LAPORAN KASUS SEMINAR KELOMPOK 6 BERSALIN MMMM
LAPORAN KASUS SEMINAR KELOMPOK 6 BERSALIN MMMM
E P1A1 POST
PARTUM SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
PREEKLAMSIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD
PALEMBANG BARI
Oleh :
OLEH
KELOMPOK 6:
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kehamilan adalah serangkaian peristiwa yang diawali dengan
konsepsi dan akan berkembang sampai menjadi fetus yang aterm dan
diakhiri dengan proses persalinan (Rahmawati et al., 2019). Persalinan
bisa terjadi secara normal ataupun melalui pembedahan, Persalinan
normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan
yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang
kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi
pada ibu dan janin (Indah et al., 2019).
Sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema dan proteinuria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya merupakan preeklampsia. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia
kehamilan diatas 20 minggu (Mochtar,2010).
Sectio caesarea kini telah menjadi jenis persalinan yang diminati
masyarakat karena berbagai alasan baik dorongan medis maupun
keinginan klien dan keluarga. Persalinan melalui operasi sectio caesarea
memiliki resiko yang membahayakan nyawa ibu dan janin dibandingkan
persalinan normal. Resiko ini tidak hanya dapat dialami ibu pada saat
operasi, tapi pada masa nifas ibu masih tetap dihantui oleh resiko ini
(Suryani et al., 2016). Sectio Caesarea (SC) merupakan salah satu proses
persalinan melalui pembedahan yang membutuhkan pengawasan yang
ketat dan cermat, karena akan berdampak langsung pada kematian
ibu(Antameng et al., 2019).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa
angka persalinan dengan SC tidak boleh lebih dari 5-15%, di negara maju
frekuensi SC berkisar antara 1,5-7% sedangkan di negara berkembang
berkisar 21,1% dari total yang ada. Data Riskesdas 2013 menunjukkan
bahwa kelahiran dengan metode SC di Indonesia sebesar 9,8% dari total
49.603 kelahiran dari tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan propinsi
DKI Jakarta memiliki proporsi angka tertinggi (19,9%) dan Sulawesi
Tenggara terendah (3,3%)(Antameng et al., 2019).
Dalam proses persalinan SC dilakukan tindakan pembedahan
dengan membuat sayatan di dinding perut dan dinding rahim, sehingga
menyebabkan adanya luka bekas operasi yang cukup besar, yang membuat
ibu merasa khawatir dan takut untuk melakukan pergerakan. Adanya luka
bekas operasi juga menimbulkan nyeri pada ibu. Nyeri adalah penanganan
sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial.Tingkat dan keparahan nyeri pasca
operasi tergantung pada fisiologis psikologis individu dan toleransi yang
ditimbulkan nyeri. Saat ini banyak dilakukan teknik untuk mengurangi
nyeri pada post sectio caesarea(Antameng et al., 2019).
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
TINJAUAN TEORI
A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan normal merupakan masa kehamilan yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Konsepsi didefinisikan pertemuan antara
sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini
merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi
embrio didalam uterus. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau
9 bulan 7 hari) ini dihitung dari hari pertama haid terakhir (Kusmiyati, 2010;
hal 34). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu:
a. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan
b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan
c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.
a. Gejala Kehamilan
1) Mual Muntah
4) Perubahan payudara
4. Masa-masa kehamilan
a. Trimester pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode terhadap kenyataan
ia sedang mengandung, sebagian besr wanita merasa sedih dan
ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Trimester pertama sering
menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan
akan dapat berkembang degan baik. Berat badan sangat bermakna bagi
wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi
salah satu uji realitas tentang adanya keadaan karena tubuhnya menjadi
bukti nyata bahwa dirinya hamil.
b. Trimester kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,
yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal didalam alami saat hamil. Trimester
kedua sebenarnya terbagi atas dua fase. Pra-quickenin dan pasca-
quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan
yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan
tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang
berbeda dari ibunya. Dan terjadi perubahan tubuh.
c. Trimester ketiga
5. Patologi Kehamilan
2. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi
menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam
kandungan (POGI, 2016).
3. Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang
terus meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg
atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2
kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan
gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan
antara kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga
kondisi protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria
pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi
mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap
preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan
dalam waktu singkat (POGI, 2016).
4. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai
dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan
sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah
akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar
oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang
dapat menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan
hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada
endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola
disertai perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan
plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada
wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan
sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat.
Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein.
Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati
termasuk selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan
permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim
lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit.
Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin
dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan
perioksidase lemak (Nuraini, 2011).
5. Komplikasi
a. Bagi ibu:
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang
berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan
meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi
beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat
berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan
untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan
darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil
dan janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya
pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh
tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel
otak akan mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari
gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan
oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
Bagi janin:
1) Prematuritas
2) Kematian Janin
3) Terhambatnya pertumbuhan janin
4) Asfiksia Neonatorum
6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
preeklampsia adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah:
- Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %)
- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b) Urinalis
Ditemukan protein dalam urin
2) Radiologi
a) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah
7. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah
sebagai berikut :
a. Tirah Baring miring ke satu posisi
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam
pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretic
f. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi)
g. Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi
partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu
C. Sectio Caesarea
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2018).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau
Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Mochtar R, 2017).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2017).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan
karena tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit
conjugata vera (CV kurang 8 cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu
kelahiran biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan
yang lalu mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah
suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa
mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan
langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim
yang berat.
4. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post
sectio caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.
5. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.
Pathway
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta↓ Cemas pada janin
Post date
SC
Jaringan
terbuka
Merangsang area
Resiko motorik sensosrik
Infeksi Ketidakefektifan
Gangguan rasa nyaman pemberian ASI
Intoleransi Nyeri Akut
aktivitas
6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan,
diantaranya (Smeltzer 2017).
a. Darah rutin (mis Hb)
b. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukos
c. Pelvimetri : menentukan CPD
d. USG abdomen
e. Gula darah sewaktu
7. Penatalaksanaan
Menurut Saifudin (2017), penatalaksaan dibagi menjadi:
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
5) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a. Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
b. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c. Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.
8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea
menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :
f. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
1) Payudara :payudara membesar, uting mudah erektil,
pruduksi kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya
massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
2) Jantung :kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
3) Paru :kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
1) Uterus :kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
2) Lokhea :periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
3) Serviks :kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur
internal dan eksternal.
4) Vagina :kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan
produksi mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan diskontinyuitas jaringan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan sehabis bersalin
e. Resiko infeksi berhubungan dengan luka operasi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap
proses pembedahan.
3. Intervensi
No Dx Keperawatan NOC NIC
1 Menyusui tidak Setelah diberikan Health Education:
efektif berhubungan tindakan keperawatan a. Beri
dengan kurangnya selama …..x24 jam kan informasi
pengetahuan ibu pasien menunjukkan mengenai :
tentang cara respon breast feeding 1) Fisiologi menyusui
menyusui yang adekuat dengan 2) Keuntungan
benar. indikator: menyusui
a. Pasien
mengungkapkan puas 3) Perawatan payudara
dengan kebutuhan
untuk menyusui 4) Kebutuhan diit
b. De
monstrasikan breast
care dan pantau
kemampuan pasien
untuk melakukan
secara teratur
c. Ajar
kan cara mengeluarkan
ASI dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga
bisa diterima oleh bayi
d. Beri
kan dukungan dan
semangat pada ibu
untuk melaksanakan
pemberian ASI
eksklusif
e. Beri
kan penjelasan tentang
tanda dan gejala
bendungan payudara,
infeksi payudara
f. Anj
urkan keluarga untuk
memfasilitasi dan
mendukung klien
dalam pemberian ASI
g. Dis
kusikan tentang
sumber-sumber yang
dapat memberikan
informasi atau
memberikan pelayanan
KIA
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan asuhan keperawatan a. Lakukan pengkajian
dengan diskonjuitas selama …..x24 jam nyeri secara
jaringan diharapkan nteri komprehensif termasuk
berkurang dengan lokasi, karakteristik,
indikator: durasi, frekuensi,
a. Mampu mengontrol kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu b. Observasi reaksi
menggunakan tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi c. Gunakan teknik
nyeri, mencari komunikasi terapeutik
bantuan) untuk mengetahui
b. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan d. Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi respon
manajemen nyeri nyeri
c. Mampu mengenali e. Evaluasi pengalaman
nyeri (skala, nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi f. Evaluasi bersama
dan tanda nyeri) pasien dan tim
d. Menyatakan rasa kesehatan lain tentang
nyaman setelah nyeri ketidakefektifan
berkurang kontrol nyeri masa
e. Tanda vital dalam lampau
rentang normal g. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
h. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
pasien.
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
BAB III
Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu yang berdasarkan pada
etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber saya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan
dan pelatihan di Indonesia.
Motto
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
C. Fasilitias Pelayanan
Janji layanan RSUD Palembang Bari
1. Unit gawat darurat
Dalam waktu kurang dari 5 menit, anda sudah mulai kami layani.
2. Unit Pendaftaran
Sejak pasien datang sampai dengan dilayani di loket pendaftaran tidak
lebih dari 10 menit.
3. Unit Rawat Jalan
Pasien sudah dijalani paling lambat 30 menit setelah mendaftar di loket
pendaftaran.
4. Unit Laboratorium
Pemeriksaan cito dan sederhana, hasil jadi kurnag dari 3 jam.
5. Unit Radiologi
Pelayanan foto sederhana dilaksanakan kurang dari 3 jam.
6. Unit Farmasi
Obat jadi diserahkan maksimal 30 menit sejak resep diterima. Obat
racikan diserahkan maksimal 60 menit sejak resep diterima.
Pelayanan Penunjang
1. Farmasi/ Apotek 24 jam
2. Instalasi Laboratoriuam Klinik
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
7. Instalasi Pemeliharaan Lingkungan
8. Central Sterilized Suplay Departement (CSSD)
9. Bank Darah
10. Instalasi Laundry
11. Intensive Care Unit (ICU)
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitas Medik
BAB IV
TINJAUAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. E Nama Suami : Tn.R
No.Register : 613256
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : Nyeri
Saat masuk RS : Nyeri mau melahirkan
Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri seperti ditusuk –
tusuk dengan skala myeri 2, nyeri yang dirasakan sekitar 2-3 menit
saat nyeri. Pasien terlihat meringis dan tampak memejamkan mata
saat nyeri tiba
Masalah keperawatan : Nyeri Akut
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Riwayat Kehamilan
HPHT : 1 Maret 2021
Taksiran partus : 8 Desember 2021
G3P1A1
ANC
Frekuensi : 6 kali
Tempat : Bidan
Keluhan :
Trimester I : Mual, muntah, pusing
2. Riwayat Persalinan
IBU
( ) Forcep
Perdarahan : 500 cc
Plasenta
Dilahirkan dengan : ( ) Spontan
( ) Bantuan
Keadaan plasenta : ( ) lengkap
( ) Tidak lengkap
Ukuran diameter : 24 cm
Berat : 500 gr
Ketuban
Warna :( ) Jernih ( )Keruh
Bau :( ) Ya ( )Tidak
BAYI
6. Aspek Psikospiritual.
Komponen mental, emosional dan spiritual : klien meganut agama islam,
klien memiliki emosi yang labil
Pola Nutrisi
Pola Personal Hygiene: Klien masih memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhi perawatan dirinya seperti mandi, BAK, dan BAB
Pola aktifitas dan latihan: Klien masih dibantu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari misalnya duduk dan berdiri
1. Wajah
Oedema :( ) Ada ( ) Tidak ada
2. Leher
Pembesaran Kelenjar tiroid: ( ) Ada ( ) Tidak ada
3. Dada
Payudara
Kesan umum : baik
Hiperpigmentasi :( ) Ya ( )Tidak
( ) lain-lain
Data Tambahan:
4. Abdomen
Bekas luka /operasi : ( ) Ada ( )Tidak Ada
Palpasi Uterus
Ukuran :
Auskultasi abdomen
Nyeri :( ) Ya ( )Tidak
Perineum
Keadaan :baik
Kebersihan :baik
Lochea
Warna : merah
Jumlah : 300 ml
Sifat Pengeluaran :( ) Menetes ( ) Merembes
6. Eliminasi
Seteleah 9 jam post partum sc
Konsistensi : padat
Warna : kekuningan
Hemoroid :( ) Ya ( ) tidak
Warna : kuning
7. Ekstermitas
Oedema tangan / jari : ( ) Ada ( )Tidak Ada
C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 – 11- 2021
D. TERAPI
1. Pasien terlihat
meringis
2. Pasien tampak
memejamkan
mata saat nyeri
tiba
TD :110/70 mmHg
Nadi : 81 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Suhu : 36,4 oC
1. Payudara pasien
tampak bengkak
TD :110/70 mmHg
Nadi : 81 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Suhu : 36,4 oC
Nadi : 81 x/mnt
RR : 22 x/mnt
Suhu : 36,4 oC
MASALAH KEPERAWATAN:
1. Nyeri akut
2. Ketidakefektifan pemberian ASI
3. Intoleransi aktifitas
1. Nyeri akut
2. Ketidakefektifan pemberian ASI
3. Intoleransi aktifitas
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan Suplai ASI tidak
cukup
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN
Umur : 33 Tahun
Diagnosa Tanggal dan Waktu Evaluasi Paraf
O:
Skala nyeri 1
P: Intervensi dilanjutkan
Memilih tindakan non farmakologi unutuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas
dalam)
P : Intervensi dilanjutkan
P: Intervensi dilanjutkan
Mengajarkan ibu melakukan aktifitas belajar duduk, dan
jalan
BAB V
PEMBAHASAN
Secara teori pengkajian adalah ibu merasakan keluhan pada masa nifas,
biasaya nyeri perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak. Biasanya
payudara ibu membesr, produksi kolostrum /48 jam. Kemudian lihat juga
kemampuan ibu dalam mobilisasi sesaat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan kemampuan eliminasi. Pada tanggal 16 November 2021
seorang perempuan dengan initial Ny.E berusia 33 tahun datang ke RS
Palembang bari dengan keluhan nyeri mau melahirkan. Pasien mengatakan
nyeri dibagian abdomen. Pasien mengaku hamil anak ke 3. Gerakan anak
masih dirasakan oleh ibu. Pasien pernah satu kali operasi section caesarea 10
tahun yang lalu. Pasien berobat ke bidan kemudian dirujuk ke RS Palembang
Bari. Pasien direncanakan melakukan operasi section caesarea. Saat dikaji
pasien mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
dengan skala 3, nyeri hilang timbul 2-3 menit. Pasien terlihat meringis dan
tampak memejamkan mata saat nyeri.Pasien juga mengatakan ASI yang
keluar masih sedikit dan ibu mengatakan masih sangat lemah.
C. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Ny. E untuk mengatasi nyeri adalah
pengkajian nyeri komferhensif yang meliputi lokasi,durasi,frekuensi, dukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri, dorong pasien
mendiskusikan pengalaman nyeri pilih tindakan non farmakologi unutuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam),
monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dan monitor TTV.
Intervensi untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian asi adalah monitor
kemampuan bayi untuk menghisap, diskusikan cara untuk memfasilitasi
perpindahan ASI (misalnya teknik relaksasi, pijatan payudara dan lingkungan
yang tenang), instrusikan ibu untuk perawatan puting susu, dukung ibu untuk
memakai pakaian yang nyaman, instrusikan posisi yang bervariasi misalnya
menggendong bayi dibawah lengan pada sisi yang digunakan untuk menyusui
dan monitor TTV
Intervensi untuk mengatasi intoleransi aktifitas adalah monitor asupan
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat. bantu pasien dalam
aktifitas sehari-hari yang teratur yang sesuai kebutuhan (berpindah, bergeran
dan perawatan diri), evaluasi secara bertahap aktifitas pasien, anjurkan
aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan pasien, bantu pasien identifikasi
pilihan aktifitas yang akan dilakukan, monitor TTV.
D. Implementasi
Evaluasi nyeri adalah mengkajian nyeri komferhensif yang meliputi
lokasi,durasi,frekuensi, mendukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu menurunkan nyeri, mendorong pasien mendiskusikan pengalaman
nyeri pilih tindakan non farmakologi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam), memonitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri dan memonitor TTV.
Implementasi untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian asi adalah
memonitor kemampuan bayi untuk menghisap, mendiskusikan cara untuk
memfasilitasi perpindahan ASI (misalnya teknik relaksasi, pijatan payudara
dan lingkungan yang tenang), menginstrusikan ibu untuk perawatan puting
susu, mendukung ibu untuk memakai pakaian yang nyaman, menginstrusikan
posisi yang bervariasi misalnya menggendong bayi dibawah lengan pada sisi
yang digunakan untuk menyusui dan memonitor TTV
Implementasi untuk mengatasi intoleransi aktifitas adalah memonitor
asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, membantu
pasien dalam aktifitas sehari-hari yang teratur yang sesuai kebutuhan
(berpindah, bergeran dan perawatan diri), mengevaluasi secara bertahap
aktifitas pasien, menganjurkan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan
pasien, membantu pasien identifikasi pilihan aktifitas yang akan dilakukan,
dan memonitor TTV.
E. Evaluasi
1. Evaluasi Nyeri Akut:
a. Pasien mengatakan nyeri nya sedikit berkurang dari
skala 2 menjadi 1
b. Pasien mengatakan tidur masih tak nyenyak
c. Nyeri pada abdomen sudah tidak terlalu sakit
d. Pasien sudah tau cara mlakukan teknik relaksasi nafas
dalam
e. Pasien tampak nyaman setelah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam
2. Evaluasi Ketidakefektifan Pemberian ASI
a. Bayi sudah bisa menghisap putting ibu
b. Pasien sudah tahu melakukan perawatan payudara
c. Putting ibu tampak masih bengkak
d. Ibu sudah memakai pakaian yang longgar
e. Ibu sudah melakukan posisi menyusi yang bervariasi seperti
menggendong bayi
3. Intoleransi Aktifitas
a. Pasien tampak nafsu makan
b. Aktifitas jalan pasien masih dibantu
c. Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri
d. Ibu sudah bisa duduk
e. Ibu tahu aktifitas apa yang dilakukannya seperti berjalan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Ny.E berusia 33 tahun datang ke RS Palembang bari dengan
keluhan nyeri mau melahirkan. Pasien mengaku hamil anak ke 3.
Pasien pernah satu kali operasi section caesarea 10 tahun yang lalu.
Pasien direncanakan melakukan operasi section caesarea. Saat dikaji
post section caesarea pasien mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri dengan skala 3, nyeri hilang timbul 2-3
menit. Pasien terlihat meringis dan tampak memejamkan mata saat
nyeri.Pasien juga mengatakan ASI yang keluar masih sedikit dan ibu
mengatakan masih sangat lemah.
a. Diagnosa
Pada diagnosa asuhan pada pada Ny.E dengan preeklamsia post sc
diruang kebidanan RSUD Bari Palembang dapat dirumuskan 3
diagnosa yaitu:
Antameng, R., Rambi, C. A., & Tinungki, Y. L. (2019). Ruangan Dahlia Rumah
Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna Tahun 2019 Application Of
Early Mobilization In Post Sectio Caesarea Mother. 59–64.
Rahmawati, A., Catur, R., Wulandari, L., Islam, U., & Agung, S. (2019). Jurnal
kebidanan. 9, 148–152.
Saifuddin, AB. 2018. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Suryani, T., Tampilang, A., Rambi, C. A., & Gansalangi, F. (2016). SECTIO
CAESAREA DI RSD LIUN KENDAGE TAHUNA. 126–136.