Langkah pencegahan penyakit malaria umumnya sama dengan pencegahan demam berdarah,
yaitu menjauhi gigitan nyamuk dan mencegah bersarangnya nyamuk di dalam rumah dan
sekitarnya.
Selain itu, langkah pencegahan malaria tambahan bisa dilakukan dengan cara mengonsumsi obat
antimalaria profilaksis, yaitu doksisiklin, sesuai resep dokter.
4. Skistosomiasis
Skistosomiasis adalah salah satu jenis penyakit tropis yang disebabkan oleh cacing parasit
skistosoma. Jenis parasit ini banyak ditemukan di kolam, danau, sungai, waduk, atau kanal di
daerah tropis atau subtropis.
Tak hanya skistosomiasis, penyakit cacingan lainnya seperti cacing kremi, cacing tambang,
cacing pita, dan cacing gelang juga banyak ditemukan di negara-negara tropis, termasuk
Indonesia.
Gejala skistosomiasis biasanya akan muncul dalam waktu beberapa minggu setelah terinfeksi
cacing skistosoma. Beberapa gejala skistosomiasis yang dapat terjadi, antara lain:
Pusing
Demam
Menggigil
Muncul ruam merah dan rasa gatal di kulit
Batuk
Gangguan pencernaan, seperti diare dan nyeri perut
Nyeri otot dan sendi
Jika semakin parah, skistosomiasis bisa menyebabkan gejala yang lebih berat, seperti urine atau
tinja yang disertai darah, pembengkakan pada perut, ginjal, atau limpa, dan bahkan kelumpuhan.
Untuk mencegah terjadinya penyakit tropis ini, Anda disarankan untuk menjaga kebersihan diri
dan lingkungan sekitar serta menyaring dan memasak air hingga benar-benar matang sebelum
diminum.
5. Infeksi jamur
Jamur penyebab infeksi mudah tumbuh di daerah beriklim tropis yang bersuhu hangat dan
lembap. Kondisi lingkungan yang seperti ini membuat orang yang tinggal di daerah tropis
berisiko lebih tinggi untuk terkena infeksi jamur.
Beberapa jenis infeksi jamur yang sering ditemukan di negara tropis, seperti Indonesia, antara
lain jamur kuku, kurap, panu, dan kandidiasis. Infeksi jamur ini bisa terjadi di bagain tubuh mana
pun, seperti tangan, kaki, dan wajah.
Berbagai jenis infeksi jamur pada kulit tersebut disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari kontak
fisik dengan orang yang terinfeksi, kebersihan tubuh yang kurang terjaga, hingga daya tahan
tubuh yang lemah.
Infeksi jamur tersebut dapat dicegah dengan beberapa cara, antara lain:
Jaga kebersihan tubuh dengan mandi secara teratur dan mengeringkan tubuh setelahnya.
Segera mengeringkan tubuh dan menggati pakaian setiap kali berkeringat.
Hindari berbagi penggunaan peralatan pribadi, seperti handuk dan pakaian, dengan orang
lain.
Gunakan pakaian yang bersih dan mudah menyerap keringat.
Kenakan alas kaki di tempat umum atau setiap beraktivitas.
Rutin memotong kuku kaki dan tangan.
6. Tuberkulosis
Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis. Penyakit yang sering kali menyerang paru-paru ini bisa menular melalui percikan
air liur saat penderita TB batuk atau bersin.
Selain paru-paru, TB juga dapat menyerang organ lain, seperti kelenjar getah bening, otak,
tulang, ginjal, saluran pencernaan, dan kulit.
Penderita TB bisa mengalami gejala berupa penurunan berat badan, keringat dingin, lemas, batuk
berdarah, serta batuk yang tidak membaik dalam waktu lebih dari 3 minggu.
TB perlu diobati dengan obat antituberkulosis selama minimal 6 bulan tanpa putus obat. Hal ini
penting dilakukan untuk mencegah penularan TB kepada orang lain serta mencegah
terjadinya TB MDR atau TB yang kebal obat.
7. Kusta
Penyakit kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Penyakit ini
menyerang dan merusak sistem saraf, kulit, mata, dan lapisan mukosa hidung. Bila tidak segera
ditangani, kusta bisa menyebabkan kerusakan saraf yang parah hingga menyebabkan kecacatan
pada penderitanya.
Beberapa gejala yang dapat dialami oleh penderita kusta antara lain:
Penyakit kusta lebih berisiko dialami oleh orang yang memiliki daya tahan tubuh lemah serta
tinggal di daerah endemik kusta, termasuk Indonesia, India, dan China.
Selain penyakit-penyakit di atas, ada beberapa penyakit tropis lain yang juga perlu Anda
waspadai, seperti trakoma, rabies, chikungunya, kolera, leptospirosis, dan frambusia.
Faktor iklim yang menyebabkan tingginya kasus penyakit tropis di Indonesia dan beberapa
negara tropis lainnya memang tidak bisa dihindari.
Akan tetapi, risiko terkena penyakit tropis bisa berkurang jika Anda rutin menjaga kesehatan dan
kebersihan diri serta lingkungan sekitar dengan cara sering mencuci tangan atau membersihkan
tangan dengan hand sanitizer, menggunakan masker saat bepergian, serta tidak membuang
sampah sembarangan.
Jika Anda mengalami beberapa gejala yang menandakan kemungkinan penyakit tropis, segeralah
konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Pada anak-anak, penyakit
tropis bisa ditangani oleh dokter anak konsultan penyakit tropis.
Learning objective
1. Penyakit karantina
“Karantina adalah pembatasan kegiatan dan/atau pemisahan orang yang dicurigai
terinfeksi oleh suatu penyakit tapi belum menunjukkan gejala penyakit tersebut, atau
bagasi,container, kenderaan atau barang yang dicurigai untuk mencegah kemungkinan terjadi
penyebaran infeksi atau kontaminasi” (IHR, 2005).
Kekarantianaan Kesehatan adalah upaya mencegah dan menangkal keluar atau
masuknya penyakit dan/atau faktor risiko kesehatan masyarakatyang berpotensi
menimbulkan kedaruratan kesehatan masyarakat (UU No. 6 Tahun 2018).
Penyakit Karantina adalah masalah kedaruratan kesehatan masyarakat yang
menjadi perhatian internasional (Kepmenkes No.425 Tahun 2007)
Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) UU No. 1 dan UU No. 2 Tahun 1962 Tentang Karantina Laut dan
Karantina Udara, Penyakit Karantina ada 6 Jenis Penyakit.
5. Tifus bercak wabahi - Typhus exanthematicus infectiosa (Louse borne typhus); MI: 14
hari
Yang disebut usaha karantina ialah tindakan-tindakan untuk mencegah penjalaran sesuatu
penyakit yang dibawa oleh seorang yang baru masuk wilayah Indonesia dengan alat-alat
pengangkutan Darat, Laut dan Udara. (Penjelasan UU No. 1 dan UU No. 2)
A. Penyakit Pes
Penyebab : Bakteri Yersinia pestis
Gejala Klinis :
Gejala Umum : Demam
Gejala Khusus :
Bubonic plague (pembesaran kelenjar getah bening atau pes kelenjar) paling
sering di daerah selangkang/inguinal, paling jarang terjadi di daerah ketiak.
Pnemonial plague/pes paru (batuk dengan dahak cair berbercak darah, sesak
pernafasan melemah, krepitasi di basal paru, gagal nafas, efusi pleura,
mediastinitis)
Meningeal plague, septikemia plague, DIC (Disseminated intravascular
coagulation (DIC), also known as consumptive coagulopathy, is a problem of
coagulation (blood clotting) that happens in response to a variety of diseases)
Cara Penularan :
Penatalaksanaan Suspect
Isolasi
Desinfeksi serentak
Karantina
Isolasi :
bersihkan penderita, pakaian dan barang2 dari pinjal dengan insektisida kutu
Rujuk ke RS
Desinfeksi serentak :
Karantina :
kemoprofilaksis dan pengawasan ketat selama 7 hari terhadap orang yang serumah dan
kontak langsung dengan pes paru
Investigasi Kontak : semua orang yang kontak langsung dengan penderita pes paru
Investigasi sumber infeksi : binatang pengerat yang sakit atau mati beserta kutunya.
Pada tahun 2008, terdapat 57 juta kematian secara global, dimana sebagian besar diantaranya
(63,2%) disebabkan oleh PTM (sekitar 36 juta kematian) dan sebagian besar kematian akibat PTM terjadi
pada golongan lanjut usia (sekitar 9 juta kematian). Penyebab utama kematian secara global adalah karena
penyakit kardiovaskular (stroke dan penyakit jantung), kanker, diabetes dan penyakit paru kronis.
Pada bulan September 2011 di New York, dilakukan pertemuan tingkat tinggi di Perserikatan
Bangsa Bangsa untuk membahasa pencegahan dan kontrol PTM. Pertemuan ini merupakan pertemuan
tingkat tinggi kedua oleh Majelis Umum PBB untuk membahas masalah kesehatan. Pertemuan pertama
membahas mengenai AIDS. Pertemuan tersebut dilakukan untuk membahas agenda internasional dalam
bentuk dokumen global bagi pencegahan dan kontrol PTM.
Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Data WHO
menunjukkan bahwa dari 57 juta kematian yang terjadi di dunia pada tahun 2008, sebanyak 36 juta atau
hampir dua pertiganya disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular. PTM juga membunuh penduduk dengan
usia yang lebih muda. Di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah, dari seluruh
kematian yang terjadi pada orang-orang berusia kurang dari 60 tahun, 29% disebabkan oleh PTM,
sedangkan di negara-negara maju, menyebabkan 13% kematian. Proporsi penyebab kematian PTM pada
orang-orang berusia kurang dari 70 tahun, penyakit cardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39%),
diikuti kanker (27%), sedangkan penyakit pernafasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain
bersama-sama menyebabkan sekitar 30% kematian, serta 4% kematian disebabkan diabetes.
Menurut Badan Kesehatan Dunia WHO, kematian akibat Penyakit Tidak Menular (PTM)
diperkirakan akan terus meningkat di seluruh dunia, peningkatan terbesar akan terjadi di negaranegara
menengah dan miskin. Lebih dari dua pertiga (70%) dari populasi global akan meninggal akibat penyakit
tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, stroke dan diabetes. Dalam jumlah total, pada tahun 2030
diprediksi akan ada 52 juta jiwa kematian per tahun karena penyakit tidak menular, naik 9 juta jiwa dari
38 juta jiwa pada saat ini. Di sisi lain, kematian akibat penyakit menular seperti malaria, TBC atau
penyakit infeksi lainnya akan menurun, dari 18 juta jiwa saat ini menjadi 16,5 juta jiwa pada tahun 2030.4
Pada negara-negara menengah dan miskin PTM akan bertanggung jawab terhadap tiga kali dari tahun
hidup yang hilang dan disability (Disability adjusted life years=DALYs) dan hampir lima kali dari
kematian penyakit menular, maternal, perinatal dan masalah nutrisi.
Situasi di Indonesia
Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan hingga saat ini. ISPA dan
diare yang merupakan penyakit berbasis lingkungan selalu masuk dalam 10 besar penyakt di
hampir seluruh Puskesmas di Indonesia. Menurut Profil Ditjen PP&PL thn 2006, 22,30%
kematian bayi di Indonesia akibat pneumonia. sedangkan morbiditas penyakit diare dari tahun
ketahun kian meningkat dimana pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk, lalu meningkat
menjadi 301 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 347 per 1000 penduduk pada tahun 2003.
Pada tahun 2006 angka tersebut kembali meningkat menjadi 423 per 1000 penduduk.
Menurut Pedoman Arah Kebijakan Program Kesehatan Lingkungan Pada Tahun 2008
menyatakan bahwa Indonesia masih memiliki penyakit menular yang berbasis lingkungan yang
masih menonjol seperti DBD, TB paru, malaria, diare, infeksi saluran pernafasan, HIV/AIDS,
Filariasis, Cacingan, Penyakit Kulit, Keracunan dan Keluhan akibat Lingkungan Kerja yang
buruk.. Pada tahun 2006, sekitar 55 kasus yang terkonfirmasi dan 45 meninggal (CFR 81,8%),
sedangkan tahun 2007 - 12 Februari dinyatakan 9 kasus yang terkonfirmasi dan diantaranya 6
meninggal (CFR 66,7%). Adapun hal - hal yang masih dijadikan tantangan yang perlu ditangani
lebih baik oleh pemerintah yaitu terutama dalam hal survailans, penanganan pasien/penderita,
penyediaan obat, sarana dan prasarana rumah sakit.
Jenis penyakit berbasis lingkungan yang pertama disebabkan oleh virus seperti ISPA,
TBC paru, Diare, Polio, Campak, dan Kecacingan; yang kedua disebabkan oleh binatang seperti
Flu burung, Pes, Anthrax ; dan yang ketiga disebabkan oleh vektor nyamuk diantanya DBD,
Chikungunya dan Malaria.Penyakit berbasis lingkungan masih menjadi permasalahan untuk
Indonesia, menurut hasil survei mortalitas Subdit ISPA pada tahu 2005 di 10 provinsi diketahui
bahwa pneumonia merupakan penyebab kematian terbesar pada bayi (22,3%) dan pada balita
(23,6%). Diare, juga menjadi persoalan tersendiri dimana di tahun 2009 terjadi KLB diare di 38
lokasi yang tersebar pada 22 Kabupaten/kota dan 14 provinsi dengan angka kematian akibat diare
(CFR) saat KLB 1,74%. Pada tahun 2007 angka kematian akibat TBC paru adalah 250 orang per
hari. Prevalensi kecacingan pada anak SD di kabupaten terpilih pada tahun 2009 sebesar 22,6%.
Angka kesakitan DBD pada tahun 2009 sebesar 67/100.000 penduduk dengan angka kematian
0,9%. Kejadian chikungunya pada tahun 2009 dilaporkan sebanyak 83.533 kasus tanpa kematian.
Jumlah kasus flu burung di tahun 2009 di indonesia sejumlah 21, menurun dibanding tahun 2008
sebanyak 24 kasus namun angka kematiannya meningkat menjadi 90,48%
Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalisir terjadinya penyakit berbasis
lingkungan, diantaranya :
1. Penyehatan Sumber Air Bersih (SAB), yang dapat dilakukan melalui Surveilans kualitas
air, Inspeksi Sanitasi Sarana Air Bersih, Pemeriksaan kualitas air, dan Pembinaan
kelompok pemakai air.
2. Penyehatan Lingkungan Pemukiman dengan melakukan pemantauan jamban keluarga
(Jaga), saluran pembuangan air limbah (SPAL), dan tempat pengelolaan sampah (TPS),
penyehatan Tempat-tempat Umum (TTU) meliputi hotel dan tempat penginapan lain,
pasar, kolam renang dan pemandian umum lain, sarana ibadah, sarana angkutan umum,
salon kecantikan, bar dan tempat hiburan lainnya.
3. Dilakukan upaya pembinaan institusi Rumah Sakit dan sarana kesehatan lain, sarana
pendidikan, dan perkantoran.
4. Penyehatan Tempat Pengelola Makanan (TPM) yang bertujuan untuk melakukan
pembinaan teknis dan pengawasan terhadap tempat penyehatan makanan dan minuman,
kesiap-siagaan dan penanggulangan KLB keracunan, kewaspadaan dini serta penyakit
bawaan makanan.
5. Pemantauan Jentik Nyamuk dapat dilakukan seluruh pemilik rumah bersama kader juru
pengamatan jentik (jumantik), petugas sanitasi puskesmas, melakukan pemeriksaan
terhadap tempat-tempat yang mungkin menjadi perindukan nyamuk dan tumbuhnya
jentik
4. Penyakit tropis
Penyakit Tropis adalah penyakit yang lazim terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Istilah ini juga sering mengacu pada penyakit yang berkembang di wilayah panas
berkondisi lembab, seperti malaria, demam berdarah dan kusta.
SIFAT PENYEBAB PENYAKIT TROPIS
C. Pertusis merupakan penyakit infeksi saluran nafas akut = batuk rejan (anak,)
Penyebabnya adalah Bordetella pertussis (haemophilus pertussis), Penularan
melalui droplet Pencegahan : imunisasi
D. Tetanus Neonatorum merupakan penyakit kekakuan otot (spasme) yang
disebabkan oleh eksotoksin dari Clostridium tetani Penularan melalui luka dalam
akibat kecelakaan, tertusuk, operasi, karies gigi, radang telinga tengah, dan
pemotongan tali pusat. Pencegahan:
Imunisasi aktif dengan toksoid
Perawatan luka (dengan hidrogen peroksida)
Persalinan yang bersih
E. Demam Tifoid adalah infeksi akut pada saluran pencernaan yang disebabkan oleh
Salmonella typhi. Penularan melalui air dan makanan. Pencegahan: kebersihan
makanan dan minuman, sanitasi lingkungan.
Virus adalah agen menular yang umumnya hanya terdiri dari materi genetik
ditutupi oleh shell protein. Mereka hanya meniru dalam sel, yang menyediakan mesin
sintetis yang diperlukan untuk menghasilkan partikel virus baru. Beberapa penyakit yang
disebabkan oleh virus diantaranya parotitis, campak, hepatitis B, HIV, dan flu burung.
Pencegahan:
a . Pembersihan jentik
- program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
- larvasidasi
- menggunakan kelambu
penyemprotan
A. Lingkungan udara
AGEN KIMIA YANG PALING BANYAK :
o KARBON MONOXIDA (CO)
o SULFUR DIOXIDA (SO2)
o NITROGEN OXIDA (NO)
o HIDROKARBON (CH2O)
PENGARUH PADA :SISTEM PERNAPASAN, KULIT, SELAPUT LENDIR DAN
SISTEMIK (MELALUI PEMB.DARAH)
- HIDROKARBON (CH2O)
SIFAT : GAS BERACUN DAN KARSINOGENIK DEKOMPOSISI ANAEROB
OLEH BAKTERI : 2CH2O CO2 + CH4 (METAN)
SUMBER : KENDERAAN BERMOTOR, TANAMAN
EFEK : TERGANTUNG REAKSI FOTOKIMIANYA ( PEROKSI ASETIL
NITRAT = PAN, KETON DAN ALDEHIDA) RESIKO MENIMBULKAN
KANKER TINGGI
B. Lingkungan air
AGENT KIMIA YANG PALING SERING :
o AIR RAKSA (Hg)
SIFAT : METAL, MENGUAP PADA TEMP.KAMAR RACUN SISTEMIK
(HATI, GINJAL, LIMPA, TULANG)
SUMBER : INDUSTRI (AMALGAM, PERHIASAN)
EFEK : GEJALA SSP (TREMOR, PIKUN,INSOMNIA), STOMATITIS,
GINGIVITIS DAN ULCER ) CACAT BAWAAN : MINAMATA DAN
NIIGATA MENINGGAL
o CADMIUM (Cd)
SIFAT : METAL, KRISTAL PUTIH KEPERAKAN,LUNAK
SUMBER : INDUSTRI, PESTISIDA
EFEK : PADA HATI, GINJAL, PARU-PARU,TULANG OTOT POLOS,
HIPERTENSI, SAKIT PINGGANG SAMPAI PERLUNAKAN TULANG,
KEMATIAN KARENA GAGAL JANTUNG.
o COBALT (Co)
SIFAT : METAL, WARNA BIRU CERAH,TAHAN OKSIDASI DAN
MAGNETIK YANG BAIK
SUMBER : PABRIK ELEKTRONIK, BIR
EFEK : GONDOK, POLISITEMIA (BERSAMA VIT.B12), HIPERTENSI
KEMATIAN KARENA GAGAL JANTUNG KASUS
DI CANADA : SESAK NAPAS, BATUK, EDEMA,KELESUAN, SHOCK DAN
MENINGGAL
o ARSEN (As)
SIFAT : METAL, MUDAH PATAH, WARNA KEPERAKAN DAN SANGAT
TOKSIS
SUMBER : ALAM, PABRIK.
EFEK : AKUT MUNTABER (DARAH), KOMA DAN KEMATIAN KRONIS
ANOREKSIA, KOLIK, IKTERUS, GINJAL, KANKER KULIT, ALERGI DAN
CACAT BAWAAN
Pencegahan
Mendukung dan mempromosikan efisiensi dalam penggunaan energi
Menggunakan bahan bakar rendah sulfur
Melakukan daur ulang dlm proses industri untuk mengurangi timbunan sampah yang
berbahaya shg mengurangi biaya pembuangan
Mengurangi biaya pengemasan yg perlu pd produk shg dpt menurunkan biaya
pengemasan yg sebenarnya tdk perlu
Mengembangkan teknologi alternatif untuk produksi guna meminimalkan sampag padat,
cair dan gas
Meminimalkan penggunaan pestisida dg melakukan praktik pertanian yg baik dan
manajemen hama terpadu
Mempromosikan sistem transportasi yg adekuat untuk mengurangi penggunaan mobil
secara perseorangan
Peraturan perundang2an untuk memberikan intensif yg bermakna guna memenuhi tujuan
diatas
Mencegah impor zat kimia berbahaya yg dinegara pengekspornya sendiri sdh dilarang atau
dibatasi pemakaiannya.