Anda di halaman 1dari 78

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

E P1A1 POST
PARTUM SECTIO CAESAREA ATAS INDIKASI
PREEKLAMSIA DI RUANG KEBIDANAN RSUD
PALEMBANG BARI

Oleh :

OLEH

KELOMPOK 6:

1. WENI DWI CAHYANI (22221113)


2. WENY KUSUMA (22221114)
3. WIDYA (22221115)
4. WINDA CLAUDYA N (22221116)
5. WINDAH ANISYAH (22221117)
6. WINDY PUSPITA UTAMI (22221118)
7. WISMA WARDANI (22221119)
8. YENI SEPTIANI (22221120)
9. YOSA NANDA FERMATA (22221121)
10. YULI NOPITA SARI (22221122)

PROGRAM PROFESI NERS FAKULTAS ILMU KESEHATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Kehamilan adalah serangkaian peristiwa yang diawali dengan
konsepsi dan akan berkembang sampai menjadi fetus yang aterm dan
diakhiri dengan proses persalinan (Rahmawati et al., 2019). Persalinan
bisa terjadi secara normal ataupun melalui pembedahan, Persalinan
normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan
yang cukup bulan (37–42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi
uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan
mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang
kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi
pada ibu dan janin (Indah et al., 2019).
Sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,bersalin
dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema dan proteinuria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi
sebelumnya merupakan preeklampsia. Diagnosis preeklampsia
ditegakkan berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan
kehamilan disertai dengan gangguan sistem organ lainnya pada usia
kehamilan diatas 20 minggu (Mochtar,2010).
Sectio caesarea kini telah menjadi jenis persalinan yang diminati
masyarakat karena berbagai alasan baik dorongan medis maupun
keinginan klien dan keluarga. Persalinan melalui operasi sectio caesarea
memiliki resiko yang membahayakan nyawa ibu dan janin dibandingkan
persalinan normal. Resiko ini tidak hanya dapat dialami ibu pada saat
operasi, tapi pada masa nifas ibu masih tetap dihantui oleh resiko ini
(Suryani et al., 2016). Sectio Caesarea (SC) merupakan salah satu proses
persalinan melalui pembedahan yang membutuhkan pengawasan yang
ketat dan cermat, karena akan berdampak langsung pada kematian
ibu(Antameng et al., 2019).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan bahwa
angka persalinan dengan SC tidak boleh lebih dari 5-15%, di negara maju
frekuensi SC berkisar antara 1,5-7% sedangkan di negara berkembang
berkisar 21,1% dari total yang ada. Data Riskesdas 2013 menunjukkan
bahwa kelahiran dengan metode SC di Indonesia sebesar 9,8% dari total
49.603 kelahiran dari tahun 2010 sampai dengan 2013, dengan propinsi
DKI Jakarta memiliki proporsi angka tertinggi (19,9%) dan Sulawesi
Tenggara terendah (3,3%)(Antameng et al., 2019).
Dalam proses persalinan SC dilakukan tindakan pembedahan
dengan membuat sayatan di dinding perut dan dinding rahim, sehingga
menyebabkan adanya luka bekas operasi yang cukup besar, yang membuat
ibu merasa khawatir dan takut untuk melakukan pergerakan. Adanya luka
bekas operasi juga menimbulkan nyeri pada ibu. Nyeri adalah penanganan
sensori dan emosi yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial.Tingkat dan keparahan nyeri pasca
operasi tergantung pada fisiologis psikologis individu dan toleransi yang
ditimbulkan nyeri. Saat ini banyak dilakukan teknik untuk mengurangi
nyeri pada post sectio caesarea(Antameng et al., 2019).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka


rumusan dalam penulisan ini tentang studi kasus asuhan keperawatan pada
pasien dengan preeklamsia post partum sectio caesarea di RSUD
Palembang BARI.

C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan preeklamsia


post partum sectio caesarea di RSUD Palembang BARI.
2. Tujuan khusus
a. Mengindentifikas pengkajian fokus pada Ny.E dengan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. E P1A1 Post Partum Sectio Caesarea Atas
Indikasi Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSUD Palembang
BARI.
b. Mampu menegakkan diagnosa pada Ny.E dengan Asuhan
Keperawatan Pada Ny. E P1A1 Post Partum Sectio Caesarea Atas
Indikasi Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSUD Palembang
BARI.
c. Mampu menjelaskan intervensi keperawatan pada Ny.E dengan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. E P1A1 Post Partum Sectio
Caesarea Atas Indikasi Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSUD
Palembang BARI.
d. Mengindentifikasi implementasi keperawatan pada Ny.E dengan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. E P1A1 Post Partum Sectio
Caesarea Atas Indikasi Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSUD
Palembang BARI.
e. Mengindentifikasi evaluasi keperawatan pada Ny.E dengan
Asuhan Keperawatan Pada Ny. E P1A1 Post Partum Sectio
Caesarea Atas Indikasi Preeklamsia di Ruang Kebidanan RSUD
Palembang BARI.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Kehamilan
1. Pengertian
Kehamilan normal merupakan masa kehamilan yang dimulai dari
konsepsi sampai lahirnya janin. Konsepsi didefinisikan pertemuan antara
sperma dan sel telur yang menandai awal kehamilan. Peristiwa ini
merupakan rangkaian kejadian yang meliputi pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi
embrio didalam uterus. Lama hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau
9 bulan 7 hari) ini dihitung dari hari pertama haid terakhir (Kusmiyati, 2010;
hal 34). Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu:
a. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan
b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan
c. Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan.

2. Tanda dan Gejala Kehamilan


Menurut Kusmiyati (2010), tanda gejala kehamilan yaitu:

a. Gejala Kehamilan

1) Mual Muntah

2) Perubahan berat badan

3) Perubahan temperatur basal

4) Perubahan payudara

5) Perubahan pada uterus

6) Tanda Piskacek’s (Terjadinya pertumbuhan uterus yang asimetris)

7) Perubahan-perubahan pada Serviks (Tanda Hegar, Tanda Goodells’s,


TandaChadwick, Tanda Mc Donald, terjadinya pembesaran
abdomen, kontraksi uterus, pemeriksaan tes biologis kehamilan)
b. Tanda Pasti Kehamilan adanya denyut Jantung Janin (DJJ)

3. Macam-macam masa gestasi


Menurut Kusmiyati (2010), macam-macam gestasi terbagi sebagai berikut:

a. Kehamilan cukup bulan (term atau aterm) : masa gestasi 37-42


minggu (259-294 hari) lengkap
b. Kehamilan kurang bulan (preterm) : masa gestasi kurang dari 37
minggu (259 hari)
c. Kehamilan lewat waktu (postterm) : masa gestasi lebih dari 42
minggu (294 hari)
d. Bayi cukup bulan (term infant) : bayi dengan usia gestasi 37-42
minggu
e. Bayi kurang bulan (preterm infant) : bayi dengan usia gestasi
kurang dari 37 minggu (Marmi, 2012)

4. Masa-masa kehamilan
a. Trimester pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode terhadap kenyataan
ia sedang mengandung, sebagian besr wanita merasa sedih dan
ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Trimester pertama sering
menjadi waktu yang menyenangkan untuk melihat apakah kehamilan
akan dapat berkembang degan baik. Berat badan sangat bermakna bagi
wanita hamil selama trimester pertama. Berat badan dapat menjadi
salah satu uji realitas tentang adanya keadaan karena tubuhnya menjadi
bukti nyata bahwa dirinya hamil.
b. Trimester kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik,
yakni periode ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal didalam alami saat hamil. Trimester
kedua sebenarnya terbagi atas dua fase. Pra-quickenin dan pasca-
quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan
yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan
tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni
mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang
berbeda dari ibunya. Dan terjadi perubahan tubuh.

c. Trimester ketiga

Trimester ketiga disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.


Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagi
makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar mananti
kehadiran sang bayi. Pada trimester ke tiga wajah ibu hamil juga akan
muncul bercak kecoklatan pada kulit hidup dan pipi (Sukarni, 2013).

5. Patologi Kehamilan

Kehamilan patologi merupakan kehamilan yang bermasalah dan disertai


dengan penyulit-penyulit, diantaranya hamil dengan anemia, hiperemesis
gravidarum, preeklamsia, hamil kembar, dll. (Sarwono, 2009).
a. Hamil dengan Anemia
Yaitu suatu kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11gr% pada
trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5g% pada trimester 2. Hal ini adanya
perbedaan nilai batas tersebut dengan kondisi wanita tidak hamil terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2
b. Kehamilan Dengan Risiko Tinggi
Dalam melakukan rujukan yang efektif penting diketahui adanya
kehamilan dengan risiko tinggi. Kehamilan dengan risiko tinggi adalah
(Manuaba, 2012)
1) Kehamilan yang bila dibirakan berlangsung tanpa bantuan akan
menyebabkan komplikasi dan hasilnya kurang memuaskan
2) Kehamilan risiko tinggi memerlukan bantuan sehingga persalinannya
berlangsung aman dan bersih.
B. Preeklampsia
1. Definisi
Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada
wanita hamil,bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, oedema
dan proteinuria tetapi tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler
atau hipertensi sebelumnya, sedangkan gejalanya biasanya muncul
setelah kehamilan berumur 28 minggu atau lebih (Mochtar, 2010).
Preeklampsia merupakan kondisi spesifik pada kehamilan yang
ditandai dengan tingginya tekanan darah, tingginya kadar protein dalam
urine serta edema. Diagnosis preeklampsia ditegakkan berdasarkan
adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi
dan proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onset hypertension
with proteinuria) (POGI, 2016).

2. Etiologi
Sampai dengan saat ini penyebab utama preeklamsia masih belum
diketahui secara pasti. Beberapa ahli percaya bahwa preeklamsia diawali
dengan adanya kelainan pada plasenta, yaitu organ yang berfungsi
menerima suplai darah dan nutrisi bagi bayi selama masih di dalam
kandungan (POGI, 2016).

3. Manifestasi Klinis
Tanda klinis utama dari preeklampsia adalah tekanan darah yang
terus meningkat, peningkatan tekanan darah mencapai 140/90 mm Hg
atau lebih atau sering ditemukan nilai tekanan darah yang tinggi dalam 2
kali pemeriksaan rutin yang terpisah. Selain hipertensi, tanda klinis dan
gejala lainnya dari preeklamsia adalah :
a. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit
menggunakan lengan yang sama.
b. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter.
c. Nyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen.
d. Edema Paru.
e. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus.
f. Oligohidramnion
Beberapa penelitian terbaru menunjukkan rendahnya hubungan
antara kuantitas protein urin terhadap luaran preeklampsia, sehingga
kondisi protein urin masif ( lebih dari 5 g) telah dieleminasi dari kriteria
pemberatan preeklampsia (preeklampsia berat). Kriteria terbaru tidak lagi
mengkategorikan lagi preeklampsia ringan, dikarenakan setiap
preeklampsia merupakan kondisi yang berbahaya dan dapat
mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas secara signifikan
dalam waktu singkat (POGI, 2016).

4. Patofisiologi
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah yang disertai
dengan retensi air dan garam. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat
arteriola glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen aretriola sedemikan
sempitnya sehingga nyata dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika
semua arteriola di dalam tubuh mengalami spasme maka tekanan darah
akan naik, sebagai usaha untuk mengatasai kenaikan tekanan perifer agar
oksigen jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat badan dan
edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam
ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air
dan garam. Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga
terjadi perubahan pada glomerolus.
Vosokontriksi merupakan dasar patogenesis preeklampsia yang
dapat menimbulkan peningkatan total perifer resisten dan menimbulkan
hipertensi. Adanya vasokonstriksi juga akan menimbulkan hipoksia pada
endotel setempat, sehingga terjadi kerusakan endotel, kebocoran arteriola
disertai perdarahan mikro tempat endotel.
Pada preeklampsia serum antioksidan kadarnya menurun dan
plasenta menjadi sumber terjadinya peroksidase lemak. Sedangkan pada
wanita hamil normal, serumnya mengandung transferin, ion tembaga dan
sulfhidril yang berperan sebagai antioksidan yang cukup kuat.
Peroksidase lemak beredar dalam aliran darah melalui ikatan lipoprotein.
Peroksidase lemak ini akan sampai kesemua komponen sel yang dilewati
termasuk selsel endotel tersebut. Rusaknya sel-sel endotel tersebut akan
mengakibatkan antara lain ; adhesi dan agregasi trombosit, gangguan
permeabilitas lapisan endotel terhadap plasma, terlepasnya enzim
lisosom, thromboksan dan serotonin sebagai akibat rusaknya trombosit.
Produksi tetrasiklin terhenti, terganggunya keseimbangan prostasiklin
dan tromboksan, terjadi hipoksia plasenta akibat konsumsi oksigen dan
perioksidase lemak (Nuraini, 2011).

5. Komplikasi
a. Bagi ibu:
1) Sindrom HELLP (Haemolysis, elevated liver enzymes, and low
platelet count), adalah sindrom rusaknya sel darah merah,
meningkatnya enzim liver, dan rendahnya jumlah trombosit.
2) Eklamsia, preeklamsia bisa berkembang menjadi eklamsia yang
ditandai dengan kejang-kejang.
3) Penyakit kardiovaskular, risiko terkena penyakit yang
berhubungan dengan fungsi jantung dan pembuluh darah akan
meningkat jika mempunyai riwayat preeklamsia.
4) Kegagalan organ, preeklamsia bisa menyebabkan disfungsi
beberapa organ seperti, paru, ginjal, dan hati.
5) Gangguan pembekuan darah, komplikasi yang timbul dapat
berupa perdarahan karena kurangnya protein yang diperlukan
untuk pembekuan darah, atau sebaliknya, terjadi penggumpalan
darah yang menyebar karena protein tersebut terlalu aktif.
6) Solusio plasenta, lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum
kelahiran dapat mengakibatkan perdarahan serius dan kerusakan
plasenta, yang akan membahayakan keselamatan wanita hamil
dan janin.
7) Stroke hemoragik, kondisi ini ditandai dengan pecahnya
pembuluh darah otak akibat tingginya tekanan di dalam pembuluh
tersebut. Ketika seseorang mengalami perdarahan di otak, sel-sel
otak akan mengalami kerusakan karena adanya penekanan dari
gumpalan darah, dan juga karena tidak mendapatkan pasokan
oksigen akibat terputusnya aliran darah, kondisi inilah yang
menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.
Bagi janin:
1) Prematuritas
2) Kematian Janin
3) Terhambatnya pertumbuhan janin
4) Asfiksia Neonatorum

6. Pemeriksaan Penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada
preeklampsia adalah sebagai berikut (Abiee, 2012) :
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah:
- Penurunan hemoglobin (nilai rujukan atau kadar normal
hemoglobin untuk wanita hamil adalah 12-14 gr %)
- Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol %)
- Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b) Urinalis
Ditemukan protein dalam urin
2) Radiologi
a) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan
intrauterus lambat, aktivitas janin lambat, dan volume cairan
ketuban sedikit
b) Kardiotografi
Diketahui denyut jantung janin lemah

7. Penatalaksanaan
Menurut (Pratiwi, 2017) penatalaksanaan pada preeklampsi adalah
sebagai berikut :
a. Tirah Baring miring ke satu posisi
b. Monitor tanda-tanda vital, refleks dan DJJ
c. Diet tinggi kalori, tinggi protein, rendah karbohidrat lemak dan garam
d. Pemenuhan kebutuhan cairan : Jika jumlah urine < 30 ml/jam
pemberian cairan infus Ringer Laktat 60-125 ml/jam
e. Pemberian obat-obatan sedative, anti hypertensi dan diuretic
f. Monitor keadaan janin ( Aminoscopy, Ultrasografi)
g. Monitor tanda-tanda kelahiran persiapan kelahiran dengan induksi
partus pada usia kehamilan diatas 37 minggu

C. Sectio Caesarea
1. Definisi
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2018).
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau
Sectio Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari
dalam rahim (Mochtar R, 2017).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus atau vagina atau suatu
histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim (Carpenito L. J, 2017).
a. Sectio primer (efektif) yaitu sectio dari semula telah direncanakan
karena tidak diharapkan lagi kelahiran biasa, misalnya panggul sempit
conjugata vera (CV kurang 8 cm).
b. Sectio sekunder, dalam hal ini kita bersikap mencoba menunggu
kelahiran biasa (partus percobaan) dan bila tidak ada kemajuan atau
partus percobaan gagal, baru dilakukan sectio.
c. Sectio caesarea ulang (repeat caesarean section) ibu pada kehamilan
yang lalu mengalami sectio caesarea (previos caesarean secton) dan
pada kehamilan selanjutnya dilakukan sectio caesarea ulang.
d. Sectio caesarea histerektomi (caesarean section hysterectomy) adalah
suatu operasi dimana setelah janin dilahirkan dengan sectio caesarea,
langsung dilakukan histerektomi oleh karena suatu indikasi.
e. Operasi Porro (Porro operation) adalah suatu operasi tanpa
mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan
langsung dilakukan histerektomi, misalnya pada keadaan infeksi rahim
yang berat.

2. Jenis-Jenis Sectio Caesaria


Menurut Oxorn & Forte, jenis-jenis section caesaria yaitu:
a. Section caesaria klasik atau corporal : insisi meanjang pada segmen atas
uterus
b. Section caesaria transperineals profunda : insisi pada bawah rahim, bisa
dengan teknik melintang (kerr) atau memanjang (kronij).
c. Section caesaria extra peritonilis : Rongga peritoneum tidak dibuka,
dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.
d. Section caesaria Hysteroctomi : Setelah section sesaria dilakukan
hysteroktomy dengan indikasi: Atonia uteri, plasenta accrete, myoma
uteri, infeksi intra uterin berat

3. Etiologi atau Indikasi


Adapun indikasi untuk melakukan Sectio Caesarea menurut
(Mochtar R, 2002: 118) adalah sebagai berikut :
a. Indikasi Ibu
1) Plasenta previa sentralis dan lateralis (posterior) dan totalis.
2) Panggul sempit.
3) Disproporsi sefalo-pelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran
kepala dengan panggul.
4) Partus lama (prolonged labor).
5) Ruptur uteri mengancam.
6) Partus tak maju (obstructed labor).
7) Distosia serviks.
8) Pre-eklampsia dan hipertensi.
9) Disfungsi uterus.
10) Distosia jaringan lunak.
b. Indikasi janin:
1) Letak lintang.
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea adalah
jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan segala letak
lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa. Semua primigravida
dengan letak lintang harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun
tidak ada perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2) Letak bokong.
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila
panggul sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
3) Presentasi rangkap bila reposisi tidak berhasil.
4) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dengan cara-
cara lain tidak berhasil.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Prawirohardjo (2007) manifestasi klinis pada klien dengan post
sectio caesarea, antara lain :
a. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.
b. Terpasang kateter : urine jernih dan pucat.
c. Abdomen lunak dan tidak ada distensi.
d. Bising usus tidak ada.
e. Ketidakmampuan untuk menghadapi situasi baru.
f. Balutan abdomen tampak sedikit noda.
g. Aliran lokhia sedang dan bebas bekuan, berlebihan dan banyak.

5. Patofisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di atas
500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk
janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC
ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu
produk oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar
hanya sedikit, luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh
karena itu perlu diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip
steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan
rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa


bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu
sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak
yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak
efektif akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan dengan
menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan
terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada
di lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun.
Maka pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa
endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi.

Pathway
Insufisiensi plasenta Sirkulasi uteroplasenta↓ Cemas pada janin

Tidak timbul HIS


Kadar kortisol ↓
(merupakan metabolisme
Faktor predisposisi : karbohidrat, protein dan
Ketidak seimbangan sepalo Tidak ada perubahan lemak)
pelvic pada serviks
Kehamilan kembar
Distress janin
Presentasi janin
Preeklampsia Kelahiran terhambat

Post date

SC

Luka Post Operasi


Kurang pengetahuan Estrogen meningkat
(post pembedahan)

Jaringan
terbuka

Jaringan terputus Penurunan laktasi


Ansietas Invasi bakteri

Merangsang area
Resiko motorik sensosrik
Infeksi Ketidakefektifan
Gangguan rasa nyaman pemberian ASI
Intoleransi Nyeri Akut
aktivitas

6. Pemeriksaan Penunjang
Untuk mengetahui panggul sempit dapat dilakukan pemeriksaan,
diantaranya (Smeltzer 2017).
a. Darah rutin (mis Hb)
b. Urinalisis : menentukan kadar albumin/glukos
c. Pelvimetri : menentukan CPD
d. USG abdomen
e. Gula darah sewaktu

7. Penatalaksanaan
Menurut Saifudin (2017), penatalaksaan dibagi menjadi:
a. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan
tergantung kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah
sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral. Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 -
10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
1) Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
2) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah
operasi
3) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur
telentang sedini mungkin setelah sadar
4) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5
menit dan diminta untuk bernafas dalam lalu
menghembuskannya.
5) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi
setengah duduk (semifowler)
6) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien
dianjurkan belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan
kemudian berjalan sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca
operasi.
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak
pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a. Supositoria : ketopropen sup 2x/24 jam
b. Oral : tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c. Injeksi : penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam
bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
h. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi,
biasanya mengurangi rasa nyeri.

8. Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada ibu dengan sectio caesarea
menurut (Mochtar R, 2002: 121) adalah sebagai berikut :

a. Infeksi puerperal (nifas)


1) Ringan dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi dan
perut sedikit kembung.
3) Berat dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik.
b. Perdarahan
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka.
2) Atonia uteri.
3) Perdarahan pada placental bed.
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemihbila
reperitonealisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang.

D. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.
b. Alasan Dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit
perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak

c. Riwayat Masuk Rumah Sakit


Kaji riwayat kesehatan ibu dan keluarga serta keadaan bayi saat ini
meliputi berat badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan
lain-lain.
d. Riwayat Obstertri dan Ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama,
keluhan, dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran,
persalinan, nifas yang lal, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi
akseptor KB, msalah, dan rencana KB.
e. Pola Kebutuhan Sehari-Hari
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan.
2) Nutrisi
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan
(Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack
(makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, frekuensi.
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira hari ketiga.
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia
(hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi
over distensi blass, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB,
frekuensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum,
kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya terjadi diantara hari
kedua dan kelima.
4) Aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
5) Istirahat dan Tidur
Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu
istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau gelap,
apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur
(penekanan pada perineum). Insomnia mungkin teramati.
6) Personal Hygine
Yang dikaji yaitu, pola mandi, kebersihan mulut dan gigi, penggunaan
pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut
dan wajah.
7) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai
ke-5 pasca partum.
8) Rasa Aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat
kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
9) Suhu
Kaji ada tidaknya perubahan suhu badan ibu dengan rentang normal
yaitu 36-37oC.
10) Ibadah
Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah ibu selama masa nifas.
11) Hubungan sosial dan komunikasi
Kaji adakah perubahan pola komunikasi ibu pada keluarga dan
lingkungannya selama fase nifas.
12) Produktivitas
Kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama berada dalam fase
nifas.
13) Rekreasi dan hiburan
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang
membuat fresh dan relaks.
14) Kebutuhan belajar
Kaji adakah perubahan minat ibu untuk mempelajari tentang
perawatan ibu dan bayi selama masa nifas.

f. Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah. Memeriksa apakah
konjungtiva pucat, apakah skelera ikterus, dan lain-lain

b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
1) Payudara :payudara membesar, uting mudah erektil,
pruduksi kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya
massa, atau pembesaran pembuluh limfe.
2) Jantung :kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
3) Paru :kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
1) Uterus :kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam
kondisi normal.
2) Lokhea :periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
3) Serviks :kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur
internal dan eksternal.
4) Vagina :kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan
produksi mukus normal.
f) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation). Dan kaji ada tidaknya hemoroid.

g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul:
a. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar.
b. Nyeri akut berhubungan dengan  diskontinyuitas jaringan.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau familiar
dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan  kelelahan sehabis bersalin
e. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder terhadap
proses pembedahan.

3. Intervensi
No Dx Keperawatan NOC NIC
1 Menyusui tidak Setelah diberikan Health Education:
efektif berhubungan tindakan keperawatan a. Beri
dengan  kurangnya selama …..x24 jam kan informasi
pengetahuan ibu pasien menunjukkan mengenai :
tentang cara respon breast feeding 1) Fisiologi menyusui
menyusui yang adekuat dengan 2) Keuntungan
benar. indikator: menyusui
a. Pasien
mengungkapkan puas 3) Perawatan payudara
dengan kebutuhan
untuk menyusui 4) Kebutuhan diit

b. Pasien mampu khusus

mendemonstrasikan 5) Faktor-faktor yang


perawatan payudara menghambat proses
menyusui 

b. De
monstrasikan breast
care dan pantau
kemampuan pasien
untuk melakukan
secara teratur
c. Ajar
kan cara mengeluarkan
ASI dengan benar, cara
menyimpan, cara
transportasi sehingga
bisa diterima oleh bayi
d. Beri
kan dukungan dan
semangat pada ibu
untuk melaksanakan
pemberian ASI
eksklusif
e. Beri
kan penjelasan tentang
tanda dan gejala
bendungan payudara,
infeksi payudara
f. Anj
urkan keluarga untuk
memfasilitasi dan
mendukung klien
dalam pemberian ASI
g. Dis
kusikan tentang
sumber-sumber yang
dapat memberikan 
informasi atau
memberikan pelayanan
KIA
2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pain Management
berhubungan asuhan keperawatan a. Lakukan pengkajian
dengan  diskonjuitas selama …..x24 jam nyeri secara
jaringan diharapkan nteri komprehensif termasuk
berkurang dengan lokasi, karakteristik,
indikator: durasi, frekuensi,
a. Mampu mengontrol kualitas dan faktor
nyeri (tahu penyebab presipitasi
nyeri, mampu b. Observasi reaksi
menggunakan tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamanan
untuk mengurangi c. Gunakan teknik
nyeri, mencari komunikasi terapeutik
bantuan) untuk mengetahui
b. Melaporkan bahwa pengalaman nyeri
nyeri berkurang pasien
dengan d. Kaji kultur yang
menggunakan mempengaruhi respon
manajemen nyeri nyeri
c. Mampu mengenali e. Evaluasi pengalaman
nyeri (skala, nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi f. Evaluasi bersama
dan tanda nyeri) pasien dan tim
d. Menyatakan rasa kesehatan lain tentang
nyaman setelah nyeri ketidakefektifan
berkurang kontrol nyeri masa
e. Tanda vital dalam lampau
rentang normal g. Bantu pasien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
h. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
i. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
j. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
k. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk
menentukan intervensi
l. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
m. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
n. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
o. Tingkatkan istirahat
p. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri
tidak berhasil
q. Monitor penerimaan
pasien tentang
manajemen nyeri
Analgesic
Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajat nyeri
sebelum pemberian
obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
e. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
f. Tentukan analgesik
pilihan, rute
pemberian, dan dosis
optimal
g. Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
h. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
i. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
j. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)

3 Defisit pengetahuan Setelah dilakukan Teaching : Disease


berhubungan asuhan keperawatan Process
dengan tidak selama ….. x 24 jam a. Berikan penilaian
mengenal atau diharapkan pengetahuan tentang tingkat
familiar dengan klien meningkat dengan pengetahuan pasien
sumber informasi indikator: tentang proses penyakit
tentang cara a. Pasien dan keluarga yang spesifik
perawatan bayi. menyatakan b. Jelaskan patofisiologi
pemahaman tentang dari penyakit dan
penyakit, kondisi, bagaimana hal ini
prognosis dan berhubungan dengan
program pengobatan anatomi dan fisiologi,
b. Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat.
mampu c. Gambarkan tanda dan
melaksanakan gejala yang biasa
prosedur yang muncul pada penyakit,
dijelaskan secara dengan cara yang tepat
benar d. Gambarkan proses
c. Pasien dan keluarga penyakit, dengan cara
mampu menjelaskan yang tepat
kembali apa yang e. Identifikasi
dijelaskan kemungkinan
perawat/tim penyebab, dengna cara
kesehatan lainnya. yang tepat
f. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
g. Hindari jaminan yang
kosong
h. Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan
pasien dengan cara
yang tepat
i. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
untuk mencegah
komplikasi di masa
yang akan datang dan
atau proses
pengontrolan penyakit
j. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
k. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
l. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
m. Rujuk pasien pada grup
atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
n. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan cara
yang tepat
4 Defisit perawatan Setelah dilakukan Self Care assistane :
diri berhubungan asuhan keperawatan ADLs
dengan  kelelahan selama ….. x 24 jam a. Monitor kemempuan
sehabis bersalin ADLs klien meningkat  klien untuk perawatan
dengan indicator: diri yang mandiri.
a. Pasien terbebas dari b. Monitor kebutuhan
bau badan pasien untuk alat-alat
b. Menyatakan bantu untuk kebersihan
kenyamanan diri, berpakaian,
terhadap kemampuan berhias, toileting dan
untuk melakukan makan.
ADLs c. Sediakan bantuan
c. Melakukan ADLs sampai pasien mampu
dengan bantuan secara utuh untuk
melakukan self-care.
d. Dorong pasien untuk
melakukan aktivitas
sehari-hari yang
normal sesuai
kemampuan yang
dimiliki.
e. Dorong untuk
melakukan secara
mandiri, tapi beri
bantuan ketika pasien
tidak mampu
melakukannya.
f. Ajarkan pasien atau
keluarga untuk
mendorong
kemandirian, untuk
memberikan bantuan
hanya jika pasien tidak
mampu untuk
melakukannya.
g. Berikan aktivitas rutin
sehari- hari sesuai
kemampuan.
h. Pertimbangkan usia
pasien jika mendorong
pelaksanaan aktivitas
sehari-hari. 
5 Resiko infeksi Setelah dilakuakan Infection Control
berhubungan asuhan keperawatan (Kontrol infeksi)
dengan  luka operasi selama 3x24 jam a. Bersihkan lingkungan
diharapkan resiko setelah dipakai pasien
infeksi terkontrol lain
dengan indikator: b. Pertahankan teknik
a. Pasien bebas dari isolasi
tanda dan gejala c. Batasi pengunjung bila
infeksi perlu
b. Mendeskripsikan d. Instruksikan pada
proses penularan pengunjung untuk
penyakit, faktor yang mencuci tangan saat
mempengaruhi berkunjung dan setelah
penularan serta berkunjung
penatalaksanaannya, meninggalkan pasien
c. Menunjukkan e. Gunakan sabun
kemampuan untuk antimikrobia untuk
mencegah timbulnya cuci tangan
infeksi f. Cuci tangan setiap
d. Jumlah leukosit sebelum dan sesudah
dalam batas normal tindakan kperawtan
e. Menunjukkan g. Gunakan baju, sarung
perilaku hidup sehat tangan sebagai alat
pelindung
h. Pertahankan
lingkungan aseptik
selama pemasangan
alat
i. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dengan
petunjuk umum
j. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
k. Tingktkan intake
nutrisi
l. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(Proteksi Terhadap
Infeksi)
a. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
b. Monitor hitung
granulosit, WBC
c. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
d. Batasi pengunjung
e. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
f. Partahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
g. Pertahankan teknik
isolasi k/p
h. Berikan perawatan
kuliat pada area
epidema
i. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
j. Ispeksi kondisi luka
atau insisi bedah
k. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
l. Dorong masukan
cairan
m. Dorong istirahat
n. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
o. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
p. Ajarkan cara
menghindari infeksi
q. Laporkan kecurigaan
infeksi
r. Laporkan kultur positif

4. Implementasi
Pelaksanaan keperawatan merupakan proses keperawatan yang
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Pelaksanaan keperawatan
mencakup melakukan, membantu, memberikan askep untuk mencapai
tujuan yang berpusat pada pasien, mencatat serta melakukan pertukaran
informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan berkelanjutan dari
pasien.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk
melihat keberhasilannya.
BAB III

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PALEMBANG BARI

A. Sejarah Rumah Sakit


Rumah Sakit Palembang Bari merupakan Rumah Sakit Umum Daerah
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kota Palembang. RSUD ini berdiri
diatas lahan seluas 4561 m² dengan luas bangunan mencapai hingga 1611752
m².
Pada awal berdiri di tahun 1986 sampai dengan 1994 dahulunya
merupakan gedung Poliklinik/Puskesmas Panca Usaha, kemudian diresmikan
menjadi RSUD Palembang BARI tanggal 19 Juni 1995 dengan SK Depkes
Nomor 1326/Menkes/SK/XI/1997 lalu ditetapkan menjadi Rumah Sakit
Umum Daerah kelas C pada tanggal 10 November 1997. Berdasarkan
Kepmenkes RI Nomor : HK.00.06.2.2.4646, RSUD Palembang BARI
memperoleh status Akreditasi penuh tingkat dasar pada tanggal 7 November
2003 kemudian di tahun berikutnya 2004 dibuat Master Plan oleh Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Pembangunan gedung dimulai dimulai pada tahun 2005 yakni Gedung
Bedah Central dan dilanjutkan lagi pada tahun berikutnya (2006)
pembangunan Gedung Bank Darah. Pada tahun 2007dilanjutkan dengan
pembangunan : Gedung Administrasi, Gedung Pendaftaran, Gedung Rekam
Medik, Gedung Farmasi, Gedung Laboratorium, Gedung Radiologi, Gedung
Perawatan VIP, dan Cafetaria. Pada 5 februari 2008, berdasarkan Kepmenkes
RI Nomor : YM.01.10/III/334/08 RSUD Palembang BARI memperoleh
status Akreditasi penuh tingkat lanjut . Serta Ditetapkan sebagai BLUD-
SKPD RSUD Palembang BARI berdasarkan Keputusan Walikota Palembang
No. 915.b tahun 2008 penetapan RSUD Palembang Bari sebagai SKPD
Palembang yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan BLUD (PPK-
BLUD) secara penuh. Adapun pembangunan yang dilaksanakan pada tahun
2008 meliputi Gedung Poliklinik (3 lantai), Gedung Instalasi Gawat Darurat,
Gedung Instalai Gizi (Dapur), Gedung Loundry, Gedung VVIP, Gedung
CSSD, Gedung ICU, Gedung Genset dan IPAL.
Pada tahun 2009 RSUD Palembang BARI di tetapkan sebagai Rumah
Sakit Tipe B berdasarkan Kepmenkes RI Nomor : 241/MENKES/SK/IV/2009
tentang peningkatan Kelas Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
milik pemerintah kota palembang provinsi sumatera selatan tanggal 2 april
2009. Adapun pembangunan gedung yang berlangsung di tahun 2009
meliputi : Gedung Kebidanan,Gedung Neonatus, Gedung Rehabilitasi Medik
serta Gedung Hemodialisa. Selanjutnya pembangunan gedung yang
berlangsung di tahun 2010-2011 meliputi: Perawatan Kelas I, II, III, Kamar
Jenazah, Gedung ICCU, Gedung PICU, Workshop dan Musholah.
Selain meningkatkan status Rumah sakit, RSUD Palembang Bari juga
memberikan layanan yang bermutu dan mementingkan keselamata pasien, ini
terlihat dari hasil akreditasi yang sudah mencapai tahap akhir yaitu Status
Tingkat Paripurna pada tahun 2015 lalu.

B. Visi, Misi, dan Motto


Visi
Menjadi Rumah Sakit unggul, Amanah dan Terpercaya di Indonesia.

Misi
1. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang berorientasi pada
keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu yang berdasarkan pada
etika dan profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
2. Meningkatkan mutu manajemen sumber saya kesehatan.
3. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai Rumah Sakit pendidikan
dan pelatihan di Indonesia.

Motto
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
C. Fasilitias Pelayanan
Janji layanan RSUD Palembang Bari
1. Unit gawat darurat
Dalam waktu kurang dari 5 menit, anda sudah mulai kami layani.
2. Unit Pendaftaran
Sejak pasien datang sampai dengan dilayani di loket pendaftaran tidak
lebih dari 10 menit.
3. Unit Rawat Jalan
Pasien sudah dijalani paling lambat 30 menit setelah mendaftar di loket
pendaftaran.
4. Unit Laboratorium
Pemeriksaan cito dan sederhana, hasil jadi kurnag dari 3 jam.
5. Unit Radiologi
Pelayanan foto sederhana dilaksanakan kurang dari 3 jam.
6. Unit Farmasi
Obat jadi diserahkan maksimal 30 menit sejak resep diterima. Obat
racikan diserahkan maksimal 60 menit sejak resep diterima.

Pelayanan Rawat Jalan


1. Poliklinik Spesialis Bedah
2. Poliklinik Spesialis Penyakit Dalam
3. Poliklinik Spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan
4. Poliklinik Spesialis Terpadu
5. Poliklinik Spesialis Spesialis Anak
6. Poliklinik Spesialis Spesialis Mata
7. Poliklinik Spesialis THT
8. Poliklinik Spesialis Kulit dan Kelamin
9. Poliklinik Spesialis Syaraf
10. Poliklinik Spesialis Jiwa
11. Poliklinik Spesialis Jantung
12. Poliklinik Sub Spesialis Rehabilitasi Medik
13. Poliklinik Sub Spesialis Psikologi
14. Poliklinik gigi dan mulut
15. Poliklinik paru –paru

Instalasi Rawat Darurat


1. Dokter jaga & Perawat Jaga 24 jam
2. Ambulance 24 jam

Pelayanan Rawat Inap


1. Rawat Inap Kebidanan dan Penyakit Kandungan
2. Rawat Inap Neonatus / NICU
3. Rawat inap PICU / Pediatric intensive care unit
4. Rawat Inap Penyakit Anak
5. Rawat Inap Bedah
6. Rawat Inap Laki-Laki
7. Rawat Inap Perempuan
8. Rawat Inap VIP DAN VVIP9.Rawat Inap Perawatan Kelas I dan kelas II

Pelayanan Penunjang
1. Farmasi/ Apotek 24 jam
2. Instalasi Laboratoriuam Klinik
3. Instalasi Radiologi
4. Instalasi Bedah Sentral
5. Instalasi Gizi
6. Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
7. Instalasi Pemeliharaan Lingkungan
8. Central Sterilized Suplay Departement (CSSD)
9. Bank Darah
10. Instalasi Laundry
11. Intensive Care Unit (ICU)
12. Hemodialisa
13. Instalasi Rehabilitas Medik
BAB IV

TINJAUAN KASUS

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS/BIODATA
Nama : Ny. E Nama Suami : Tn.R

Umur : 33 tahun Umur : 32 tahun

Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa : Indonesia

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Jl. Sawah Jaya Alamat : Jl. Sawah Jaya

Tanggal MRS : 16-11-2021 Pukul : 02.07 WIB

Tanggal Pengkajian : 17-11-2021 Pukul : 07.00 WIB

No.Register : 613256

Ruangan : Ruangan kebidanan Kelas II

B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : Nyeri
 Saat masuk RS : Nyeri mau melahirkan
 Saat Pengkajian :
Pasien mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri seperti ditusuk –
tusuk dengan skala myeri 2, nyeri yang dirasakan sekitar 2-3 menit
saat nyeri. Pasien terlihat meringis dan tampak memejamkan mata
saat nyeri tiba
Masalah keperawatan : Nyeri Akut
2. Riwayat Kehamilan dan Persalinan
1. Riwayat Kehamilan
 HPHT : 1 Maret 2021
 Taksiran partus : 8 Desember 2021
 G3P1A1
 ANC
 Frekuensi : 6 kali
 Tempat : Bidan
 Keluhan :
Trimester I : Mual, muntah, pusing

Trismester II : Nafsu makan meningkat

Trimester III : Sakit seperti mau melahirkan

 Imunisasi : ( ) Ada (  )Tidak Ada


Imunisasi minggu I : tidak ada

Imunisasi minggu II: tidak ada

2. Riwayat Persalinan
IBU

 Tanggal persalinan : 16-11-2021 waktu : 10.30 wib


 Tempat Persalinan : RSUD Bari ditolong oleh : Dokter
 Jenis Peralinan :( ) Spontan Presentasi kepala
( ) Vacum

( ) Forcep

(  ) Operasi Sectio Cesarea

 Perdarahan : 500 cc
 Plasenta
Dilahirkan dengan : ( ) Spontan

(  ) Bantuan
 Keadaan plasenta : (  ) lengkap
( ) Tidak lengkap

Sisa plasenta :( ) Ada (  )Tidak Ada

Ukuran diameter : 24 cm

Berat : 500 gr

Kelainan : tidak ada

 Ketuban
Warna :( ) Jernih (  )Keruh

Bau :( ) Ya (  )Tidak

 Catatan waktu persalinan


 Kala I : Tidak ada
 Kala II : Tidak ada
 Kala III : Tidak ada
 Kala IV : Tidak ada

BAYI

 Jenis Kelamin : (  ) laki-laki ( )Perempuan


 BBL : 2800 gram PB : 46 cm
 APGAR SCORE : Tidak ada
 Anus : (  ) Ada ( )Tidak Ada
 Masa Gestrasi : 36 Minggu
 Cacat Bawaan :( ) Ada (  )Tidak Ada
Masalah keperawatan: Tidak ada

3. Pengkajian Post Partum


1. Keadaan Umum : Keadaan umum ibu baik
2. Kesadaaran : Composmentis
3. Riwayat Keluarga Berencana : (  ) Ya ( ) Tidak
4. Jenis (Sebutkan) : Suntik
5. Aspek Psikososial Kultural
a. Konsep Diri (fase taking in – taking on)
 Ideal diri: Pasien mengatakan akan merawat anak bersama suami
dan keluarganya
 Gambaran diri: Pasien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang
tidak disukai
 Identitas diri: Pasien menyadari dia seorang ibu
 Harga diri: Pasien mengatakan bahwa perasaannya senang karena
kelahiran anaknya
 Peran diri: Pasien mengatakan akan merawat anaknya sendiri dan
siap membesarkannya
Keterangan (Jelaskan):

 Fase taking in: Fase ketergantungan, ibu masih mengharapkan


pemenuhan kebutuhan dirinya dapat dipenuhi oleh orang lain.
Pemenuhan nutrisi yang baik diperhatikan pada fase ini karena ibu
akan mengalami nafsu makan yang meningkat. Berlangsung 1-2
hari pasca melahirkan. Pada tahap ini kegiatan pasien masih
dibantu oleh keluarganya.
 Fase taking on: Ibu mulai focus pada bayinya dan keinginan
melakukan secara mandiri dan mengetahui cara perawatan bayi
berlangsung pasca 3-10 hari pasca melahirkan
 Letting go : Penerimaan tanggung jawab akan peran barunya,
keinginan untuk merawat bayi sepenuhnya. Berlangsung setelah
hari ke 10
Masalah keperawatan: Intoleransi aktifitas

b. Penerimaan bayi oleh:


 Ibu: Ny. E mengatakan senang sekali dengan kelahiran anaknya
 Suami, keluarga dan lingkungan
Masalah keperawatan: Tidak ada
c. Pengalaman melahirkan dan perawatan anak
sebelumnya (letting go): Ny. E bertanggung jawab untuk merawat
bayinya. Sama seperti perawatan anak sebelumnya
Masalah keperawatan: Tidak ada

d. Koping terhadap masalah: Ny. E mengatakan bila ada


masalah selalu didiskusikan dan dibicarakan dengan suami
Masalah keperawatan: Tidak ada

e. Faktor Sosial dan Keterikatan kekeluargaan


 Tipe keluarga: baik
 Hubungan pasien dengan kepala keluarga: pasien mengatakan
hubungannya dengan keluarga baik
 Pengambilan keputusan dalam anggota keluarga: pasien
mengatakan keputusan di ambil oleh suaminya
 Kegiatan yang dilakukan dimasyarakat: pasien mengatakan ia
bersosialisai dengan lingkungan sekitar rumahnya
Masalah keperawatan: -

f. Faktor nilai budaya dan gaya hidup


 Bahasa yang digunakan: Daerah
 Kebiasaan membersihkan diri: klien mengatakan selalu melakukan
kebersihan diri seperti mandi
 Kebiasaan makan: Klien mengatakan tidak ada masalah makan dan
minum dengan frekuensi 3xsehari
 Makan pantangan yang berkaitan dengan kondisi sakit: klien
mentakan tidak ada pantangan makanan
 Sarana hiburan yang biasa dimanfaatkan: Klien mengatakan
hiburan yang dilakukan ialah menonton tv
Masalah keperawatan: Tidak ada

g. Persepsi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari-hari: baik


h. Faktor ekonomi
 Sumber biaya pengobatan: BPJS
i. Faktor pendidikan
 Tingkat pendidikan keluarga: Baik
 Jenis pendidikan: SMA

6. Aspek Psikospiritual.
Komponen mental, emosional dan spiritual : klien meganut agama islam,
klien memiliki emosi yang labil

 Konsep diri : klien mengatakan bentuk tubuhnya berbeda dengan


keadaan sebelumnya
 Kepuasan sexualitas : Klien mengatakan tidak ada masalah dalam
berhungan
 Praktek keagamaan: Klien selalu sholat 5 waktu dan mengaji
Masalah keperawatan: Tidak ada

7. Kebutuhan Dasar Khusus

Pola Nutrisi

 Frekuensi makan: 3x sehari


 Nafsu makan : (  ) baik ( ) tidak nafsu makan
 Jenis makanan rumah : nasi, lauk dan sayur
 Makanan yang tidak disukai/alergi/pantangan: tidak ada
Pola Eliminasi: Klien terpasang kateter

Pola Personal Hygiene: Klien masih memerlukan bantuan orang lain untuk
memenuhi perawatan dirinya seperti mandi, BAK, dan BAB

Pola Istirahat dan Tidur: Klien mengatakan badannya masih lemas,


tampak terbaring, tidur hanya 3-4 jam

Pola aktifitas dan latihan: Klien masih dibantu dalam melakukan aktifitas
sehari-hari misalnya duduk dan berdiri

Masalah keperawatan: Intoleransi aktifitas


4. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
 Tekanan darah : 110/70 mmHg
 Denyut Nadi : 81 x/mnt
 Pernafasan : 22 x/mnt
 Suhu : 36,4 oC
 BB Hamil : 60 Kg
 BB sekarang : 52 Kg
Masalah keperawatan: tidak ada

1. Wajah
Oedema :( ) Ada (  ) Tidak ada

Conjungtiva :( ) Tidak anemis (  ) Anemis

Sklera : ( v ) Tidak Ikterik ( ) Ikterik

2. Leher
Pembesaran Kelenjar tiroid: ( ) Ada (  ) Tidak ada

Peningkatan vena Jungularis : ( ) Ada (  ) Tidak ada

3. Dada
 Payudara
Kesan umum : baik

Bentuk payudara : (  ) Simetris ( )Tidak simetris

Puting susu : (  ) Menonjol ( )Tidak menonjol

Hiperpigmentasi :( ) Ya (  )Tidak

Colostrum :( ) Keluar (  ) Tidak keluar

Kebersihan : ( ) Cukup ( ) Kurang

Kelainan : (  ) Payudara bengkak

( ) Puting susu lecet


( ) Peradangan payudara (mastitis)

( ) lain-lain

Data Tambahan:

a. Pasien mengatakan ASI yang keluar masih sedikit


b. Pasien mengatakan bayinya sering tidur sehingga jarang menyusui

Masalah keperawatan: Ketidakefektifan pemberian ASI

4. Abdomen
Bekas luka /operasi : (  ) Ada ( )Tidak Ada

Keadaan luka operasi : (  ) Kering ( ) Basah

( ) Ada Pus ( ) Tidak ada Pus

Gavidarum striae : (  ) Ada ( )Tidak Ada

Palpasi Uterus

Tinggi Fundus Uteri : 3 jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus : (  ) Baik ( ) Jelek

Konsistensi uterus : (  ) Keras ( ) lembut

Diastasis Rectus Abdominis:

Ukuran :

Auskultasi abdomen

Bising usus : (  ) < 15 x/mnt ( ) > 15 x/mnt

Data Tambahan : tidak ada

Masalah keperawatan : tidak ada


5. Genatalia
Vulva dan vagina

Varises :( ) Ada ( )Tidak Ada

Luka :( ) Ada ( )Tidak Ada

Kemerahan :( ) Ada ( )Tidak Ada

Nyeri :( ) Ya ( )Tidak

Kebersihan : (  ) Cukup ( )Kurang

Perineum

Bekas luka/luka parut :( ) Ada (  )Tidak Ada

Keadaan luka operasi : (  ) Kering ( ) Basah

( ) Ada Pus ( ) Tidak ada Pus

Lain-Lain : tidak ada

REEDA sign : Redness : tidak ada kemerahan

Edema : tidak terjadi bengkak

Ecchymosis : tidak ada

Discharge : terdapat rembesan

Approximation : tidak ada

Keadaan :baik

Kebersihan :baik
Lochea

Jenis Lochea : Rubra

Warna : merah

Jumlah : 300 ml
Sifat Pengeluaran :( ) Menetes (  ) Merembes

Bau : (  ) Amis ( ) Busuk

Data Tambahan : perdarahan biasa

Masalah keperawatan : tidak ada

6. Eliminasi
Seteleah 9 jam post partum sc

BAB :Frekuensi : 1x sebelum operasi

Konsistensi : padat

Warna : kekuningan

Keluhan : tidak ada

Hemoroid :( ) Ya (  ) tidak

BAK : Frekuensi : Klien terpasang kateter

Warna : kuning

Keluhan : tidak ada

Data Tambahan : tidak ada

Masalah keperawatan : tidak ada

7. Ekstermitas
Oedema tangan / jari : ( ) Ada (  )Tidak Ada

Oedema Kaki :( ) Ada ( )Tidak Ada

Varises Tungkai :( ) Ada ( )Tidak Ada

Tromboplebitis :( ) Ada ( )Tidak Ada


Data Tambahan : tidak ada

Masalah keperawatan : tidak ada

C. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 – 11- 2021

Darah Rutin Hasil Nilai Rujukan

Hemoglobin 10, 9 g/dL 12 – 14


14 – 16
Nilai kritis :
Umum <8 -- >16 gr/dL
Anak-anak <10 -- >16
gr/dL
Data Tambahan : tidak ada

Masalah keperawatan : tidak ada

D. TERAPI

No. Nama Obat Rute

1. IVFD D5% + MgSO4 40% Intra vena

2. Ceftriaxone 2x1 gr Intra vena


I. ANALISA MASALAH KEPERAWATAN
3. DATA
Asam Mefenamat 3x500 mg
ETIOLOGI Oral MASALAH
ANALISA

DS: 4. Metronidazole Adanya


2x1 fls luka post oprasi Intra vena
Nyeri Akut
5. Ketorolac sectio caesarea Intra vena
1. Pasien mengatakan
nyeri dibagian
Terputusnya Kontinuitas
perut, nyeri seperti
jarinngan
ditusuk – tusuk
dengan skala nyeri
Merangsang
2, nyeri yang
dirasakan sekitar hipotalamsus
2-3 menit saat
nyeri. Persepsi Nyeri
DO:

1. Pasien terlihat
meringis
2. Pasien tampak
memejamkan
mata saat nyeri
tiba
TD :110/70 mmHg

Nadi : 81 x/mnt

RR : 22 x/mnt

Suhu : 36,4 oC

DS: Aspek fisiologis Ketidakefektifan


1. Pasien pemberian ASI
mengatakan ASI Sistem endokrin
yang keluar
sedikit Produksi hormon
2. Pasien prolaksi turun
mengatakan
bayinya sering Produkesi ASI
tidur sehingga
jarang menyusui Ketidakefektifan
DO: pemberian ASI

1. Payudara pasien
tampak bengkak
TD :110/70 mmHg

Nadi : 81 x/mnt
RR : 22 x/mnt

Suhu : 36,4 oC

DS: Adanya luka post Intoleransi Aktifitas


1. Pasien operasi sectio caesarea
mengatakan
badannya lemas Lemas
DO:
Aktifitas terganggu
1. Pasien terlihat
dibantu oleh
Kelemahan aktifitas
keluarganya
dalam melakukan
aktifitas seperti
berdiri dan duduk
2. Konjungtiva
anemis
HB : 10,9 g/dL
TD :110/70 mmHg

Nadi : 81 x/mnt

RR : 22 x/mnt

Suhu : 36,4 oC

MASALAH KEPERAWATAN:

1. Nyeri akut
2. Ketidakefektifan pemberian ASI
3. Intoleransi aktifitas

PRIORITAS DIAGNOSIS KEPERAWATAN:

1. Nyeri akut
2. Ketidakefektifan pemberian ASI
3. Intoleransi aktifitas

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan Suplai ASI tidak
cukup
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
RENCANA KEPERAWATAN

No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan NOC : Kontrol Nyeri NIC : Manajemen Nyeri


dengan agen cedera fisik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri komferhensif 1. Untuk
DS: selama 3 x 24 jam, diharapakan nyeri yang meliputi lokasi,durasi,frekuensi mengetahui
dapat terkontrol lokasi, durasi,
1. Pasien
frekuensi nyeri
mengatakan nyeri Indikator Awal Tujuan
2. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk 2. Membantu
dibagian perut, Mengenali kapan 3 5
membantu menurunkan nyeri menurunkan
nyeri seperti terjadi nyeri
nyeri
ditusuk – tusuk
Menggambarkan 3 5 3. Dorong pasien mendiskusikan 3. Mendorong
dengan skala
faktor penyebab pengalaman nyeri pasien
myeri 2, nyeri
Menggunakan 2 5 mnejelaskan
yang dirasakan
tndakan nyeri tentang nyeri
sekitar 2-3 menit
tanpa analgesic yang dialami
saat nyeri.
DO: Melaporkan nyeri 3 5 4. Pilih tindakan non farmakologi unutuk 4. Mengruangi
yang terkontrol memfasilitasi penurunan nyeri sesuai nyeri dengan
1. Pasien terlihat
Indikator : kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam) tindakan
meringis
nonfarmakologi
2. Pasien tampak 1. Tidak pernah
5. Monitor kepuasan pasien terhadap 5. Agar pasien
memejamkan mata menunjukkan
manajemen nyeri nyaman jika
saat nyeri tiba 2. Jarang
nyeri berkurang
TD :110/70 mmHg menunjukkan 6. Monitor TTV
6. Untuk
Nadi : 81 x/mnt 3. Kadang – kadang
mengetahui
menunjukkan
tanda – tanda
RR : 22 x/mnt 4. Sering
vital pasien
Suhu : 36,4 oC menunjukkan
5. Secara konsisten
menunjukkan
2. Ketidakefektifan NOC : Keberhasilan Menyusui: Bayi NIC : Konseling laktasi
pemberian ASI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Monitor kemampuan bayi untuk menghisap 1. Untuk melihat
berhubungan dengan
selama 3 x 24 jam, diharapakan kemampuan
suplai ASI tidak cukup
kemantapan pemberian ASI menghisap
DS: bayi
Indikator Awal Tujuan
1. Pasien mengatakan 2. Diskusikan cara untuk memfasilitasi 2. Untuk
asi yang keluar Kesehatan tubuh 3 5 perpindahan ASI (misalnya teknik memperlancar
sedikit yang sesuai dan relaksasi, pijatan payudara dan lingkungan asi yang
2. Pasien mengatakan bayi menempel yang tenang) keluar sedikit
bayinya sering dengan baik 3. Instrusikan ibu untuk perawatan puting 3. Untuk
tidur sehingga susu merawat
Kompresi pada 3 5
jarang menyusui putting ibu
aerola dengan
DO: 4. Dukung ibu untuk memakai pakaian yang 4. Untuk
tepat
nyaman membuat ibu
1. Payudara pasien Refleks 3 5
merasa
tampak bengkak menghisap
nyaman
Terdengar 3 5
5. Instrusikan posisi yang bervariasi misalnya 5. Untuk
TD :110/70 mmHg menelan
menggendong bayi dibawah lengan pada menyusi
Penempatan lidah 3 5 sisi yang digunakan untuk menyusui bayidengan
Nadi : 81 x/mnt
yang tepat posisi yang
RR : 22 x/mnt bervariasi
6. Monitor TTV 6. Untuk
Suhu : 36,4 oC Indikator :
mengetahui
1. Tidak tidak adekuat tanda – tanda
2. Sedikit adekuat vital pasien
3. Cukup adekuat
4. Sebagian besar adekuat
5. Sepenuhnya adekuat
3. Intoleransi aktifitas NOC : Tingkat kelelahan NIC : Manajemen Energi
berhubungan dengan 1. Monitor asupan nutrisi untuk mengetahui 1. Untuk
kelemahan Setelah dilakukan tindakan keperawatan sumber energi yang adekuat mengetahui
selama 3 x 24 jam, diharapakn badan sumber energy
DS:
lemah dapat teratasi. yang adekura
1. Pasien mengatakan
2. Bantu pasien dalam aktifitas sehari-hri 2. Untuk
badannya lemas Indikator Awal Tujuan
yang teratur yang sesuai kebutuhan membantu
DO: Keseimbangan 3 5
(berpindah, bergeran dan perawatan diri) pasien dalam
2. Pasien terlihat antara kegiatan
aktifitas sehari-
dibantu oleh dan istirahat
hari
keluarganya dalam Kualitas istirahat 3 5 3. Evaluasi secara bertahap aktifitas pasien 3. Untuk
melakukan Kualitas tidur 3 5 mengevaluasi
aktifitas seperti aktifitas pasien
mengganti pakaian 4. Anjurkan aktifitas fisik sesuai dengan 4. Untuk
3. Konjungtiva Indikator :
kemampuan pasien mengetahui
1. Sangat terganggu
anemis 2. Banyak terganggu aktifitas yang
HB : 10,9 g/dL 3. Cukup terganggu sesuai
TD :110/70 mmHg 4. Sedikit terganggu kemampuan
5. Tidak terganggu 5. Bantu pasien identifikasi pilihan aktifitas 5. Untuk memilih
Nadi : 81 x/mnt
yang akan dilakukan aktiftas yang
RR : 22 x/mnt akan dilakukan
6. Monitor TTV 6. Untuk
Suhu : 36,4 oC
mengetahui
tanda – tanda
vital pasien

IMPLMENTASI & EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny.E


Umur : 33 Tahun

NO DIAGNOSA Hari, Tgl Implementasi Hari, Tgl EVALUASI PARAF


. & Jam & Jam

1. Nyeri akut Rabu, 17 1. Melakukan Rabu, 17 S : Perawat


berhubungan dengan November pengkajian nyeri November
Pasien mengatakan nyeri dibagian
agen cedera fisik 2021 komferhensif yang 2021
perut, Nyeri seperti ditusuk dengan
Pukul meliputi Pukul
DS: skala nyeri 2, nyeri yang diraskan
07.00 lokasi,durasi,frekuensi 14.00
sekitaar 2-3 menit setiap nyeri
1. Pasien WIB - Pasien mengatakan WIB
mengatakan nyeri pada bagian O:
nyeri dibagian perut
Pukul TD :110/70 mmHg
perut, nyeri 2. Mendukung
07.10
seperti ditusuk istirahat/tidur yang Nadi : 81 x/mnt
WIB
– tusuk dengan adekuat untuk
RR : 22 x/mnt
skala myeri 2, membantu
nyeri yang menurunkan nyeri Suhu : 36,4 o
dirasakan - Pasien mengatakan
sekitar 2-3 sering terbangun
menit saat Pukul saat tidur A:
nyeri. 07.20 3. Mendorong
Indikator Awal Tujuan Akhir
DO: WIB pasien mendiskusikan
Mengenali 3 5 4
pengalaman nyeri
1. Pasien terlihat kapan
- Pasien tampak
meringis
kesakitan saat terjadi
2. Pasien tampak
bergerak nyeri
memejamkan Pukul
4. Memilih
mata saat nyeri 07.30 Menggam 3 5 4
tindakan non
tiba WIB
farmakologi unutuk barkan
TD :110/70
memfasilitasi faktor
mmHg
penurunan nyeri penyebab
Nadi : 81 x/mnt sesuai kebutuhan Meng 2 5 4
(teknik relaksasi nafas
RR : 22 x/mnt gunakan
dalam)
tndakan
Suhu : 36,4 oC - Pasien sudah bisa
nyeri tanpa
Pukul cara mengurangi
analgesic
07.40 nyeri non
WIB Melaporkan 3 5 4
farmakologi
5. Memonitor nyeri yang
kepuasan pasien terkontrol
Pukul
terhadap manajemen
08.00
nyeri
WIB P : Intervensi dilanjutkan
- Pasien tampak
nyaman Memilih tindakan non farmakologi
7. Monitor TTV unutuk memfasilitasi penurunan nyeri
sesuai kebutuhan (teknik relaksasi
nafas dalam)

2. Ketidakefektifan Rabu, 17 1. Memonitor Rabu, 17 S : Perawat


pemberian ASI November kemampuan bayi untuk November
1. Pasien mengatakan ASI yang
berhubungan dengan 2021 menghisap 2021
keluar sedikit
suplai ASI tidak cukup 09.00 - Bayi bisa menghisap Pukul
2. Pasien mengatakan bayinya
WIB 2. Mendiskusik 14.00
DS: sering tidur sehingga jarang
an cara untuk WIB
1. Pasien Pukul menyusui
memfasilitasi
mengatakan 09.10
perpindahan ASI
ASI yang WIB
(misalnya teknik O:
keluar sedikit
relaksasi, pijatan
2. Pasien payudara dan TD :110/70 mmHg
mengatakan lingkungan yang
Nadi : 81 x/mnt
bayinya sering tenang)
tidur sehingga Pukul - Ibu sudah tau cara RR : 22 x/mnt
jarang 09.20 teknik relaksasi
Suhu : 36,4 oC
menyusui WIB 3. Menginstrusi
DO: kan ibu untuk A:
perawatan puting susu
1. Payudara Indikator Awal Tujuan Akhir
Pukul - Putting ibu tampak
pasien tampak Kesehatan 3 5 4
09.30 bengkak
bengkak tubuh yang
WIB 4. Mendukung ibu untuk
2. Konjungtiva sesuai dan
memakai pakaian
anemis
yang nyaman bayi
HB : 10,9 g/dL
Pukul - Ibu tampak
TD :110/70 menempel
09.40 memakai pakaian
mmHg dengan baik
WIB yang longgar
Nadi : 81 x/mnt 5. Menginstrusikan Kompresi 3 5 3

posisi yang bervariasi pada


RR : 22 x/mnt
misalnya
Suhu : 36,4 oC menggendong bayi aerola
dibawah lengan pada
dengan
sisi yang digunakan
tepat
untuk menyusui
Refleks 3 5 4
- Ibu sudah bisa
menghisap
melakukan posisi
menyusui dengan Terdengar 3 5 4
posisi menelan
menggendong bayi Penempata 3 5 4
Pukul dibawah lengan n lidah
09.50 pada sisi yang yang tepat
WIB digunakan untuk
menyusui
P : Intervensi dilanjutkan
6. Monitor
TTV Mendiskusikan cara untuk
memfasilitasi perpindahan ASI
(misalnya teknik relaksasi, pijatan
payudara dan lingkungan yang tenang)

3. Intoleransi aktifitas Rabu, 17 1. Mem Rabu, 17 S : Perawat


berhubungan dengan November onitor asupan nutrisi November Pasien mengatakan badannya lemas
kelemahan 2021 untuk mengetahui 2021
Pukul 10. sumber-energi yang Pukul
DS: O:
00 WIB adekuat 14.00
1. Pasien
- Ibu tampak WIB TD :110/70 mmHg
mengatakan
nafsu makan
badannya lemas Pukul Nadi : 81 x/mnt
2. Mem
DO: 10.10
bantu pasien dalam RR : 22 x/mnt
WIB
1. Pasien terlihat aktifitas sehari-hari
Suhu : 36,4 o
dibantu oleh yang teratur yang
keluarganya sesuai kebutuhan
dalam (berpindah, bergerak
A:
melakukan dan perawatan diri)
aktifitas seperti - Ibu masih Indikator Awal Tujuan Akhir
mengganti dibantu dalam Keseim 3 5 4
pakaian Pukul aktifitas sehari-
bangan
TD :110/70 10.20 hari
antara
mmHg WIB 3. Mengevaluasi secara
kegiatan
bertahap aktifitas
Nadi : 81 x/mnt pasien dan
- Ibu melakukan istirahat
RR : 22 x/mnt
aktifitas secara Kualitas 3 5 4
o
Pukul
Suhu : 36,4 C bertahap istirahat
10.30
4. Menganjurkan
WIB Kualitas 3 5 3
aktifitas fisik sesuai
tidur
dengan kemampuan
pasien
P:Intervensi dilanjutkan
- Ibu melakukan
Menganjurkan aktifitas fisik sesuai
aktifitas
dengan kemampuan pasien
Pukul semampunya
10.40 5. Membantu pasien
WIB identifikasi pilihan
aktifitas yang akan
Pukul
dilakukan
10.50
6. Ibu tahu apa
WIB
aktifitas yang akan
dilakukannya
7. Monitor TTV
EVALUASI / CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Ny. E

Umur : 33 Tahun
Diagnosa Tanggal dan Waktu Evaluasi Paraf

Nyeri akut berhubungan Kamis, 18 November S: Perawat


dengan agen cedera fisik 2021, Pukul 10.00
Pasien nyerinya sedikit berkurang

O:

Skala nyeri 1

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Memilih tindakan non farmakologi unutuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas
dalam)

Ketidakefektifan Kamis, 18 November S: Perawat


pemberian asi berhubungan 2021, Pukul 10.05
1. Pasien mengatakan ASI yang keluar sedikit
dengan suplai asi tidak
2. Pasien mengatakan bayinya sering tidur sehingga
cukup
jarang menyusui
O:

Tampak payudara Ny.E bengkak

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Melakukan pijat oksitosin dan perawatan payudara

Intoleransi aktifitas Kamis, 18 November S: Perawat


berhubungan dengan 2021, Pukul 10.10
Pasien mengatakan badannya masih lemah
kelemahan
O:

1. Pasien tampak masih kesulitan bergrak


2. Aktifitas duduk dan jalan tampak masih
dibantu

A : Masalah teratasi sebagian

P: Intervensi dilanjutkan
Mengajarkan ibu melakukan aktifitas belajar duduk, dan
jalan
BAB V
PEMBAHASAN

Secara teori pengkajian adalah ibu merasakan keluhan pada masa nifas,
biasaya nyeri perut, perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak. Biasanya
payudara ibu membesr, produksi kolostrum /48 jam. Kemudian lihat juga
kemampuan ibu dalam mobilisasi sesaat setelah melahirkan, kemampuan
merawat diri dan kemampuan eliminasi. Pada tanggal 16 November 2021
seorang perempuan dengan initial Ny.E berusia 33 tahun datang ke RS
Palembang bari dengan keluhan nyeri mau melahirkan. Pasien mengatakan
nyeri dibagian abdomen. Pasien mengaku hamil anak ke 3. Gerakan anak
masih dirasakan oleh ibu. Pasien pernah satu kali operasi section caesarea 10
tahun yang lalu. Pasien berobat ke bidan kemudian dirujuk ke RS Palembang
Bari. Pasien direncanakan melakukan operasi section caesarea. Saat dikaji
pasien mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri
dengan skala 3, nyeri hilang timbul 2-3 menit. Pasien terlihat meringis dan
tampak memejamkan mata saat nyeri.Pasien juga mengatakan ASI yang
keluar masih sedikit dan ibu mengatakan masih sangat lemah.

A. Secara Teori Diagnosa Pada Pasien Post Section Caesarea


1. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan  kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan  diskontinyuitas jaringan.
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal atau
familiar dengan sumber informasi tentang cara perawatan bayi.
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan  kelelahan sehabis
bersalin
5. Resiko infeksi berhubungan dengan  luka operasi
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan sekunder
terhadap proses pembedahan.

B. Diagnosa Yang Muncul Pada Ny. E


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai
ASI tidak cukup
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan

C. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Ny. E untuk mengatasi nyeri adalah
pengkajian nyeri komferhensif yang meliputi lokasi,durasi,frekuensi, dukung
istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan nyeri, dorong pasien
mendiskusikan pengalaman nyeri pilih tindakan non farmakologi unutuk
memfasilitasi penurunan nyeri sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam),
monitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dan monitor TTV.
Intervensi untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian asi adalah monitor
kemampuan bayi untuk menghisap, diskusikan cara untuk memfasilitasi
perpindahan ASI (misalnya teknik relaksasi, pijatan payudara dan lingkungan
yang tenang), instrusikan ibu untuk perawatan puting susu, dukung ibu untuk
memakai pakaian yang nyaman, instrusikan posisi yang bervariasi misalnya
menggendong bayi dibawah lengan pada sisi yang digunakan untuk menyusui
dan monitor TTV
Intervensi untuk mengatasi intoleransi aktifitas adalah monitor asupan
nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat. bantu pasien dalam
aktifitas sehari-hari yang teratur yang sesuai kebutuhan (berpindah, bergeran
dan perawatan diri), evaluasi secara bertahap aktifitas pasien, anjurkan
aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan pasien, bantu pasien identifikasi
pilihan aktifitas yang akan dilakukan, monitor TTV.

D. Implementasi
Evaluasi nyeri adalah mengkajian nyeri komferhensif yang meliputi
lokasi,durasi,frekuensi, mendukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu menurunkan nyeri, mendorong pasien mendiskusikan pengalaman
nyeri pilih tindakan non farmakologi untuk memfasilitasi penurunan nyeri
sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam), memonitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri dan memonitor TTV.
Implementasi untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian asi adalah
memonitor kemampuan bayi untuk menghisap, mendiskusikan cara untuk
memfasilitasi perpindahan ASI (misalnya teknik relaksasi, pijatan payudara
dan lingkungan yang tenang), menginstrusikan ibu untuk perawatan puting
susu, mendukung ibu untuk memakai pakaian yang nyaman, menginstrusikan
posisi yang bervariasi misalnya menggendong bayi dibawah lengan pada sisi
yang digunakan untuk menyusui dan memonitor TTV
Implementasi untuk mengatasi intoleransi aktifitas adalah memonitor
asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, membantu
pasien dalam aktifitas sehari-hari yang teratur yang sesuai kebutuhan
(berpindah, bergeran dan perawatan diri), mengevaluasi secara bertahap
aktifitas pasien, menganjurkan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan
pasien, membantu pasien identifikasi pilihan aktifitas yang akan dilakukan,
dan memonitor TTV.

E. Evaluasi
1. Evaluasi Nyeri Akut:
a. Pasien mengatakan nyeri nya sedikit berkurang dari
skala 2 menjadi 1
b. Pasien mengatakan tidur masih tak nyenyak
c. Nyeri pada abdomen sudah tidak terlalu sakit
d. Pasien sudah tau cara mlakukan teknik relaksasi nafas
dalam
e. Pasien tampak nyaman setelah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam
2. Evaluasi Ketidakefektifan Pemberian ASI
a. Bayi sudah bisa menghisap putting ibu
b. Pasien sudah tahu melakukan perawatan payudara
c. Putting ibu tampak masih bengkak
d. Ibu sudah memakai pakaian yang longgar
e. Ibu sudah melakukan posisi menyusi yang bervariasi seperti
menggendong bayi
3. Intoleransi Aktifitas
a. Pasien tampak nafsu makan
b. Aktifitas jalan pasien masih dibantu
c. Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri
d. Ibu sudah bisa duduk
e. Ibu tahu aktifitas apa yang dilakukannya seperti berjalan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Ny.E berusia 33 tahun datang ke RS Palembang bari dengan
keluhan nyeri mau melahirkan. Pasien mengaku hamil anak ke 3.
Pasien pernah satu kali operasi section caesarea 10 tahun yang lalu.
Pasien direncanakan melakukan operasi section caesarea. Saat dikaji
post section caesarea pasien mengatakan nyeri dibagian perut, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, nyeri dengan skala 3, nyeri hilang timbul 2-3
menit. Pasien terlihat meringis dan tampak memejamkan mata saat
nyeri.Pasien juga mengatakan ASI yang keluar masih sedikit dan ibu
mengatakan masih sangat lemah.
a. Diagnosa
Pada diagnosa asuhan pada pada Ny.E dengan preeklamsia post sc
diruang kebidanan RSUD Bari Palembang dapat dirumuskan 3
diagnosa yaitu:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik


2. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan suplai ASI
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring
b. Intervensi
Intervensi yang diberikan pada Ny. E untuk mengatasi nyeri adalah
pengkajian nyeri komferhensif yang meliputi lokasi,durasi,frekuensi,
dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu menurunkan
nyeri, dorong pasien mendiskusikan pengalaman nyeri pilih tindakan
non farmakologi unutuk memfasilitasi penurunan nyeri sesuai
kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam), monitor kepuasan pasien
terhadap manajemen nyeri dan monitor TTV.
Intervensi untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian asi adalah
monitor kemampuan bayi untuk menghisap, diskusikan cara untuk
memfasilitasi perpindahan ASI (misalnya teknik relaksasi, pijatan
payudara dan lingkungan yang tenang), instrusikan ibu untuk
perawatan puting susu, dukung ibu untuk memakai pakaian yang
nyaman, instrusikan posisi yang bervariasi misalnya menggendong
bayi dibawah lengan pada sisi yang digunakan untuk menyusui dan
monitor TTV
Intervensi untuk mengatasi intoleransi aktifitas adalah monitor
asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat. bantu
pasien dalam aktifitas sehari-hari yang teratur yang sesuai kebutuhan
(berpindah, bergeran dan perawatan diri), evaluasi secara bertahap
aktifitas pasien, anjurkan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan
pasien, bantu pasien identifikasi pilihan aktifitas yang akan dilakukan,
monitor TTV.
c. Implementasi
Implementasi yang diberikan pada Ny. E untuk mengatasi nyeri
adalah mengkajian nyeri komferhensif yang meliputi
lokasi,durasi,frekuensi, mendukung istirahat/tidur yang adekuat untuk
membantu menurunkan nyeri, mendorong pasien mendiskusikan
pengalaman nyeri pilih tindakan non farmakologi untuk memfasilitasi
penurunan nyeri sesuai kebutuhan (teknik relaksasi nafas dalam),
memonitor kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri dan memonitor
TTV.
Implementasi untuk mengatasi ketidakefektifan pemberian asi
adalah memonitor kemampuan bayi untuk menghisap, mendiskusikan
cara untuk memfasilitasi perpindahan ASI (misalnya teknik relaksasi,
pijatan payudara dan lingkungan yang tenang), menginstrusikan ibu
untuk perawatan puting susu, mendukung ibu untuk memakai pakaian
yang nyaman, menginstrusikan posisi yang bervariasi misalnya
menggendong bayi dibawah lengan pada sisi yang digunakan untuk
menyusui dan memonitor TTV
Implementasi untuk mengatasi intoleransi aktifitas adalah memonitor
asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat, membantu
pasien dalam aktifitas sehari-hari yang teratur yang sesuai kebutuhan
(berpindah, bergeran dan perawatan diri), mengevaluasi secara bertahap
aktifitas pasien, menganjurkan aktifitas fisik sesuai dengan kemampuan
pasien, membantu pasien identifikasi pilihan aktifitas yang akan dilakukan,
dan memonitor TTV.
d. Evaluasi
1. Evaluasi Nyeri Akut:
a. Pasien mengatakan nyeri nya sedikit berkurang dari skala 2
menjadi 1
b. Pasien mengatakan tidur masih tak nyenyak
c. Nyeri pada abdomen sudah tidak terlalu sakit
d. Pasien sudah tau cara mlakukan teknik relaksasi nafas dalam
e. Pasien tampak nyaman setelah dilakukan teknik relaksasi nafas
dalam
2. Evaluasi Ketidakefektifan Pemberian ASI
a. Bayi sudah bisa menghisap putting ibu
b. Pasien sudah tahu melakukan perawatan payudara
c. Putting ibu tampak masih bengkak
d. Ibu sudah memakai pakaian yang longgar
e. Ibu sudah melakukan posisi menyusi yang bervariasi seperti
menggendong bayi
3. Intoleransi Aktifitas
a. Pasien tampak nafsu makan
b. Aktifitas jalan pasien masih dibantu
c. Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri
d. Ibu sudah bisa duduk
e. Ibu tahu aktifitas apa yang dilakukannya seperti berjalan
B. Saran
1. Institusi RSUD Bari Palembang
Institusi RSUD Bari Palembang harus menekankan perawat dan
petugas kesehatan lainnya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
demi membantu pengobatan klien dan memberikan kepuasan klien
dalam pelayanan di RSUD Bari Palembang, terutama pada pelayanan
ibu hamil dengan preeklamsia post sc.
2. Institusi Pendidikan
Institusi pendidikan kesehatan harus melakukan pengembangan
dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang, agar bisa
memberikan asuhan keperawatan yang profesional untuk klien,
khususnya asuhan keperawatan Ny.E dengan preeklamsia post sc.
3. Bagi mahasiswa
Penulis harus mampu memberikan dan berfikir kritis dalam
melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif pada klien,
terutama klien Ny.E dengan preeklamsia post sc . Penulis juga harus
menggunakan teknik komunikasi terapeutik yang lebih baik lagi pada
saat pengkajian, tindakan dan evaluasi agar terjalin kerja sama yang
baik guna mempercepat kesembuhan klien.
DAFTAR PUSTAKA

Antameng, R., Rambi, C. A., & Tinungki, Y. L. (2019). Ruangan Dahlia Rumah
Sakit Umum Daerah Liun Kendage Tahuna Tahun 2019 Application Of
Early Mobilization In Post Sectio Caesarea Mother. 59–64.

Carpenito. 2017. Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan, Diagnosa


keperawatan dan masalah kolaboratif. Jakarta: EGC

Indah, Firdayanti, & Nadyah. (2019). Jurnal midwifery. Manajemen Asuhan


Kebidanan Intranatal Pada Ny “N” Dengan Usia Kehamilan Preterm Di
RSUD Syekh Yusuf Gowa Tanggal 01 Juli 2018, 1(1), 1–14.

Johnson, M., et all. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second


Edition. New Jersey: Upper Saddle River

Manuaba, Ida Bagus Gede. 2017. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan


Keluarga Berencana, Jakarta : EGC

Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika

Mc Closkey, C.J., et all. 2017. Nursing Interventions Classification (NIC) Second


.New Jersey: Upper Saddle River

Muchtar. 2005. Obstetri patologi, Cetakan I. Jakarta : EGC

Nurjannah Intansari. 2010. Proses Keperawatan NANDA, NOC &NIC.


Yogyakarta : mocaMedia

Rahmawati, A., Catur, R., Wulandari, L., Islam, U., & Agung, S. (2019). Jurnal
kebidanan. 9, 148–152.

Saifuddin, AB. 2018. Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal. Jakarta : penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo
Santosa, Budi. 2017. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika

Sarwono Prawiroharjo. 2019. Ilmu Kebidanan, Edisi 4 Cetakan II. Jakarta :


Yayasan Bina Pustaka

Suryani, T., Tampilang, A., Rambi, C. A., & Gansalangi, F. (2016). SECTIO
CAESAREA DI RSD LIUN KENDAGE TAHUNA. 126–136.

Anda mungkin juga menyukai